Anda di halaman 1dari 15

ALPRAZOLAM, DUMOLID, RIKLONA, MST, STESOLID, DLL

Harga sewaktu-waktu dapat berubah tanpa pemberitahuan sebelumnya

Semua tentang anxiolytics


Efek samping benzodiazepin
Benzodiazepines umumnya diresepkan untuk pengobatan gangguan kecemasan dan / atau
tidur. Namun, mereka sering memiliki efek samping dan sisa mempengaruhi kemampuan
spasial, dan penurunan keterampilan perhatian visual.
Jika tidak, benzodiazepin dapat menyebabkan kurangnya refleks dan juga mengubah
kemampuan untuk memperkirakan waktu. Karena itu, tingkat perhatian ( atau kewaspadaan )
subjek adalah salah satu variabel yang paling sering diperiksa untuk mendeteksi efek residu
setelah pemberian benzodiazepin.
Les cyclopirrolones (misalnya, la zopiclone) Tambahkan imidazopiridines (untuk zolpidem
misalnya) adalah kelas baru hipnotik yang secara struktural tidak berhubungan dengan
benzodiazepin tetapi memiliki mekanisme yang sama aksi.
Tujuan pertama dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek residual pada siang hari
terjaga pada sukarelawan sehat setelah pemberian dosis tunggal pada malam hari diazepam
(10 mg), zolpidem (10 mg), zopiclone tersebut (7,5 mg), gamma-amino-beta-hidroksibutirat
(ou GABOB en abrg 500 mg) atau plasebo. Obat-obatan yang diberikan pada 22:00
(setengah jam sebelum tidur).
Pagi-pagi, kinerja psikomotor diukur menggunakan visuomotor sederhana :
Hasil menunjukkan kurangnya efek residual pada perhatian dengan zopiclone dan zolpidem.
Pemberian diazepam tidak menyebabkan kerusakan yang signifikan perhatian . GABOB
adalah satu-satunya obat yang telah mengakibatkan penurunan tajam 9 jam setelah
pemberian.
Meskipun beberapa penulis tidak menemukan efek residual jelas setelah pemberian zopiclone
atau zolpidem (Declerck et gigitan warisan, 1995; Tafti a Besset, 1992), penurunan yang
signifikan dalam kinerja psikomotor telah dijelaskan dalam penelitian lain setelah mengambil
zat-zat (Berlin et al. 1993; Billard et al., 1987; Mintzer et Griffith, 1999; O'Hanlon, 1995).
Sebuah musim panas, meskipun beberapa penelitian telah menilai efek residu zolpidem dan
zopiclone, hasilnya telah bertentangan.
Efek residu benzodiazepin pada perhatian dan kinerja psikomotor telah didokumentasikan
dengan baik.
Berapa lamakah waktu yang dibutuhkan sebelum benzodiazepin bekerja?

Ada berbagai jenis benzodiazepin. Semuanya memerlukan waktu yang berbeda-beda untuk
bekerja. Kebanyakan akan memiliki efek menenangkan dalam beberapa menit setelah obat
diminum.
Apakah efek samping yang mungkin saya alami saat minum benzodiazepin?
Efek samping adalah reaksi yang tidak diinginkan terhadap penggunaan obat. Kebanyakan
obat
memiliki efek samping, meskipun keparahan efek samping tersebut bervariasi bagi orang
yang berbeda.
Selain merasa tenang atau mengantuk, kemungkinan efek samping dari benzodiazepin
meliputi:
Kepala terasa ringan atau pening
Kebingungan
Goyah atau merasa akan jatuh
Masalah dengan ingatan Anda
Effek penenang benzodiazepin juga dapat juga memengaruhi kemampuan Anda untuk
mengambil
keputusan dan melakukan beberapa tugas. Anda dilarang mengemudi atau mengoperasikan
mesin saat menggunakan benzodiazepin.
Anda harus selalu memberi tahu dokter jika Anda merasa mengalami efek samping dari obat
apa
saja.
Apoteker dan para ahli kedokteran dapat juga membantu dengan informasi tentang efek
samping
dalam penggunaan benzodiazepin; namun perubahan obat apa saja hanya dapat dilakukan
oleh
dokter Anda.
Kerabat dan keluarga penting untuk memberikan dukungan dan perawatan namun tidak
memiliki
jawaban akurat untuk pertanyaan Anda. Setiap pasien berbeda. Karena itu, tidak semua
informasi yang
tersedia di internet akurat dan spesifik untuk penyakit Anda.
Catatlah gejala Anda dan efek samping obat Anda. Bawalah catatan tersebut saat Anda pergi
ke dokter
dan tanyakan jika Anda ingin informasi lebih lanjut tentang cara benzodiazepin bekerja untuk
Anda.
Brosur Medimate, yang tersedia dalam beberapa bahasa, dapat membantu Anda memahami
dan
menggunakan benzodiazepin, atau obat lainnya, bersama dengan dokter dan apoteker Anda.
Brosur ini dan informasi yang berguna lainnya tersedia pada situs web National Prescribing
Service Medicinewise (NPS): http://www.nps.org.au/translated-health-information-aboutmedicines.
Hal lain apakah yang harus saya ketahui tentang meminum benzodiazepin?
Jika Anda minum benzodiazepin secara teratur, Anda perlu berbicara dengan dokter Anda
sebelum mengurangi jumlah yang Anda gunakan atau menghentikan penggunaannya. Jika
Anda
tiba-tiba berhenti minum benzodiazepin, Anda mungkin dapat mengalami gejala ketagihan
seperti
kecemasan dan kebingungan atau dalam situasi yang jarang terjadi, Anda dapat mengalami
kejang-kejang.

