Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KIMIA KATALIS

PENGGUNAAN KATALIS HETEROGEN DI BIDANG


INDUSTRI
Hidrogenasi Katalitik Metil Oleat Menggunakan
Katalis Ni/Zeolit dan Reaktor Sistem Fixed Bed

Dosen Pengampu:

HERIYANTI
Disusun Oleh :
DIKI MULYAWAN
SLAMET RIYANTO (F1C111059)
SIGIT SUSILO
MUHAMMAD RIVAI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AJARAN 2014

BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan industri pada zaman ini, khususnya industri-industri perabot


plastik dan zat kimia tentunya saja tak terlepas dari apa yang namanya KATALIS. Katalis adalah
suatu zat yang digunakan untuk mempengaruhi laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa
terpakai oleh reaksi itu sendiri. Katalis dapat berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi
ataupun produk.
Fatty alcohol dan turunannya sangat penting dalam proses industri. Bahan ini
merupakan intermediet yang sangat penting dalam produksi bahan kimia. Permintaan terhadap
Fatty alcohol meningkat secara signifikan dalam tahun belakangan ini sehingga memacu
produsen untuk mendapatkan proses yang lebih murah namun lebih berkualitas. Biasanya fatty
alcohol diproduksi dengan keberadaan katalis hidrogenasi melalui reduksi secara katalitik
menggunakan hidrogen terhadap material awal seperti lemak, minyak, ataupun asam lemak.
Fatty alcohol yang dihasilkan dari proses tersebut biasanya masih harus dimurnikan dengan
proses destilasi. Pada umumnya reaksi-reaksi kimia di dalam industri kimia menggunakan
katalis dalam prosesnya.
Proses menggunakan katalis sangat menguntungkan, karena laju proses kimia
dapat menjadi lebih cepat. Katalis yang mengandung logam Cr banyak digunakan dalam reduksi
ester menjadi alkohol. Katalis tersebut bersifat kurang ramah lingkungan karena memungkinkan
terjadinya pelepasan Cr(VI) yang bersifat toksik. Oleh karena itu perlu dikembangkan katalis
yang bebas Cr untuk reduksi alkohol namun memiliki aktivitas dan selektivitas tinggi serta umur
katalis yang lama. Katalis yang digunakan dalam industri umumnya adalah katalis heterogen
yang memiliki luas permukaan dan situs asam yang tinggi. Katalis heterogen biasanya dibuat
dengan mendispersikan logam pada permukaan pengemban. Bahan yang biasa digunakan
sebagai pengemban antara lain adalah zeolit, alumina, silika, karbon aktif. Indonesia merupakan
negara yang kaya akan deposit zeolit alam. Banyaknya mineral zeolit di Indonesia karena
sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari batuan gunung berapi.
Pemanfaatan zeolit sebagai pengemban atau bahan pendukung logam aktif dalam
pembuatan katalis sistem logam/pengemban perlu diperhatikan sifat-sifat zeolit alam itu sendiri
seperti: keasaman zeolit, luas permukaan yang tinggi, struktur yang berpori. Sifat-sifat tersebut
sangat penting dalam penggunaan zeolit alam sebagai pengemban logam aktif pada preparasi
katalis.

BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI KATALIS
Katalis adalah zat yang ditambahkan pada reaksi kimia dengan tujuan untuk
mempercepat reaksi tersebut. Katalis dapat mempercepat reaksi kekanan atau kekiri sehingga
keadaan setimbang lebih cepat tercapai, katalis ini disebut dengan katalis positif.
Penambahan katalis juga dapat menghambat reaksi, katalis tersebut disebut katalis negative
atau anti katalis atau inhibitor.
Penambahan katalis akan mempengaruhi laju reaksi. Pada teori tumbukan dan
distribusi energi molecular Maxwell Boltzman pada gas, tumbukan-tumbukan
menghasilkan reaksi jika partikel-partikel bertumbukan dengan energi yang cukup untuk
memulai suatu reaksi. Energi minimum yang diperlukan disebut dengan reaksi aktifitas
reaksi.
2. JENIS-JENIS KATALIS
Berdasarkan wujudnya, katalis dapat dibedakan menjadi katalis homogen dan
katalis heterogen (James E. Brady, 1990).
2.1. Katalis Homogen
Katalis homogen adalah katalis yang dapat bercampur secara homogen dengan zat
pereaksinya karena mempunyai wujud yang sama.
Contoh Katalis Homogen :
a. Katalis dan pereaksi berwujud gas

