Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN DISKUSI

INTEGUMENTARY SYSTEM
HERPES

OLEH :
KELOMPOK 06 (K3LN)
INDAH ANGELICA

125070207131012

ANGGID APRILIANA H.

125070207131013

WA JANITA

125070200131004

TIARA DEA ANANDA

125070200131005

AYU RINDU LESTARI

125070206131001

PALUPI DESANTI N.

125070207131002

HESTY DWI N.

125070207131008

LULUIL MAKNUN

125070207131009

RYZKA FEBY SASMITA

125070207131014

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan
gelembung-gelembung berisi air pada dasar peradangan dan
berkelompok.Menurut kamus kedokteran dorland,herpes adalah erupsi
kulit yang menyebar yang disebabkan oleh virus herpes dan ditandai
dengan

pembentukan vesikel

kecil yang

mengelompok.Herpes

merupakan suatu penyakit kulit yang ditandai degan munculnya


gelembung-gelembung secara berkelompok dipermukaan kulit.
Herpes dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam. Penyakit
ini sering dijumpai pada masyarakat, sehingga penting bagi perawat
untuk mengetahui definisi, patofisiologi, etiologi, hingga memberikan
asuhan keperawatan yang tepat bagi penderitanya.
1.2 Tujuan Pembelajaran
A. Mengetahui definisi herpes
B. Mengetahui epidemiologi herpes
C. Mngetahui etiologi herpes
D. Mengetahui patofisiologi herpes
E. Mengetahui faktor resiko herpes
F. Mengetahui manifestasi klinis herpes
G. Mengetahui pemeriksaan diagnostik herpes
H. Mengetahui penatalaksanaan medis herpes
I. Mengetahui asuhan keperawatan herpes

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Herpes
Herpes diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu :
2.1.1 Herpes Zoster
2.1.2 Herpes Simplex
2.2 Definisi
Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan
gelembung-gelembung berisi air pada dasar peradangan dan
berkelompok.Menurut kamus kedokteran dorland,herpes adalah erupsi
kulit yang menyebar yang disebabkan oleh virus herpes dan ditandai
dengan pembentukan vesikel kecil yang mengelompok.Herpes
merupakan suatu penyakit kulit yang ditandai degan munculnya
gelembung-gelembung secara berkelompok dipermukaan kulit.
2.2.1 Herpes Simpleks
Penyakit herpes simpleks atau genitalis adalah penyakit kulit yang
timbul akibat adanya infeksi atau peradangan pada kulit,terutama dibagian
vagina,penis,anus,pantat,dan seangkangan.Penyebab penyakit herpes
genitalis adalah virus herpes simpleks tipe 1 dan 2.Herpes simpleks
tergolog penyakit menular seksual.
2.2.2 Herpes Zoster
Herpes zoster merupakan manifestasi oleh reaktivasi virus Variselazoster laten dari syaraf pusat dorsal atau kranial. Virus varicella zoster
bertanggung jawab untuk dua infeksi klinis utama pada manusia yaitu
varisela atau chickenpox (cacar air) dan Herpes zoster (cacar ular).

Varisela merupakan infeksi primer yang terjadi pertama kali pada individu
yang berkontak dengan virus varicella zoster. Pada 3-5 dari 1000 individu,
virus Varisela-zoster mengalami reaktivasi, menyebabkan infeksi rekuren
yang dikenal dengan nama Herpes zoster atau Shingles.(Marwali,2000)

