Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Penelitian


Zakat yang merupakan rukun ketiga dari lima rukun Islam tersebut tidak
seperti shalat ataupun puasa yang relatif umum di masyarakat, namun
pemahaman masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat
dan puasa. Dari pemahaman tersebut timbullah beberapa persepsi yang salah
dan tanpa disadari oleh masyarakat itu sendiri menjadi zakat terkesan sebagai
ibadah yang tidak penting
Menurut Gusfahmi (2009) secara substantif, zakat adalah bagian dari
mekanisme keagamaan yang berintikan semangat pemerataan pendapatan.
Dana zakat diambil dari harta orang yang berkelebihan dan disalurkan untuk
orang yang kekurangan, namun zakat tidak dimaksudkan memiskinkan orang
kaya. Hal ini disebabkan karena zakat hanya diambil dengan beberapa kriteria
tertentu dari harta yang wajib dizakati.
Oleh karena itu, Sayuqi (2009) mengatakan bahwa problematika kemiskinan
merupakan salah satu permasalahan mendasar yang saat ini dihadapi oleh bangsa
Indonesia. Sejumlah kebijakan telah dikeluarkan pemerintah dalam mengatasinya,
namun demikian seringkali kebijakan-kebijkakan tersebut tidak berjalan dengan baik,
untuk itu diperlukan solusi alternative, yaitu pemanfaatan dan optimalisasi instrument
zakat, infaq, dan sedekah.

Selain itu, eksistensi zakat dalam kehidupan manusia baik pribadi


maupun kolektif pada hakikatnya memiliki makna ibadah dan ekonomi. Di satu
sisi, zakat merupakan bentuk ibadah wajib bagi mereka yang mampu dari

kepemilikan harta dan menjadi salah satu ukuran kepatuhan seseorang kepada
Allah Subhanahu wa Taala. Di sisi lain, zakat merupakan variabel utama
dalam menjaga kestabilan sosial ekonomi agar selalu berada pada posisi aman
untuk terus berlangsung. Zakat itu diambil (dijemput) dari orang-orang yang
berkewajiban berzakat (muzakki) untuk kemudian diberikan kepada mereka
yang berhak menerimanya (mustahiq). Petugas yang mengambil dan
menjemput itu adalah para amil zakat.
Di Indonesia sendiri, sejarah kelahiran amil zakat telah digagas sejak 13
abad silam saat Islam mulai masuk ke bumi nusantara. Sejak itu, cahaya Islam
menerangi tanah air yang membentang dari Aceh hingga Papua. Setahap demi
setahap masyarakat di berbagai daerah mulai mengenal, memahami dan
akhirnya mempraktikkan Islam. Namun, dalam perjalanan yang telah melewati
masa berabad-abad tersebut, praktik pengelolaan zakat masih dilakukan dengan
sangat sederhana dan alamiah yaitu secara individual.
Setelah melewati fase pengelolaan zakat secara individual, kaum
muslimin di Indonesia menyadari perlunya peningkatan kualitas pengelolaan
zakat. Masyarakat mulai merasakan perlunya organisasi atau lembaga yang
khusus mengelola zakat maupun infaq dan shadaqah.
Masyarakat percaya bahwa pengelolaan zakat yang efektif dan efisien
tentu tidak dilakukan dengan sendiri-sendiri oleh muzakki, tetapi perlu dikelola
secara sistematis, terkoordinasi dan terorganisasi dengan baik. Dalam hal ini,
Organisasi Pengelola Zakat sebagai amil memiliki peran yang sangat strategis
untuk memberdayakan zakat dan mendukung tegaknya rukun Islam.
Dukungan pemerintah terhadap keberadaan dan peran Organisasi
Pengelola Zakat pun semakin besar yang ditunjukkan dengan dikeluarkannya
2

