Anda di halaman 1dari 15

Dimensia Alzheimer

Yanti Ariyanni/ 406091063

DEMENSIA

I. Pendahuluan
Dimensia merupakan masalah besar dan serius yang dihadapi oleh
Negara- Negara maju dan telah pula menjadi masalah kesehatan yang mulai
muncul di Negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini disebabkan oleh
makin mengemukanya penyakit- penyakit degeneratif

serta makin

meningkatnya usia harapan hidup di hampir seluruh belahan dunia. Studi


prevalensi menunjukan bahwa di Amerika Serikat, pada populasi diatas umur
65 tahun, presentase orang dengan Alzheimer ( penyebab terbesar dimensia )
meningkat dua kali lipat setiap pertambahan umur 5 tahun. Secara klinis
munculnya dimensia pada seorang usia lanjut sering tidak disadari karena
awitannya tidak yang tidak jelas dan perjalanan penyakitnya progresif namun
perlahan.

II. Definisi
Menurut PPDGJ III, definisi demensia adalah suatu sindrom akibat
penyakit/gangguan otak yang biasanya sifat kronik-progresif, dimana terdapat
gangguan fungsi luhur kortikal yang multiple ( multiple higher cortical
function ), termasuk di dalamnya : daya ingat, daya pikir, orientasi, daya
tangkap ( comprehension ), berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan
daya nilai ( judgement ). Umumnya disertai, dan adanya diawali, dengan
kemerosotan ( deterioration ) dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau
motivasi hidup.

1
Kepaniteraan klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha- Cibubur
Periode 30 Mei- 2 Juli 2011

Dimensia Alzheimer

Yanti Ariyanni/ 406091063

III. Pembagian Dimensia


Dimensia dibagi 2:
1. Reversibel
D drugs ( obat-obatan)
I - emosional ( gangguan emosi, misalnya depresi)
M metabolic atau endokrin
E - eye and ear ( disfungsi mata dan telinga)
N - nutritional
S tumor dan trauma
I - infeksi
A- Arteroskerosis
2. Non- reversible
Demensia Degeneratif

Penyakit Alzheimer

Penyakit Pick

Khorea Huntington

Penyakit Parkinson

Kelumpuhan supranuklear progresi

Demensia Vaskular

Multi infarks

Embolisme serebral

Arteritis

Anoksia sekunder akibat henti jantung , gagal jantung


akibat intoksikasi karbon monoksida.

Demensia Trauma

Perlukaan kranio- serebral

2
Kepaniteraan klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha- Cibubur
Periode 30 Mei- 2 Juli 2011

Dimensia Alzheimer

Yanti Ariyanni/ 406091063

IV. Gambaran klinik


Gambaran utama demensia adalah munculnya gangguan fungsi intelektual
dan memori didapat yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan
dengan gangguan tingkat kesadaran. Dimensia merujuk pada sindrom klinis yang
mempunyai bermacam penyebab. Pasien dengan dimensia harus mempunyai
gangguan memori selain kemampuan mental lain seperti berpikir abstrak,
penilaian, kepribadian, bahasa, praksis dan visuospasial. Defisit yang terjadi harus
cukup berat sehingga mempengaruhi aktivitas kerja dan sosial secara bermakna.
Gambaran klinik demensia secara umum adalah :

Gangguan memori

Afasia

Apraksia

Agnosia

Gangguan fungsi eksekutif

Perubahan kepribadian

V. Pedoman Diagnosis demensia, menurut PPDGJ III

Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang

smapai menganggu kegiatan sehari- hari seseorang ( personal aktivities of


daily living ) seperti : mandi, berpakaian, makan kebersihan diri, buang
air besar dan kecil.

Tidak ada gangguan kesadaran ( clear consciousness).

Gejala dan disabolitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan.