2.3 Epidemiologi Herpes


2.3.1 Herpes Simpleks
HSV menyebar melalui kontak, seperti virus tertumpah dalam air
liur, air mata, cairan kelamin dan lainnya, Sejauh ini bentuk paling umum
dari hasil infeksi dari ciuman yang diberikan kepada seorang anak atau
orang dewasa dari orang shedding virus. Risiko infeksi kepada individu
non-imun dalam kontak dengan sekret yang terkontaminasi dapat setinggi
80%. Ada 3 jenis episode herpes; 1. Episode Primer - masa inkubasi antara 5 - 15 hari. Infeksi mungkin
subklinis.
2. Reaktivasi - ini mengacu pada kebangkitan virus laten.
3. Awal atau episode pertama - ini mengacu pada infeksi (klinis jelas atau
tidak) di situs anatomi yang pernah menjadi situs untuk virus endogen
atau eksogen.
Auto-Inokulasi untuk satu situs anatomi yang lain adalah umum, terutama
dengan menggaruk. Dikatakan bahwa HSV-1 menyebabkan infeksi di atas
sabuk dan HSV-2 di bawah ikat pinggang. Bahkan, 40% dari isolat klinis
dari luka genital HSV-1, dan 5% dari strain terisolasi dari daerah wajah
adalah HSV-2. Data ini rumit oleh praktek seksual oral.
2.3.2 Herpes Zoster
Herpes Zoster terdapat diseluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras
maupun kelamin.Insiden terjadinya herpes zoster meningkat sesuai
dengan pertambahan umur dan biasanya jarang mengenai anakanak.Insiden herpes zoster berdasarkan usia sejak lahir sampai 9

tahun:0,74/1000 ;usia 10-19 tahun :1,38/1000 ;usia 20-29


tahun:2,58/1000.
Walaupun herpes zostermerupakan penyakit yang sering dijumpai pada
orang dewasa,nemun herpes zoster dapat juga terjadi pada bayi baru lahir
apabila ibunya menderita herpes zoster pada masa kehamilan.Dari hasil
penelitian,ditemukan sekitar 3% herpes zoster terjadi pada anak-anak
yang imunokompromis dan menderita penyakit keganasan.(Lubis,2008)

2.4 Patophysiology
2.4.1 Herpes Simpleks

Inokulasi virus di permukaan


epitel
Melekat pada sel
epitel
Penyebaran virus dan
jejas sel
Terjadi di
ganglion
trigeminus

HSV
I

HSV
II

Herpes
orolabiaris

Herpes
genitalis

Induksi
glikoprotein
Infeksi
Respon
imun

Membatasi replikasi
virus

Tidak mampu mengeliminasi


infeksi laten

Faktor pemicu :
Demam
Kelelahan
Sinar UV
Trauma
mekanik
Hubg sex
imunokomprom

Terjadi di
ganglion
sakralis

Virus menetap di
ganglia
Mengalami
reaktivasi
Pelepasan virus
asimtomatik
Lesi kulit
rekurens

2.4.2 Herpes Zoster


Herpes
Zoster
Virus Varicella
Zoster
Serabut Syaraf
Sensorik
Daya tahan tubuh
menurun
Reaktivasi virus
meningkat
Imunitas hospes
turun

Peradangan di
ganglion

Infeksi sel
epitel

Saraf Sensorik
Sums-sum tulang belakang dan
batang otak
Neuritas

Menuju kulit
dan
membentuk
bula
Erupsi Kulit

Perubahan
Ketidaknyaman
an

Virus Replikasi
Lesi zoster

Keluar zat
racun

Suhu tubuh
naik

Respon tubuh

Nyeri

Reaksi infeksi
dan inflamasi

Intoleran
aktivitas
Agen Inflamasi
Pelepasan
mediator

Pelepasa
n

2.5 Faktor Resiko Herpes


2.5.1 Herpes Simpleks
Setiap orang beresiko untuk herpes simplex virus. Menurut data terbaru
AS dari 1999 - 2004, sekitar 60% orang Amerika usia 14-49 yang
terinfeksi virus herpes simpleks 1 (HSV-1). Sekitar 17% orang Amerika
dalam rentang usia yang sama tes positif untuk virus herpes simpleks 2
(HSV-2). Tingkat infeksi untuk kedua virus telah menurun sejak akhir
1980-an. Namun, infeksi seumur hidup.(Simon,2008)
2.5.2 Herpes Zoster
Faktor resiko herpes zoster adalah :
1. Usia lebih dari 50 tahun,karena daya tahan tubuhnya melemah.
2. Orang yag mengalami penurunan kekebalan
(immunokompromised) seperti HIV dan kanker.
3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4. Orang dengan terapi prgan mayor seperti transplantasi sumsum
tulang.
5. Trauma/luka.
6. Kelelahan.
7. Demam
8. Alkohol
9. Gangguan pencernaan
10. Obat-obatan
11. Sinar Ultraviolet
12. Haid
13. Stress

