Anda di halaman 1dari 7

makalah asesmen autentik

Posted on 19.04 by suardita iputu

A. Pendahuluan
Dalam pendidikan, asesmen seharusnya didasarkan pada pengetahuan kita tentang belajar
dan tentang bagaimana kompetensi berkembang dalam materi pelajaran yang kita ajarkan. Hal
ini merupakan kebutuhan yang sangat jelas untuk membuat suatu asesmen dimana pendidik
dapat mempergunakannya untuk meningkatkan kegiatan pendidikan dan mengawasi hasil belajar
dan mengajar yang kompleks.
Dari beberapa penelitian ditemukan bahwa para guru mengajar untuk memberikan
keterampilan pada siswa untuk belajar dan mempraktekkan bagaimana mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilannya untuk tujuan yang nyata dan jelas. Penilaian kinerja yang
berkisar dari jawaban yang relative pendek sampai pada proyek jangka panjang yang meminta
para siswa untuk memperagakan hasil kerjanya, dan hal ini membutuhkan peran serta pemikiran
tingkat tinggi siswa untuk menyatukan beberapa keterampilan yang berbeda-beda.
Dalam suatu sistem penilaian yang lengkap, bagaimana-pun semestinya terdapat
keseimbangan antara penilaian kinerja yang lebih pendek dan juga lebih panjang. Asesmen dapat
digunakan untuk melihat keberhasilan KBM yang dilakukan sebagai acuan dalam membuat
kegiatan/program baru dalam rangka mengembangkan keterampilan dan pengetahuan para siswa
dan juga para guru, juga sebagai bahan petimbangan dalam membuat suatu kebijakan-kebijakan.
Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan merupakan penilaian
internal (internal assessment), sedangkan penilaian yang diselenggarakan oleh pemerintah
merupakan penilaian eksternal (external assessment).
Penilaian kelas merupakan penilaian internal yang dilaksanakan oleh pendidik dalam hal
ini guru di kelas atas nama satuan pendidikan untuk menilai kompetensi peserta didik pada saat
dan akhir pembelajaran. Sistem penilaian hasil belajar yang diterapkan dalam kurikulum sekolah
adalah sistem penilaian otentik atau lebih dikenal dengan nama asesmen otentik. Penilaian
otentik ini harus dipahami secara mendalam oleh guru-guru mengingat bahwa setiap pengukuran
kompetensi peserta didik tidak cukup hanya dengan tes objektif saja, karena tes tersebut tidak
dapat menunjukkan seluruh kompetensi yang dikuasai siswa. Penilaian otentik merupakan
penilaian yang secara langsung bermakna, dalam arti bahwa apa yang dinilai adalah merupakan
sesuatu yang benar-benar diperlukan siswa dalam kehidupan nyata sehari-hari.
B. Pengertian Asesmen Otentik
Asesmen otentik adalah suatu proses evaluasi yang melibatkan berbagai bentuk
pengukuran terhadap kinerja yang mencerminkan pembelajaran siswa, prestasi, motivasi, dan
sikap-sikap pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran (American Librabry Association,
Dalam Syofiana, 2010). Senada dengan pendapat tersebut, Omalley dan Pierce (Dalam Anonim,
tt) mengatakan bahwa asesmen otentik adalah bentuk penilaian yang menunjukkan pembelajaran
siswa yang berupa pencapaian, motivasi, dan sikap yang relevan dalam aktivitas kelas.
Sedangkan menurut Newton Public Schools (Dalam Syofiana, 2010) Asesmen otentik
merupakan penilaian terhadap produk-produk dan kinerja yang berhubungan dengan
pengalaman-pengalaman kehidupan nyata peserta didik. Berdasarkan beberapa pengertian