Benzodiazepin
Pendahuluan

Dalapenggunaannya, efek benzodiazepine yang diinginkan adalah efek hipnotik-sedatif. Sifat


yang diinginkan dari penggunaan hipnotik-sedatif antara lain adalah perbaikan anxietas,
euphoria, dan kemudahan tidur. Saat efek ini tercapai, maka akan timbul perasaan psikologis
untuk terus menggunakannya jika terjadi anxietas dan kesulitan tidur. Jika keadaan ini terjadi
terus-menerus, maka pola penggunaannya akan menjadi kompulsif. Sehingga terjadi
ketergantungan fisik. Komponen psikologi dari ketergantungan ini dapat disejajarkan dengan
efek ketergantungan kopi dan rokok pada mereka yang telah kecanduan.
Hampir setiap obat hipnotik-sedatif dapat menyebabkan ketergantungan. Efek ketergantungan
ini tergantung pada besar dosis yang digunakan tepat sebelum penghentian penggunaan dan
waktu paruh dan golongan obat yang digunakan. Obat-obatan hipnotik-sedatif dengan waktu
paruh lama akan dieliminasi lama untuk mencapai penghentian obat bertahap sedikit-demi
sedikit. Sedangkan pada obat dengan waktu paruh singkat akan dieliminasi dengan cepat
sehingga sisa metabolitnya tidak cukup adekuat untuk memberikan efek hipnotik yang lama.
Oleh karena itu, penggunaan obat dengan waktu paruh singkat sangat bergantung dari dosis
obat yang digunakan tepat sebelum penghentian penggunaan.
Gejala-gejala abstinensi dapat terjadi pada penggunaan berbagai golongan obat hipnotiksedatif. Gejala-gejala ini dapat berupa lebih sukar tidur dibanding sebelum penggunaan obatobatan hipnotik-sedatif. Gejala abstinensi pada panggunaan obat short acting lebih mudah
terjadi daripada penggunaan obat long acting. Jika gejala ini terjadi, ada kecenderungan untuk
menggunakannya lagi. Karena mungkin dari sisi psikologis, si pemakai akan merasakan rasa
nyaman karena sifat obat tersebut. Seperti yang telah dikatakan di atas, maka
penggunaan menahun untuk mengatasi gejala-gejala abstinensia ini akan menjadi kompulsif.
Sehingga terjadilah ketergantungan fisik. Si pemakai merasa seolah-olah tidak bisa
merasakan nyaman jika tidak menggunakan obat-obatan gtersebut.
Efek ini diperparah dengan tingginya dosis letal pada penggunaan benzodiazepine. Sehingga
pemakai merasa tidak akan bermasalah (karena bagi orang awam, masalah penggunaan obat
yang paling menakutkan adalah dapat menyebabkan kematian dalam penggunaan dosis
tinggi) jika menggunakan obat-obatan ini dalam dosis besar.
Di beberapa negara maju dan berkembang, seperti di Belanda dan Indonesia, Benzodiazepin
digolongkan ke dalam golongan psikotropika. Sehingga penggunaannya dibatasi. Masuknya
semua obat golongan benzodiazepine ini karena pada penyalahgunaannya dalam jangka
waktu lama dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan psikis.

ISI

Benzodiazepin adalah obat hipnotik-sedatif terpenting. Semua struktur yang pada


benzodiazepine menunjukkan 1,4-benzodiazepin. Kebanyakan mengandung gugusan
karboksamid dalam dalam struktur cincin heterosiklik beranggota 7. Substituen pada posisi 7
ini sangat penting dalam aktivitas hipnotik-sedatif.
Pada umumnya, semua senyawa benzodiazepine memiliki empat daya kerja seperti efek
anxiolitas, hipnotik-sedatif, antikonvulsan, dan relaksan otot. Setiap efek berbeda-beda
tergantung pada derivatnya dan berdasarkan pengaruh GABA pada SSP. Benzodiazepine
menimbulkan efek hasrat tidur bila diberi dalam dosis tinggi pada malam hari. Dan
memberikan efek sedasi jika diberikan dalam dosis rendah pada siang hari.
Masing-masing derivate mempunyai efek yang menonjol diantara tiga efek lainnya. Sebagai
contoh; diazepam mempunyai efek anxiolitas yang lebih menonjol sehingga sering digunakan
sebagai tranquilizer.
Keuntungan yang bisa didapat dari penggunaan benzodiazepine adalah tidak merintangi tidur
REM. Sebelumnya, diperkirakan bahwa zat ini tidak menimbulkan toleransi. Akan tetapi,
ternyata zat ini juga menimbulkan toleransi jika digunakan dalam 1-2 minggu.
A. Penggolongan Benzodiazepine
Berdasarkan lama kerjanya, benzodiazepine dapat digolongkan ke dalam 3 kelompok:
1. Long acting.
Obat-obat ini dirombak dengan jalan demetilasi dan hidroksilasi menjadi metabolit aktif
(sehingga memperpanjang waktu kerja) yang kemudian dirombak kembali menjadi
oksazepam yang dikonjugasi menjadi glukoronida tak aktif. Metabolit aktif desmetil biasanya
bersifat anxiolitas. Sehingga biasanya, zat long acting lebih banyak digunakan sebagai obat
tidur walaupun efek induknya yang paling menonjol adalah sedative-hipnotik.
2. Short acting
Obat-obat ini dimetabolisme tanpa menghasilkan zat aktif. Sehingga waktu kerjanya tidak
diperpanjang. Obat-obat ini jarang menghasilkan efek sisa karena tidak terakumulasi pada
penggunaan berulang.
3. Ultra short acting
Lama kerjanya sangat kurang dari short acting. Hanya kurang dari 5,5 jam. Efek abstinensia
lebih besar terjadi pada obat-obatan jenis ini.
Selain sisa metabolit aktif menentukan untuk perpanjangan waktu kerja, afinitas terhadap
reseptor juga sangant menentukan lamanya efek yang terjadi saat penggunaan. Semakin kuat
zat berikatan pada reseptornya, semakin lama juga waktu kerjanya.
B. Mekanisme Kerja
Benzodiazepin terikat pada saluran molekul klorida yang berfungsi sebagai reseptor GABA.
Saluran ini mengandung reseptor GABA dimana banyak obat yang mempengaruhi SSP
terikat pada saluran ini. Benzodiazepin terikat secara alosterikal pada saluran ini yang
menyebabkan peningkatan afinitas GABA pada reseptornya. Dengan meningkatnya afinitas
GABA pada reseptornya ini, maka efek eksitasi dari asetil kolin dihambat.
C. Farmakodinamik
C.1. Sedasi
Sedasi dapat didefinisikan sebagai menurunnya tingkat respon stimulus yang tetap dengan
penurunan dalam aktivitas dan ide spontan. Perubahan ini terjadi pada dosis yang rendah.
C.2. Hipnotik
Zat-zat benzodiazepin dapat menimbulkan efek hipnotik jika diberikan dalam dosis besar.
Efeknya pada pola tidur normal adalah dengan menurunkan masa laten mulainya tidur,