2.6 Manifestasi Klinis


2.6.1 Herpes Simpleks
1. Infeksi Primer
Masa inkubasi yang khas selama 3 6 hari ( masa inkubasi
terpendek yang pernah ditemukan 48 jam ) yang diikuti dengan erupsi
papula dengan rasa gatal, atau pegal-pegal yang kemudian menjadi nyeri
dan pembentukan vesikel dengan lesi vulva dan perineum yang multipel
dan dapat menyatu. Lesi pada vulva cenderung menimbulkan nyeri yang
hebat dan dapat mengakibatkan disabilitas yang berat. Dalam waktu 2 4
minggu, semua keluhan dan gejala infeksi akan menghilang tetapi dapat
kambuh lagi karena terjadinya reaktivasi virus dari ganglion saraf.
2. Fase Laten
Tidak ditemukan gejala klinis , tetapi VHS dapat ditemukan dalam
keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis. Penularan dapat terjadi pada
fase ini, akibat pelepasan virus terus berlangsung meskipun dalam jumlah
sedikit.
3. Fase Rekuren
Setelah infeksi mukokutaneus yang primer, pertikel-partikel virus akan
menyerang sejumlah ganglion saraf yang berhubungan dan menimbulkan
infeksi laten yang berlangsung lama. Infeksi laten dimana partikel-partikel
virus terdapat dalam ganglion saraf secara berkala akan terputus oleh
reaktivasi virus yang disebut infeksi rekuren yang mengakibatkan infeksi
yang asimtomatik secara klinis ( pelepasan virus ) dengan atau tanpa lesi
yang simtomatik.
Lesi ini umumnya tidak banyak, tidak begitu nyeri serta melepaskan
virus untuk periode waktu yang lebih singkat (2 5 hari) dibandingkan
dengan yang terjadi pada infeksi primer, dan secara khas akan timbul lagi

pada lokasi yang sama. Walaupun sering terlihat pada infeksi primer,
infeksi serviks tidak begitu sering terjadi pada infeksi yang rekuren.
(Cunningham, 1995)
2.6.2 Herpes Zoster
a. Fase Manifestasi Klinis
1.Fase Preeruptif
-Sensasi kulit tidak biasa,nyeri,panas,terbakar
-Timbul lesi 1-3 hari
-Disertai gejala lain :malaise,milagia,sakit kepala,fotopobia,demam.
2.Fase Eruptif
-Lesi eruptif vaskular
-Eritematosa dan Papula(bula 3-5 hari)
-Gejala erupsi (10-15 hari)
3.Fase Kronis(posttherapic neuralgia)
-Postherapic neuralgia :nyeri persisten/berulang selama 30 hari/setelah
infeksi subakut /semua lesi berkulit.
-Nyeri terbakar,nyeri dalam,parastesia,hiperestesia.
-Rasa nyeri bisa lebih dari 12 bulan.
-Meningkat pada lansia.
b. Manifestasi Klinis
1. Gejala Prodormal 1-4 hari
2. Prodormal sistemik ;demam,pusng,badan
lemas,malaise,nausea,nyeri otot,tulang,pegal.

