Anda di halaman 1dari 3

WASPADAI HIPERTENSI, PEMICU PENYAKIT KELAS BERAT

SUMBER : Artikel BALI POST SELASA WAGE 26 MARET 2013 HAL. 22, oleh dr. I Made Lanang Wisnu

Penyakit darah tinggi mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, tetapi apakah
masyarakat mengetahui bahwa penyakit dengan nama lain hipertensi itu dan sering tidak disadari
penderitanya juga pemicu penyakit kelas berat seperti gagal jantung, bahkan stroke yang mematikan?
Tekanan darah 120-139/80-89 mmHg dikategorikan sebagai pre-hipertensi dan perbaikan dalam gaya
hidup dibutuhkan untuk menurunkan tekanan darah, sedangkan tekanan darah 140/90 atau lebih
disebut sebagai hipertensi.
I.

Hipertensi Bukan Penyakit Biasa


Hipertensi adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja, baik muda maupun tua, entah

orang kaya maupun miskin. Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.
Sebanyak 1 miliar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan,
diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 miliar menjelang tahun 2025.
Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya, melainkan hipertensi
memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat alias mematikan. Laporan Komite Nasional
Pencegahan, Deteksi, Evaluasi dan Penanganan Hipertensi menyatakan bahwa tekanan darah yang
tinggi dapat meningkatkan resiko serangan jantung, gagal jantung stroke, dan gagal ginjal.
Seiring berubahnya gaya hidup di perkotaan mengikuti era globalisasi, kasus hipertensi terus
meningkat. Gaya hidup gemar makanan fast food yang kaya lemak, asin, malas berolahraga, dan mudah
tertekan ikut berperan dalam menambah jumlah pasien hipertensi.
Seseorang dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darahnya tinggi atau melampaui nilai
tekanan darah yang normal yaitu 139/89 mmHg. Hipertensi pun digolongkan kembali berdasarkan
tekanan darahnya.
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer dan sekunder. Lebih dari
90% kasus hipertensi termasuk ke dalam kelompok ini, sedangkan prevalensi hipertensi sekunder hanya
sekitar 5%-8% dari seluruh penderita hipertensi.
Penyebab hipertensi primer terdiri atas faktor genetik dan lingkungan. Faktor keturunan dapat
dilihat dari riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga yang dapat berupa sensitivitas terhadap
natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitas vaskular (terhadap vasokontriktor) dan
resistensi insulin. Konsumsi garam (natrium) berlebihan, stress psikis dan obesitas diyakini sebagai
penyebab hipertensi yang berasal dari lingkungan.

Hipertensi bisa diatasi dengan memodifikasi gaya hidup. Pengobatan dengan antihipertensi
diberikan jika modifikasi gaya hidup tidak berhasil. Dokter pun memiliki alasan dalam memberikan obat
mana yang sesuai dengan kondisi pasien saat menderita hipertensi.
Tujuan pengobatan hipertensi untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat tekanan
darah tinggi. Artinya tekanan darah harus diturunkan serendah mungkin yang tidak mengganggu fungsi
ginjal, otak, jantung, maupun kualitas hidup sambil dilakukan pengendalian faktor kardiovaskular.
Berdasarkan cara kerjanya, obat hipertensi terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu diuretik,
beta bloker, penghambat ACE, antagonis kalsium. Mayoritas pasien dengan tekanan darah tinggi akan
memerlukan obat-obatan selama hidup mereka untuk mengontrol tekanan darah mereka. Pada
beberapa kasus, dua atau tiga obat hipertensi dapat diberikan.
Beberapa studi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kombinasi tersebut tidak hanya
menurunkan tekanan darah namun juga menurunkan resiko stroke dan penyakit jantung iskemik.
Seiring dengan kemajuan dalam bidang farmasi, telah dibuat kombinasi dua obat hipertensi dalam satu
tablet yang mengandung valsartan dan amlodipine. Sebagai praktisi kesehatan, dokter akan
menyarankan pasien untuk mengubah gaya hidup sambil minum satu obat antihipertensi. Namun, jika
ternyata tidak berhasil mencapai tekanan darah yang diharapkan, dokter akan meninjau kembali terapi
yang diberikannya.
Penelitian yang lainnya menyarankan penghentian pemakaian obat hipertensi pada pasien
dengan tekanan darah yang tidak terlalu tinggi dan hanya menjalani perbaikan gaya hidup saja.
Perubahan gaya hidup yang paling penting pada studi yang ada adalah penurunan berat badan dan
konsumsi diet rendah garam. Strategi seperti latihan, rencana diet, dan terutama perubahan obatobatan sebaiknya didiskusikan dengan dokter sebelum diaplikasikan.

II.

Modifikasi Gaya Hidup Sekarang


Mengubah pola hidup tetap merupakan faktor yang berpengaruh besar dalam menurunkan

tekanan darah pada penderita hipertensi, sambil meningkatkan efek antihipertensi. Langkah awal
biasanya adalah mengubah pola hidup penderita :

Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk menurunkan berat
badannya sampai batas ideal.

Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi.
Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida

setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup) dan
mengurangi alkohol.

Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi
aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.

Berhenti merokok.
Masyarakat dengan tekanan darah tinggi sebaiknya menghindari beberapa aktivitas tertentu

yang dapat meningkatkan tekanan darah dan frekuensi jantung pada tingkat yang membahayakan,
diantaranya :

Sauna atau ruang uap;

Mandi uap;

Kolam air hangat;

Kolam renang yang hangat.


Sangat penting bagi penderita hipertensi untuk membatasi jumlah waktu yang dihabiskan

untuk aktivitas tersebut di atas hanya kurang dari 10 menit. Setelah terjadinya paparan terhadap
lingkungan ini, pasien sebaiknya duduk menjauh dari sumber panas selama beberapa menit sebelum
berdiri kembali dengan tujuan untuk meminimalkan resiko terjadinya pusing kepala atau pingsan
(sinkope).
Pasien hipertensi harus lebih berhati-hati mengonsumsi obat-obatan bebas (OTC) yang
mengandung vasokokonstriktor (menyempitkan pembuluh darah), yang dapat menaikkan tekanan
darah. Obat-obatan tersebut seperti :

Tetes mata;

Antihistamin;

Flu, sinus, dan obat batuk (terutama yang mengandung dekongestan).


Pasien hipertensi juga disarankan untuk mengikuti anjuran dokter mengenai pengobatan

untuk mencegah konsekuensi kesehatan yang serius. Pasien juga disarankan untuk berdiskusi dengan
dokter mengenai efek samping atau hal lainnya yang berhubungan dengan pengobatan.
Hipertensi bukan hanya penyakit orang Barat. Kenyataannya epidemi hipertensi meningkat,
baik di negara maju maupun negara berkembang. Jika tidak dikendalikan maka akan meningkat
sebanyak 50% dalam 15 tahun ke depan.

***

Anda mungkin juga menyukai