Anda di halaman 1dari 19

Semua atom lain yang diperoleh dengan gabungan yang lain dalam grup kecil

disebut molekul dan dalam grup besar seperti cair dan padat. Beberapa molekul,
cair, dan padat digabung seluruhnya dari atom unsur yang sama sedangkan yang
lainnya digabung dari atom dengan unsur-unsur yang berbeda. Apakah yang
mengikat atom sehingga dapat membentuk molekul? Kemampuan teori kuantum
tentang atom, dapat menjelaskan ikatan kimiawi.

1. Ikatan molekular
Gaya listrik mengikat atom untuk membentuk molekul.
Sebuah molekul merupakan grup netral secara elektris yang mengikat atom dengan
cukup kuat sehingga berperilaku sebagai partikel tunggal.
Sebuah molekul yang diketahui selalu bermacam-macam yang mempunyai struktur
dan komposisi definit tertentu. Sebagai contoh, molekul hidrogen selalu ada pada
setiap dua atom hidrogen, dan molekul air selalu berada pada setiap satu atom
oksigen dan dua atom hidrogen. Jika satu dari atom sebuah molekul tergeser atau
atom yang lain sehingga menjadi dempet, menghasilkan macam-macam molekul
yang berbeda dengan sefat yang berbeda pula.

Molekul terjadi karena energi sistem gabungan lebih kecil dari sistem terpisah dari
atom yang tak berinteraksi. Jika interaksi diantara kelomok atom mereduksi energi
totalnya, sebuah molekul dapat terbentuk, jika interaksinya menambah energi
totalnya, atom tersebut saling tolak-menolak.

Situasi ekstrim yang terjadi ketika 2 buah atom didekatkan:


1. Terbentuk ikatan kovalen. Satu atau lebih pasangan elektron disero oleh dua
atom. Ketika elektron-elektron ini mengelilingi atom-atom tersebut, elektron
menghabiskan waktu lebih lama diantara kedua atom itu dibandingkan dengan
tempat lainnya, sehingga menghasilkan gaya tarik. Contohnya adalah H 2, molekul
hidrogen yang elektronnya dimiliki bersama oleh kedua proton (Gambar 8.1).

Gambar 8.1 (a) Model orbit dari molekul hidrogen. (b) Model mekanis kuantum dari
molekul hidrogen. Pada kedua model elektron yang disero menghasilkan waktu lebih
lama dari rata-rata inti induknya, sehingga menghasilkan gaya tarik menarik.
Masing-masing ikatan dikatakan setara.

Gaya tarik mendesak elektron pada proton lebih dari cukup menyetimbangkan
repulsi langsung di sekitarnya. Jika proton berdekatan, akan tetapi, repulsinya
menjadi dominan dan molekulnya tidak stabil.

Kesetimbangan antara gaya tarik dan repulsif terdapat pada pemisahan dari 7,42 x
10-11 m, dimana energo total molekul H2 adalah -4,5 eV. Sehingga 4,5 eV harus
dikerjakan untuk menghentikan molekul H2 ke dalam dua atom H:
H2 + 4 eV H + H
Dengan membandingkan, energi ikatan dari atom hidrogen adalah 13,6 eV:
H + 13,6 Ev p+ + eIni adalah sebuah contoh aturan umum bahwa lebih mudah memecah molekul
daripada memecah sebuah atom.
2. Terbentuk ikatan ionik
Sebuah ikatan ionik terbentuk dari ion yang saling tarik menarik.
Satu atau lebih elektron satu satu atom yang ditransfer dengan yang lain dan
menghasilkan ion-ion positif dan negatif yang menarik satu dengan yang lain.
Contoh: garam batu, NaCl, dimana ada ikatan antara ion-ion Na+ dan Cl- dan atomatom antara Na dan Cl (Gambar 8.2).

