Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM
: OKTOPIANTO
: DBD 110 082
Pengendapan Batubara
Ada dua proses pengendapan batubara yaitu secara insitu dan hanyutan (drift). Secara
insitu, endapan batubara terbentuk di tempat asal tumbuh-tumbuhan pembentuk batubara
tersebut hidup, tumbuh-tumbuhan mati kemudian terjadi proses transportasi oleh alam, kemudian
tertimbun oleh lapisan sedimen dan kemudian mengalami proses pembatubaraan (coalification).
Jenis endapan batubara ini menyebar luas dan merata berkualitas lebih baik karena kadar abu
relatif kecil. Secara hanyutan (drift), endapan batubara terbentuk di tempat yang berbeda dari
tempat asal tumbuh-tumbuhan pembentuk batubara tersebut hidup, tumbuh-tumbuhan itu mati
kemudian diangkut oleh media air dan berakumulasi disuatu tempat, kemudian tertimbun oleh
lapisan sedimen dan mengalami proses pembatubaraan. Jenis endapan batubara ini penyebaran
tidak luas tetapi dijumpai dibeberapa tempat, kualitasnya kurang baik karena banyak
mengandung material pengotor yang terangkut bersama-sama selama proses pengangkutan dari
tempat asal tanaman ke tempat sedimentasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendapan batubara adalah sebagai berikut:
a. Posisi Geotektonik
Merupakan suatu tempat yang keberadaannya dipengaruhi gaya-gaya tektonik lempeng. Posisi
ini mempengaruhi iklim lokal dan morfologi cekungan pengendapan batubara maupun kecepatan
penurunannya.
b. Morfologi (Topografi)
Morfologi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting karena menentukan
penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk.
c. Iklim
Kelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan batubara dan merupakan faktor
pengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang sesuai. Tergantung pada posisi geografi dan
dipengaruhi oleh posisi geotektonik.
d. Penurunan
Dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik. Jika penurunan dan pengendapan gambut seimbang akan
dihasilkan endapan batubara tebal.
e. Umur Geologi
Posisi geologi menentukan berkembangnya evolusi kehidupan berbagai macam tumbuhan.
Dalam masa perkembangannya secara tidak langsung membahas sejarah pengendapan batubara
dan metamorfosa organik. Makin tua umur batuan makin dalam penimbunan yang tejadi,
sehingga terbentuk batubara yang bermutu tinggi. Tetapi pada batubara yang mempunyai umur
geologi lebih tua selalu ada resiko mengalami deformasi tektonik yang membentuk struktur
perlipatan atau patahan pada lapisan batubara.
f. Tumbuhan
Flora merupakan unsur utama pembentuk batubara. Pertumbuhan dari flora terakumulasi pada
suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim dan topografi tertentu, merupakan faktor
penentu terbentuknya berbagai type batubara.
g. Dekomposisi
Dekomposisi flora merupakan bagian dari transformasi biokimia dari organik merupakan titik
awal untuk seluruh alterasi. Dalam pertumbuhan gambut, sisa tumbuhan akan mengalami
perubahan baik secara fisik maupun kimiawi. Setelah tumbuhan mati, proses degradasi biokimia
lebih berperan. Proses pembusukan (decay) akan terjadi oleh kerja mikrobiologi (bakteri
anaerob). Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa oksigen menghancurkan bagian yang lunak
dari tumbuhan seperti celulosa, protoplasma dan pati.
Dari proses diatas terjadi perubahan dari kayu menjadi lignit dan batubara berbitumen. Dalam
suasana kekurangan oksigen terjadi proses biokimia yang berakibat keluarnya air (H2O) dan
sebagian unsur karbon akan hilang dalam bentuk karbon dioksida (CO2), karbon monoksida
(CO) dan methan (CH4). Akibat pelepasan unsur atau senyawa tersebut jumlah relatif unsur
karbon akan bertambah. Kecepatan pembentukan gambut tergantung pada kecepatan
perkembangan tumbuhan dan proses pembusukan. Bila tumbuhan tertutup oleh air dengan cepat,
maka akan terhindar oleh proses pembusukan, tetapi terjadi proses disintegrasi atau penguraian
oleh mikrobiologi. Bila tumbuhan yang telah mati terlalu lama berada di udara terbuka, maka
kecepatan pembentukan gambut akan berkurang, sehingga hanya bagian keras saja tertinggal
yang menyulitkan penguraian oleh mikrobiologi.
h. Sejarah sesudah pengendapan
Sejarah cekungan batubara secara luas bergantung pada posisi geotektonik yang mempengaruhi
perkembangan batubara dan cekungan batubara. Secara singkat terjadi proses geokimia dan
metamorfosa organik setelah pengendapan gambut.
i. Struktur cekungan batubara
Terbentuknya batubara pada cekungan batubara umumnya mengalami deformasi oleh gaya
tektonik, yang akan menghasilkan lapisan batubara dengan bentuk tertentu.
j. Metamorfosa organic
Tingkat kedua dalam pembentukan batubara adalah penimbunan atau penguburan oleh sedimen
baru. Pada tingkat ini proses degradasi biokimia tidak berperan lagi tetapi lebih didominasi oleh
proses dinamokimia. Proses ini menyebabkan terjadinya perubahan gambut menjadi batubara
dalam berbagai mutu. Selama proses ini terjadi pengurangan air lembab, oksigen dan zat terbang
(seperti CO2, CO, CH4 dan gas lainnya) serta bertambahnya prosentase karbon padat, belerang
dan kandungan abu. Perubahan mutu batubara diakibatkkan oleh faktor tekanan dan waktu.
Tekanan dapat disebabkan oleh lapisan sedimen penutup yang sangat tebal atau karena tektonik.
Klasifikasi Batubara
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu
bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.
a. Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik,
mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
b. Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya.
Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
c. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi
sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
d. Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 3575% dari beratnya.
e. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.