2SO2(g) + O2(g)

NO(g)

2SO3(g)

b. Katalis dan pereaksi berwujud cair

C12H22O11(aq) + H2O(l)

H+(aq)

C6H12O6(aq)
glukosa

C6H12O6(aq)
fruktosa

2.2. Katalis Heterogen


Katalis heterogen adalah katalis yang tidak dapat bercampur secara homogen
dengan pereaksinya karena wujudnya berbeda.Contoh Katalis Heterogen :
Katalis berwujud padat, sedang pereaksi berwujud gas.

C2H4(g) + H2(g)

Ni(s)

C2H6(g)

2.3. Autokatalis
Autokatalis adalah zat hasil reaksi yang bertindak sebagai katalis.
Contoh Autokatalis :
CH3COOH yang dihasilkan dari reaksi metil asetat dengan air merupakan autokatalis reaksi
tersebut.
CH3COOCH3(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + CH3OH(aq)
Dengan terbentuknya CH3COOH, reaksi menjadi bertambah cepat.
2.4. Biokatalis
Biokatalis adalah katalis yang bekerja pada proses metabolisme, yaitu enzim.
Contoh Biokatalis :
Enzim hidrolase mempercepat pemecahan bahan makanan melalui reaksi hidrolisis.
2.5. Inhibitor
Inhibitor adalah zat atau senyawa yang kerjanya memperlambat reaksi atau menghentikan
reaksi.
Contoh Inhibitor :
I2 atau CO bersifat inhibitor bagi reaksi:
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l)
2.6. Racun Katalis
Racun katalis adalah inhibitor yang dalam jumlah sangat sedikit dapat mengurangi atau
menghambat kerja katalis.
Contoh Racun Katalis :
CO2, CS2, atau H2S merupakan racun katalis pada reaksi:

2H2(g) + O2(g)

Pt

2H2O(l)

3. KATALIS HETEROGEN
Katalis dapat dibagi berdasarkan dua tipe dasar, heterogen dan homogen. Reaksi
heterogen, katalis berada dalam fase yang berbeda dengan reaktan. Reaksi homogen, katalis
berada dalam fase yang sama dengan reaktan. Proses katalitik menggunakan katalis
heterogen dalam industri pertama kali pada tahun 1857, menggunakan Pt untuk mengoksidasi
SO2 menjadi SO3 dalam larutan asam.
Tabel 1. Beberapa contoh katalis heterogen dalam dunia industri
Reaksi

Katalis

C4H10 Butena dan C4H6 (butadiena)

Cr2O3 - Al2O3

CH4 atau hidrokarbon lain + H2O CO + H2

Ni support

C2H2 + 2H2 C2H6

Pd dalam Al2O3 atau padatan pendukung Ni-Sulfida.


Logam (seperti Pd) pada zeolit

Hidrocraking

Promotor ZnO dengan Cr2O3 atau promoter Cu1


ZnO dengan Cr2O3 atau Al2O3.

CO + 2H2 CH3OH

Mekanisme yang tepat dari katalis heterogen belum dimengerti secara sempurna. Walaupun
demikian tersedianya electron d dan orbital d pada atom-atom permukaan katalis memegang
peranan penting. Oleh karena itu aktifitas katalisis heterogen banyak dilakukan pada sejumlah
besar unsur peralihan (transisi) dan senyawa senyawanya.
Aktifitas katalis banyak dilakukan oleh sejumlah besar unsure peralihan (transisi) dan
senyawa senyawanya. Aktifitas katalisis banyak dilakukan oleh sejumlah besar unsure
peralihan (transisi) dan senyawanya. Tersedianya electron dan orbital d pada atom-atom
permukaan katalis memegang peranan penting. Persyaratan kunci dalam katalisis heterogen ialah
bahwa pereaksi fase gas atau larutan diadsorpsi kepermukaan katalis (Fessenden,1986).
Mekanisme dari katalis padat dengan reaktan fasa gas, dimana terjadi pembentukan
kompleks reaktan dengan katalis setelah pembentukan produk adalah sebagai berikut :
1. Reaktan terbawa oleh aliran gas pembawa sampai kepermukaan luar partikel katalis.
2. Difusi reaktan dari permukaan luar masuk melalui pori dalam partikel katalis.
3. Reaktan diadsorpsi pada sisi aktif katalis sehingga menimbulkan energi adsorpsi
4. Reaksi pembentukan produk antara permukaan sampai terjadinya produk.