3. Prodormal lokal :gatal,rash,kemerahan,rasa


terbakar,kesemutan,nyeri segmental(bersama erupsi
kulit),penekanan kulit.
4. Mata :kemerahan,hipersensitif cahaya,bengkak kelopak
mata,kekeringan mata,pandangan kabur,penurunan penglihatan.
5. Limfedenopati regional.
6. Erupsi unilateral-1 ganglion sensorik
7. Makula eritoskuamosa-papula-vesikel (12-24 jam)
8. Lesi bula baru (hari ke 4-7)
9. Krusta (7-10 hari)
10. Makula hiperpigmentasi dan jaringan parut
11. Mukosa mulut
12. Pada lansia lesi lebih parah dan lebih sensitif pada nyeri.
13. Syaraf yang paling sering terkena adalah syaraf C3,T5,L1,L5 dan
Trigeminal.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


2.7.1 Herpes Simpleks
a. Tes Tzank Smear
b. Kultur virus
c. Deteksi DNA atau HSF dengan polymerasi chain reaction (PCR)
d. Tes Serologi IgM dan IgG
2.7.2 Herpes Zoster
a. Tzank Smear
b. Immunofluororescent
c. Pemeriksaan hispathologis
d. Pemeriksaan mikroskop elektron
e. Kultur virus
f. Identifikasi Antigen atau Asam Nukleat VZV

g. Uji serologi menggunakan ELISA


h. Pemeriksaan PCR
2.8 Penatalaksanaan Medis
2.8.1 Herpes Simpleks

Farmakologi

a. Pemberian Acylovir dengan dosis 10 mg/kg/8 jam diberikan dengan drip


selama 1 jam selama 10 hari.
b.Terapi suportif lainnya seperti pemberian obat anti kejang, obat penurun
panas, pemberian oksigenasi, nutrisi parenteral dan enteral.
Non farmakologi
1. Konseling sebagai bagian integral keberhasilan manajemen herpes
simpleks dengan harapan tercapainya beberapa tujuan, yaitu :
2. Pasien patuh minum obat
3. Kembali follow up secara teratur
4. Mengajari resiko penularan secara seksual

2.8.3 Herpes Zoster


Pada immunocompetent pengobatan spesifik dan bersifat
sistomatis, yaitu:
1. Lesi yang masih berbentuk vesicle diberikan bedak
2. Vesicle yang sudah pecah dberikan salep antibiotik
3. Kuku jari tangan dipotong untuk menghindari infeksi sekunder
Obat Anti Virus

1. Acyclovir
2. Valacyclovir
3. Famacyclovir

ANALISA
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
A. Identitas Klien :
Nama

: Ny. DF

Usia

: 55 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status Pernikahan

: Menikah

Pendidikan Terakhir

: SD

Pekerjaan

: Ibu Rumah tangga

Tanggal Masuk

: 31 Mei 2013

Sumber Informasi

: Ny. DF

Agama

: Islam

B. Status Kesehatan Saat Ini :


Keluhan Utama

: Lenting disertai nyeri dan gatal di kaki


kiri sejak 3 hari lalu

Lama keluhan

: Sejak 3 hari yang lalu

Kualitas keluhan

: Lenting yang disertai nyeri dan gatal,


nyeri di kaki dirasakan dengan VAS
6/10 , dirasakan sepanjang

waktu ,

berdenyut, tidak mengganggu aktivitas


pasien.
Faktor pencetus

: Stres emosional dan kelelahan karena


banyak

bekerja

untuk

membantu

tetangganya, sering tidak tidur dan lupa


makan.
Faktor pemberat

: Riwayat penyakit cacar air terdahulu

Upaya yang telah dilakukan

: Klien belum pernah berobat untuk

keluhan ini
Diagnosa Medis

: Herpes Zoster.