Gambar 8.2 Suatu contoh ikatan ionik. Kombinasi kimiawi sodium dan klorin yang
ditransfer dari elektron dari atom sodium hingga atom klorin, dengan menghasilkan
ion yang saling tarik menarik secara elektris.

Ikatan ionik biasanya tidak menghasilkan pembentukanmolekul. Kristal garam batu


dari sekumpulan sodium dan ion klorin, meskipun selalu disusun dalam struktur
definit tertentu (Gambar 8.3), tidak berpasangan dalam molekul diskrit yang
keberadaannya dari satu ion Na+ dan satu ion Cl-. Kristal garam batu dapat
dinyatakan dari setiap ukuran dan bentuk. Di sini jumlahnya selalu sama dari ion-ion
Na+ dan Cl- dalam garam batu, sehingga rumus NaCl yang diperiksa menyatakan
komposisinya, NaCl molten juga ada dari ion-ion Na+ dan Cl-. Akan tetapi, bentuk
ion-ion molekul ini lebih dari kristal hanya dalam keadaan gas.

Gambar 8.3 Model skala dari suatu kristal NaCl.


Dalam H2, ikatan kovalen murni dan dalam NaCl ionik murni. Dalam banyak molekul
lainnya jenis ikatandiantaranya terjadi yang mana atom mempersero elektron

dengan seroan tidak sama. Sebagai contoh ialah molekul HCl, ataom Cl menarik
elektron sero lebih kuat daripada atom H.
3. Tidak terbentuk ikatan
Prinsip eksklusi mencegah pengikatan kombinasi tertentu dari atom.
Jika struktur elektron kedua atom saling bertumpangan, elektron membentuk sistem
tunggal, dan menurut prinsip eksklusi tidak terdapat 2 elektron dalam sistem
semacam itu yang berada dalam keadaan kuantum yang sama. Jadi, beberapa
elektron yang berinteraksi akan dipaksa naik ke tingkat energi lebih tinggi
dibandingkan dengan ketika atom itu terpisah, sehingga sistemnya berenergi lebih
besar dari sebelumnya menjadi tak mantap. Untuk membayangkan efek semacam
ini, dapat digambarkan elektron bertebaran saling menjauhi untuk menghindari
sistem semacam itu, sehingga menimbulkan gaya tolak-menolak antara intinya.
Walaupun jika prinsip eksklusi dapat dipenuhi tanpa pertambahan energi, masih
terdapat gaya toak menolak antara berbagai elektron, namun faktor ini jauh lebih
kecil dibandingkan dengan prinsip eksklusi dalam mempengaruhi pembentukan
ikatan.

ELECTRON SHARING (PERSEROAN ELEKTRON)


Sistem molekular yang paling sederhana adalah H2+, ion molekular hidrogen; di sini
elektron tunggal mengikat dua proton.
Medan listrik di sekitar proton mempunyai efek yang sama seperti pengkotakan
untuk elektron, dan dua proton yang berdekatan bersesuaian dengan kotak dengan
dinding diantaranya seperti dalam gambar 8.4.

Gambar 8.4 (a) Energi potensial sebuah elektron dalam medan listrik dari 2 proton
yang berdekatan. Energi total keadaan dasar elektron dalam atom hidrogen
ditunjukkan dalam gambar (b) 2 proton yang berdekatan bersesuaian secara
mekanika kuantum dengan sepasang kotak yang terpisah oleh suatu perintang.

Terdapat peluang tertentu bahwa elektron yang terperangkap dalam kotak akan
menerobs dinding ke luar dan masuk ke kotak lainnya, dan terdapat peluang yang
sama untuk menerobos kembali lagi. Dapat dikatakan bahwa elektron diperserokan
oleh proton-proton itu. Peluang elektron untuk melewati daerah yang energi
potensialnya tinggi dindingnya antara kedua proton bergantung kuat pada jarak
kedua proton itu.
Perseroan elektron dapat terjadi hanya antara atom yang fungsi gelombangna cukup
banyak bertumpangan.