peningkatan lamanya tidur NREM tahap 2, penurunan lamanya tidur REM, dan penurunan
lamanya tidur gelombang lambat.
C.3. Anestesi
Efek dalam dosis tinggi dapat mnekan susunan saraf pusat ke titik yang dikenal sebagai
stadium III anestesi umum. Efek ini tergantung pada sifat fisikokimia yang menentukan
kecepatan mulai dan lama efek zat tersebut.
Dalam penggunaannya dalam bedah, selain efek anestesi, juga dimanfaatkan efek amnesia
retrogradnya. Sehingga pasien bedah operatif tidak mengingat kejadian menyeramkan selama
proses bedah.
C.4. Efek Antikonvulsi
Kebanyakan zat hipnotik-sedatif sanggup menghambat perkembangan dan penyebaran
naktivitas epileptiformis dalam susunan saraf pusat.
C.5. Relaksan Otot
Beberapa zat hipnotik sedatif dalam goglongan benzodiazepin mempunyai efek inhibisi
atas refleks polisinaptik dan transmisi internunsius, dan pada dosis tinggi bisa menekan
transmisi pada sambungan neuromuskular otot rangka.
C.6. Efek pada Respirasi dan Kardiovaskular
Beberapa zat hipnotik-sedatif dapat menimbulkan depresi pernafasan pada pasien dengan
penyakit paru obstruktif. Dan pada penyakit yang melemahkan sistem kardiovaskular bisa
menyebabkan depresi kardiovaskular. Ini kemungkinan disebabkan oleh kerja pada pusat
vasomotor pada medula oblongata. Pada dosis tinggi, kontraktilitas miokardium dan tonus
vaskular mungkin akan tertekan yang akan menyebabkan kolaps sirkulasi. Efek terhadap
respirasi dan kardiovaskular akan lebih jelas jika diberikan secara intravena.
Pemberian benzodiazepin pada prakteknya menghasilkan penekanan pada zat endogen mirip
benzodiazepin. Sehingga zat-zat ini berkurang kadarnya saat pemberian benzodiazepin. Efek
inilah yang akan mempengaruhi ketergantungan tubuh terhadap benzodiazepin. Akan tetapi,
hal ini dapat dihindari dengan pemakaian benar dari zat-zat turunan benzodiazepin.
D. Farmakokinetik
Benzodiazepin merupakan basa lemah yang sangat efektif diarbsorbsi pada pH tinggi yang
ditemukan dalam duodenum. Rearbsorbsi di usus berlangsung dengan baik karena sifat lipofil
dari benzodiazepin dengan kadar maksimal dicapai pada sampai 2 jam. Pengecualian
adalah pada penggunaan klordiazepoksida, oksazepam dan lorazepam. Karena sifatnya yang
kurang lipofilik, maka kadar maksimumnya baru tercapai pada 1-4 jam. Distribusi terutama
di otak, hati dan jantung. Beberapa diantara zat benzodiazepin mengalami siklus
enterohepatik.
Jika diberikan suposituria, rearbsorbsinya agak lambat. Tetapi bila diberikan dalam bentuk
larutan rektal khusus, rearbsorbsinya sangat cepat. Oleh karena itu bentuk ini sangat sering
diberikan pada keadaan darurat seperti pada kejang demam.
Karena zat-zat ini bersifat lipofilik, maka sawar plasenta mampu ditembus dan zat-zat ini
dapat mencapai janin. Namun karena aliran darah ke palsenta relatif lambat, maka kecepatan
dicapainya darah janin relatif lebih lambat dibandingkan ke sistem saraf pusat. Akan tetapi,
jika zat ini diberikan saat sebelum lahir, maka akan menimbulkan penekanan fungsi vital
neonatus.
Metabolisme di hati sangat bertanggung jawab terhadap pembersihan dan eliminasidari
semua benzodiazepin. Kebanyakan benzodiazepin mengalami fase oksidasi, demetilasi, dan