tentang asesmen otentik yang telah dikemukkan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
asesmen otentik merupakan suatu proses evaluasi yang melibatkan berbagai bentuk pengukuran
yang berupa produk-produk dan kinerja yang mencerminkan pembelajaran siswa, pencapaian,
prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran
di kelas. Asesmen otentik memberikan siswa seperangkat tugas yang mencerminkan prioritas
dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pengajaran: melakukan penelitian;
menulis, merevisi dan membahas artikel; memberikan analisa oral terhadap peristiwa politik
terbaru; berkolaborasi dengan siswa lain melalui debat, dan sebagainya. Melalui asesmen
otentik, siswa lebih terlibat dalam tugas dan guru dapat lebih yakin bahwa asesmen yang
diberikannya itu bermakna dan relevan (Wiggins, Dalam Syofiana, 2010).
Asesmen otentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik,
karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang
subjek. Asesmen otentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan
pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar,
dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak
dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan. Maka dari itu asesmen
otentik harus menjadi bagian integral dari pengajaran, sehingga dengan demikian penilaian tidak
digunakan hanya sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data sebagaimana dalam paradigm
lama, tetapi juga untuk mempengaruhi pengajaran. Ini memerlukan penerapan dan
pengembangan fungsi penilaian yang mengukur produktivitas siswa, pencapaian mereka dalam
pembelajaran kemampuan berpikir matematis dalam mendapat suatu hasil yang berarti bagi
siswa tersebut. Penilaian autentik mempunyai karakter pokok yang sama dengan pengajaran,
yang berguna bagi para guru untuk meningkatkan pengajaran. Dalam penilaian autentik
diharapkan para siswa dapat merumuskan permasalahan, memikirkan solusi, dan
menginterpretasikan hasil.
C. Sifat-sifat dan Manfaat Asesmen Otentik
Asesmen otentik merupakan suatu proses evaluasi yang melibatkan berbagai bentuk
pengukuran yang berupa produk-produk dan kinerja yang mencerminkan pembelajaran siswa,
pencapaian, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam
pembelajaran di kelas. Oleh karena itu asesmen otentik dianggap mampu untuk lebih mengukur
secara keseluruhan hasil belajar dari siswa karena penilaian ini menilai kemajuan belajar bukan
melulu hasil tetapi juga proses dan dengan berbagai cara. Dengan kata lain sistem penilaian
seperti ini dianggap lebih adil untuk siswa sebagai pembelajar, karena Rizfadli, 2009). Gulikers,
Bastiaens & Kirschner (Dalam Rizfsdli, 2009) menjelaskan bahwa authentic assesment menuntut
siswa untuk menggunakan kompetensi yang sama atau mengkombinasikan pengetahuan,
kemampuan, dan sikap yang dapat mereka aplikasikan pada kriteria situasi dalam kehidupan
professional.
Berdasarkan pemaparan di atas asesmen otentik mengharuskan pembelajaran berpusat
pada siswa sebab pelaku belajar adalah siswa. Asesmen otentik memiliki beberapa sifat dan
manfaat bagi pesrta didik. Adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh asesmen otentik adalah sebagai
berikut.
a) Berbasis kompetensi yaitu penilaian yang mampu memantau kompetensi siswa
b) Individual, dapat secara langsung mengukur kemampuan individu

c)
d)

e)
f)

a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Berpusat pada siswa, karena direncanakan, dilakukan dan dinilai oleh siswa sendiri,
mengungkapkan seoptimal mungkin kelebihan individu dan juga kekurangannya
Tak terstruktur dan open-ended, penyelesaian tugas-tugas otentik tidak bersifat uniformed dan
klasikal. Juga kinerja yang dihasilkan tidak harus sama antar individu di suatu kelompok atau
kelas.
Terintegrasi dengan proses pembelajaran, sehingga siswa tidak selalu dalam situasi tes yang
menegangkan
Berkelanjutan, oleh karena itu penilaian harus secara langsung dilaksanakan pada saat proses
pembelajaran.
Berikut ini adalah manfaat asesmen otentik bagi para peserta didik. Dalam hal ini manfaat
asesmen otentik bagi peserta didik adalah sebagai berikut.
Menunjukkan secara lengkap seberapa baik pemahaman terhadap materi akademik
Menunjukkan dan memperkuat kompetensi-kompetensi seperti pengumpulan informasi,
pemanfaatan sumber penanganan teknologi dan pemikaran sistematik
Menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka, dunia mereka maupun masyarakat
yang lebih luas
Meningkatkan keterampilan berfikir tinggi seperti analisis, sintesis, identifikasi permasalahan,
menemukan solusi, serta mengikuti hubungan sebab-akibat
Menerima tanggung jawab dan membuat pilihan-pilihan.
Menghubungkan mereka dengan orang lain, termasuk berkolaborasi dalam tugas
Belajar mengevaluasi tingkat kinerja mereka sendiri.

D. Jenis-jenis Asesmen Otentik


a) Asesmen Kinerja
Asesmen kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk
memperoleh informasi tentang apa dan sejauhmana yang telah dilakukan dalam suatu program
(Dantes, 2008). Pemantauan didasarkan pada kinerja (performance) yang ditunjukkan dalam
menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan. Hasil yang diperoleh merupakan
suatu hasil dari unjuk kerja tersebut.
Asesmen kinerja adalah penelusuran produk dalam proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang
ditunjukkan dalam proses pelaksanaan program itu digunakan sebagai basis untuk dilakukan
suatu pemantauan mengenai perkembangan dari satu pencapaian program tersebut.
Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas kinerja (performance task),
rubrik performansi (performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide). Tugas kinerja
adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian
tugas. Rubrik performansi merupakan suatu rubrik yang berisi komponen-komponen suatu
performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Cara penilaian kinerja ada tiga,
yaitu (1) holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai secara umum
terhadap kualitas performansi; (2) analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap aspek-aspek
yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan (3) primary traits scoring, yaitu pemberian
skor berdasarkan beberapa unsur dominan dari suatu performansi.
b) Esai