Perseroan elektron dapat mengurangi energi sistem.


Menurut prinsip ketaktentuan, lebih kecil daerah batas partikel itu, lebih besar
momentum serta energi kinetik partikel itu. Sebuah elektron yang diperserokan oleh
dua proton kurang keterbatasannya dibandingkan dengan elektron yang dimiliki oleh
sebuah proton; ini berarti energi kinetiknya lebih kevil. Energi total elektron dalam
H2+ kurang dibandingkan dengan elektron dalam H + H2+ dan jika gaya tolakmenolak proton-proton dalam H2+ tidak terlalu besar, H2+ harus merupakan sistem
mantap.
ION MOLEKULAR H2+
Ikatan memerlukan fungsi gelombang simetrik.
Tujuannya ialah untuk mengetahui fungsi gelombang darielektron dalam H 2+
karena dari dapat dihitung energi sistem sebagai fungsi dari jarak antara proton R.
Jika E(R) minimum, dapat diketahui bahwa ikatan dapat terbentuk, dapat
menentukan energi ikat, dan jarak kesetimbangan antara proton itu.
Menggunakan pendekatan intuitif.
Dimulai dengan meramalkan apakah bila R, jarak antara proton, besar
dibandingkan dengan a0, jari-jari orbit Bohr yang terkecil dalam atom hidrogen.
Dalam situasi ini, dekat proton harus sangat mirip fungsi gelombang 1s dari atom
hidrogen (Gambar 8.5) dengan fungsi gelombang 1s yang mengelilingi a disebut a
dan yang mengelilingi b disebut b.

Gambar 8.5 Kombinasi dari 2 fungsi gelombang atom hidrogen 1s membentuk


fungsi gelombang H2+ yang simetrik s.

Kombinasi a dan b adalah simetrik karena pertukaran a dan b tidak mempengaruhi


. Namun, kita dapat menerima juga bahwa dapat memperoleh kombinasi
antisimetrik dari a dan b (Gambar 8.6).

Gambar 8.6 Kombinasi dari 2 fungsi gelombangatom hidrogen 1s membentuk fungsi


gelombang H2+ antisimetrik A.

Di sini terdapat simpul antara a dan b dimana =0; hal ini mengakibatkan
berkurangnya peluang untuk mendapatkan elektron antara kedua proton, sehingga
hasilnya ialah gaya tolak-menolak, ikatan tidak terbentuk.

MOLEKUL HIDROGEN
Spin elektron harus antisejajar.
Molekul H2 memiliki 2 elektron alih-alih 1 elektron seperti dalam H2+. Menurut prinsip
eksklusi, kedua elektron itu dapat menyero orbital yang sama (ini berarti keduanya
digambarkan dengan fungsi gelombang yang sama nlml), spin harus antisejajar.
Kasus H2+ fungsi gelombang simetrik S menghasilkan keadaan terikat dan fungsi
gelombang antisimetrik A menghasilkan keadaan takterikat tetap berlaku untuk H2.
Dalam pasal 7.4 prinsip eksklusi dirumuskan berdasarkan fungsi gelombang simetrik
dan antisimetrik. Dan disimpulkan bahwa sistem elektron selalu digambarkan oleh
fungsi gelombang antisimetrik (yaitu oleh fungsi gelombang yang tandanya berubah
jika pasangan elektron dipertukarkan).

Gambar 8.8 Variasi energi sistem H + H terhadap jaraknya jika spin elektronnya
sejajar dan antisejajar.

Gambar 8.8 molekul H2 untuk kasus elektron dengan spin sejajar dan kasus elektron
dengan spin antisejajar. Perbedaan kedua kurva ditimbulkan oleh prinsip eksklusi
yang mencegah 2 elektron yang berada dalam keadaan kuantum yang sama dalam
suatu sistem mempunyai spin yang sama, sehingga timbul tolak-menolak jika spin
itu sejajar.