5. Produk didesorpsi dari katalis keluar melalui pori bagian partikel katalis.
6. Difusi produk menuju permukaan luar partikel katalis.
7. Produk mengikuti aliran gas pembawa.
Persyaratan kunci dalam katalisis heterogen ialah bahwa pereaksi fase gas atau larutan
diadsorpsi kepermukaan katalis. Tidak semua atom atom permukaan sama efektifnya sebagai
katalis, bagian yang efektif tersebut disebut sisi aktif katalis. Pada dasarnya, katalis heterogen
mencakup adsorpsi pereaksi, difusi pereaksi sepanjang permukaan, reaksi pada sisi aktif
membentuk hasil reaksi yang diadsorpsi, dan lepasnya (desorpsi) hasil reaksi.

4. ZEOLIT
Zeolit dapat ditingkatkan kinerjanya dengan cara menempelkan logam katalis
pada zeolit. Logam yang diembankan pada zeolit akan dapat meningkatkan aktivitas katalis
secara keseluruhan karena logam-zeolit akan memiliki fungsi ganda yaitu disamping logam
sebagai katalis zeolitnya sendiri bersifat katalis, katalis semacam ini biasanya disebut sebagai
katalis bifungsional. Logam yang biasa digunakan untuk katalis biasanya logam-logam transisi.
Logam-logam transisi mempunyai daya adsorpsi yang kuat karena mempunyai
pasangan elektron menyendiri pada orbital d. adanya elektron pada orbital d didukung dengan
keadaan elektron orbital s akan menjadi konsentrasi yang lebih besar pada keaktifan yang tinggi
dalam pemutusan dan pembentukan ikatan kimia. Hal ini yang menyebabkan logam-logam
transisi makin reaktif sebagai katalis (Hegedus, at al, 1999).
Logam transisi Ni dan Mo tersulfidasi memilki prospek untuk digunakan sebagai
katalis hidrodesulfurisasi, hidrodenitrogenasi dan perngkahan. Ni sebagai promotor dan Mo
sulfida sebagai kokatalis yang diemban pada -Alumina dapat mengaktalis proses hidrogenasi
minyak bumi dan minyak batubara di industri (Li 1999a).
5. HIDROGENASI KATALITIK METIL OLEAT MENGGUNAKAN

KATALIS NI/ZEOLIT DAN REAKTOR SISTEM FIXED BED


A. Metode Penelitian

Pembuatan katalis Ni/NZSiA sambil diaduk. Zeolit dengan ukuran lolos


saringan 100 mesh di cuci dengan H2O Pencucian diulang-ulang hingga 3 kali,
kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 1200C selama 2 jam (hingga benarbenar kering). Selanjutnya dioksidasi dengan gas oksigen pada suhu 5000C selama 2
jam dan dikalsinasi dengan gas nitrogen pada suhu 500 0 C selama 2 jam. Laju alir gas
untuk proses kalsinasi dan oksidasi adalah 25 mL/menit.
Proses berikutnya adalah refluks sampel zeolit diatas menggunakan HCl
6M (perbandingan V zeolit : HCl = 1 : 2) sambil diaduk dengan pengaduk magnet

selama 30 menit (Trisunaryanti, 1996). Selanjutnya sampel zeolit dicuci dengan


menggunakan H2O hingga pH sama dengan 6 dan kemudian dikeringkan dalam oven
pada suhu 120 C 0 selama 2 jam dan dilanjutkan dengan oksidasi dengan gas oksigen
pada suhu 500 C selama 2 jam dan kalsinasi dengan gas nitrogen pada suhu 500 C
selama 2 jam. Laju alir gas untuk proses kalsinasi dan oksidasi adalah 25 mL/menit.
Sampel zeolit selanjutnya dilakukan dealuminasi dengan melalui proses
refluks menggunakan Natrium silikat sebanyak 5 % (b/b) yang dilarutkan ke dalam
H2O dan proses dilakukan pada suhu 75 0C selama 2 jam sambil digojog tiap 10
menit. Hasil refluks dikeringkan dalam oven pada suhu 1200C selama 2 jam.
Selanjutnya sampel zeolit direfluks dengan larutan NH Cl 2 M
pada suhu 90