Tanggal

: 31 Mei 2013

C. Riwayat Kesehatan Saat ini :


Tiga hari yang lalu, saat pasien bangun tidur pasien merasakan
mendadak kaki kiri pasien nyeri, baik saat diistirahatkan maupun saat
digunakan untuk berjalan. Nyeri di kaki dirasakan dengan VAS 6/10,
dirasakan

sepanjang

waktu,

berdenyut,

namun

tidak

sampai

mengganggu aktivitas pasien. Pasien menjadi agak pincang jika


berjalan dengan kaki kirinya. Sehari sebelumnya penderita mengeluh
tidak enak badan dan demam ringan (panas ngelemeng). Belum
pernah berobat untuk keluhan ini.
Secara mendadak timbul pula lenting-lenting beberapa buah dan kulit
yang kemerahan di tungkai bawah dan kaki kiri yang pada hari
sebelumnya belum muncul. Lenting tersebut dikatakan merupakan
sumber dari nyerinya, disertai rasa sedikit gatal. Pasien jarang
menggaruk lenting tersebut, dan lenting tersebut belum ada yang
pecah. Badan terasa demam, pasien mengalami nyeri di kedua otot
paha (terasa seperti ngilu) yang timbul mendadak dan belum pernah
dirasakan sebelumnya.

Pasien tidak mengeluhkan adanya keluhan kulit di bagian lain, tidak


mengeluhkan gangguan penglihatan dan pendengaran, tidak terdapat
kelemahan untuk menggerakkan kaki. Pasien mandi dua sampai tiga
kali sehari, menggunakan sabun Dettol.
Dalam beberapa minggu terakhir pasien mengatakan memiliki stres
emosional karena cucu pasien sedang sakit dan pasien banyak
bekerja membantu acara tetangganya. Pasien sering tidak tidur dan
lupa untuk makan.
D. Riwayat kesehatan terdahulu:
Penyakit akut cacar air pada usia 8-10 tahun
E. Riwayat Keluarga :
Saat ini tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama
seperti pasien. Riwayat penyakit kulit lainnya pada keluarga disangkal.
Ayah dan ibu pasien keduanya memiliki kencing manis yang tidak
terkontrol, saat ini keduanya sudah meninggal.
F. Pola Aktivitas Latihan :
Sedikit pincang karena nyeri pada kaki kiri
G. Pola TidurIstirahat : Pasien sering tidak tidur
H. Peran dalam Keluarga : Sebagai ibu rumah tangga
I. Sistem pendukung : Suami,anak ,cucu
J. Pola komunikasi :
Bicara: normal
Tempat tinggal: bersama suami
Agama yang dianut: Islam
K. Pemeriksaan Fisik :

Keadaan umum: tampak sakit sedang


Kesadaran: komposmentis, CGS 456
L. Tanda-Tanda Vital :
o
o
o
o
o

TD: 120/80 mmHg


Nadi: 72x/menit
Suhu: 38 C
RR: 20x/menit
Ekstremitas bawah: pada regio plantar tungkai bawah
sinistra dan kaki sinistra bagian medial, terdapat vesikel
multipel bergerombol yang tersebar secara dermatomal,
dengan ukuran lentikular. Terletak di atas kulit yang
eritematosa. Pada palpasi teraba kulit yang hangat, vesikel

teraba lunak dan permukaan licin.


o Kulit dan kuku: terdapat vesikel multipel bergerombol yang
tersebar di plantar tungkai bawah dan kaki sinistra bagian
medial, ukuran lentikular, terletak di atas kulit eritematosa.
Jika dipalpasi kulit terasa hangat, vesikel terasa lunak dan
permukaan licin

Kesimpulan: pasien mengeluh nyeri pada kaki kirinya dan terdapat vesikel
bergerombol pada plantar tungkai bawah dan tengah pada kaki kiri.
Pasien mengeluh tidak enak badan, dan demam serta nyeri pada otot
paha tapi tidak mengganggu aktivitas pasien, hanya pincang saat berjalan
dengan kaki kirinya. Pasien mandi 2-3x sehari dengan sabun dettol.
Beberapa minggu terakhir, pasien mengalami stres emosional karena
cucunya sakit dan sibuk membantu tetangganya sehingga sering tidak
tidur dan lupa makan

ANALISA DATA

DATA
DS:

ETIOLOGI
Virus variezella zoster

- Klien mengatakan 3
hari yang lalu kaki kiri

Variecella (cacar air)

pasien nyeri
- Nyeri baik pada saat
istirahat atau digunakan
- Nyeri di kaki dirasakan