MOLEKUL KOMPLEKS
Geometrinya bergantung pada fungsi gelombang elektron terluar dalam atom.
Hanya elektron atomik terluar yang ikut serta dalam ikatan kovalen.
Ikatan kovalen dalam molekul selain H2, baik dwiatom maupun poliatom biasanya
lebih rumit. Terdapat 2 penyebab:
1. Elektron dalam lebih terikat kuat, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh
keadaan eksternal, sebagian karena elektron itu lebih dekat pada inti induk, dan
sebagian lagi elektron itu terperisai dari muatan inti dengan elektron diantaranya
yang jumlahnya lebih kecil.
2. Gaya tolak-menolak interatomi dalam molekul menjadi berpengaruh ketika kulit
dalam masing-masing atom masih relatif jauh.
Prinsip eksklusi mencegah terjadinya moekul He2 dan H3, sedangkan molekul H2O
ternyata mantap dan diizinkan ada.
Mengapa He2 tidak ada?
Setiap atom He dalam keadaan dasar memiliki elektron 1s dengan spin masingmasing. Jika atom itu bergabung dngan atom He lain, dengan mempertukarkan
elektron, masing-masing atom akan mempunyai elektron dengan spin yang sama
untuk suatu waktu tertentu. Ini berarti 1 atom akan memilii 2 elektron spin ke atas
() dan yang lainnya memiliki 2 spin ke bawah (). Prinsip eksklusi tentu saja
melarang elektron 1s dalam sebuah atom memiliki spin yang sama yang
manifestasinya terlihat dalam toakan antara atom He. Jadi, molekul He2 tidak dapat
ada.
Mengapa H3 tidak ada?
Sebuah molekul H2 mengandung 2 elektron 1s yang spinnya antisejajar (). Jika
atom H lain mendekati yang spin elektronnya, katakan yang ke atas, molekul yang
dihasilkan memiliki 2 spin sejajar () dan hal ini tidak mungkin jika ketiga elektron
itu berada pada keadaan 1s. Jadi molekul H2 yang ada menolak penambahan atas
atom H. Pemikiran menurut prinsip eksklusi tidak berlaku jika salah satu dari ketiga
elekton H3 berada dalam keadaan eksitasi, karena akan berenergi lebih tinggi dari
keadaan 1s, namun konfigurasi yang dihasilkan, memiliki energi lebih besar dari H 2
+ H sehingga dengan cepat meluruh menjadi H2 + H.
Mengapa molekul H2O mantap?

Karena atom O kekurangan 2 elektron 2p untuk melengkapi kulit elektron terluar


yang akan terlengkapi jika atom O membentuk ikatan kovalen dengan 2 atom H,
sehingga elektron dari H disero bersama dengan atom O tanpa melanggar prinsip
eksklusi. Struktur H2O memiliki energi lebih kecil daripada atom masing-masingnya
terpisah; hal ini ditimbulkan oleh afinitas elektron O, sehingga besar kemungkinan
terjadinya.
Ikatan Molekular Terarah
Kecuali keadaan s, fungsi gelombang elektron tidak memiliki simetrik bola tetapi
mempunyai maksimum dalam arah tertentu. Jika sebuah atom menjadi bagian dari
sebuah molekul, interaksinya dengan atom yang lain menghasilkan perubahan
fungsi gelombang elektron valensi sehingga timbul bola cuping (lobepattern) lebih
jelas yang menentukan geometri molekul itu.
Gambar 8.9 Menunjukkan pola tersebut untuk molekul H2O.

Gambar 8.9 Dalam gambaran moekul H2O ini, daerah tempat peluang besar untuk
mendapatkan elektron digambarkan lebih hitam; bagian bertumpangan
menggambarkan ikatan kovalen. Sudut antara ikatan ialah 104,5.
Ikatan Kovalen Berganda
Lebih dari 1 ikatan kovalen dapat mengaitkan dua atom. Misal dalam molekul O 2
terdapat 2 ikatan kovalen, dan terdapat 3 ikatan dalam molekul N2. Atom karbon
dapat memiliki 1, 2, atau 3 ikatan yang menggabungkan atom-atom itu dalam
molekul yang kompleks seperti contoh berikut (masing-masing garis menyatakan
ikatan kovalen):

Gambar 8.10 Distribusi peluang elektron dalam molekul metana (CH4).

