Anda di halaman 1dari 7

MATERI PEMBEKALAN PROGRAM MAGANG

KAPITA SELEKTA KEPENDIDIKAN

A. PENDAHULUAN
Dalam buku panduan disebutkan bahwa setiap matakuliah magang memiliki persyaratan
khusus sesuai dengan tingkatannya. Persyaratan akademik mengharuskan mahasiswa sudah
menempuh beberapa matakuliah kependidikan. Persyaratan ini ditentukan dengan pertimbangan
pada saat magang mahasiswa sudah memiliki bekal keilmuan yang melandasinya. Akan tetapi
dijumpai bahwa tidak semua program studi memiliki struktur kurikulum sebagaimana yang
dipersyaratkan, sehingga mahasiswa pada semester tersebut belum menempuhnya. Kondisi ini
akan menyulitkan pencapaian tujuan magang, oleh karena itu perlu dibekali secara khusus
sebelum ditugaskan magang di sekolah.
Program studi di lingkungan FKIP memiliki keragaman dalam struktur kurikulum dan
hal ini terjadi pada bidang MKDK (Matakuliah Dasar Kependidikan), baik dalam nama
matakuliah maupun penempatannya pada setiap semester. Hal inilah yang menjadikan
persyaratan akademik magang tidak dapat terpenuhi oleh mahasiswa dari program studi
tertentu. Upaya jangka menengah memang harus dilakukan dengan menyamakan persepsi
setiap program studi untuk menyeragamkan nama dan jumlah sks matakuliah kependidikan
serta menyeragamkan waktu penyajian dalam semester. Kebetulan sedang berlangsung masa
review dan lokakarya kurikulum.
Untuk kebutuhan mendesak (jangka pendek) terkait pelaksanaan magang, maka
kebanyakan mahasiswa dari prodi yang belum menempuh metakuliah prasyarat magang 1 perlu
segera diatasi dengan pembekalan untuk memahami landasan keilmuan kependidikan yang
disajikan secara elementer dan dikemas dalam materi pembekalan yang disebut KAPITA
SELEKTA KEPENDIDIKAN. Ada 4 matakuliah yang seharusnya sudah ditempuh sebagai
prasyarat magang I namun ternyata belum ditempuh karena struktur kurikulum program studi
yang belum menyajikannya. Keempat matakuliah tersebut adalah Dasar-dasar Kependidikan,
Perkembangan Belajar Peserta Didik, dan Belajar dan Pembelajaran serta Profesi Keguruan.
B. PENGANTAR PENDIDIKAN
Konsep pendidikan berasal dari istilah Pedagogi, "paid" artinya anak dan "agogos"
artinya membimbing atau memimpin = seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin
atau mengajar anak. Pendidikan menurut Langeveld merupakan suatu bimbingan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada anak yg belum dewasa untuk mencpi tujuan, yaitu
kedewasaan. Sedangkan menurut Crow and Crow, pendidikan merupakan proses dimana
pengalaman dan informasi diperoleh sebagai hasil belajar. Sementara itu Undang-Undang no
20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 3, menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa hakekat pendidikan
adalah: merubah perilaku, mengembangkan seluruh aspek kepribadian, dan sebagai
transformasi nilai melalui mendidik, mengajar, dan melatih. Dilihat dari perspektif filsafat,
maka pendekatan dalam pendidikan meliputi: pendekatan progresivisme, perenialisme,
esensialisme, dan eksistensialisme. Beberapa prinsip mengajar yang perlu diperhatikan dalam
pendidikan adalah:
1. Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
2. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
3. Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah
4. Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, Ia belajar menyesali diri
5. Jika anak dibesarkan dengan olok-olokan, Ia belajar rendah diri
6. Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian
7. Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
8. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, Ia belajar percaya diri
9. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, Ia belajar menahan diri
10. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
11. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
12. Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan
13. Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan
14. Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan
15. Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
16. Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran
Hakikat belajar (learning) adalah Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok yaitu: 1)
adanya perubahan tingkah laku; 2) .sifat perubahannya relatif permanen; dan 3) .perubahan
tersebut disebabkan oleh oleh interaksi dengan lingkungan, bukan oleh proses kedewasaan
ataupun perubahan-perubahan kondisi fisik yang temporer sifatnya. Sedangkan mengajar
(teaching) adalah membantu para pembelajar memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai,
cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya dan cara-cara bagaimana belajar (Joice &
Weil: 1986). Peran utama guru adalah sebagai fasilitator
C. PROFESI KEGURUAN
Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai bidang pekerjaan
yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Di dalam profesi
dituntut adanya keahlian dan etika khusus serta standar layanan. Pengertian ini mengandung
implikasi bahwa profesi hanya dapat dilakukan oleh orang-orang secara khusus di persiapkan
untuk itu. Dengan kata lain profesi bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena
tidak memperoleh pekerjaan lain.