3
Kepaniteraan klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha- Cibubur
Periode 30 Mei- 2 Juli 2011

Dimensia Alzheimer

Yanti Ariyanni/ 406091063

DEMENSIA ALZHEIMER
I. Definisi
Penyakit Alzheimer adalah penyakit neurodegeneratif yang paling sering
ditemukan. Karakteristik penyakit ini terjadi perubahan koqnitif dan kepribadian
disertai perubahan struktur yang abnormal diotak.
Penyakit Alzheimer ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh
seorang ahli Psikiatri dan neuropatologi yang bernama Alois Alzheimer. Ia
mengobservasi seorang wanita berumur 51 tahun, yang mengalami gangguan
intelektual dan memori serta tidak mengetahui kembali ketempat tinggalnya,
sedangkan wanita itu tidak mengalami gangguan anggota gerak, koordinasi dan
reflek. Pada autopsi tampak bagian otak mengalami atropi yang difus dan simetri,
dan secara nikroskopik tampak bagian kortikal otak mengalami neuritis plaque
dan degenerasi neurofibrillary.
Definisi demensia Alzheimer adalah demensia yang disebabkan oleh
Alzheimer, yang berarti demensia yang disertai oleh perubahan patologis di otak
penderitanya dengan waktu penyebaran sekitar 5 sampai 20 tahun .
Penyakit ini mengenai 10-15% orang diatas usia 65 tahun, dan mungkin
20% dari kelompok usia diatas 80 tahun. Etiologi penyakit alhzeimer belum
diketahui. Ditemukan meningkatnya pengurangan jumlah sel neuron di susunan
saraf pusat, mungkin oleh gangguan system enzim intraseluler, enzim yang
terlibat dalam bio-sintetase neurotransmier.

4
Kepaniteraan klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha- Cibubur
Periode 30 Mei- 2 Juli 2011

Dimensia Alzheimer

Yanti Ariyanni/ 406091063

Kriteria diagnostik demensia pada penyakit Alzheimer menurut PPDGJ III :

Terdapatnya gejala demensia

Onset bertahap ( insidious onset ) dengan deteriorasi lambat. Onset


biasanya sulit ditentukan waktunya yang persis, tiba tiba orang lain
sudah menyadari adanya kelainan tersebut. Dalam perjalanan
penyakitnya dapat terjadi suatu taraf yang stabil ( plateau ) secara
nyata.

Tidak adanya bukti klinis, atau temuan dari pemeriksaan khusus yang
menyatakan bahwa kondisi mental itu dapat disebabkan oleh penyakit
otak atau sistemik lain yang dapat menimbulkan demensia ( misalnya
hipotiroidisme, hiperkalsemia, defisiensi vitamin B12, defisiensi
niasin, neurosifilis, hidrosefalus bertekanan normal, atau hematoma
subdural ).

Tidak adanya serangan apoleptik mendadak, atau gejala neurologik


kerusakan otak fokal seperti hemiparesis, hilangnya daya sensorik,
defek lapangan pandang mata, dan inkoordinasi yang terjadi dalam
masa dini dari gangguan itu ( walaupun fenomena ini di kemudian
hari dapat bertumpang tidih ).

II. Etiologi
Penyebab penyakit Alzheimer tidak diketahui dengan pasti , tetapi
beberapa teori menerangkan kemungkinan adanya faktor kromosom atau genetik
( gen apoprotein E4), usia, riwayat keluarga, radikal bebas, toksin amiloid,
pengaruh logam alumunium, akibat infeksi virus lambat atau pengaruh
lingkungan lain.

5
Kepaniteraan klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha- Cibubur
Periode 30 Mei- 2 Juli 2011

Dimensia Alzheimer

Yanti Ariyanni/ 406091063

III. Patofisiologi

Komponen utama patologi penyakit Alzheimer adalah plak senilis dan


neuritik, neurofibrillary tangles (NFTs), hilangnya neuron / sinaps , degenerasi
granulovakuolar dan Hirano bodies . plak neuritik mengandung b-amyloid
eksraseluler yang dikelilingi neuritis distrotik, sementara difuse. Adanya plak
senilis adalah satu gambaran patologis utama yang penting untuk diagnosis
penyakit Alzheimer.
Meskipun adanya NFTs dan plak senilis merupakan karakteristik dari
Alzheimer, mereka bukanlah suatu patognomonik. Sebab, dapat juga ditemukan
pada berbagai penyakit neurodegeneratif lainnya yang berbeda dengan Alzheimer,
seperti pada penyakit supranuklear palsy yang progresif dan demensia pugilistika
dan pada proses penuaan normal. Distribusi NFTs dan plak senilis harus dalam
jumlah yang signifikan dan menempati topograpfik yang khas untuk Alzheimer.
NFTs dengan berat molekul yang rendah dan terdapat hanya di hippokampus,
merupakan tanda dari proses penuaan yang normal. Tapi bila terdapat di daerah