hidroksilasi menjadi bentuk aktif. Kemudian dikonjugasi mendai glukoronida oleh enzim
glukoronil transferase.
Kebanyakan hasil metabolit benzodiazepin golongan long acting adalah dalam bentuk aktif
yang mempunyai waktu paruh yang lebih lama dari induknya. Sehingga lebih dapat
menyebabkan efek hang over dari pada golongan short acting pada penggunaan dosis ganda.
Yang perlu diwaspadai adalah pada penggunaan golongan short acting lebih dapat
menyebabkan efek abstinens. Efek ini timbul karena penggunaannya dapat menekan zat
endogen. Sehingga pada penghentian mendadak, zat endogen tidak dapat mencapai maksimal
dalam waktu cepat. Sehingga terjadilah gejala abstinens yang lebih parah daripada sebelum
penggunaan zat tersebut.
E. Efek Samping
Beberapa efek samping dapat timbul selama pemakaian awal. Efek tersebut antara lain adalah
rasa kantuk, pusing, nyeri kepala, mulut kering, dan rasa pahit di mulut. Adapun efek
samping lainnya adalah:
1. Hang over. Efek sisa yang disebabkan adanya akumulasi dari sisa metabolit aktif. Jika ini
terjadi pada pengendara kendaraan bermotor, resiko terjadinya kecelakaan meningkat lebih
dari lima kali lipat.
2. Amnesia Retrograde. Efek samping ini bisa dimanfaatkan oleh bagian bedah untuk
menghilangkan sensari ngeri karena melihat proses pembedahan.
3. Gejala paradoksal. Berupa eksitasi, gelisah, marah-marah, mudah terangsang, dan kejangkejang.
4. Ketergantungan. Efek ini biasanya lebih bersifat psikologis. Timbulnya efek ini karena
timbulnya gejala abstinens yang menyebabkan pemakai merasa lebih nyaman jika
menggunakan zat ini. Jika terjadi menahun, hal ini akan menimbulkan kompulsif. Sehingga
terjadilah ketergantungan fisik. Efek ini dapat diperparah karena dosis letal pada penggunaan
benzodiazepin sangat tinggi.
5. Toleransi. Efek ini terjadi setelah 1-2 minggu pemakaian.
6. Abstinens. Gejala yang timbul merupakan gejala yang mirip bahkan lebih parah
dibandingkan gejala sebelum dipakainya benzodiazepin. Misal timbulnya nightmare,
perasaan takut, cemas, dan ketegangan yang hebat.
Tabel 1: data benzodiazepin yang biasa digunakan untuk sedatif dan tranquilizer

Nama zat Spesialite


Plasma t
Metabolit aktif dan plasma t nya
Dosis (mg)
Triazolam
Halcion
3-4 jam
Metil (hidroksitr)
8 jam
-1
Estazolam
Esilgan
3-4
Hidroksi estaz
8
1-2
Loprazolam

Dormonoct
8
0.5-2
Midazolam
Dormicium
2
Alpha Hidrosi-m
1
7,5-15
Oksazolam
Seresta
10-14
10-30
Temazepam
Normison
8
Oksazepam
10-30
Lorazepam
Ativan
12
1-2
Lormetazepam
Noctamid
12
1

Diazepam
Benzodiazepin
Pendahuluan
Dalam penggunaannya, efek benzodiazepine yang diinginkan adalah efek hipnotik-sedatif.
Sifat yang diinginkan dari penggunaan hipnotik-sedatif antara lain adalah perbaikan anxietas,
euphoria, dan kemudahan tidur. Saat efek ini tercapai, maka akan timbul perasaan psikologis
untuk terus menggunakannya jika terjadi anxietas dan kesulitan tidur. Jika keadaan ini terjadi
terus-menerus, maka pola penggunaannya akan menjadi kompulsif. Sehingga terjadi
ketergantungan fisik. Komponen psikologi dari ketergantungan ini dapat disejajarkan dengan
efek ketergantungan kopi dan rokok pada mereka yang telah kecanduan.
Hampir setiap obat hipnotik-sedatif dapat menyebabkan ketergantungan. Efek ketergantungan
ini tergantung pada besar dosis yang digunakan tepat sebelum penghentian penggunaan dan
waktu paruh dan golongan obat yang digunakan. Obat-obatan hipnotik-sedatif dengan waktu