C selama 4 jam dengan pengaduk magnet (Wenmin Zhang and

Panagiotis G. Smirniotis, 1998). Kemudian sampai pH 6 lalu dikeringkan dalam oven


pada suhu 1200Csampel dicuci dengan H2 O selama 2 jam dilanjutkan dengan proses
oksidasi dengan gas oksigen pada suhu 500 C selama 2 jam dan dilanjutkan kalsinasi
dengan gas nitrogen pada suhu 500

C selama 2jam. Proses selanjutnya adalah

impregnasi logam Ni (Ni 2 % (b/b)) pada permukaan sampel zeolit dengan


menggunakan metode semi impregnasi basah.
Karakterisasi Katalis
Karakterisasi katalis meliputi penentuan rasio Si/Al dan penentuan
kandungan kation dengan AAS , penentuan keasaman sampel (katalis) dengan metode
gravimetri, penentuan luas permukaan spesifik dan jari-jari pori dengan Gas Sorption
Analyzer NOVA 1000, serta penentuan kristalinitas dengan XRD.
Pembuatan Metil Oleat
Sebanyak 6 ml metanol dicampur dengan 0,74 ml asam

sulfat kemudian

ditambahkan ke dalam labu leher dua yang berisi 25 ml asam oleat. Campuran tadi
direfluks selama 4 jam dengan temperatur 60 C. Hasil refluks didiamkan semalam.
Selanjutnya lapisan organik (lapisan ester) dipisahkan dari lapisan air menggunakan
corong pisah. Lapisan ester dicuci dengan akuades hingga netral. Ester yang sudah
netral diberi natrium sulfat anhidrous, diaduk kemudian disaring. Metil oleat yang
dihasilkan dipanaskan dalam wadah terbuka pada temperatur 100-120 C. Metil oleat
ini kemudian dianalisis dengan GC-MS.
Proses hidrogenasi katalitik metil oleat
Katalis Ni/Zeolit (dalam bentuk serbuk) dengan variasi jumlah yaitu 5 gram, 10
gram, dan 15 gram ditempatkan dalam kolom reaktor kemudian dipanaskan hingga
temperatur 400 C. Selanjutnya gas hidrogen dengan variasi laju alir 20, 40, 60
mL/min dialirkan melalui 10 gram senyawa umpan sehingga melewati katalis. Produk
yang diperoleh dianalisis dengan GC dan GC-MS. Untuk penentuan umur katalis,
proses hidrogenasi katalitik metil oleat dilakukan C dengan jumlah katalis Ni/Zeolit

10 gram dengan selama 1 jam pada temperatur 400 variasi laju alir H 20, 40, 60
mL/min. Proses tersebut diulang sebanyak 2 kali tanpa mengganti katalis. Produk
yang diperoleh dianalisis dengan GC dan GC-MS.
B. Hasil Penelitian

Dari tabel 1. terlihat bahwa terjadi perubahan kandungan Si, kandungan Al, serta
rasio Si/Al dalam masing-masing sampel. Setelah zeolit alam direfluks dengan HCl dan
dilanjutkan dengan natrium silikat, rasio Si/Al menjadi meningkat. HCl bereaksi dengan alumina
dalam zeolit sehingga menyebabkan terekstraknya Al dari zeolit. Hal ini mengakibatkan
turunnya kandungan Al dalam zeolit sehingga rasio Si/Al naik.
Meningkatnya rasio Si/Al dari sampel NZSi tidak hanya diakibatkan oleh
turunnya kandungan Al tetapi juga akibat naiknya kandungan Si dalam zeolit. Penambahan
natrium silikat pada zeolit akan menyebabkan terjadinya penyisipan Si dalam kerangka zeolit. Si
akan menempati ruang yang ditinggalkan oleh Al atau dapat dikatakan bahwa Si mensubstitusi
Al sehingga kandungan Si dalam sampel zeolit meningkat. Dari tabel 1 terlihat bahwa terjadi
sedikit kenaikan rasio Si/Al pada NZSiA bila dibandingkan dengan NZSi. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi dealuminasi pada zeolit yang telah direndam dengan larutan NH4Cl.