Virus dorman dalam tubuh


Faktor pemberat:
Immunocompromise

dengan VAS 6/10


- Nyeri di kedua otot

Virus reaktivasi

(ngilu)
- Lentingan dinyatakan
sumber nyeri

Menyebar ke seluruh tubuh


melewati ujung serabut saraf

DO:
- Pasien agak pincang

Replikasi

dengan kaki kiri, namun


tidak mengganggu

Muncul vesikel

aktivitas
- T:380 C
- TD: 120/80 mmHg
- N: 72x/menit
- RR: 20x/menit
- Kesadaran :
Composmentis

Nyeri akut

MASALAH
KEPERAWATAN
Nyeri akut

DATA
DS:

ETIOLOGI
Virus variezella zoster

- Klien mengatakan timbul


lenting-lenting di tungkai

lentingan tersebut gatal


- Klien mengatakan

Variecella (cacar air)


Virus dorman dalam tubuh
Faktor pemberat:
Immunocompromise

bahwa lenting
merupakan sumber nyeri

Virus reaktivasi

DO:
- Vesikel multiple
bergerombol

Menyebar ke seluruh tubuh


melewati ujung serabut saraf

- Terletak diatas kulit yang


eritematosa

Replikasi

- Palpasi edema : kulit


hangat

Muncul vesikel

- Vesikel lunak dan


permukaan licin

KEPERAWATAN
Kerusakan
integritas kulit

bawah kaki kiri


- Klien mengeluh bahwa

MASALAH

Kerusakan integritas kulit

DATA
DS:

ETIOLOGI
Virus variezella zoster

- Klien mengatakan timbul


lenting-lenting di tungkai

Variecella (cacar air)

bawah kaki kiri


DO:
- Terletak diatas kulit yang
eritematosa

Virus dorman dalam tubuh


Faktor pemberat:
Immunocompromise

- Palpasi edema : kulit


hangat

Virus reaktivasi

- Vesikel lunak dan


permukaan licin

Menyebar ke seluruh tubuh


melewati ujung serabut saraf
Replikasi
Muncul vesikel
Kulit terasa hangat
Hipertermia

MASALAH
KEPERAWATAN
Hipertermia

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

No

Tanggal

Diagnosa Keperawatan

Paraf

31 Mei 2013

Nyeri akut berhubungan dengan cedera


biologis ditandai dengan
immunocompromise

Ns.

31 Mei 2013

Kerusakan integritas kulit berhubungan


dengan penurunan immunologis yang
ditandai dengan kerusakan lapisan kulit
dan gangguan permuakaan kulit

Ns.

31 Mei 2013

Hipertermia berhubungan dengan


penyakit yang dialami, ditandai dengan
kulit kemerahan dan kulit terasa hangat

Ns.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Diagnosa Keperawatan No.

: 1 (Nyeri Akut)

Tujuan

: Menurunkan level nyeri dari skala 6 ke

2
Kriteria hasil

: Skala 4 dari NOC

NOC

: Level Nyeri -2102 dan Kontrol Nyeri

-1605
No

Indikator

1
2
3
4
5

210201 & 160511 Nyeri yang dilaporkan

210206 Ekspesi wajah yang menunjukkan nyeri

210208 Gelisah

160505 Meggunakan analgesic sesuai

rekomendasi
160513 Melaporkan perubahan nyeri pada

petugas kesehatan

Keterangan
1. Severe
2. Substantial
3. Moderate
4. Mild
5. Normal

INTERVENSI :
Manajemen Nyeri
1. Melakukan penilaian yang komprehensif terhadap rasa nyeri
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
atau keparahan nyeri dan faktor pencetus
2. Kontrol

faktor

ketidaknyamanan

lingkungan
atau

sekitar

hilangkan

faktor

yang

mempengaruhi

yang

menyebabkan

peningkatan nyeri, misal: rasa takut, cemas dan stress


3. Kontrol

faktor

lingkungan

sekitar

yang

mempengaruhi

ketidaknyamanan klien, misal: lampu, suara dan linen


4. Meningkatkan istirahat yang adekuat untuk mengurangi nyeri
5. Berkolaborasi dengan pasien dan tenaga kesehatan profesional
lain untuk mengimplementasikan metode non-farmakologikal untuk
mengurangi nyeri
6. Melakukan perawatan analgesik
7. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau (klien pernah mengalami
cacar air)

Diagnosa Keperawatan No.