6
Kepaniteraan klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha- Cibubur
Periode 30 Mei- 2 Juli 2011

Dimensia Alzheimer

Yanti Ariyanni/ 406091063

medial lobus temporal, meski hanya dalam jumlah yang kecil sudah merupakan
suatu keadaaan yang abnormal.
Mekanisme patofisiologis yang mendasari penyakit Alzheimer adalah
terputusnya hubungan antar bagian-bagian korteks akibat hilangnya neuron
pyramidal berukuran medium yang berfungsi sebagai penghubung bagian-bagian
tersebut, dan digantikan oleh lesi-lesi degeneratif yang bersifat toksik terhadap
sel-sel neuron terutrama pada daerah hipokampus, korteks dan ganglia basalis.
Hilangnya neuron-neuron yang bersifat kolinergik tersebut, meneyebabkan
menurunnya kadar neurotransmitter asetilkolin di otak. Otak menjadi atropi
dengan sulkus yang melebar dan terdapat peluasan ventrikel-ventrikel serebral.

IV. Faktor resiko


Faktor resiko bagi penyakit Alzheimer :

Riwayat demensia dalam keluarga

Umur yang lanjut

Apo E e4, alele 4

Sindrom Down

Trauma Kepala

Pendidikan dan Etnik

Depresi

Hiperkolesterol dan penyakit vaskuler

7
Kepaniteraan klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha- Cibubur
Periode 30 Mei- 2 Juli 2011

Dimensia Alzheimer

Yanti Ariyanni/ 406091063

IV. Tingkatan gejala


1. Stadium I ( Stadium Amnesia )
Berlangsung 2 4 tahun

Gangguan memori , terutama memori jangka pendek

Kegiatan sehari hari di lingkungan keluarga yang sudah dikenal tidak


terganggu, namun bila penderita dihadapkan pada situasi baru atau atau harus
mengingat sesuatu secara aktif maka kesalahan dapat terjadi.

Pemahaman dan menyatakan pendapat yang kompleks, pemikiran abstrak,


dan pertimbangan yang kritis menjadi berkurang.

Gelisah, capai, depresi.

2. Stadium II ( Stadium bingung )


Berlangsung selama 2 10 tahun
Afasia, agnosia, apraksia, dan disorientasi waktu dan tempat lambat laun
menjadi lebih nyata
Agresif, dan ingin mengembara, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan
Salah mengenali anggota keluarga
Nama anak tidak diingat dan dikenal lagi.
3. Stadium III ( Stadium akhir )
Setelah 6 12 tahun sakit
Pasien menjadi akinetik dan membisu
Inkiontinensia urin dan alvi
Tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasar
Kebersihan diri dan nutrisi tidak diperhitungkan lagi.
Kematian bisa terjadi karena penyebab yang tidak spesifik, misalnya
pneumonia atau sepsis.