paruh lama akan dieliminasi lama untuk mencapai penghentian obat bertahap sedikit-demi
sedikit. Sedangkan pada obat dengan waktu paruh singkat akan dieliminasi dengan cepat
sehingga sisa metabolitnya tidak cukup adekuat untuk memberikan efek hipnotik yang lama.
Oleh karena itu, penggunaan obat dengan waktu paruh singkat sangat bergantung dari dosis
obat yang digunakan tepat sebelum penghentian penggunaan.
Gejala-gejala abstinensi dapat terjadi pada penggunaan berbagai golongan obat hipnotiksedatif. Gejala-gejala ini dapat berupa lebih sukar tidur dibanding sebelum penggunaan obatobatan hipnotik-sedatif. Gejala abstinensi pada panggunaan obat short acting lebih mudah
terjadi daripada penggunaan obat long acting. Jika gejala ini terjadi, ada kecenderungan untuk
menggunakannya lagi. Karena mungkin dari sisi psikologis, si pemakai akan merasakan rasa
nyaman karena sifat obat tersebut. Seperti yang telah dikatakan di atas, maka
penggunaan menahun untuk mengatasi gejala-gejala abstinensia ini akan menjadi kompulsif.
Sehingga terjadilah ketergantungan fisik. Si pemakai merasa seolah-olah tidak bisa
merasakan nyaman jika tidak menggunakan obat-obatan gtersebut.
Efek ini diperparah dengan tingginya dosis letal pada penggunaan benzodiazepine. Sehingga
pemakai merasa tidak akan bermasalah (karena bagi orang awam, masalah penggunaan obat
yang paling menakutkan adalah dapat menyebabkan kematian dalam penggunaan dosis
tinggi) jika menggunakan obat-obatan ini dalam dosis besar.
Di beberapa negara maju dan berkembang, seperti di Belanda dan Indonesia, Benzodiazepin
digolongkan ke dalam golongan psikotropika. Sehingga penggunaannya dibatasi. Masuknya
semua obat golongan benzodiazepine ini karena pada penyalahgunaannya dalam jangka
waktu lama dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan psikis.
ISI
Benzodiazepin adalah obat hipnotik-sedatif terpenting. Semua struktur yang pada
benzodiazepine menunjukkan 1,4-benzodiazepin. Kebanyakan mengandung gugusan
karboksamid dalam dalam struktur cincin heterosiklik beranggota 7. Substituen pada posisi 7
ini sangat penting dalam aktivitas hipnotik-sedatif.
Pada umumnya, semua senyawa benzodiazepine memiliki empat daya kerja seperti efek
anxiolitas, hipnotik-sedatif, antikonvulsan, dan relaksan otot. Setiap efek berbeda-beda
tergantung pada derivatnya dan berdasarkan pengaruh GABA pada SSP. Benzodiazepine
menimbulkan efek hasrat tidur bila diberi dalam dosis tinggi pada malam hari. Dan
memberikan efek sedasi jika diberikan dalam dosis rendah pada siang hari.
Masing-masing derivate mempunyai efek yang menonjol diantara tiga efek lainnya. Sebagai
contoh; diazepam mempunyai efek anxiolitas yang lebih menonjol sehingga sering digunakan
sebagai tranquilizer.
Keuntungan yang bisa didapat dari penggunaan benzodiazepine adalah tidak merintangi tidur
REM. Sebelumnya, diperkirakan bahwa zat ini tidak menimbulkan toleransi. Akan tetapi,
ternyata zat ini juga menimbulkan toleransi jika digunakan dalam 1-2 minggu.
A. Penggolongan Benzodiazepine
Berdasarkan lama kerjanya, benzodiazepine dapat digolongkan ke dalam 3 kelompok:
1. Long acting.
Obat-obat ini dirombak dengan jalan demetilasi dan hidroksilasi menjadi metabolit aktif
(sehingga memperpanjang waktu kerja) yang kemudian dirombak kembali menjadi
oksazepam yang dikonjugasi menjadi glukoronida tak aktif. Metabolit aktif desmetil biasanya
bersifat anxiolitas. Sehingga biasanya, zat long acting lebih banyak digunakan sebagai obat
tidur walaupun efek induknya yang paling menonjol adalah sedative-hipnotik.
2. Short acting

Obat-obat ini dimetabolisme tanpa menghasilkan zat aktif. Sehingga waktu kerjanya tidak
diperpanjang. Obat-obat ini jarang menghasilkan efek sisa karena tidak terakumulasi pada
penggunaan berulang.
3. Ultra short acting
Lama kerjanya sangat kurang dari short acting. Hanya kurang dari 5,5 jam. Efek abstinensia
lebih besar terjadi pada obat-obatan jenis ini.
Selain sisa metabolit aktif menentukan untuk perpanjangan waktu kerja, afinitas terhadap
reseptor juga sangant menentukan lamanya efek yang terjadi saat penggunaan. Semakin kuat
zat berikatan pada reseptornya, semakin lama juga waktu kerjanya.
B. Mekanisme Kerja
Benzodiazepin terikat pada saluran molekul klorida yang berfungsi sebagai reseptor GABA.
Saluran ini mengandung reseptor GABA dimana banyak obat yang mempengaruhi SSP
terikat pada saluran ini. Benzodiazepin terikat secara alosterikal pada saluran ini yang
menyebabkan peningkatan afinitas GABA pada reseptornya. Dengan meningkatnya afinitas
GABA pada reseptornya ini, maka efek eksitasi dari asetil kolin dihambat.
C. Farmakodinamik
C.1. Sedasi
Sedasi dapat didefinisikan sebagai menurunnya tingkat respon stimulus yang tetap dengan
penurunan dalam aktivitas dan ide spontan. Perubahan ini terjadi pada dosis yang rendah.
C.2. Hipnotik
Zat-zat benzodiazepin dapat menimbulkan efek hipnotik jika diberikan dalam dosis besar.
Efeknya pada pola tidur normal adalah dengan menurunkan masa laten mulainya tidur,
peningkatan lamanya tidur NREM tahap 2, penurunan lamanya tidur REM, dan penurunan
lamanya tidur gelombang lambat.
C.3. Anestesi
Efek dalam dosis tinggi dapat mnekan susunan saraf pusat ke titik yang dikenal sebagai
stadium III anestesi umum. Efek ini tergantung pada sifat fisikokimia yang menentukan
kecepatan mulai dan lama efek zat tersebut.
Dalam penggunaannya dalam bedah, selain efek anestesi, juga dimanfaatkan efek amnesia
retrogradnya. Sehingga pasien bedah operatif tidak mengingat kejadian menyeramkan selama
proses bedah.
C.4. Efek Antikonvulsi
Kebanyakan zat hipnotik-sedatif sanggup menghambat perkembangan dan penyebaran
naktivitas epileptiformis dalam susunan saraf pusat.
C.5. Relaksan Otot
Beberapa zat hipnotik sedatif dalam goglongan benzodiazepin mempunyai efek inhibisi
atas refleks polisinaptik dan transmisi internunsius, dan pada dosis tinggi bisa menekan
transmisi pada sambungan neuromuskular otot rangka.
C.6. Efek pada Respirasi dan Kardiovaskular
Beberapa zat hipnotik-sedatif dapat menimbulkan depresi pernafasan pada pasien dengan
penyakit paru obstruktif. Dan pada penyakit yang melemahkan sistem kardiovaskular bisa
menyebabkan depresi kardiovaskular. Ini kemungkinan disebabkan oleh kerja pada pusat
vasomotor pada medula oblongata. Pada dosis tinggi, kontraktilitas miokardium dan tonus