(Tes) esai menghendaki peserta didik untuk mengorganisasikan, merumuskan, dan


mengemukakan sendiri jawabannya. Ini berarti peserta didik tidak memilih jawaban, akan tetapi
memberikan jawaban dengan kata-katanya sendiri secara bebas.
Tes esai dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu tes esai jawaban terbuka (extendedresponse) dan jawaban terbatas (restricted-response) dan hal ini tergantung pada kebebasan yang
diberikan kepada peserta didik untuk mengorganisasikan atau menyusun ide-idenya dan
menuliskan jawabannya. Pada tes esai bentuk jawaban terbuka atau jawaban luas, peserta didik
mendemonstrasikan kecakapannya untuk: (1) menyebutkan pengetahuan faktual, (2) menilai
pengetahuan faktualnya, (3) menyusun ide-idenya, dan (4) mengemukakan idenya secara logis
dan koheren. Sedangkan pada tes esai jawaban terbatas atau terstruktur, peserta didik lebih
dibatasi pada bentuk dan ruang lingkup jawabannya, karena secara khusus dinyatakan konteks
jawaban yang harus diberikan oleh peserta didik. Esai terbuka/tak terstruktur merupakan bentuk
asesmen otentik.
Tes esai memiliki potensi untuk mengukur hasil belajar pada tingkatan yang lebih tinggi atau
kompleks. Butir tes esai memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyusun,
menganalisis, dan mensintesiskan ide-ide, dan peserta didik harus mengembangkan sendiri buah
pikirannya serta menuliskannya dalam bentuk yang tersusun atau terorganisasi. Kelemahan esai
adalah berkaitan dengan penskoran. Ketidakkonsistenan pembaca merupakan penyebab kurang
objektifnya dalam memberikan skor dan terbatasnya reliabilitas tes.
c) Asesmen Portofolio
Portofolio adalah sekumpulan artefak (bukti karya/kegiatan/data) sebagai bukti (evidence)
yang menunjukkan perkembangan dan pencapaian suatu program. Penggunaan portofolio dalam
kegiatan evaluasi sebenarnya sudah lama dilakukan, terutama dalam pendidikan bahasa (Dantes,
2008). Belakangan ini, dengan adanya orientasi kurikulum yang berbasis kompetensi, asesmen
portofolio menjadi primadona dalam asesmen berbasis kelas.
Perlu dipahami bahwa sebuah portofolio (biasanya ditaruh dalam folder) bukan semata-mata
kumpulan bukti yang tidak bermakna. Portofolio harus disusun berdasarkan tujuannya. Wyatt
dan Looper (Dalam Dantes, 2008) menyebutkan, berdasarkan tujuannya sebuah portofolio dapat
berupa developmental portfolio, bestwork portfolio, dan showcase portfolio. Developmental
portfolio disusun demikian rupa sesuai dengan langkah-langkah kronologis perkembangan yang
terjadi. Oleh karena itu, pencatatan mengenai kapan suatu artefak dihasilkan menjadi sangat
penting, sehingga perkembangan program tersebut dapat dilihat dengan jelas. Bestwork portfolio
adalah portofolio karya terbaik. Karya terbaik diseleksi sendiri oleh pemilik portofolio dan
diberikan alasannya. Karya terbaik dapat lebih dari satu. Showcase portfolio adalah portofolio
yang lebih digunakan untuk tujuan pajangan, sebagai hasil dari suatu kinerja tertentu.
Bagaimanakah asesmen portofolio membantu memantau pencapaian target kompetensi?
Asesmen portofolio adalah suatu pendekatan asesmen yang komprehensif karena: (1) dapat
mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara bersama-sama, (2) berorientasi baik
pada proses maupun produk belajar, dan (3) dapat memfasilitasi kepentingan dan kemajuan
peserta didik secara individual.
Asesmen portofolio mengandung tiga elemen pokok yaitu: (1) sampel karya peserta didik, (2)
evaluasi diri, dan (3) kriteria penilaian yang jelas dan terbuka.
d) Asesmen Proyek
Asesmen proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang
harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas
dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan,

pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan


demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan,
penyelidikan, dan lain-lain.
Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan
untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu, pada setiap
penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru.
Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah
dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh
peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, danproduk proyek. Dalam kaitan ini
serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan rancangan dan instrumen
penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat
menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat
dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian
produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara
holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan peserta
didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, patung,
dan lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan karya
logam.Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk
menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara
keseluruhan atas produk yang dihasilkan.
e) Evaluasi Diri
Evaluasi diri adalah suatu cara untuk melihat kedalam diri sendiri. Melalui evaluasi diri
peserta didik dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini
menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian, peserta didik lebih
bertanggungjawab terhadap proses dan pencapaian tujuan belajarnya (Rolheiser dan Ross, Dalam
Dantes, 2008).
Rolheiser dan Ross (Dalam Dantes, 2008) mengajukan suatu model teoretik untuk
menunjukkan kontribusi evaluasi diri terhadap pencapaian tujuan. Model tersebut menekankan
bahwa, ketika mengevaluasi sendiri performansinya, peserta didik terdorong untuk menetapkan
tujuan yang lebih tinggi (goals). Untuk itu, peserta didik harus melakukan usaha yang lebih keras
(effort). Kombinasi dari goals dan effort ini menentukan prestasi (achievement); selanjutnya
prestasi ini berakibat pada penilaian terhadap diri (self-judgment) melalui kontemplasi seperti
pertanyaan, Apakah tujuanku telah tercapai? Akibatnya timbul reaksi (self-reaction) seperti
Apa yang aku rasakan dari prestasi ini?
Evaluasi diri adalah suatu unsur metakognisi yang sangat berperan dalam proses belajar. Oleh
karena itu, agar evaluasi dapat berjalan dengan efektif, ada empat langkah dalam berlatih
melakukan evaluasi diri, yaitu: (1) libatkan semua komponen dalam menentukan kriteria
penilaian, (2) pastikan semua peserta didik tahu bagaimana caranya menggunakan kriteria
tersebut untuk menilai kinerjanya, (3) berikan umpan balik pada mereka berdasarkan hasil
evaluasi dirinya, dan (4) arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan rencana kerja
berikutnya.

Untuk langkah pertama, yaitu menentukan kriteria penilaian. Guru mengajak peserta didik
bersama-sama menetapkan kriteria penilaian. Pertemuan dalam bentuk sosialisasi tujuan
pembelajaran dan curah pendapat sangat tepat dilakukan. Kriteria ini dilengkapi dengan
bagaimana cara mencapainya. Dengan kata lain, kriteria penilaian adalah produknya, sedangkan
proses mencapai kriteria tersebut dipantau dengan menggunakan ceklis evaluasi diri. Cara
mengembangkan kriteria penilaian sama dengan mengembangkan rubrik penilaian dalam
asesmen kinerja. Ceklis evaluasi diri dikembangkan berdasarkan hakikat tujuan tersebut dan
bagaimana mencapainya.
E. Penutup
Penilaian kelas merupakan penilaian internal yang dilaksanakan oleh pendidik dalam hal
ini guru di kelas atas nama satuan pendidikan untuk menilai kompetensi peserta didik pada saat
dan akhir pembelajaran. Sistem penilaian hasil belajar yang diterapkan dalam kurikulum sekolah
adalah sistem penilaian otentik atau lebih dikenal dengan nama asesmen otentik. Asesmen
otentik merupakan suatu proses evaluasi yang melibatkan berbagai bentuk pengukuran yaang
berupa produk-produk dan kinerja yang mencerminkan pembelajaran siswa, pencapaian, prestasi,
motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran di kelas.
Asesmen otentik memiliki beberapa sifat dan manfaat bagi peserta didik dalam implementasinya
di kelas. Adapun jenis-jenis dari asesmen otentik, yakni asesmen kinerja, esai, asesmen
portofolio, asesmen proyek, dan evaluasi diri.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. tt. Penilaian Otentik | Kajian Sosiolinguistik: Kajian Teoretis dan Praktis. Tersedia pada:
http://wordpress.com/evaluasi-pembelajaran-bahasa/penilaian-otentik/. diakses pada tanggal 24
Oktoberber 2013
Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses Dan Produk Dalam
Pembelajaran Yang Berbasis Kompetensi. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Rizfadli. 2009. Asesmen Otentik. Tersedia pada: http://rizfadli.blogspot.com/2009/12/asesmen-otentik.html.
diakses pada tanggal 24 Oktoberber 2013
Syofiana. Mardiah. 2010. Autentik Asesmen. Tersedia pada: http://sofya6.blogspot.com/2010/11/autentikasesmen.html. diakses pada tanggal 24 Oktoberber 2013
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Categories: Makalah
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Anda mungkin juga menyukai