Dari tabel 2. terlihat bahwa perlakuan modifikasi menyebabkan terjadinya perubahan


kandungan logam pada masing-masing katalis.
Perendaman zeolit dalam larutan HCl akan menyebabkan terjadinya pertukaran ion antara
kation-kation dari zeolit dengan proton dari HCl. Hal ini menyebabkan kation-kation dari zeolit
berkurang. Perendaman zeolit ke dalam larutan NH 4Cl ternyata menyebabkan kandungan logam
dalam zeolit khususnya Ca dan Fe menjadi berkurang. Berkurangnya kandungan logam ini
terjadi karena adanya pertukaran kation antara kation-kation dari zeolit dengan ion amonium dari
NH4Cl.

Tabel 2 menunjukkan bahwa nikel dapat diimpregnasikan pada pengemban zeolit

melalui senyawa prekusor Ni(NO3)2 .6H2O. Jumlah nikel yang terimpregnasi adalah 1,06%.
Jumlah ini lebih kecil dari jumlah logam nikel yang diimpregnasikan pada zeolit yaitu 2%.

Keasaman permukaan padatan katalis yang ditentukan dalam penelitian ini adala
keasaman totalnya yang meliputi asam Lewis dan asam Bronsted. Jumlah keasaman situ asam
total diwakili oleh jumlah basa yang teradsorpsi secara keseluruhan.Perendaman zeolit dengan
HCl menyebabkan turunnya jumlah Al dalam zeolite Al sendiri merupakan situs asam Lewis,
sehingga penurunan jumlah Al dalam zeolit jugberarti jumlah situs asam Lewis berkurang.
Namun turunnya Jumlah situs Lewis tidak berarti keasamannya turun karena hal ini diimbangi
dengan meningkatnya kekuatan asam dari situs Lewis tersebut. Ketika zeolit direndam dalam
larutan HCl maka akan terjadi pertukaran ion antar ion H + dari larutan HCl dengan kation-kation
bebas pada zeolit sehingga situs Bronste akan terbentuk.
Apabila zeolit direndam dengan larutan NH4Cl maka situs Bronsted akan
terbentuk. Adanya larutan NH4Cl akan menyebabkan terjadinya pertukaran ion di mana kationkation dalam zeolit diganti oleh ion amonium dari larutan NH4Cl. Selanjutnya pada saat
kalsinasi, ion amonium akan terurai menjadi ion H 2 dan gas H3 . Gas NH akan tetap berada
dalam zeolit. Adanya pembentukan situs Bronsted lepas sedangkan ion H+pada zeolit setelah
direndam dengan larutan NH4Cl akan menyebabkan keasaman zeolite meningkat.

Gambar 1. Hubungan laju gas hidrogen terhadap jumlah produk


Dari gambar 1 terlihat bahwa pada jumlah katalis 5 gram terjadi peningkatan
jumlah produk pada laju hidrogen 40 ml/menit bila dibanding pada laju 20 ml/menit namun
sedikit turun pada laju 60 ml/menit. Pada jumlah katalis 10 g jumlah produk mengalami

penurunan dengan meningkatnya laju alir gas hidrogen. Sedangkan pada jumlah katalis 15 g
jumlah produk paling banyak diperoleh pada laju alir 60 ml/menit.
Hal ini terjadi karena semakin besar laju alir gas hidrogen berarti juga semakin banyak
gas hidrogen yang terlibat dalam reaksi namun laju alir yang semakin besar juga berarti bahwa
waktu kontak antara katalis dan reaktan semakin kecil.