Suatu profesi memerlukan kompetensi khusus yaitu kemampuan dasar berupa ketrampilan
menjalankan rutinitas sesuai dengan petunjuk, aturan, dan prosedur teknis. Guru memerlukan
kompetensi khusus yang berkenaan dengan tugasnya. Hal itu karena pendidikan tidak terjadi
secara alami, tetapi dengan disengaja (disadari). Hubungan yang sederhana dan akal sehat saja
belum cukup untuk melaksanakan pengajaran yang baik. Kompetensi guru tentu saja sinkron
dengan bidang tugasnya, yaitu pengajaran, bimbingan dan administrasi. Ada anggapan bahwa
untuk menjadi guru tidak perlu mempelajari metode mengajar, karena kegiatan mengajar bersifat
praktis dan alami, siapapun dapat mengajar asalkan memiliki pengetahuan tentang apa yang akan
diajarkan. Dari pengalamannya, orang kelak akan dapat meningkatkan kualitas pengajarannya.
Memang ada orang yang kebetulan dapat mengajar dengan baik tanpa mempelajari metode
mengajar, tetapi ada pula yang juga kebetulan tidak dapat mengajar dengan baik karena tidak
memperlajarinya. Pada dasarnya, guru-guru kebetulan itu bersandar kepada pengalaman
pribadinya di dalam mengajar. Pada dasrnya pula, metodologi pengajaran merupakan hasil
pengkajian dan pengujian terhadap pengalaman yang tidak lagi kebetulan, tetapi pengalaman
yang mempunyai kebenaran berdasarkan metode ilmiah.
Ciri-ciri profesionalisasi jabatan guru nampak, seperti yang dikemukakan oleh Robert W.
Richey (1974) sebagai berikut.
1. Para guru bekerja hanya semata-mata memberikan pelayanan kemanusiaan daripada usaha
untuk kepentingan pribadi.
2. Para guru secara hukum dituntut untuk memenuhi berbagai persyaratan untuk mendapatkan
lisensi mengajar serta persyaratan yang ketat untuk menjadi anggota organisasi guru.
3. Para guru dituntut memiliki pemahaman serta keterampilan yang tinggi dalam hal bahan
pengajar, metode, anak didik, dan landasan kependidikan.
4. Para guru dalam organisasi profesional, memiliki publikasi profesional yang dapat melayani
para guru, sehingga tidak ketinggalan, bahkan selalu mengikuti perkembangan yang terjadi.
5. Para guru, diusahakan untuk selalu mengikuti kursus-kursus, workshop, seminar, konvensi
serta terlibat secara luas dalam berbagai kegiatan in service.
6. Para guru diakui sepenuhnya sebagai suatu karier hidup (a life career).
7. Para guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secara nasional maupun secara lokal.
.

Ciri-ciri profesi keguruan menurut National Education Association (NEA) mengutarakan ciri-

ciri profesi keguruan sebagai berikut :


1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
3. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (bandingkan dengan pekerjaan
4.
5.
6.
7.
8.

yang memerlukan latihan umum belaka).


Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan kenggotaan yang permanen.
Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.
Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keuntungan pribadi.
Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Sedangkan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) telah merealisasikan pengertian

profesi keguruan untuk pendidikan di Indonesia sebagai berikut :

