Pertumbuhan output total (bisa dikur dengan GDP ataupun GNP), dan
2.
Pertumbuhan penduduk
Kedua aspek tersebut berinteraksi sepanjang proses pertumbuhan ekonomi. Kita akan membicarakan satu
demi satu sebelum kita lihat keterkaitan dua aspek tersebut.
Pertumbuhan Output
Menurut Smith, variabel penentu proses produksi suatu negara dalam menghasilkan output total ada
tiga, yaitu:
(1)
Sumber daya alam yang tersedia (masih diujudkan sebagai faktor produksi 'tanah'),
(2)
harus dikerjakan dalam satu divisi kerja tertentu. Dalam keadaan seperti ini, dimungkinkan
untuk dilakukan spesialisasi dan pembagian kerja. Akibat selanjutnya adalah semakin tingginya
produktivitas per pekerja, yang akan berujung pada meningkatnya output.
Bagaimana spesialisasi kerja bisa meningkatkan produktivitas pekerja? Menurut Smith
pembagian dan spesialisasi kerja akan meningkatkan produktivitas pekerja melalui tiga hal: (1)
meningkatnya ketrampilan pekerja karena selalu menangani hal yang sama; (2) penghematan
waktu dalam memproduksi barang, yaitu tidak harus berpindah dart satu jenis pekerjaan ke
pekerjaan yang lain; (3) penemuan mesin hemat tenaga kerja.
Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas, perhatikan penelitian yang dilakukan Adam Smith
berikut ini:
Smith melaporkan bahwa is meiihat pabrik peniti di mana 10 orang yang masingmasing diberi tugas-tugas yang berbeda-beda dan mampu memproduksi lebih dart
48.000 peniti per hart. Tetapi jika orang-orang ini harus bekerja terpisah dan secara
independen, Smith mengatakan bahwa mereka tidak akan mampu memproduksi
lebih dart 20 peniti. Jadi pembagian kerja menghasilkan peningkatan produksi peniti
sekitar 2000 kali lipat. 2
Akan t et api masih ada sat u syarat lagi yang harus dipenuhi unt uk munculhya
pembagian kerja dan spesialisasi, yaitu makin luasnya pasar bagi output. Tanpa ada
perluasan pasar bagi barangnya, tidak ada gairah bagi produsen untuk meningkatkan
produksi dan produkt ivit asnya. Oleh karena . it u, perluasan perniagaan dan
perdagangan int ernasional sangat bermanfaat. Dengan meningkat nya juml ah
penduduk dan fasilitas transpor akan terjadi pembagian kerja yang semakin luas dan peningkatan
modal yang semakin besar.
Jika semua syarat di atas tingkat keuntungan dan luas pasar terpenuhi, maka pembagian
kerja dan spesialisasi akan terus dijalankan, dan,ouput akan terus tumbuh, dan memberikan
keuntungan lebih lanjut pada pengusaha. Keuntungan tersebut akan mendorong pengusaha untuk
menanamkan modalnya dalam proses produksi lebih lanjut.
Ciri khas Adam Smith sebagai ekonom klasik tampak dari kriteria Smith tentang cara
memperluas pasar. Smith menganggap bahwa perluasan pasar bisa dicapai jika masyarakat bebas
melakukan pertukaran dan kegiatan ekonomi. Adam Smith meyakini berlakunya doktrin 'hukum
alam' dalam persoalan ekonomi. Ia menganggap setiap orang sebagai hakim yang paling tahu
akan kepentingannya sendiri yang sebaiknya dibiarkan bebas mengejar kepentingannya itu demi
keuntungannya sendiri. Dalam melakukan ini, setiap individu dibimbing oleh suatu 'kekuatan
yang tidak terlihat', 'Bukan demi kebaikan tukang roti kita membeli roti, tetapi demi
memaksimalkan kesejahteraan did kita sendiri'; karena itu jika semua orang dibiarkan bebas,
mereka akan memaksimalkan kesejahteraan mereka secara agregat. Setiap pengaturan dari
penguasa justru akan menghambat pertukaran dan kegiatan ekonomi sehingga akan cenderung
menghambat pertumbuhan pasar
Selanjutnya, apa yang menentukan tingkat keuntungan? Tingkat keuntungan dipengaruhi
oleh luas pasar. Jika pertumbuhan pasar tidak bisa mengimbangi pertumbuhan kapital, maka
tingkat keuntungan akan segera merosot; dan akhirnya akan mengurangi kegairahan para pemilik