TINGKAT ENERGI ROTASIONAL


Spektrum rotasional molekular dalam daerah mikrogelombang.
Keadaan energi molekular ditimbulkan oleh rotasi (perputaran) molekul secara
keseluruhan dan oleh vibrasi (getaran) atom pembangun relatif terhadap yang lain
dan juga oleh perubahan konfigurasi elektronik:
Tiga jenis keadaan energi molekular:
1. Keadaan rotasional terpisah oleh selang energi yang sangat kecil (biasanya
sekitar 10-3 eV) dan spektrum yang timbul dari transisi antara keadaan ini terdapat
dalam daerah mikrogelombang dengan panjang gelombang diantara 0,1 mm 1cm.
2. Keadaan vibrasional terpisah oleh selang energi yang lebih besar (biasanya
sekitar 0,1 eV) dan spektrum vibrasional terdapat dalam daerah IR dengan panjang
gelombang 1 m 0,1 mm.
3. Keadaan elektronik molekular memiliki energi lebih tinggi, dengan pisahan
antara tingkat energi elektron valensi beberapa eV dan spektrumnya terdapat dalam
daerah cahaya tampak dan daerah UV.

Momen Inersia Molekul Dwiatom


Tingkat energi terendah molekul dwiatom timbul dari rotasi sekitar pusat massanya.
Dengan menggambarkan sebuah molekul seperti itu terdiri dari 2 atom bermassa m1
dan m2 yang berjarak R (Gambar 8.11).

Gambar 8.11 Sebuah molekul dwiatom dapat berotasi sekitar pusat massanya.
Momen inersia (momen kelembaban) molekul ini terhadap sumbu yang melalui
pusat massa dan tegak-lurus pada garis yang menghubungkan kedua atom ialah:

dimana r1 dan r2 menyatakan jarak atom 1 dan 2 berurutan dari pusat massanya.
Karena:

sesuai dengan definisi, momen inersia dapat ditulis:

persamaan tsb menyatakan bahwa rotasi molekul dwiatom setara dengan rotasi
partikel tunggal bermassa m sekitar sumbu yang terletak pada jarak R.
dengan massa tereduksi dari molekul

Tingkat Energi Rotasional


Energi molekul yang berotasi adalah I2 sehingga tingkat energinya:

Rotasi Terhadap Sumbu Simetri


Penyebab bahwa rotasi ini dapat diabaikan ialah massa atom hampir seluruhnya
terkonsentrasi dalam intinya yang jari-jarinya hanya sekitar 10-4 kali jari-jari atom itu
sendiri. Kontribusi utama terhadap momen inersia moekul dwiataom terhadap
sumbu simetrinya datang dari elektron yang terkonsentrasi dalam daerah yang jarijarinya terhadap sumbu kira-kira panjang ikatan R tetapi massa totalnya sekitar
massa molekular total. Karena tingkat energi rotasional yang diizinkan
berbanding lurus dengan 1/I terhadap sumbu simetri harus terpaut energi ~104 kali
harga EJ rotasi ujung ke ujung. Jadi energi sekurangnya berapa eV terpaut pada tiap
rotasi terhadap sumbu simetri molekul dwiatom. Karena energi ikat berada dalam
orde besar demikian, molekul itu punya peluang besar untuk berdisosiasi dalam
lingkungan dimana rotasi semacam itu dapat tereksitasi.
Tidak Semua Molekul Memiliki Spektrum Rotasional
Spektrum rotasional timbul dari transisi keadaan energi rotasional. Hanya molekul
yang dapat memiliki momen dwikutub listrik dapat menyerap/memancarkan foton
elektromagnetik dalam transisi seperti itu, ini berarti molekul dwiatom takberkutub
(non polar) seperti H2 dan molekul poliatom simetrik seperti CO2 (O = C = O) dan

CH4
Tidak menimbulkan spektrum rotasional. Namun, ransisi antara keadaan rotasional
dalam molekul seperti H2, CO2, CH4 dapat juga terjadi ketika tumbukan.