vaskular mungkin akan tertekan yang akan menyebabkan kolaps sirkulasi. Efek terhadap
respirasi dan kardiovaskular akan lebih jelas jika diberikan secara intravena.
Pemberian benzodiazepin pada prakteknya menghasilkan penekanan pada zat endogen mirip
benzodiazepin. Sehingga zat-zat ini berkurang kadarnya saat pemberian benzodiazepin. Efek
inilah yang akan mempengaruhi ketergantungan tubuh terhadap benzodiazepin. Akan tetapi,
hal ini dapat dihindari dengan pemakaian benar dari zat-zat turunan benzodiazepin.
D. Farmakokinetik
Benzodiazepin merupakan basa lemah yang sangat efektif diarbsorbsi pada pH tinggi yang
ditemukan dalam duodenum. Rearbsorbsi di usus berlangsung dengan baik karena sifat lipofil
dari benzodiazepin dengan kadar maksimal dicapai pada sampai 2 jam. Pengecualian
adalah pada penggunaan klordiazepoksida, oksazepam dan lorazepam. Karena sifatnya yang
kurang lipofilik, maka kadar maksimumnya baru tercapai pada 1-4 jam. Distribusi terutama
di otak, hati dan jantung. Beberapa diantara zat benzodiazepin mengalami siklus
enterohepatik.
Jika diberikan suposituria, rearbsorbsinya agak lambat. Tetapi bila diberikan dalam bentuk
larutan rektal khusus, rearbsorbsinya sangat cepat. Oleh karena itu bentuk ini sangat sering
diberikan pada keadaan darurat seperti pada kejang demam.
Karena zat-zat ini bersifat lipofilik, maka sawar plasenta mampu ditembus dan zat-zat ini
dapat mencapai janin. Namun karena aliran darah ke palsenta relatif lambat, maka kecepatan
dicapainya darah janin relatif lebih lambat dibandingkan ke sistem saraf pusat. Akan tetapi,
jika zat ini diberikan saat sebelum lahir, maka akan menimbulkan penekanan fungsi vital
neonatus.
Metabolisme di hati sangat bertanggung jawab terhadap pembersihan dan eliminasidari
semua benzodiazepin. Kebanyakan benzodiazepin mengalami fase oksidasi, demetilasi, dan
hidroksilasi menjadi bentuk aktif. Kemudian dikonjugasi mendai glukoronida oleh enzim
glukoronil transferase.
Kebanyakan hasil metabolit benzodiazepin golongan long acting adalah dalam bentuk aktif
yang mempunyai waktu paruh yang lebih lama dari induknya. Sehingga lebih dapat
menyebabkan efek hang over dari pada golongan short acting pada penggunaan dosis ganda.
Yang perlu diwaspadai adalah pada penggunaan golongan short acting lebih dapat
menyebabkan efek abstinens. Efek ini timbul karena penggunaannya dapat menekan zat
endogen. Sehingga pada penghentian mendadak, zat endogen tidak dapat mencapai maksimal
dalam waktu cepat. Sehingga terjadilah gejala abstinens yang lebih parah daripada sebelum
penggunaan zat tersebut.
E. Efek Samping
Beberapa efek samping dapat timbul selama pemakaian awal. Efek tersebut antara lain adalah
rasa kantuk, pusing, nyeri kepala, mulut kering, dan rasa pahit di mulut. Adapun efek
samping lainnya adalah:
1. Hang over. Efek sisa yang disebabkan adanya akumulasi dari sisa metabolit aktif. Jika ini
terjadi pada pengendara kendaraan bermotor, resiko terjadinya kecelakaan meningkat lebih
dari lima kali lipat.
2. Amnesia Retrograde. Efek samping ini bisa dimanfaatkan oleh bagian bedah untuk
menghilangkan sensari ngeri karena melihat proses pembedahan.
3. Gejala paradoksal. Berupa eksitasi, gelisah, marah-marah, mudah terangsang, dan kejangkejang.
4. Ketergantungan. Efek ini biasanya lebih bersifat psikologis. Timbulnya efek ini karena
timbulnya gejala abstinens yang menyebabkan pemakai merasa lebih nyaman jika
menggunakan zat ini. Jika terjadi menahun, hal ini akan menimbulkan kompulsif. Sehingga

terjadilah ketergantungan fisik. Efek ini dapat diperparah karena dosis letal pada penggunaan
benzodiazepin sangat tinggi.
5. Toleransi. Efek ini terjadi setelah 1-2 minggu pemakaian.
6. Abstinens. Gejala yang timbul merupakan gejala yang mirip bahkan lebih parah
dibandingkan gejala sebelum dipakainya benzodiazepin. Misal timbulnya nightmare,
perasaan takut, cemas, dan ketegangan yang hebat.
Tabel 1: data benzodiazepin yang biasa digunakan untuk sedatif dan tranquilizer
Nama zat
Spesialite
Plasma t
Metabolit aktif dan plasma t nya
Dosis (mg)
Triazolam
Halcion
3-4 jam
Metil (hidroksitr)
8 jam
-1
Estazolam
Esilgan
3-4
Hidroksi estaz
8
1-2
Loprazolam
Dormonoct
8
0.5-2
Midazolam
Dormicium
2
Alpha Hidrosi-m
1
7,5-15
Oksazolam
Seresta
10-14
10-30
Temazepam
Normison
8
Oksazepam
10-30
Lorazepam