kapital untuk melakukan akumulasi kapital. Menurut Smith, investasi dilakukan karena para
pemilik modal mengharapkan untung, dan harapan masa depan keuntungan bergantung pada
iklim investasi pada hari ini dan pada keuntungan nyata. Tetapi bagaimana perilaku keuntungan
selama proses pembangunan? Smith yakin keuntungan cenderung menurun dengan adanya
kemajuan ekonomi. Pada waktu laju pemupukan modal meningkat, persaingan yang meningkat
antar pemilik modal akan menaikkan upah dan sebaliknya menurunkan keuntungan. Ia
mengatakan, 'Jika modal para pedagang kaya beralih ke bidang perdagangan yang sama,
persaingan antar mereka secara alamiah akan cenderung menurunkan tingkat keuntungan mereka;
dan bila peningkatan yang sama terjadi pada stok modal di seluruh bidang perdagangan yang
dilakukan dalam masyarakat yang sama, persaingan yang sama seperti itu pasti menghasilkan
pengaruh yang sama". Jadi dengan pertumbuhan stok modal di dalam perekonomian,
persaingan antar wirausahawan (pengusaha) dalam mendapatkan tenaga kerja yang langka
cenderung menawarkan upah yang tinggi dan karena itu menurunkan keuntungan. Dalam jangka
panjang tingkat keuntungan akan menurun sampai akhirnya mencapai tingkat kentungan
minimal pada posisi stasioner perekonomian tersebut.
Di muka sudah dijelaskan bahwa para pengusahalah yang menanamkan kuntungannya ke
dalam proses produksi lebih lanjut jika keuntungan masih ada. Smith memang menganggap bahwa
hampir keseluruhan tabungan diperoleh dari pengusaha
atau para tuan tanah (yang menyewakan tanahnya). Kelompok pekerja diperkirakan tidak mampu
menabung karena berlakunya hukum besi tetang tingkat upah (Iron Law of Wage), yaitu
pandangan bahwa tingkat upah dalam jangka panjang akan berada pada tingkat subsisten
sehingga hanya cukup untuk hidup, tidak ada yang tersisa untuk ditabung.
Pertumbuhan Penduduk
Kita lihat sekarang peran pertumbuhan penduduk dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut Smith,
penduduk (dalam arti angkatan kerja) merupakan faktor yang penting dalam proses produksi
sehingga ikut menentukan cepat lambatnya pertumbuhan ekonomi tetapi tidak pernah menjadi
masalah karena selalu tersedia jika dibutuhkan, dan akan berkurang jumlahnya jika hanya
diperlukan dalam jumlah yang sedikit. Kita akan melihat bagaimana mekanismenya sehingga
skenarionya bisa seperti itu dalam uraian di bawah ini.
Yang sangat menentukan jumlah penduduk pada suatu masa tertentu adalah tingkat upah
pada saat itu. Jika tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari pada tingkat upah subsisten3, maka
jumlah penduduk akan meningkat. Mengapa? Tingkat upah tersebut mengindikasikan bahwa para
pekerja hidup sejahtera, sehingga orang-orang akan kawin muda dan jumlah kelahiranpun
bertambah, serta kematian anak-anak berkurang karena standar kesehatannya meningkat.
Sebaliknya akan terjadi jika tingkat upah yang berlaku berada di bawah tingkat upah subsisten.
Sekarang, apakah yang menentukan tingkat upah pada suatu waktu tertentu? Smith mengatakan
bahwa tingkat upah ditentukan oleh stok kapital dan tingkat pertumbuhan output. Bagaimana jalan
ceritanya? Jika stok kapital dan tingkat pertumbuhan output tinggi, maka proses produksi berada
dalam tingkat yang tinggi sehingga permintaan input, temasuk permintaan tenaga kerja, akan
meningkat. Jika permintaan tenaga kerja meningkat, maka tingkat upah dengan sendirinya akan
meningkat pula. Jika stok kapital dan pertumbuhan output berada pada tingkat yang rendah, maka
yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu tingkat upah akan turun.
Kesimpulan akhirnya, jumlah penduduk akan meningkat atau menurun tergantung pada stok
modal dan tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu masa tertentu.