peraturan perundangan di bidang zakat misalnya Undang-undang No.38 Tahun


1999 tentang Pengelolaan Zakat dan Keputusan Menteri Agama No.581 Tahun
1999 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No.38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat. Dari kalangan profesi akuntan, yaitu Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) pun telah mengeluarkan PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat
dan Infak/Sedekah, PSAK 101 tentang penyajian laporan keauangan syariah
dan PSAK 45 tentang organisasi nirlaba.
Saat ini, pertumbuhan Organisasi Pengelola Zakat di Indonesia semakin
pesat. Badan Amil Zakat (BAZ) yang merupakan lembaga amil milik
pemerintah tersebar di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, hingga
kecamatan. Sementara itu, Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang merupakan
lembaga amil yang dikelola masyarakat juga mengalami perkembangan yang
pesat. Sampai tahun 2009, tercatat bahwa terdapat 18 LAZ tingkat nasional
yang mendapat pengukuhan Menteri Agama. Sementara itu, total Lembaga
Amil Zakat di semua tingkatan sudah mencapai 500 lembaga.
Menurut Adiwarman dan Syafei (2009) Pengelolaan zakat di tanah air
akhir-akhir ini sebenarnya mengimpan benih sistem sosial masyarakat menuju
masyarakat sipil. Ini diindikasikan dengan lahirnya Lembaga Amil Zakat
dengan program-program kemanusiaan. Mereka hadir bukan sekedar ikutikutan atas sebuah euphoria, namun adanya cita-cita luhur atas fenomena itu.
Keberadaan LAZ yang pondasinya telah dipikirkan oleh para ulama negarawan
terdahulu merupakan mutiara yang perlu diasah agar kemabali menjadi
cemerlang.
Menurut M. Soekarni dan Firmansyah (2008) mengatakan bahwa
secara umum dapat disimpulkan bahwa pengelolaan zakat yang telah dilakukan
3

di lokasi penelitian belum mampu mengurangi jumlah orang miskin secara


signifikan. Tingkat keberhasilan lembaga-lembaga pengelola zakat terutama di
Jakarta baru sampai pada tingkat

mengurangi beban hidup orang miskin.

Kenyataan ini disebabkan oleh program penyaluran zakat lebih banyak


diarahkan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif yang disebabkan oleh tekanan
hidup yang mereka hadapi.
Menurut M. Quraish Shihab (1996) Lembaga pengelola zakat pada
hakekatnya termasuk kategori lembaga publik karena mengelola dana publik.
Lembaga amil zakat berperan sebagai wadah bagi terwujudnya filantropi Islam
(kedermawanan dalam Islam). Sudah menjadi kewajiban bagi lembaga publik
untuk mempertanggung jawabkan dana-dana yang dikelolanya kepada publik
secara transparan. Maka setiap lembaga pengelola zakat dituntut dapat menjadi
trustable institution.
Hingga saat ini, pertumbuhan LAZ dari tahun ke tahun terus
menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan, meski terdapat kendala dan
kekurangan yang perlu diperbaiki di masa yang akan datang. Kemajuan
tersebut melahirkan kebutuhan terhadap piranti yang dimiliki oleh setiap
lembaga pengelola zakat yang dituntut agar bekerja secara profesional,
amanah, transparan dan akuntabel.
Para pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba

memiliki

kepentingan bersama yang tidak berbeda dengan organisasi bisnis, yaitu untuk
menilai jasa yang diberikan oleh organisasi nirlaba dan kemampuannya untuk
terus memberikan jasa tersebut serta cara manajer melaksanakan tanggung
jawabnya dan aspek kinerja manajer.

Kemampuan organisasi untuk terus memberikan jasa dikomunikasikan


melalui laporan posisi keuangan yang menyediakan informasi mengenai aktiva,
kewajiban, aktiva bersih, dan informasi mengenai hubungan di antara unsurunsur tersebut. Laporan ini harus menyajikan secara terpisah aktiva bersih baik
yang terikat maupun yang tidak terikat penggunaannya. Pertanggungjawaban
manajer mengenai kemampuannya mengelola sumber daya organisasi yang
diterima dari para penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan
arus kas. Laporan aktivitas harus menyajikan informasi mengenai perubahan
yang terjadi dalam kelompok aktiva bersih. Walaupun organisasi ini tidak
memfokuskan tujuannya dalam mencari laba , organisasi ini tetap memerlukan
biaya dalam pengelolaannya. Oleh karena itu Laporan keuangan yang
akuntable tetap dibutuhkan. Selain itu Laporan keuangan Lembaga Amil Zakat
yang akuntable digunakan untuk meningkatkan kepercayaan dari para wajib
zakat (muzakki).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap penerapan akuntansi pada Lembaga Amil Zakat karena
tidak mungkin kewajiban zakat tersebut dapat diwujudkan dengan optimal
tanpa adanya pengelolaan keuangan yang baik termasuk didalamnya Sistem
Pencatatan (fungsi akuntansi) yang menjamin terlaksananya prinsip keadilan
terhadap pihak pihak yang terlibat. Sebagai objek penelitian, penulis akan
meneliti mekanisme pengelolaan zakat dan sekaligus akan dilakukan analisis
pada Lembaga Amil Zakat .
Dari objek penelitian diatas diketahui bahwa Lembaga Amil Zakat
memiliki sumber pendapatan utama dari penghimpunan dana, yaitu dana yang
dihimpun yang berasal dari zakat para wajib zakat (muzakki). Dari sini penulis
5