Ativan
12
1-2
Lormetazepam
Noctamid
12
1
Diazepam
Valium
20-40
Desmetil diazepam
42-96
5-10
Nitrazepam
Mogadon
25
5-10
F. Ketergantungan Benzodiazepin.
Pada dasarnya, benzodiazepin dapat menekan produksi endogen zat yang mirip dengan
benzodiazepin. Produksi endogen ini diperlukan guna menekan efek eksitasi dari zat-zat
eksitator dalam otak. Jika zat ini tidak ada, maka eksitasi fisiologis tidak dapat dihambat oleh
inhibisi fisiologis.
Pada penggunaan benzodiazepin dalam dosis tinggi (yang terutama digunakan untuk
mendapatkan daya sedasi), benzodiazepin akan sangat menekan produksi inhibitor endogen
yang ada dalam tubuh. Jika penggunaannya dihentikan secara mendadak, zat endogen
tersebut tidak dapat kembali ke tingkat semula sebelum ditekan oleh konsumsi
benzodiazepin. Akibatnya akan terjadi efek penarikan atau yang biasa dikenal dengan
withdrawal effects.
Kadar endogen yang tidak dapat kembali ke tingkat semula ini akan memperparah keadaan.
Hal ini dikarenakan tertekannya efek inhibisi sistem saraf pusat, sedangkan efek zat eksogen
(benzodiazepin sudah tidak ada). Akibatnya terjadi eksitasi tanpa terhambat pada sistem saraf
pusat. Keadaan ini menyebabkan efek abstinens yaitu efek yang mirip sebelum obat
diberikan.
Pada penggunaan yang salah efek tersebut akan terjadi. Akan tetapi penderita akan kembali
merasa nyaman saat kembali menggunakan obat tersebut. Karena merasa nyaman setelah
penggunaan kembali obat inilah yang menyebabkan ketergantungan psikologis dan fisik
terhadap benzodiazepin. Hal inilah yang menjadi awal ketergantungan. Semakin lama
dipakai, maka akan terjadi efek kompulsif pada pengguna. Yang lama kelamaan akan menjadi
ketergantungan fisik akibat produksi endogen tubuh yang sangat berkurang karena tertekan
oleh penggunaan benzodiazepin.
Hal lain yang harus diperhatikan saat pemberian benzodiazepin adalah bahwa obat ini
mempunyai dosis letal yang sangat tinggi dan dapat menyebabkan toleransi pada penggunaan
lebih dari 1-2 minggu. Seperti yang telah dibicarakan sebelumnya, bahwa obat ini akan
menekan produksi endogen zat inhibitor mirip benzodiazepin. Semakin tinggi dosis yang

dipakai karena adanya toleransi, semakin tertekan pula produksi endogen zat inhibitor mirip
benzodiazepin dalam sistem saraf pusat. Sehingga efekpun akan berlanjut seperti yang telah
dijelasskan di atas.
Golongan yang biasanya menyebabkan gejala abstinens adalah golongan short acting. Efek
ini timbul dikarenakan tidak adanya perpanjangan waktu kerja akibat tidak terbentuknya
metabolit aktif dari hasil metabolisme zat benzodiazepin tersebut. Akibatnya ketika
penghentian mendadak, tertekannya zat endogen mirip benzodiazepin tidak dapat diimbangi
oleh perpanjangan waktu kerja hasil metabolitnya.
Penutup
Beberapa turunan benzodiazepin digolongkan ke dalam zat psikotropika. Masuknya zat
golongan benzodiazepin ke dalam golongan psikotropika ini dikarenakan oleh adanya efek
ketergantungan fisik pada penggunaan yang salah. Seperti yang telah dijelaskan bahwa
penggunaan yang salah seperti tidak diperhatikannya dosis dan lamanya pemakaian dapat
menyebabkan ketergantungan fisik yang bersifat kompulsif. Akibatnya, jika penderita tidak
menggunakan zat tersebut, penderita tidak akan merasakan rasa nyaman.
Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan benzodiazepin adalah dosis, golongan obat
dan lamanya pemakaian. Cara pemakaian juga mempunyai peranan penting disini. Selain
karena dosisnya salah. Efek putus obat akibat penghentian mendadak golongan short acting
juga dapat menyebabkan gejala abstinens yang merupakan awal dari kompulsif yang
berujung pada ketergantungan fisik.