8
Kepaniteraan klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha- Cibubur
Periode 30 Mei- 2 Juli 2011

Dimensia Alzheimer

Yanti Ariyanni/ 406091063

VI. Gejala penyakit


Berdasarkan Alzheimer's Disease and Related Disorders Association (2001),
terdapat 10 gejala penyakit Demensia Alzheimer :
1. Hilang Ingatan.
Salah satu dari gejala awal demensia adalah melupakan informasi yang baru
dipelajari. Penderita juga akan melupakan berbagai hal seperti itu lebih
sering dan kemudian tidak ingat akan hal tersebut sama sekali.
2. Sulit untuk mengerjakan tugas yang sudah familiar.
Penderita demensia sulit untuk mengerjakan tugas yang sudah merupakan
tugas sehari-hari mereka.
3. Bermasalah dengan bahasa.
Penderita akan sulit menemukan kata yang tepat, bahkan sinonim termudah
dari kata tersebut akan sulit untuk mereka ucapkan.
4. Disorientasi waktu dan tempat.
Penderita mudah tersesat di jalan dekat rumahnya, dan ia tidak tahu
bagaimana jalan untuk kembali ke rumah.
5. Kurang baik dalam mengambil keputusan.
Penderita tidak bisa memutuskan sesuatu tepat dengan kondisi yang ada.
Misalkan dalam berpakaian mereka akan memilih baju yang tidak sesuai
dengan cuaca.
6. Bermasalah dengan pemikiran abstrak.
Menyeimbangkan buku cek mungkin menjadi tugas sulit bagi penderita.
Mereka biasanya lupa berapa jumlah atau angkanya dan apa yang harus
9
Kepaniteraan klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha- Cibubur
Periode 30 Mei- 2 Juli 2011

Dimensia Alzheimer

Yanti Ariyanni/ 406091063

mereka lakukan dengan angka-angka tersebut.


7. Salah menempatkan segala sesuatu.
Penderita biasanya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Misalkan ia
akan membuat es, namun justru memasukannya ke dalam pemanas nasi.
8. Perubahan mood dan tingkah laku.
Penderita akan mengalami perubahan mood dan tingkah laku. Misalnya dari
seorang yang bisa mengontrol emosinya serta penyabar menjadi kasar dan
penuh emosi.
9. Perubahan kepribadian.
Kepribadian penderita sangat berubah. Menjadi benar-benar kacau, penuh
kecurigaan, katakutan atau terlalu bergantung pada orang lain.
10. Kehilangan inisiatif.
Lelah akibat pekerjaan rumah, aktivitas bisnis, atau kewajiban sosial
sesekali waktu adalah wajar. Namun demikian, orang yang mengidap
Alzheimer dapat menjadi pasif, duduk di depan televisi berjam-jam, tidur
lebih dari biasanya dan enggan melakukan aktivitas seperti biasanya

VII. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi
neuropatologi. Secara umum didapatkan atropi yang bilateral, simetris, sering
kali berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).
Kelainan neuropatologi pada Penyakit Alzheimer terdiri dari
neurofibrillary tangles, senile plaque, dan degenerasi neuron.

10
Kepaniteraan klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha- Cibubur
Periode 30 Mei- 2 Juli 2011

Dimensia Alzheimer

Yanti Ariyanni/ 406091063

Pemeriksaan kognitif dan neuropsikologik


Pemeriksaan yang sering digunakan untuk evaluasi dan konfirmasi
penurunan fungsi kognitif adalah MMSE ( the mini mental status
examination). MMSE merupakan pemeriksaan yang mudah, dan cepat
dikerjakan, berupa 30 point- test terhadap fungsi kognitif dan berisikan pula
uji orientasi, memori, komperhensi bahasa. Pada penyakit Alzheimer deficit
yang terlibat berupa memori episodic, dan kemampuan visuokonstruktif.

CT-Scan dan MRI kepala


Pemeriksaan ini dapat mendukung diagnosis penyakit alhzeimer
terutama bila terdapat atrofi hipokampus selain adanya atrofi kortikal yang
difus.

PET (Positron Emission Tomography) dan SPECT (Single Photon Emission


Computed Tomography)
Dapat menunjukan hipoperfusi atau hipometabolisme temporal parietal
pada penyakit Alhzeimer.

Laboratorium darah
Tes laboratorium pada pasien dimensia tidak dilakukan pada seluruh kasus.
Penyebab yang reversibel dan dapat diatasi seharusnya tidak boleh terlewat.
Pemeriksaan fungsi tiroid, hati, ginjal, kadar vitamin B 12, darah lengkap,
elektrolit, dan VDRL, pemeriksaan toksin di urin/ darah, direkomendasikan
diperiksa.

