Dosen Pengampu:
HERIYANTI
Disusun Oleh :
DIKI MULYAWAN
SLAMET RIYANTO (F1C111059)
SIGIT SUSILO
MUHAMMAD RIVAI
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AJARAN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI KATALIS
Katalis adalah zat yang ditambahkan pada reaksi kimia dengan tujuan untuk
mempercepat reaksi tersebut. Katalis dapat mempercepat reaksi kekanan atau kekiri sehingga
keadaan setimbang lebih cepat tercapai, katalis ini disebut dengan katalis positif.
Penambahan katalis juga dapat menghambat reaksi, katalis tersebut disebut katalis negative
atau anti katalis atau inhibitor.
Penambahan katalis akan mempengaruhi laju reaksi. Pada teori tumbukan dan
distribusi energi molecular Maxwell Boltzman pada gas, tumbukan-tumbukan
menghasilkan reaksi jika partikel-partikel bertumbukan dengan energi yang cukup untuk
memulai suatu reaksi. Energi minimum yang diperlukan disebut dengan reaksi aktifitas
reaksi.
2. JENIS-JENIS KATALIS
Berdasarkan wujudnya, katalis dapat dibedakan menjadi katalis homogen dan
katalis heterogen (James E. Brady, 1990).
2.1. Katalis Homogen
Katalis homogen adalah katalis yang dapat bercampur secara homogen dengan zat
pereaksinya karena mempunyai wujud yang sama.
Contoh Katalis Homogen :
a. Katalis dan pereaksi berwujud gas
2SO2(g) + O2(g)
NO(g)
2SO3(g)
C12H22O11(aq) + H2O(l)
H+(aq)
C6H12O6(aq)
glukosa
C6H12O6(aq)
fruktosa
C2H4(g) + H2(g)
Ni(s)
C2H6(g)
2.3. Autokatalis
Autokatalis adalah zat hasil reaksi yang bertindak sebagai katalis.
Contoh Autokatalis :
CH3COOH yang dihasilkan dari reaksi metil asetat dengan air merupakan autokatalis reaksi
tersebut.
CH3COOCH3(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + CH3OH(aq)
Dengan terbentuknya CH3COOH, reaksi menjadi bertambah cepat.
2.4. Biokatalis
Biokatalis adalah katalis yang bekerja pada proses metabolisme, yaitu enzim.
Contoh Biokatalis :
Enzim hidrolase mempercepat pemecahan bahan makanan melalui reaksi hidrolisis.
2.5. Inhibitor
Inhibitor adalah zat atau senyawa yang kerjanya memperlambat reaksi atau menghentikan
reaksi.
Contoh Inhibitor :
I2 atau CO bersifat inhibitor bagi reaksi:
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l)
2.6. Racun Katalis
Racun katalis adalah inhibitor yang dalam jumlah sangat sedikit dapat mengurangi atau
menghambat kerja katalis.
Contoh Racun Katalis :
CO2, CS2, atau H2S merupakan racun katalis pada reaksi:
2H2(g) + O2(g)
Pt
2H2O(l)
3. KATALIS HETEROGEN
Katalis dapat dibagi berdasarkan dua tipe dasar, heterogen dan homogen. Reaksi
heterogen, katalis berada dalam fase yang berbeda dengan reaktan. Reaksi homogen, katalis
berada dalam fase yang sama dengan reaktan. Proses katalitik menggunakan katalis
heterogen dalam industri pertama kali pada tahun 1857, menggunakan Pt untuk mengoksidasi
SO2 menjadi SO3 dalam larutan asam.
Tabel 1. Beberapa contoh katalis heterogen dalam dunia industri
Reaksi
Katalis
Cr2O3 - Al2O3
Ni support
Hidrocraking
CO + 2H2 CH3OH
Mekanisme yang tepat dari katalis heterogen belum dimengerti secara sempurna. Walaupun
demikian tersedianya electron d dan orbital d pada atom-atom permukaan katalis memegang
peranan penting. Oleh karena itu aktifitas katalisis heterogen banyak dilakukan pada sejumlah
besar unsur peralihan (transisi) dan senyawa senyawanya.
Aktifitas katalis banyak dilakukan oleh sejumlah besar unsure peralihan (transisi) dan
senyawa senyawanya. Aktifitas katalisis banyak dilakukan oleh sejumlah besar unsure
peralihan (transisi) dan senyawanya. Tersedianya electron dan orbital d pada atom-atom
permukaan katalis memegang peranan penting. Persyaratan kunci dalam katalisis heterogen ialah
bahwa pereaksi fase gas atau larutan diadsorpsi kepermukaan katalis (Fessenden,1986).
