Anda di halaman 1dari 2

A.

Latar Belakang
Millenium Development Goals (MDGs) merupakan suatu paradigma
pembangunan global yang dideklarasikan pada Konferensi Tingkat Tinggi
Millenium oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di
New York pada bulan September 2000. Salah satu indikator MDGs
diantaranya ialah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang merupakan prioritas
utama pembangunan kesehatan di Indonesia yakni mengurangi tingkat
kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Berdasarkan hal tersebut
maka diperlukan sistem kesehatan yang efektif guna menghadapi masalah
kematian ibu dan balita. Untuk itu tenaga profesional membutuhkan
pendidikan dan pelatihan berbagai disiplin ilmu, salah satunya adalah melalui
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL).
Melalui Pengalaman Belajar Lapangan ini, mahasiswa dapat menetapkan
masalah kesehatan Ibu dan Anak dengan menggunakan konsep H.L. Blum
sebagai pendekatan untuk mengidentifikasikan masalah kesehatan yang terjadi
di Desa Wonorejo, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak. Setelah
mengidentifikasi masalah tersebut, lalu menentukan prioritas dari masalah
tersebut sehingga calon alumni kesehatan masyarakat dapat melakukan
diagnosis masalah kesehatan masyarakat (community health assessment)
dan/atau penyelesaian masalah kesehatan masyarakat secara terus-menerus
dalam sebuah siklus untuk memperbaiki kondisi kesehatan masyarakat. Selain
itu, mahasiswa juga dilatih untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar
untuk menetapkan masalah kesehatan yang bersifat dinamis di masyarakat
khususnya masyarakat di Desa Wonorejo.
Berdasarkan laporan Kesehatan Ibu dan Anak dari Puskesmas Guntur II
dan Bidan Desa Wonorejo, menunjukan trend permasalahan ASI Eksklusif
masih besar dari bulan januari 2012 sampai juni 2013. Selain itu, ditemukan
adanya kesenjangan pada data cakupan ASI Ekslusif yang terdapat di desa
tersebut dengan target nasional.

ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi yang
bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan bayi, sebagian besar pertumbuhan dan
perkembangan bayi ditentukan oleh pemberian ASI eksklusif. ASI
mengandung zat gizi yang tidak terdapat dalam susu formula. Komposisi zat
dalam ASI antara lain 88,1% air, 3,8% lemak, 0,9% protein, 7% laktosa, serta
0,2% zat lainnya yang berupa Decosahexanoic Acid (DHA), Arachidonic Acid
(AA), shpynogelin, dan zat gizi lainnya (Dwi, 2009). Terkait itu ada suatu hal
yang perlu disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan
masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya, program
pemberian ASI eksklusif tidak berlangsung secara optimal. Oleh karena itu,
kami mengangkat masalah ASI Eksklusif dengan harapan dapat meningkatkan
cakupan pemberian ASI Eksklusif di Desa Wonorejo.

Anda mungkin juga menyukai