akan menganalisis apakah Lembaga Amil Zakat menerapkan sistim pencatatan


dan pelaporan akuntansi yang sesuai. Atas latar belakang yang telah dijelaskan,
skripsi ini diberi judul :
Analisis Pengakuan, Pengukuran, Pengungkapan, Dan Pelaporan
Akuntansi Atas Pengelolaan Dana Zakat, Infaq, Dan Shodaqoh (ZIS)
Terhadap Lembaga Amil Zakat (LAZ) Ditinjau Dari PSAK 45, PSAK 101,
dan PSAK 109, Studi Kasus pada LAZ Rumah Zakat
1.2.

Rumusan Masalah
Dari uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang diatas, maka
dapat dirumuskan masalah yang mendasari pada tema skripsi ini sebagai
berikut:
a. Bagaimana

LAZ

Rumah

zakat

melakukan

pengumpulan

dan

pengelolaan zakat di Jabodetabek ?


b. Apakah pengakuan, pengukuran, pengungkapan dan pelaporan zakat
yang dilakukan oleh LAZ Rumah zakat telah sesuai dengan PSAK 45,
PSAK 101, dan PSAK 109 ?

1.3.

Ruang Lingkup Penelitian


Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka ruang lingkup penelitian ini
meliputi :

1.

Pencatatan laporan posisi keuangan, laporan perubahan dana, laporan


perubahan aset kelolaan, laporan arus kas dan catatan atas laporan

2.

keuangan. Pada LAZ Rumah zakat Jakarta


Lokasi dan wilayah penelitian terdiri atas pengumpulan zakat dan

3.

pendistribusian yang berlokasi di DKI Jakarta.


Pernyataaan standar akuntansi yang digunakan PSAK 45,PSAK 101 dan
PSAK 109 tentang pencatatan, pengukuran, dan pelaporan zakat dan
infak/sedekah.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui prosedur pengelolaan zakat pada Lembaga Amil Zakat
Rumah Zakat.
2. Untuk membandingkan apakah pencatatan, pengukuran dan pelaporan Zakat
yang dilakukan oleh Rumah Zakat Cabang Bintaro telah sesuai dengan PSAK
45, PSAK 101, dan PSAK 109 atau belum.

1.4.2. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi Peneliti

Memberikan pengetahun tambahan kepada penulis mengenai akuntansi


zakat dan perhitungan serta pencatatan yang sesuai dengan standard dan
ketentuan yang berlaku.
2. Bagi Lembaga Amil Zakat Rumah Zakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
pertimbangan bagi Lembaga Amil Zakat Rumah Zakat dalam menetapkan
Laporan keuangan Zakat
3. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan
wawasan serta khasanah kepustakaan, khususnya di Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi Universitas Bina Nusantara
1.5.

Metodologi Penelitian

1.5.1

Jenis Penelitian
Jenis peneltian yang digunakan adalah metode eksploratria, yaitu
metode yang bertujuan untuk memahami, merumuskan dan menjelaskan
masalah-masalah yang terdapat dalam penelitian, penyusunan teoritis, serta
pengembangan dan alternatif.

1.5.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian
dimana data tersebut masih perlu diolah lagi oleh penulis untuk menghasilkan
suatu penelitian baru. Sumber data yang digunakan oleh penulis diambil dari
LAZ Rumah Zakat Jakarta yang berasal dari wawancara dengan Pimpinan
Kepala cabang dan para pegawai.
1.5.3. Dimensi Waktu Riset
Dimesi waktu yang digunakan oleh penulis adalah cross sectional,
yaitu penelitian yang menggunakan pendekatan observasi dilakukan pada
satu waktu tertentu. Waktu yang digunakan penulis untuk melakukan riset
adalah bulan September Desember 2012.
1.5.4. Kedalaman Riset
Kedalaman riset yang digunakan oleh penulis adalah studi kasus.
Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada suatu objek tertentu yng
dipelajari sebagai studi kasus. Studi kasus mengutamakan kedalaman dari
data penelitian yang digunakan. Data penelitian diperoleh dari penelitian ini
selain mendalam juga sangat detail dan beragam.
1.5.5. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu metode penyelidikan
yang diterapkan dan secara hati-hati diatur sebelum melakukan pemecahan
atas suatu permasalahan yang dibahas sehingga penelitian yang dilakukan
terarah dan memudahkan dalam melakukan Analisa PSAK 109 tentang Zakat
dan Infak/Sedekah terhadap LAZ Rumah Zakat Jakarta
9