: 2 (Kerusakan Integritas Kulit)

Tujuan

: Menurunkan tingkat kerusakan

integritas kulit
Kriteria hasil

: Skala 5 dari NOC

NOC

: Keparahan Infeksi -0703

No

Indikator

070301 Ruam

070302 Vesikel Lunak

070307 Demam

070333 Nyeri

070311 Tidak enak badan

Keterangan
1. Severe
2. Substantial
3. Moderate
4. Mild
5. Normal
INTERVENSI
Perawatan kulit dengan treatment topikal
1. Hindari penggunaan linen yang kasar
2. Jaga linen tetap bersih, kering dan tidak kusut
3. Inspeksi kulit tiap hari
4. Gunakan antibiotik topikal bila diperlukan

Manajemen Nyeri
1. Melakukan perawatan analgesik pada pasien
Treatmen untuk demam
1. Monitoring temperatur dengan sering
2. Gunakan obat anti piretik
3. Dukung pasien agar banyak minum air
Proteksi Infeksi
1. Monitor kerentangan infeksi
2. Monitor tanda-tanda sistemik dan lokal serta gejala dari infeksi
3. Menganjurkan istirahat

Diagnosa Keperawatan No.

: 3 (Hipertermia)

Tujuan

: Menstabilkan suhu klien

Kriteria hasil

: Skala 5 dari NOC

NOC

: Termoregulasi -0800

No

Indikator

080001 Kenaikan suhu kulit

080019 Hipertermia

080007 Perubahan warna kulit

Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.

Severe
Substantial
Moderate
Mild
Normal

INTERVENSI
Regulasi Suhu
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pantau suhu selambat-lambatnya setiap 2 jam sekali


Pantau TD, Nadi, RR dengan sesuai
Pantau warna dan temperatur kulit
Pantau dan laporkan gejala hipotermia atau hipertermia
Promosikan cairan dan intake nutrisi yang adekuat
Gunakan medikasi yang tepat untuk menghindari atau mengontrol

kejang
7. Atur medikasi antipiuretik jika dibutuhkan

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ny. DF mengeluh nyeri pada kaki kirinya dan terdapat vesikel bergerombol
pada plantar tungkai bawah dan tengah pada kaki kiri. Pasien mengeluh
tidak enak badan, dan demam serta nyeri pada otot paha tapi tidak
mengganggu aktivitas pasien, hanya pincang saat berjalan dengan kaki
kirinya. Pasien mandi 2-3x sehari dengan sabun dettol. Beberapa minggu
terakhir, pasien mengalami stres emosional karena cucunya sakit dan
sibuk membantu tetangganya sehingga sering tidak tidur dan lupa makan.
Diagnosa medis Ny. DF adalah herpes zoster. Sedangkan, untuk diagnosa
keperawatan Ny. DF adalah Nyeri Akut, Kerusakan Integritas Kulit, dan
Hipertermia. Beberapa imtervensi dalam asuhan keperawatan digunakan
untuk menyelesaikan masalah kesehatan Ny. DF.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham , F. Gray. 1995. Obstetrics Williams._Edisi 18. Jakarta: EGC


Djuands,Adhi.Dr.2010.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta :Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Harahap,Marwali.Dr.2000.Jakarta : Hipokrates
Judonarso,Jubianto.Dr.1985.Masalah Aids dan Herpes.Jakarta :Balai
Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Lubis,Ramona.Dr.2008.Varicella dan Herpes Zoster.Universitas Sumatera
Utara.

Anda mungkin juga menyukai