Daftar Pustaka
Gery Schmitz, dkk. (2009). Farmakologi dan Toksikologi. EGC. Jakarta
Guyton and Hall. (1998). Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta
Kaplan and Saddock. (2010). Sinopsis Psikiatri. Binarupa Aksara. Tangerang
Katzung, Bertram G. (1994). Farmakologi Dasar dan Klinik (Alih Bahasa oleh Staf
Farmakologi FK UNSRI). EGC. Jakarta
Maslim, Rusdi. (1997). Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta
Staf Dosen UNILA. (2006). Format Penulisan Karya Ilmiah. UNILA. Bandar Lampung
Tjay, Tanhoan & Kirana Rahardja. (2008). Obat-Obat Penting, cetakan 2. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1997, tanggal 11 maret 1997, tentang
Psikotropika
http:www.benzo.org.uk
http:www.wikipedia.com

Posted by dr. Hendra Nopriansyah at 17.19Valium


20-40
Desmetil diazepam
42-96
5-10
Nitrazepam

Mogadon
25
5-10
F. Ketergantungan Benzodiazepin.
Pada dasarnya, benzodiazepin dapat menekan produksi endogen zat yang mirip dengan
benzodiazepin. Produksi endogen ini diperlukan guna menekan efek eksitasi dari zat-zat
eksitator dalam otak. Jika zat ini tidak ada, maka eksitasi fisiologis tidak dapat dihambat oleh
inhibisi fisiologis.
Pada penggunaan benzodiazepin dalam dosis tinggi (yang terutama digunakan untuk
mendapatkan daya sedasi), benzodiazepin akan sangat menekan produksi inhibitor endogen
yang ada dalam tubuh. Jika penggunaannya dihentikan secara mendadak, zat endogen
tersebut tidak dapat kembali ke tingkat semula sebelum ditekan oleh konsumsi
benzodiazepin. Akibatnya akan terjadi efek penarikan atau yang biasa dikenal dengan
withdrawal effects.
Kadar endogen yang tidak dapat kembali ke tingkat semula ini akan memperparah keadaan.
Hal ini dikarenakan tertekannya efek inhibisi sistem saraf pusat, sedangkan efek zat eksogen
(benzodiazepin sudah tidak ada). Akibatnya terjadi eksitasi tanpa terhambat pada sistem saraf
pusat. Keadaan ini menyebabkan efek abstinens yaitu efek yang mirip sebelum obat
diberikan.
Pada penggunaan yang salah efek tersebut akan terjadi. Akan tetapi penderita akan kembali
merasa nyaman saat kembali menggunakan obat tersebut. Karena merasa nyaman setelah
penggunaan kembali obat inilah yang menyebabkan ketergantungan psikologis dan fisik
terhadap benzodiazepin. Hal inilah yang menjadi awal ketergantungan. Semakin lama
dipakai, maka akan terjadi efek kompulsif pada pengguna. Yang lama kelamaan akan menjadi
ketergantungan fisik akibat produksi endogen tubuh yang sangat berkurang karena tertekan
oleh penggunaan benzodiazepin.
Hal lain yang harus diperhatikan saat pemberian benzodiazepin adalah bahwa obat ini
mempunyai dosis letal yang sangat tinggi dan dapat menyebabkan toleransi pada penggunaan
lebih dari 1-2 minggu. Seperti yang telah dibicarakan sebelumnya, bahwa obat ini akan
menekan produksi endogen zat inhibitor mirip benzodiazepin. Semakin tinggi dosis yang
dipakai karena adanya toleransi, semakin tertekan pula produksi endogen zat inhibitor mirip
benzodiazepin dalam sistem saraf pusat. Sehingga efekpun akan berlanjut seperti yang telah
dijelasskan di atas.
Golongan yang biasanya menyebabkan gejala abstinens adalah golongan short acting. Efek
ini timbul dikarenakan tidak adanya perpanjangan waktu kerja akibat tidak terbentuknya
metabolit aktif dari hasil metabolisme zat benzodiazepin tersebut. Akibatnya ketika
penghentian mendadak, tertekannya zat endogen mirip benzodiazepin tidak dapat diimbangi
oleh perpanjangan waktu kerja hasil metabolitnya.
Penutup
Beberapa turunan benzodiazepin digolongkan ke dalam zat psikotropika. Masuknya zat
golongan benzodiazepin ke dalam golongan psikotropika ini dikarenakan oleh adanya efek
ketergantungan fisik pada penggunaan yang salah. Seperti yang telah dijelaskan bahwa
penggunaan yang salah seperti tidak diperhatikannya dosis dan lamanya pemakaian dapat
menyebabkan ketergantungan fisik yang bersifat kompulsif. Akibatnya, jika penderita tidak
menggunakan zat tersebut, penderita tidak akan merasakan rasa nyaman.

Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan benzodiazepin adalah dosis, golongan obat
dan lamanya pemakaian. Cara pemakaian juga mempunyai peranan penting disini. Selain
karena dosisnya salah. Efek putus obat akibat penghentian mendadak golongan short acting
juga dapat menyebabkan gejala abstinens yang merupakan awal dari kompulsif yang
berujung pada ketergantungan fisik.

Daftar Pustaka
Gery Schmitz, dkk. (2009). Farmakologi dan Toksikologi. EGC. Jakarta
Guyton and Hall. (1998). Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta
Kaplan and Saddock. (2010). Sinopsis Psikiatri. Binarupa Aksara. Tangerang
Katzung, Bertram G. (1994). Farmakologi Dasar dan Klinik (Alih Bahasa oleh Staf
Farmakologi FK UNSRI). EGC. Jakarta
Maslim, Rusdi. (1997). Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta
Staf Dosen UNILA. (2006). Format Penulisan Karya Ilmiah. UNILA. Bandar Lampung
Tjay, Tanhoan & Kirana Rahardja. (2008). Obat-Obat Penting, cetakan 2. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1997, tanggal 11 maret 1997, tentang
Psikotropika
http:www.benzo.org.uk
http:www.wikipedia.com

Posted by dr. Hendra Nopriansyah at 17.19

Anda mungkin juga menyukai