Anda di halaman 1dari 6

ILU ROSYID AN NAAFI

12505241028
A

Melihat Permasalahan TKI dari Sudut Pandang Pendidikan


Pancasila
Pendahuluan
Permasalahan TKI (Tenaga Kerja Indonesia) bukan merupakan hal baru bagi bangsa
Indonesia. bahwa sejak era 1970-an, permasalahan ini menduduki posisi teratas. Selama
ini permasalahan TKI tidak mengalami perkembangan yang berarti. Rumitnya
permasalahan ini melibatkan banyak faktor baik dalam negeri maupun luar negeri
contohnya Malaysia. beberapa faktor penyebab masalah ini tidak kunjung selesai, antara
lain dari dalam negeri meliputi permasalahan di bidang ekonomi, pemerintahan dan
sosial. Sedangkan permasalahan dari luar negeri meliputi tingginya permintaan akan
tenaga kerja dari Indonesia. Melihat banyaknya faktor yang saling berhubungan dalam
permasalahan TKI ini, maka sebaiknya kita mulai merenungkan kembali akar
permasalahan yang membuat TKI tidak dimanusiawikan oleh bangsanya sendiri
khususnya pemerintah dan juga kualitas dari TKI itu sendiri.
Oleh karena itu makalah yang saya tulis ini akan mengulas beberapa permasalahan di
atas secara singkat berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan sekaligus untik memenuhi
tugas Pendidian Pancasila tentang nilai-nilai Pancasila dalam emandang permasalahan
aktual bangsa.

Pembahasan
Di dalam alinea 4 pembukaan UUD 1945 tertulis Kemudian dari pada itu untuk
membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa . Kalimat ini memiliki tujuan khusus,
yaitu untuk realisasi pembangunan bangsa Indonesia ke dalam dengan membentuk
negara hukum formal dalam hubungannya melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, serta membentuk negara hukum material yang hubungannya
memajukan

kesejahteraan

umum,

mencerdaskan

kehidupan

bangsa.

Kaelan, (1999) menyatakan bahwa dasar filsafat negara Indonesia bersumber dari
hukum filosofis Pancasila yang terdapat dalam anak kalimat alinea 4 pembukaan UUD
1945, yang berbunyi ..dengan berdasar kepada Tuhan Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia.. Pancasila mempunyai hakikat, sifat, kedudukan dan fungsi
sebagai pokok kaidah negara yang fundamental.
Dari pengertian di atas kita mengetahui bahwa Pancasila memiliki peran yang sangat
penting bagi bangsa Indonesia. Jika mengkaji lebih lanjut, Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa, maka jelas bahwa Pancasila terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai
luhur yang merupakan wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan itu sendiri.
Pandangan hidup berfungsi sebagai kerangka aturan untuk menata kehidupan individu
maupun sosial dalam masyarakat serta hubungan dengan alam sekitarnya. Dalam
pengertian tersebut, maka proses perumusan pandangan hidup masyarakat dituangkan
dan dikembangkan menjadi pandangan hidup bangsa, dituangkan dan dilembagakan
menjadi pandangan hidup negara yang disebut sebagai ideologi bangsa dan pandangan
hidup negara disebut ideologi negara (Kaelan, 1999)
.
Dari penjelasan di atas kita bisa mengetahui hubungan antara pembukaan UUD 1945

dengan Pancasila. Hubungan tersebut digolongkan menjadi dua, yaitu secara formal dan
material. Secara formal; Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal dalam
pembukaan UUD 1945, maka Pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar
hukum positif. Dengan demikian, tata kehidupan bernegara tidak hanya betopang pada
asas-asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan
asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas kultural, religius dan asas-asas
kenegaraan

yang

unsurnya

terdapat

dalam

pancasila.

Sedangkan secara material; Pancasila sebagai sumber tertib hukum di Indonesia yang
meliputi sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk dan sifat yang merupakan pokok
kaidah negara secara fundamental.
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan, beberapa faktor penyebab tidak
selesainya permasalahan TKI dari dalam negeri (Indonesia), antara lain permasalahan di
bidang ekonomi, pemerintahan dan sosial. Mengkaji permasalahan sosial dan ekonomi,
maka salah satu sila yang berbicara banyak tentang hal itu adalah sila ke lima Pancasila.
Sila ke lima dalam penyusunanya didasari, diliputi dan dijiwai oleh keempat sila yang
lain. Dengan kata lain Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, adalah berKetuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan
Indonesia dan berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat klebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Pemahaman dari sila ke lima tersebut ternyata belum
sepenuhnya bisa dijalankan oleh bangsa Indonesia secara murni dan konsekuen. Hal
tersebut bisa dilihat dari kasus TKI 31 Januari 2005. Pada kasus tersebut, tergambar
jelas rendahnya tingkat kesejahteraan umum serta kecerdasan bangsa Indonesia yang
bekerja di luar negeri. Bandingkan dengan Filipina yang memiliki tingkat SDM dan
kesejahteraan yang di atas rata-rata.
Kemudian muncul pertanyaan mengapa kita bisa kalah bersaing dengan Filipina. Saya
melihat banyak faktor yang cukup berperan dalam permasalahan ini, tetapi dalam
pembahasan ini kami akan membatasi pada sisi pemerintahan saja. Jika membahas
tentang pemerintahan, maka menurut kami teori kebutuhan McClelland dalam Mukadis
(2005) mampu menjawabnya. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan (Mukadis,