Mekanisme dari katalis padat dengan reaktan fasa gas, dimana terjadi pembentukan
kompleks reaktan dengan katalis setelah pembentukan produk adalah sebagai berikut :
1. Reaktan terbawa oleh aliran gas pembawa sampai kepermukaan luar partikel katalis.
2. Difusi reaktan dari permukaan luar masuk melalui pori dalam partikel katalis.
3. Reaktan diadsorpsi pada sisi aktif katalis sehingga menimbulkan energi adsorpsi
4. Reaksi pembentukan produk antara permukaan sampai terjadinya produk.
5. Produk didesorpsi dari katalis keluar melalui pori bagian partikel katalis.
6. Difusi produk menuju permukaan luar partikel katalis.
7. Produk mengikuti aliran gas pembawa.
Persyaratan kunci dalam katalisis heterogen ialah bahwa pereaksi fase gas atau larutan
diadsorpsi kepermukaan katalis. Tidak semua atom atom permukaan sama efektifnya sebagai
katalis, bagian yang efektif tersebut disebut sisi aktif katalis. Pada dasarnya, katalis heterogen
mencakup adsorpsi pereaksi, difusi pereaksi sepanjang permukaan, reaksi pada sisi aktif
membentuk hasil reaksi yang diadsorpsi, dan lepasnya (desorpsi) hasil reaksi.
4. ZEOLIT
Zeolit dapat ditingkatkan kinerjanya dengan cara menempelkan logam katalis
pada zeolit. Logam yang diembankan pada zeolit akan dapat meningkatkan aktivitas katalis
secara keseluruhan karena logam-zeolit akan memiliki fungsi ganda yaitu disamping logam
sebagai katalis zeolitnya sendiri bersifat katalis, katalis semacam ini biasanya disebut sebagai
katalis bifungsional. Logam yang biasa digunakan untuk katalis biasanya logam-logam transisi.
Logam-logam transisi mempunyai daya adsorpsi yang kuat karena mempunyai
pasangan elektron menyendiri pada orbital d. adanya elektron pada orbital d didukung dengan
keadaan elektron orbital s akan menjadi konsentrasi yang lebih besar pada keaktifan yang tinggi
dalam pemutusan dan pembentukan ikatan kimia. Hal ini yang menyebabkan logam-logam
transisi makin reaktif sebagai katalis (Hegedus, at al, 1999).
Logam transisi Ni dan Mo tersulfidasi memilki prospek untuk digunakan sebagai
katalis hidrodesulfurisasi, hidrodenitrogenasi dan perngkahan. Ni sebagai promotor dan Mo
sulfida sebagai kokatalis yang diemban pada -Alumina dapat mengaktalis proses hidrogenasi
minyak bumi dan minyak batubara di industri (Li 1999a).
5. HIDROGENASI KATALITIK METIL OLEAT MENGGUNAKAN
sulfat kemudian
ditambahkan ke dalam labu leher dua yang berisi 25 ml asam oleat. Campuran tadi
direfluks selama 4 jam dengan temperatur 60 C. Hasil refluks didiamkan semalam.
Selanjutnya lapisan organik (lapisan ester) dipisahkan dari lapisan air menggunakan
corong pisah. Lapisan ester dicuci dengan akuades hingga netral. Ester yang sudah
netral diberi natrium sulfat anhidrous, diaduk kemudian disaring. Metil oleat yang
dihasilkan dipanaskan dalam wadah terbuka pada temperatur 100-120 C. Metil oleat
ini kemudian dianalisis dengan GC-MS.
Proses hidrogenasi katalitik metil oleat
Katalis Ni/Zeolit (dalam bentuk serbuk) dengan variasi jumlah yaitu 5 gram, 10
gram, dan 15 gram ditempatkan dalam kolom reaktor kemudian dipanaskan hingga
temperatur 400 C. Selanjutnya gas hidrogen dengan variasi laju alir 20, 40, 60
mL/min dialirkan melalui 10 gram senyawa umpan sehingga melewati katalis. Produk
yang diperoleh dianalisis dengan GC dan GC-MS. Untuk penentuan umur katalis,
proses hidrogenasi katalitik metil oleat dilakukan C dengan jumlah katalis Ni/Zeolit
10 gram dengan selama 1 jam pada temperatur 400 variasi laju alir H 20, 40, 60
mL/min. Proses tersebut diulang sebanyak 2 kali tanpa mengganti katalis. Produk
yang diperoleh dianalisis dengan GC dan GC-MS.
B. Hasil Penelitian
Dari tabel 1. terlihat bahwa terjadi perubahan kandungan Si, kandungan Al, serta
rasio Si/Al dalam masing-masing sampel. Setelah zeolit alam direfluks dengan HCl dan
dilanjutkan dengan natrium silikat, rasio Si/Al menjadi meningkat. HCl bereaksi dengan alumina
dalam zeolit sehingga menyebabkan terekstraknya Al dari zeolit. Hal ini mengakibatkan
turunnya kandungan Al dalam zeolit sehingga rasio Si/Al naik.
Meningkatnya rasio Si/Al dari sampel NZSi tidak hanya diakibatkan oleh
turunnya kandungan Al tetapi juga akibat naiknya kandungan Si dalam zeolit. Penambahan
natrium silikat pada zeolit akan menyebabkan terjadinya penyisipan Si dalam kerangka zeolit. Si
akan menempati ruang yang ditinggalkan oleh Al atau dapat dikatakan bahwa Si mensubstitusi
Al sehingga kandungan Si dalam sampel zeolit meningkat. Dari tabel 1 terlihat bahwa terjadi
sedikit kenaikan rasio Si/Al pada NZSiA bila dibandingkan dengan NZSi. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi dealuminasi pada zeolit yang telah direndam dengan larutan NH4Cl.
melalui senyawa prekusor Ni(NO3)2 .6H2O. Jumlah nikel yang terimpregnasi adalah 1,06%.