Posisi Stasioner
Pasang surut proses pertumbuhan ekonomi di atas akan berhenti ketika sumber daya alam telah
habis terkuras. Dalam keadaan ini perekonomian dikatakan berada dalani posisi stasioner. Pada
posisi ini kapital dan output tidak lagi tumbuh, dengan permintaan akan tenaga kerja turun
sampai pada tingkat upah subsisten. Pada posisi ini pendudukpun berhenti tumbuh. Akan tetapi
menurut Smith (pada waktu itu) perekonomian lnggris masih jauh dari keadaan stasioner
tersebut.
Jumlah penduduk menyesuaikan din dengan tingkat upah, di atas atau di bawah tingkat upah
alamiah (natural wage)5
Pertumbuhan output, tanah, dan pertumbuhan tenaga kerja Marilah kita lihat yang terjadi di sektor
paling dominan, yaitu sektor pertanian. Jika proses produksi di pertanian kita anggap sebagai
sebuah fungsi produksi, dengan tanah sebagai input tetap, dan input tenaga kerja manusia
sebaga input varibel (untuk sementara modal bertambah, berlakulah the Law of
Diminishing Return. Selama buruh yang dipekerjakan pada tanah tersebut bisa menerima
tingkat upah di atas tingkat upah 'alamiah', maka penduduk (tenaga kerja) akan terus bertambah,
dan ini akan terus menurunkan produk marjinal tenaga kerja, dan selanjutnya menurunkan tingkat
upah. Proses ini akan berhenti jika tingkat upah sudah berada di bawah tingkat upah alamiah,
di mana jumlah penduduk (tenaga kerja) menurun. Dalam keadaan itu, tingkat upah akan naik
kembali pada tingkat upah alamiah. Pada posisi ini jumlah penduduk konstan. Jadi dari segi faktor
produksi tanah dan faktor produksi tenaga kerja, ada suatu kekuatan dinamis yang selalu
menarik perekonomian ke arah tingkat upah minimum, yaitu bekerjanya the Law of Diminihing
Return.
Perhatikan Gambar 4-1. Terdapat dua bush gambar, yang masing-masing bersumbu
horisontal jumlah penduduk sebagai input variabel dan bersumbu vertikal jumlah gandum sebagai
hasil produksi. Dalam tiap gambar, input tanah dan kapital diasumsikan konstan. Perhatikan panel
(a), terdapat dua kurva, yaitu kurva marginal product MP dan kurva average product AP yang
keduanya berslope negatif karena berlakunya the law of diminishing marginal product. Dengan
jumlah tenaga kerja sebesar 0Lo maka jumlah gandum total (mewakili output total suatu
perekonomian) adalah OCDL o . Sebesar BCDE diterima oleh pemilik tanah sebagai sewa.
Sisanya dibagikan kepada pekerja dan pemilik kapital. Misalkan tingkat upah yang terjadi waktu
itu adalah OA sehingga seluruh tenaga kerja dalam perekonomian tersebut menerima bagian
sebesar OAFL o , sementara para pemilik modal menerima ABEF sebagai keuntungan. Selama
keuntungan masih di atas keuntungan minimal, dan tingkat upah masih di atas tingkat upah alamiah
(A*), para pemilik modal akan terus menanamkan modalnya dan ini akan berakibat dua hal; pertama
meningkatkan produktivitas petani, diujudkan dengan pergeseran kurva MP ke MP, serta AP ke
AP, [perhatikan gambar panel (b)], dan kedua, akan menyerap tenaga kerja lebih banyak
sehingga jumlah penduduk bertambah, dari OL0 ke 01_1. Perhatikan beberapa perubahan yang
terjadi: produksi meningkat dari OCDLo menjadi IA,. Total sewa yang diterima pecnilik tanah
meningkat dari BCDE menjadi HIJK (tanah jumlahnya konstan sehingga sewanya menjadi
semakin mahal), total pendapatan tenaga kerja meningkat menjadi OGLL, (perhatikan bahwa jika
dibagi dengan total tenaga kerja yang ada, tingkat upah rata- rata mungkin tidak mengalami
kenaikan, bahkan akan mungkin terjadi penurunan tingkat upah rata-rata jika penduduk tumbuh
lebih besar dari pada yang diminta oleh para pemilik modal). Total keuntungan mungkin
meningkat menjadi GHKL, tetapi tingkat keuntungan per unit kapital mengalami penurunan.