2005), terlihat bahwa ternyata kebanyakan para pemegang keputusan di negeri ini
tidak menunjukkan contoh yang bagus. Mereka cenderungan minta untuk dilayani
daripada untuk melayani. Bisa dikatakan mereka bersikapa acuh tak acuh terhadap
nasib jutaan TKI di luar negeri. Hal tersebut sangat bertolak belakang sikap pemerintah
Filipina yang mendukung tenaga kerja mereka secara aktif, sejak pengurusan
penempatan kerja, advokasi, kesejahteraan, pengurusan kepulangan dan lain sebagainya
(Samhadi, 2005).
Perbandingan kinerja pemerintahan (birokrat) dari kedua negara sudah sangat jelas
berbeda. Birokrat Filipina sangat menonjolkan pelayanan mereka kepada masyarakat,
sedangkan Indonesia adaloah sebaliknya. Semangat pelayanan (nAch) birokrat kita
diragukan.
Sampai disini kita bisa melihat, bahwa ternyata betapa jauh perbedaan kita dengan
negara tetangga kita (Filipina).
Apabila kita mau menilik kedalam, sikap para birokrat kita yang seperti itu sudah
melanggar konsensus bersama yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yang
merupakan dasar berdirinya negara ini. Konsensus bersama itu merupakan pandangan
hidup bangsa yang dibangun dari nilai-nilai luhur bangsa ini. Betapa egoisnya birokrat
kita karena sudah menelantarkan ribuan WNI yang berstatus TKI di luar negeri.
Di dalam alinea 4 pembukaan UUD 1945 tertulis Kemudian dari pada itu untuk
membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa . Kalimat ini memiliki tujuan khusus,
yaitu untuk realisasi pembangunan bangsa Indonesia ke dalam dengan membentuk
negara hukum formal dalam hubungannya melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, serta membentuk negara hukum material yang hubungannya
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa (Kaelan, 1999).
Para pengambil keputusan kita ternyata belum memahami sepenuhnya maksud serta
tujuan dari kalimat yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945. Seandainya mereka mau

memahami serta melaksanakannya, menurut pendapat kami permasalahan TKI yang


telah ada sejak 1970-an tidaklah akan berlarut-larut. Permasalahan dari oknum birokrat
ini, berdasarkan hasil analisa kami adalah paradigma mereka yang mati. Kematian
paradigma ini banyak sekali penyebabnya, tetapi kami melihatnya berdasarkan ulasan
artikel yang ditulis Mukadis (2005).
Di dalam artikelnya Mukadis (2005) memaparkan adanya kesalahan cara berpikir dari
kebanyakan orang terdidik di negeri ini. Kesalahan berpikir itu antara lain paradigma
berpikir yang tidak kreatif, tidak ditanamkannya sikap berani (be a pigeon among the
peacock), kurangnya penghargaan dari bangsa sendiri, dipermalukan jika memiliki
pendapat yang berbeda. Diduga akar dari semua permasalahan di atas berasal dari cara
pendidikan bangsa Indonesia yang tidak benar. Kita mau mengakui atau tidak inilah
sekarang yang kebanyakan kita temui di masyarakat. Permasalahan ini merupakan
induk dari semua permasalahan yang ada di negeri ini. Jika masalah inti tidak dapat
diselesaikan,

maka

masalah

yang

lain

tidak

akan

selesai

juga.

Ulasan kami di atas menyatakan bahwa pendidikan merupakan masalah penting yang
harus diselesaikan terlebih dahulu. Kami menyatakan pendidikan sangat penting dan
merupakan hal yang mendasar karena dari pendidikan cara pandang seseorang terhadap
permasalahan yang terjadi di sekitarnya mulai terbentuk.Pola-pola berpikir, mengambil
keputusan mulai terasah dan tertanam. Maka bisa dibayangkan apa yang akan terjadi
jika pendidikan awal sudah salah, tentunya dalam perkembangan selanjutnya akan
semakin bertambah parah. Dengan kata lain menyimpang dari jalur yang seharusnya
(melanggar konsensus).
Kesimpulan
Permasalahan yang saya temui dalam artikel menunjukkan bahwa sikap birokrat kita
sudah menyalahi konsensus bangsa terhadap Pancasila. Ini semua disebabkan karena
kesalahan cara berpikir yang salah satu penyebabnya dari kesalahan pola pendidikan
yang diterima sejak awal.

Saran
Untuk menyelesaikan semua permasalahan, langkah yang terbaik menurut saya adalah
mengubah cara pendidikan kita. Dilakukan dengan reformating metode pendidikan yang
dilakukan. Bukan hanya memikirkan kuantitas tetapi juga kualitas anak didik yang
didasarkan pada Pancasila.
(Sumber : http://hendra-aquan.blog.friendster.com)

Anda mungkin juga menyukai