Spektrum Rotasional
Dalam praktek, spektrum rotasional selalu diperoeh dari absorpsi (penyerapan),
sehingga setiap transisi yang didapatkan menyangkut perubahan beberapa keadaan
awal bilangan kuantum J ke bilangan kauntum yang lebih tinggi berikutnya J+1.
Dalam kasus molekul tegar, frekuensi foton yang diserap adalah:

dengan I menyatakan momen inersia rotasi ujung ke ujung. Jadi, spektrum molekul
tegar sendiri dari garis-garis berjarak sama (Gambar 8.12).

Gambar 8.12 Tingkat energi dan spektrum rotasi molekular.


TINGKAT ENERGI VIBRASIONAL
Molekul dapat memiliki berbagai modus vibrasi.
Jika cukup tereksitasi, sebuah molekul dapat bervibrasi (bergetar) seperti juga
berotasi.
Aproksimasi parabolik
Gambar 8.13 menunjukkan bagaimana energi potensial sebuah molekul berubah
terhadap jarak inter-inti (jarak internuklir) R.

Dalam daerah sekitar titik minimum kurva ini yang bersesuaian dengan konfigurasi
normal molekul, bentuk kurvanya mendekati sebuah parabola. Maka dalam daerah
ini:

dengan R0 = jarak kesetimbangan antara atom.


Gaya interatomik yang menimbulkan energi potensial bisa didapatkan dengan
mendiferensiasi V:

Gaya ini merupakan gaya pemulih yang ditimbulkan oleh pegas yang
teregang/terkompresi Hukum gaya Hooke dan seperti juga pegas, sebuah
molekul yang tereksitasi secukupnya dapat melakukan osilasi harmonik sederhana.
Osilator Dua Benda
Pada kasus molekul dwiatom ialah situasi yang agak berbeda dari 2 benda
bermassa m1 dan m2 yang dihubungkan oleh pegas (Gambar 8.14).

Tanpa medan eksternal, momentum linear sistem tetap konstan sehingga osilasi
bendanya tidak mempengaruhi gerak pusat massanya. Karena alasan itu, m1 dan m2

bervibrasi bolak-balik relatif terhadap pusat massanya dalam arah yang berlawanan,
dan keduanya mencapai titik ujung gerak masing-masing pada saat yang sama.

Jika persoalan osilator harmonik dipecahkan secara mekanika-kuantum, energi


osilator ini didapatkan terbatas pada harga:

dengan v menyatakan bilangan kuantum vibrasional yang dapat mengambil harga:

Tingkat energi vibrasional sebuah molekul dwiatom ditentukan oleh:

Keadaan vibrasional yang lebih tinggi dari sebuah molekul tidak mengikuti Pers.
(8.16) karena aproksimasi parabolik untuk kurva energi potensialnya makin tidak
cocok untuk energi yang makin tinggi. Sebagai hasilnya, jarak antara tingkat energi
yang berdekatan untuk v tinggi kurang dari jarak antara energi yang berdekatan
untuk tingkat dengan v terendah (Gambar 8.15).

Gambar 8.15 Energi potensial molekul dwiatom sebagai fungsi dari jarak interatomik,
menunjukkan terdapatnya tingkat energi vibrasional dan rotasional.