Gambar 4-1 Proses produksi dengan tanah sebagai input tetap dan tenaga kerja sebagai input
variabel, menggambarkan berlakunya hukum The Law of Diminishing Returns
Selama masih ada keuntungan, meskipun menjadi semakin kecil, maka para pemilik modal akan
menanamkan modalnya kembali, dan prosesnya berulang lagi. Kurva AP dan MP akan bergeser lebih
ke kanan lagi, dan jumlah penduduk akan bertambah lagi. Proses ini akan berehnti ketika tingkat
keuntungan sudah menjadi nol dan tingkat upah mencapai tingkat alamiahnya. Hal ini digambarkan
dalam Gambar 4-2. Perhatikan bahwa pada akhirnya para pemilik tanahlah yang menguasai
pendapatan paling banyak karena sifat langka dari tanah. Perhatikan juga bahwa para pemilik modal
hanya mendapatkan keuntungan minimal sehingga mereka akan menghentikan penanaman
kapitalnya (para pemilik kapital tersebut masih untung, tetapi tingkat kuntungan yang pas-pasan, tidak
cukup besar untuk merangsang investasi baru). Sementara itu tenaga kerja telah menerima tingkat upah
alamiahnya, yaitu M = A*, sehingga tidak akan bertambah lagi jumlah penduduknya karena akan mati
kelaparan (di samping juga para pemilik modal telah menghentikan permintaan tenaga kerjanya)
Gambar 4-3 Pembagian pendapatan di tiga pelaku ekonomi, yaitu pemilik tanah,
pemilik modal, dan pekerja
akan
meningkatkan
Poin pertama dan kedua bersama-sama berarti pendapatan perkapita yang konstan
membuat permintaan agregat menurun dan menyebabkan para pemodal untuk mengurangi
investasinya.
Masih tentang permintaan, Malthus berbeda pendapat dengan ekonom klasik sebelumnya,
yaitu Say, yang mengatakan bahwa setiap produksi barang akan menghasilkan permintaannya
sendiri (supply creates its own demand) karena proses produksi menciptakan output sekaligus
membayar input produksinya (berupa pendapatan) yang akan menjadi daya bell. Dengan kata
lain Say mengatakan bahwa tidak mungkin terjadi kekurangan permintaan di pasar. Menurut
Malthus, pendapatan belum tentu diterjemahkan seluruhnya menjadi permintaan. Ada
kemungkinan sebagian pendapatan tadi tidak diterjemahkan ke dalam permintaan, tetapi bisa juga
ditabung untuk keperluan di masa yang akan datang. Jika keadaannya seperti itu, maka ada
kemungkinan barang-barang yang diproduksi tidak menemukan permintaan dari masyarakat,
sehingga harga barang menjadi turun. Berikutnya keuntungan pemodal menjadi turun, dan
mengakibatkan akumulasi modal turun, dan ujungnya adalah stagnasi ekonomi. Dan memang
rendahnya konsumsi atau kurangnya permintaan efektif yang menyebabkan output tak terbeli
inilah yang menurut Malthus merupakan penyebab utama keterbalakangan.Tetapi skenarionya
tidak harus seperti ini. Dengan kata lain stagnasi ekonomi tidak harus terjadi. Hal itu bisa
dihindarkan jika kita bisa mengatur agregat demand untuk bisa mengimbangi tingkat produksinya
Faktor-faktor non ekonomi yang penting untuk diperhatikan adalah organisasi. Termasuk
organisasi di sini adalah berbagai hal menyangkut keserasian kombinasi antara proses
produksi dengan distribusinya. Malthus menyatakan bahwa jika kombinasi antara dua hal
tersebut tidak seimbang maka akan diperlukan waktu ribuan tahun untuk membuat proses produksi
tersebut menyumbang secara berarti terhadap pembangunan. (Cocokkan perhitungan Malthus
tersebut dengan keadaan sekarang, di mana pertumbuhan bisa dicapai dengan tingkat yang tinggi
dan telah berlangsung dalam kurun waktu yang lama, tetapi beberapa masalah mendasar seperti
kemiskinan dan pengangguran belum bisa diatasi).
Terdapat dua hal yang membedakan teori Malthus dan dua pendahulunya, yaitu Adam Smith
dan David Ricardo. Pertama, Malthus beranggapan bahwa proses pembangunan tidak harus
menuju posisi stasio,ner. Jika sektor pertanian telah sampai ke titik tertinggi dan tidak bisa
ditingkatkan lagi karena keterbatasan tanah, maka proses selanjutnya adalah mengolah sektor
industri. Perekonomian akan mengalami proses pasang surut dalam aktivitas proses produksi dan
konsumsi menuju tingkat kemakmuran pembangunan.