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam melakukan


penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kualitatif dengan
sumber data primer dan sekunder.
Untuk data primer, penulis memperoleh data dari pihak LAZ Rumah
Zakat Jakarta. Sedangkan untuk data sekunder, penulis memperoleh secara
tidak langsung melalui literature yang berasal dari studi pustaka yang
berkaitan dengan akuntansi zakat.
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data
dengan mengadakan riset sebagai berikut :
1. Teknik

Studi

Pustaka,

yaitu

pengumpuan

data

dengan

cara

mengumpulkan dan mempelajari teori-teori, literature, dan tulisan yang


berhubungan dengan penulisan. Tujuannya adalah untuk mencari data
yang digunakan sebagai landasan teori yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti. Teknik dapat dilakukan dengan cara :
a. Studi Dokumentasi, yaitu dengan mencatat dan mengumpulkan data
yang diperoleh dari pengumpulan data yang dibutuhkan untuk
penelitian yang bersumber dari arsip atas dokumen terkait.
b. Studi Literatur, yaitu dengan mempelajari beberapa buku-buku
seperti

pengumpuan

data

dengan

cara

mengumpulkan

dan

mempelajari teori-teori tentang Hukum Zakat dari Yusuf Qardawi,


akuntansi syariah oleh Nurhayati, akuntansi zakat serta PSAK 101
tentang laporan keuangan syariah, PSAK 45 tentang lembaga nirlaba
dan PSAK 109 tentang Zakat dan Infak/Sedekah yang berasal dari
Ikatan Akuntansi Indonesia, dan manajemen zakat dan infak/sedekah

10

oleh LAZ Rumah Zakat, serta buku lainnya yang menunjang dalam
proses pembuatan skripsi.
2. Tekhnik Studi Lapangan
a. Observasi
Penulis melakukan observasi langsung ke LAZ Rumah Zakat cabang
Bintaro Jaya Sektor 3A, Jalan Mandar Raya Blok DD 12 No. 29 untuk
memperoleh data yang diinginkan seperti laporan keuangan akuntansi
zakat yang diterapkan serta pengamatan secara langsung dengan
melihat bagaimana penerimaan serta penyaluran zakat yang dilakukan
oleh Lembaga Amil Zakat Rumah Zakat
b. Wawancara
Penulis melakukan wawancara untuk penelitian kepada pihak terkait
untuk memperoleh izin untuk melakukan penelitian, serta untuk
memperoleh data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi secara
benar.
1.5.6. Lingkungan Penelitian
Lingkungan penelitian adalalah lingkungan nonconditive setting, yaitu
penelitian yang dilakukan dalam lingkungan dimana aktivitas berlangsung
secara normal.

1.5.7. Unit Analisis


Unit analisa yang digunakan oleh penulis adalah Lembaga Amil Zakat
Rumah zakat yang merupakan lembaga pengumpulan dan penyaluran zakat
didaerah provinsi Jabodetabek.

11

Metodologi merupakan instrument utama dalam melakukan sebuah


penelitian. Tanpa adanya metodologi, penelitian tidak dapat berjalan dengan
maksimal. Metodologi meliputi asumsi dasar, model dan konsep penelitian
atas objek. Metodologi penelitian yang digunakan oleh penulis adalah
metodologi penelitian secara kualitatif, yaitu metodologi yang berdasarkan
atas mutu atau tujuan atas objek penelitian.
Metodologi yang digunakan dalam sangat tergantung pada
permasalahan yang akan dijawab oleh suatu kegiatan penelititan.
Berdasarkan bentuk dan jenis permasalahan yang akan diteliti ini
maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian yang bisa digunakan
adalah studi kasus dengan unit analisisnya lembaga yang menamakan dirinya
atau yang mengklaim dirinya melakukan kegiatan operasinya sesuai dengan
aturan dan prinsip syariat Islam. Kasusnya adalah bagaimana bagaimana
lembaga tersebut melakukan transaksi zakat yang diterima serta informasi
lainnya yang relevan. Metode ini bisa juga disebut metode kualitatif karena
tidak menggunakan rumus rumus statistik, korelasi dan menjawab pertanyaan
penelitian yang diajukan.