1. Profesi keguruan adalah suatu bidang pengabdian / dedikasi kepada kepentingan anak didik
dalam perkembangannya menuju kesempurnaan manusiawi.
2. Para anggota profesi keguruan, terikat oleh pola sikap dan perilaku guru yang dirumuskan
dalam kode etik guru indonesia.
3. Para anggota profesi keguruan, dituntut untuk menyelesaikan suatu proses pendidikan
persiapan jabatan yang relatif panjang.
4. Para anggota profesi keguruan terpanggil untuk senantiasa menyegarkan serta menambah
pengetahuan .
5. Para anggota harus memiliki kecakapan / keterampilan teknis yang mampu menyentuh nilainilai kamanusiaan yang mendasar.
6. Para anggota profesi keguruan perlu memiliki sikap bahwa jaminan tentang hak-hak
profesional harus seimbang dan merupakan imbalan dari profesi profesionalnya.
D. PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA DIDIK
Perkembangan atau development merupakan serangkaian perubahan progresif yang
terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Ini berarti, perkembangan terdiri
atas serangkaian perubahan yang bersifat progresif (maju), baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Perubahan kualitatif disebut juga pertumbuhan merupakan buah dari perubahan
aspek fisik seperti penambahan tinggi, berat dan proporsi badan seseorang. Perubahan
kuantitatif meliputi peubahan aspek psikofisik, seperti peningkatan kemampuan berpikir,
berbahasa, perubahan emosi dan sikap, dll. Selain perubahan ke arah penambahan atau
peningkatan, ada juga yang mengalami pengurangan seperti gejala lupa dan pikun. Jadi
perkembangan bersifat dinamis dan tidak pernah statis.
Slamento (1995) merumuskan belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh perubahan tingkahlaku secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara Winkel (1989)
mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang
berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya. Sehingga menghasilkan
perubahan yang relatif menetap/ bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, maupun
psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan
perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, bersifat kontinu, relatif menetap, dan
mempunyai tujuan terarah pada kemajuan yang progresif.
Belajar abad 21, seperti yang dikemukakan Delors (Unesco, 1996), didasarkan pada
konsep belajar sepanjang hayat (life long learning) dan belajar begaimana belajar (learning how
to learn). Konsep ini bertumpu pada empat pilar pembelajaran yaitu : (1) learning to know
(belajar mengetahui) dengan memadukan pengetahuan umum yang cukup luas dengan
kesempatan untuk bekerja melalui kemampuan belajar bagaimana caranya belajar sehingga
diperoleh keuntungan dari peluang-peluang pendidikan sepanjang hayat yang tersedia; (2)
learning to do (belajar berbuat) bukan hanya untuk memperoleh suatu keterampilan kerja tetapi
juga untuk mendapatkan kompetensi berkenaan dengan bekerja dalam kelompok dan berbagai
kondisi sosial yang informal; (3) learning to be (belajar menjadi dirinya) dengan lebih
menyadari kekuatan dan keterbatasan dirinya, dan terus menerus mengembangkan

kepribadiannya menjadi lebih baik dan mampu bertindak mandiri, dan membuat pertimbangan
berdasarkan tanggung jawab pribadi; (4) learning to live together (belajar hidup bersama)
dengan cara mengembangkan pengertian dan kemampuan untuk dapat hidup bersama dan
bekerjasama dengan orang lain dalam masyarakat global yang semakin pluralistik atau
/majemuk secara damai dan harmonis, yang didasari dengan nilai-nilai demokrasi, perdamaian,
hak asasi manusia, dan perkembangan berkelanjutan.
Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan
sepanjang hayat, sedangakan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar disekolah
(Sinolungan, 1997). Departemen Pendidikan Nasional (2003) menegaskan bahwa, peserta didik
adalah angota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang dan
jenis pendidikan. Peserta didik usia SD/MI adalah semua anak yang berada pada rentang usia 612/13 tahun yang sedang berada dalam jenjang pendidikan SD/MI. Peserta didik usia
SMP/MTS adalah semua anak yang berada pada rentang usia 12/13 15/16 tahun yang sedang
berada dalam jenjang pendidikan SMP/MTS. Peserta didik usia SMA/MAI adalah semua anak
yang berada pada rentang usia 15/16 - 18/19 tahun yang sedang berada dalam jenjang
pendidikan SMA/MA, Peserta Didik merupakan subjek yang menjadi fokus utama dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Saudara sebagai calon guru perlu memahami
bahwa pemahaman dan perlakuan terhadap peserta didik adalah sebagai suatu totalitas atau
kesatuan.
Dalam proses maupun hasil perkembangannya setiap peserta didik dipengaruhi oleh
factor eksternal dan internal. Hal mana juga berlaku pada proses dan hasil perkembangan
belajar di sekolah. Selama berproses dalam perkembangan terdapat prinsip-prinsip yang berlaku
dalam perkembangan siswa. Disamping itu juga berlaku pola pola khusus maupun uum dalam
setiap perkembangan peserta disik. Paling tidak ada 6 dimensi perkembangan peserta didik,
yaitu perkembangan fisik, perkembangan motorik, perkembangan social, perkembangan
kognitif, perkembangan moral dan perkembangan bahasa.
E. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari
tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan
pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara
aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan
yang bermanfaat bagi pribadinya.

Pembelajaran merupakan suatu sistim yang membantu

individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.


Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian
kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
Teori-Teori Klasik
1. Behavioristik

Teori Behavioristik merupakan teori dengan pandangan tetang belajar adalah perubahan
dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau dengan
kata lain belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
(Hamzah Uno, 7: 2006). Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini adalah Thorndike,
Watson, Hull, Edwin Guthrie dan Skinner.
2. Pengkondisian klasik
Teori-teori klasik dipelapori oleh seorang ahli sosiologi Rusia bernama Ivan Pavlo pada awal
tahun 1900 an. Untuk menghasilkan teori ini Ivan Pavlov melakukan suatu eksperimen
secara sistimatis dan saintifik, dengan tujuan mengkaji bagaimana pembelajaran berlaku
pada suatu organisme.
Pavlov melakukan suatu eksperimen terhadap anjing. Dia meletakkan secara rutin bubur
daging di depan mulut anjing . Anjing mengeluarkan air liur . air liur yang dikeluarkan oleh
anjing merupakan suatu stimulus yang diasosiasikan dengan makanan. Pavlov juga
menggunakan lonceng sebelum makanan diberikan.
Berdasarkan hasil eksperimen pavlo diperoleh suatu kesimpulan bahwa asosiasi terhadap
penglihatan dan suara dengan makanan ini merupakan tipe pembelajaran yang penting, yang
kemudian dikenal dengan Teori Pengkondisian Klasik.
Pengkondisian klasik adalah tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk
mengaitkan atau mengasosiasikan stimulus. (Santrock, 2010). Dalam pengkondisian klasik
stimulus netral (seperti melihat seseorang) diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna
(seperti makanan) dan menimbulkan kapasitas untuk menghasilkan respon yang sama.
Teori Teori Belajar Proses
1. Teori Skinner
Teori Skinner disebut juga dengan teori pengkondisian operan. Pelopor teori ini adalah B.F.
Skinner. Inti dari teori ini adalah dimana konsekunsi prilaku akan menyebabkan perubahan
dalam probabilitas prilaku itu akan terjadi (Santrock, 272:2010). Konsekuensi imbalan atau
hukuman bersifat sementara pada prilaku organisme. Contoh seorang siswa akan mengemas
bukunya secara rapi jika dia tahu bahwa dia akan diberikan hadiah oleh gurunya. Menurut
Skinner, pengkondisian Operan terdiri dari 2 konsep utama, yaitu : penguatan
(reinforcement), yang terbagi kedalam penguatan positif dan penguatan negative, dan
hukuman (punishment). (M. Asrori, 9 : 2008)
2. Teori Gagne
Robert Gagne lahir tahun 1916 di North Andover, Beliau mendapatkan gelar A.B. pada Yale
tahun 1937 dan pada tahun 1940 mendapat gelar Ph.D. Ada beberapa hal yang melandasi
pandangan Gagne tentang belajar. menurutnya belajar bukan merupakan proses tunggal
melainkan proses luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku,
dimana tingkah laku itu merupakan proses komulatif dari belajar. Artinya banyak
keterampilan yang dipelajari memberikan sumbangan bagi belajar keterampilan yang lebih

rumit. Menurut Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk
mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah
hasil dari efek belajar yang kumulatif (Gagne, 1968).
Teori Teori Kognitif
1. Pemrosesan informasi
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan
pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000:
175). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat
diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi
belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui
beberapa indera.
2. Metakognisi
Metakognisi adalah suatu kemampuan individu berdiri di luar kepalanya dan berusaha
merenungkan cara dia berfikir atau merenungkan proses kognitif yang dilakukan. (M.Asrori,
20:2008). Pengetahuan metakognisi melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pikiran
seseorang pada saat sekarang. Aktivitas metakognisi terjadi pada saat murid secara sadar
menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan
memikirkan sesuatu tujuan. (Santrock, 340:2010). Orang yang pertama memperkenalkan
istilah metakognisi adalah John Flavell. Ia membagi metakognisi keempat variable yang
penting, yaitu: Variabel Individu, Variabel Intra Individu, Variabel antra individu, Variabel
Universal, Variabel Tugas, Variabel Strategi
3. Sibernetik
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. (Hamzah Uno, 17 : 2006).
Dalam teori sibernetik yang lebih penting adalah sistem informasi yang diproses, karena informasi ini
yang akan menentukan proses. Kelebihan Teori Sibernetik : Cara berfikir yang berorientasi pada

proses lebih menonjol, Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis, Kapabilitas


belajar dapat disajikan lebih lengkap, Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan
yang ingin dicapai, Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya,
Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu,
Balikan informativ memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang
telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan. Sedangkan kelemahan teori
sibernetik adalah teori ini dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi yang
dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.

Anda mungkin juga menyukai