Gambar 2. Hubungan jumlah pemakaian katalis terhadap % produk

Dari gambar 2 terlihat bahwa pada laju alir gas H 2 20 ml/menit aktivitas katalis akan turun
setelah digunakan pada pemakaian kedua dan ketiga. Hal ini disebabkan karena adanya kokas
yang menutup situs aktif katalis. Namun pada laju alir gas H 2 40 ml/menit dan 60 ml/menit
ternyata aktivitas katalis sedikit meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya jumlah gas
hidrogen yang cukup untuk membuat kokas (karbon) bereaksi membentuk hidrokarbon sehingga
permukaan katalis menjadi aktif kembali.
Sekadar info saja, fatty acid dan fatty alcohol merupakan turunan dari oleokimia
dasar, dimana oleokimia juga merupakan hasil kimia dari minyak kelapa sawit (CPO). Fatty acid
umumnya digunakan untuk industri makanan, kosmetik, dan sabun, dan keperluan produksi
plastik, karet, dan pelumas. Sementara, fatty alcohol untuk detegen cair, sampo, dan kosmetik.
Adapun, prospek pasar fatty alcohol masih sangat menjanjikan. Berdasarkan
Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI), pasar utama produk fatty alcoholdunia tahun 2000
adalah Amerika Seikat, Jepang, Perancis, Jerman, Italia, Inggris, Spanyol, Belgia, Meksiko,
Belanda, dan Brasil. Berbagai negara ini menyerap 79,6% dari total volume impor fatty
alcohol dunia. Sementara, pasar utama produk fatty acid merupakan Jerman, Belanda, Perancis,
Inggris, Spanyol, Singapura, dan Denmark, yang menyerap 59,8% total volume imporfatty
acid dunia.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Keberadaan konsentrasi sangat berpengaruh terhadap proses hidrogenasi untuk


menghasilkan fatty alkohol didapatkan pada katalis 5 gram terjadi peningkatan jumlah produk
pada laju hidrogen 40 ml/menit bila dibanding pada laju 20 ml/menit namun sedikit turun pada
laju 60 ml/menit. Pada jumlah katalis 10 g jumlah produk mengalami penurunan dengan
meningkatnya laju alir gas hidrogen. Sedangkan pada jumlah katalis 15 g jumlah produk paling
banyak diperoleh pada laju alir 60 ml/menit.
Dealuminasi zeolit dengan HCL, NH4Cl, dan Natrium silikat menyebabkan
peningkatan keasaman katalis, peningkatan rasio Si/Al, turunnya kandungan kation Ca dan Fe.
Semakin besar laju alir gas hidrogen berarti juga semakin banyak gas hidrogen yang terlibat
dalam reaksi namun laju alir yang semakin besar juga berarti bahwa waktu kontak antara katalis
dan reaktan semakin kecil. Katalis yang digunakan berulang kali akan mengalami deaktivasi
namun adanya jumlah hidrogen yang cukup dapat membuat katalis kembali aktif.

DAFTAR PUSTAKA

Augustine, R.L., 1996, Heterogeneous Catalysis for Chemist, Marcel Dekker Inc., New
York.

Bell, A.T., 1987, Support and Metal Support Interaction in Catalyst Design, John Wiley &
Sons, New York.

Boudart, M., Bell A.T., 1987, Catalyst Design, Edisi I, A Wiley-Interscience Publication,
New York.

Bond, G.C., 1968, Principles of Catalysts, 2ed, W.Heffer and Sons Ltd., London.

Satterfield, C.N., 1980, Heterogenous Catalysis in Practices, New York: McGraw-Hill


Book Co.

Setyawan P.H.D., 2002, Preparasi Katalis Cr/Zeolit Melalui Modifikasi Zeolit Alam,
Jurnal Ilmu Dasar, Universitas Jember, Volume 3 No.1, Januari 2002.

Setyawan P.H.D., 2002, Pengaruh Perlakuan Asam, Hidrotermal dan Impregnasi


LogamKromium Pada Zeolit Alam dalam Preparasi Katalis, Jurnal Ilmu DasarUniversitas
Jember, Volume 3 No.2, Juli 2002.

Trisunaryanti, W., Shiba, R., Miura, M., Nomura, M., Nishiyama, M., and Matsukata, M.,

1996,
Characterization and Modification of Indonesian Natural Zeolites and Their Properties
for Hydrocracking of Paraffin, Journal of The Japan Petroleum Institute, Volume 39

Anda mungkin juga menyukai