11
Kepaniteraan klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha- Cibubur
Periode 30 Mei- 2 Juli 2011

Dimensia Alzheimer

Yanti Ariyanni/ 406091063

VIII. Terapi
1. Inhibitor kolinesterase
Penghambat kolinesterase memperpanjang kerja asetilkolin di
reseptor kolinergik pasca sinaps. Saat ini obat penghambat kolinesterase
merupakan terapi obat pilihan terhadap penyakit Alzheimer.
Obat obatan yang etrmasuk golongan ini adalah :
Donepezil ( Aricept ), untuk tingkatan ringan-berat . Dosis efektif :
5-10 mg perhari.
Rivastigmine ( Exelon ), untuk tingkatan gejala ringan- berat. Dosis
efektif: 6-12 mg perhari.
Galantamine ( Razadyne dan Razadyne ER ), untuk tingkatan ringansedang. Dosis efektif : 16-24 mg perhari.
2. Memantine ( Namenda )
Bekerja dengan cara mengaktivasi neurotransmitter glutamate.
Obat ini digunakan sebagai pengobatan untuk pengobatan Alzheimer
tingkat menengah sampai berat.
Sediaan tablet, 10 mg . 2 x sehari. Dosis efektif 20 mg perhari.

3. Antioksidant ( Selegilin dan vit. E )


Terapi antioksidan pada alzhimer sedang giat disediliki. Kerjanya
memblok radikal bebas.
Selegilin ( 5 mg, 2 x sehari )
Vit. E ( 2 x 1000U sehari )

12
Kepaniteraan klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha- Cibubur
Periode 30 Mei- 2 Juli 2011

Dimensia Alzheimer

Yanti Ariyanni/ 406091063

X. Prognosis
Nilai prognosa tergantung pada 3 faktor yaitu:
1. Derajat beratnya penyakit
2. Variabilitas gambaran klinis
3. Perbedaan individual seperti usia, keluarga demensia dan jenis kelamin
Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling
mempengaruhi prognostik penderita alzheimer. Pasien dengan penyakit alzheimer
mempunyai angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis dan
biasanya meninggal dunia akibat infeksi sekunder.

13
Kepaniteraan klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha- Cibubur
Periode 30 Mei- 2 Juli 2011

Dimensia Alzheimer

Yanti Ariyanni/ 406091063

III. KESIMPULAN
Dengan meningkatnya populasi usia lanjut di Indonesia, berbagai masalah
kesehatan dan penyakit yang khas terdapat pada usia lanjut akan meningkat. Terutama
dimensia alzheimer. Penyakit alzheimer merupakan kelainan neurodegeneratif dan
mengakibatkan kemunduran intelektual dan juga beragam gangguan behavioral
neuropsikiatrik. Perubahan neuropsikologi yang dapat ditemui pada penderita Alzheimer
mencakup gangguan memori jangka pendek dan panjang, afasia, gangguan visuospasial
dan visuokonstruktif dan defisit dalam berhitung, praksis, abstraksi, dan pertimbangan.
Perubahan behavioral dan defisit koqnitif mencerminkan berkurangnya secara
progresif sel- sel neuron , gliosis , akumulasi neurofibrillary tangles intraseluler,
timbulnya neurity plaques ekstraseluler, dan timbulnya angiopati amyloid di otak.
Penyakit Alzheimer tidak dapat disembuhkan dan belum ada obat yang terbukti
tinggi efektivitasnya. Selain mengatasi gejala perubahan tingkah laku dan membangun
rapot dengan pasien, anggota keluarga, dan care givers, saat ini fokus pengobatan
fungsi koqnitif adalah pada defisit sistem kolinergik .

14
Kepaniteraan klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha- Cibubur
Periode 30 Mei- 2 Juli 2011

Dimensia Alzheimer

Yanti Ariyanni/ 406091063

DAFTAR PUSTAKA

Lumbantobing. S. M, Neurogeriatri, Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia, Jakarta ; 2001

Malim, Rusdi, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, PT. Nuh Jaya, Jakarta :
2003

Darmojo, R. Boedhi. Buku Ajar Geriatri( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut),Edisi


ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009.

Halter B.Jeffrey,dkk. Hazzards Geriatric Medicine and Gerontology. Ed.6 th.


United State: 2009

http://www.e-psikologi.com

http://medicinestuffs.blogspot.com

15
Kepaniteraan klinik Geriatri
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha- Cibubur
Periode 30 Mei- 2 Juli 2011

Anda mungkin juga menyukai