Jumlah ini lebih kecil dari jumlah logam nikel yang diimpregnasikan pada zeolit yaitu 2%.
Keasaman permukaan padatan katalis yang ditentukan dalam penelitian ini adala
keasaman totalnya yang meliputi asam Lewis dan asam Bronsted. Jumlah keasaman situ asam
total diwakili oleh jumlah basa yang teradsorpsi secara keseluruhan.Perendaman zeolit dengan
HCl menyebabkan turunnya jumlah Al dalam zeolite Al sendiri merupakan situs asam Lewis,
sehingga penurunan jumlah Al dalam zeolit jugberarti jumlah situs asam Lewis berkurang.
Namun turunnya Jumlah situs Lewis tidak berarti keasamannya turun karena hal ini diimbangi
dengan meningkatnya kekuatan asam dari situs Lewis tersebut. Ketika zeolit direndam dalam
larutan HCl maka akan terjadi pertukaran ion antar ion H + dari larutan HCl dengan kation-kation
bebas pada zeolit sehingga situs Bronste akan terbentuk.
Apabila zeolit direndam dengan larutan NH4Cl maka situs Bronsted akan
terbentuk. Adanya larutan NH4Cl akan menyebabkan terjadinya pertukaran ion di mana kationkation dalam zeolit diganti oleh ion amonium dari larutan NH4Cl. Selanjutnya pada saat
kalsinasi, ion amonium akan terurai menjadi ion H 2 dan gas H3 . Gas NH akan tetap berada
dalam zeolit. Adanya pembentukan situs Bronsted lepas sedangkan ion H+pada zeolit setelah
direndam dengan larutan NH4Cl akan menyebabkan keasaman zeolite meningkat.
penurunan dengan meningkatnya laju alir gas hidrogen. Sedangkan pada jumlah katalis 15 g
jumlah produk paling banyak diperoleh pada laju alir 60 ml/menit.
Hal ini terjadi karena semakin besar laju alir gas hidrogen berarti juga semakin banyak
gas hidrogen yang terlibat dalam reaksi namun laju alir yang semakin besar juga berarti bahwa
waktu kontak antara katalis dan reaktan semakin kecil.
Dari gambar 2 terlihat bahwa pada laju alir gas H 2 20 ml/menit aktivitas katalis akan turun
setelah digunakan pada pemakaian kedua dan ketiga. Hal ini disebabkan karena adanya kokas
yang menutup situs aktif katalis. Namun pada laju alir gas H 2 40 ml/menit dan 60 ml/menit
ternyata aktivitas katalis sedikit meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya jumlah gas
hidrogen yang cukup untuk membuat kokas (karbon) bereaksi membentuk hidrokarbon sehingga
permukaan katalis menjadi aktif kembali.
Sekadar info saja, fatty acid dan fatty alcohol merupakan turunan dari oleokimia
dasar, dimana oleokimia juga merupakan hasil kimia dari minyak kelapa sawit (CPO). Fatty acid
umumnya digunakan untuk industri makanan, kosmetik, dan sabun, dan keperluan produksi
plastik, karet, dan pelumas. Sementara, fatty alcohol untuk detegen cair, sampo, dan kosmetik.
Adapun, prospek pasar fatty alcohol masih sangat menjanjikan. Berdasarkan
Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI), pasar utama produk fatty alcoholdunia tahun 2000
adalah Amerika Seikat, Jepang, Perancis, Jerman, Italia, Inggris, Spanyol, Belgia, Meksiko,
Belanda, dan Brasil. Berbagai negara ini menyerap 79,6% dari total volume impor fatty
alcohol dunia. Sementara, pasar utama produk fatty acid merupakan Jerman, Belanda, Perancis,
Inggris, Spanyol, Singapura, dan Denmark, yang menyerap 59,8% total volume imporfatty
acid dunia.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Augustine, R.L., 1996, Heterogeneous Catalysis for Chemist, Marcel Dekker Inc., New
York.
Bell, A.T., 1987, Support and Metal Support Interaction in Catalyst Design, John Wiley &
Sons, New York.
Boudart, M., Bell A.T., 1987, Catalyst Design, Edisi I, A Wiley-Interscience Publication,
New York.
Bond, G.C., 1968, Principles of Catalysts, 2ed, W.Heffer and Sons Ltd., London.
Setyawan P.H.D., 2002, Preparasi Katalis Cr/Zeolit Melalui Modifikasi Zeolit Alam,
Jurnal Ilmu Dasar, Universitas Jember, Volume 3 No.1, Januari 2002.
Trisunaryanti, W., Shiba, R., Miura, M., Nomura, M., Nishiyama, M., and Matsukata, M.,
1996,
Characterization and Modification of Indonesian Natural Zeolites and Their Properties
for Hydrocracking of Paraffin, Journal of The Japan Petroleum Institute, Volume 39