Vibrasi Molekul Kompleks


Sebuah molekul yang terdiri dari banyak atom dapat memiliki banyak sekali modus
vibrasi normal yang berbeda. Beberapa dari modus ini melibatkan keseluruhan
molekul (Gambar 8.18 dan 8.19). Tetapi yang lainnya hanya melibatkan grup atom
yang vibrasinya boleh dikatakan terjadi secara bebas. Jadi grup OH memiliki
frekuensi vibrasional 1,1 x 10-14 Hz.

Gambar 8.18 Vibrasi modus normal molekul H2O dan tingkat energi untuk masingmasing modus.

Gambar 8.19 Vibrasi modus normal molekul CO2 dan tingkat energi masing-masing
modus. Modus lengkung simetrik dapat terjadi pada 2 bidang yang saling tegak
lurus.
SPEKTRUM ELEKTRONIK MOLEKUL
Fluoresensi
Terdapat berbagai cara dimana molekul dalam keadaan elektronik tereksitasi dapat
kehilangan energi dan kembali ke keadaan dasar. Molekul tentu saja bisa hanya
memancarkan foton berfrekuensi sama dengan foton yang diabsorpsinya sehingga
kembali ke keadaan dasar dengan langkah tunggal. Kemungkinan yang lain adalah

fluoresensi (pendaran) ; molekul itu bisa memberikan sebagian dari energi


vibrasionalnya ketika bertumbukan dengan molekul lain, sehingga transisi adiatif ke
bawah berasal dari tingkat vibrasional terendah pada keadaan elektronik yang atas
(Gambar 8.20). Jadi, radiasi fluoresensi berfrekuensi lebih rendah dari radiasi yang
diabsorpsi.

Gambar 8.20 Asal mula fluoresensi (pendaran). Radiasi yang dipancarkan


berfrekuensi lebih rendah dari radiasi yang diabsorpsi.

Fluoresensi yang dieksitasi oleh cahaya UV memiliki banyak aplikasi, diantaranya:


1. membantu mngidentifikasi mineral dan biokimia.
2. dalam lampu fluoresensi
3. campuran uap air raksa dan gas mulia seperti Argon yang berada dalam tabung
gelas menimbulkan radiasi UV ketika dilalui arus listrik. Bagian dalam permukaan
tabung tsb dilapisi bahan fluoresensi, yaitu fosfor. Bahan ini dapat memancarkan
cahaya tampak bila tereksitasi oleh radiasi UV. Proses ini lebih efisien daripada
proses yang memakai arus untuk memanaskan filamen dalam bola lampu yang
biasa.

Dalam spektrum molekular, seperti juga dalam spektrum atomik, transisi radiatif
antara keadaan elektronik yang spin totalnya berbeda terlarang. Gambar 8.21
menunjukkan situasi molekul dalam keadaan dasar tunggal (singlet) (S=0)
mengabsorpsi foton dan terangkat ke keadaan eksitasi tunggal.

Gambar 8.21 Asal-mula fosforesensi. Transisi akhir tertunda karena transisi itu
melanggar kaidah seleksi untuk transisi elektronik.
Tumbukan antara molekul dapat mengalami transisi tanpa radiasi ke tingkat
vibrasional yang lebih rendah yang energinya mungkin hampir sama dengan tingkat
eksitasi trikembar (S=1), jadi terdapat peluang tertentu untuk terjadi pergeseran ke
keadaan trikembar. Tumbukan selanjutnya dari molekul dalam keadaan trikembar itu
akan membawa energi molekul ke bawah titik penyeberangan (cross over point)
sehingga terperangkapdalam keadaan trikembar dan akhirnya mencapai tingkat v =
0.
Transisi radiatif dari keadaan trikembar ke keadan tunggal terlarang menurut
kaidah seleksi yang berarti bisa terjadi tetapi peluangnya sangat kecil. Transisi
semacam itu mempunyai setengah umur sangat panjang dan radiasi fosforesen
yang terjadi dapat terpancar bermenit-menit bahkan berjam-jam setelah absorpsi
semula.

Anda mungkin juga menyukai