1.6.

Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Beik (2009) menyatakan
bahwa zakat mampu mengurangi jumlah dan presentase keluarga miskin,
serta mengurangi kedalaman dan keparahan kemiskinan dengan dilakukan
12

studi kasus kepada Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Duafa Republika
kepada 50 responden terpilih.
Menurut Gusfahmi (2009) zakat, pajak dan kemiskinan adalah tiga
kata yang sangat erat hubungannya dalam system ekonomi Islam. Zakat dan
pajak jika dikaitkan dengan kemiskinan seharusnya memiliki hubungan
negative.
Menurut Suharto (2009) mengatakan bahwa zakat dapat dijadikan
sebagai sumber pendapatan, terpisah dari sumber pendapatan lainnya.
Pendapatan lainnya dikelompokkan dibawah satu nama, yaitu fay
Menurut Adiwarman Karim dan Syafei (2009) pengelolaan zakat di
tanah air akhir-akhir ini sebenarnya mengimpan benih sistem sosial
masyarakat menuju masyarakat sipil. Ini diindikasikan dengan lahirnya
Lembaga Amil Zakat dengan program-program kemanusiaan.
Namun, menurut Soekarni dan Firmansyah (2008) mengatakan
bahwa secara umum dapat disimpulkan bahwa pengelolaan zakat yang telah
dilakukan di lokasi penelitian belum mampu mengurangi jumlah orang
miskin

secara

signifikan.

Tingkat

keberhasilan

lemabaga-lemabaga

pengelola zakat belum meraih pencapaian yang diinginkan.


Perbedaan dengan hasil penelitian terdahulu, penelitian ini membahas
tentang apakah zakat sebenarnya dapat membantu dalam mengurangi angka
kemiskinan. Dijelaskan bahwa tingkat kepercayaan masyarakt belum tinggi
terhadap lembaga zakat. Sedangkan penelitian saya bertujuan untuk
menganalisa apakah penerimaan, pencatatan, serta pendistribusian zakat
sudah sesuai dengan ketentuan bukan hanya PSAK 109 mengenai akuntansi
zakat namun juga PSAK 45 tentang organisasi nirlaba serta PSAK 101
tentang laporan keuangan syariah.

1.7. Sistematika Pembahasan

13

Dalam sistematika pembahasan ini, penulis membagi menjadi 5 bagian


pembahasan, yaitu :
BAB I

PENDAHULUAN
Pada bab ini, penulis membahas latar belakang penelitian yang
dilakukan dan identifikasi masalah yang akan menjadi pokok
utama penulisan serta tujuan dan manfaat penelitian yang akan
dicapai dan sistematika penulisan.

BAB II

LANDASAN TEORI
Pada bab ini, penulis membahas mengenai teori-teori yang
mendasari penulisan diantaranya pengertian zakat, jenis zakat,
akuntansi syariah, akuntansi zakat serta pembahasan mengenai
PSAK 45, PSAK 101 DAN PSAK 109 sehingga penulis
mengambil judul Analisa Penerapan PSAK 45, PSAK 101
DAN PSAK 109 Tentang Zakat dan Infak/Sedekah serta
pencatatatan laporan keuangan yang sesuai Pada LAZ Rumah
Zakat Jakarta yang relevan yang berasal dari studi pustaka,
jurnal atas penelitian terdahulu serta internet sebagai dalam
mendapatkan informasi yang terbaru.

BAB III

OBJEK DAN METODA PENELITIAN

14

Dalam bab ini, penulis membahas mengenai metode penelitian


secara komperhensif, yang berisi data-data objek penelitian
yang diteliti oleh penulis yaitu LAZ Rumah Zakat Jakarta
yang didalamnya terdapat data-data umum objek penelitian
dan data khusus yang berupa proses dan laporan akuntansi.
BAB IV

ANALISIS DAN BAHASAN


Membahas hasil dari penelitian yang meliputi data analisa
bagaimana pencatatan, pengukuran, dan pelaporan keuangan
pada Rumah Zakat Jakarta dan membandingkannya dengan
ketentuan PSAK 45, PSAK 101 DAN PSAK 109 tentang
laporan keuangan ssyariah dan Zakat serta Infak/Sedekah.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN


Memuat kesimpulan atas hasil analisa penelitian berdasarkan
atas data yang telah penulis dapat dan atas pembahasan serta
memuat rekomendasi yang bermanfaat bagi objek penelitian
untuk dilakukannya perbaikan.

15

Anda mungkin juga menyukai