Pembimbing:
dr. Sugiarto, Sp.PD
Disusun oleh:
Aris Rahmanda 07120100091
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
................................................................................................................
2
STATUS PASIEN
...............................................................................................................
3
A.
IDENTITAS PASIEN
.........................................................................................................
3
B.
ANAMNESIS
.......................................................................................................................
3
C.
PEMERIKSAAN FISIK
.....................................................................................................
4
D.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
.....................................................................................
6
E.
FOLLOW UP
.......................................................................................................................
9
F.
DAFTAR MASALAH
.......................................................................................................
11
G.
PENATALAKSANAAN
..................................................................................................
11
I.
RINGKASAN MASALAH DAN PEMBAHASAN KASUS
.....................................
13
J.
KESIMPULAN
...................................................................................................................
24
PENDAHULUAN
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar
Hemoglobin (Hb) sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang
sehat. Fungsi sel darah merah adalah untuk menyalurkan oksigen dari paruparu ke jaringan dan karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru. Pada
keadaan anemia, kemampuan tubuh untuk melakukan pertukaran gas
berkurang dengan menurunkaan jumlah sel darah merah yang mengangkut
oksigen dan karbon dioksida. Gangguan klinis seperti kepucatan, menjadi
nyata pada kulit dan mukosa, menunjukkan kadar Hb turun mencapai kadar di
bawah 7-8 g/dl.
Anemia bukan suatu keadaan spesifik, melainkan dapat disebabkan
oleh bermacam-macam reaksi patologis dan fisiologis. Anemia ringan hingga
sedang mungkin tidak menimbulkan gejala objektif, namun dapat berlanjut ke
keadaan anemia berat dengan gejala-gejala keletihan, takipnea, sesak saat
beraktivitas, takikardia, dan gagal jantung.Salah satu penyebab anemia
adalah akibat penyakit ginjal kronik dan perdarahan, baik perdarahan kronis
ataupun perdarahan akut.Pada pasien yang dilaporkan, terdapat masalah
berupa penyakit ginjal diabetik yang dapat merupakan salah satu etiologi dari
anemia.Keluhan dispepsia pada pasien ini dengan tipikal tukak lambung
(ulcer like symptoms) memungkinkan merupakan sumber perdarahan yang
membuat anemia pada pasien ini bertambah berat.
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: SK
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 53 tahun.
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Alamat
MRS
: 9 November 2014
No. CM
: 44.62.87
B. ANAMNESIS
Autoanamnesis, pada 10 November 2014, pukul 10.00 WIB
Keluhan utama
Keluhan tambahan : Nyeri ulu hati dan mual sejak 4 hari SMRS
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke IGD RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal 9
November 2014 dengan keluhan badan terasa lemas sejak 4 hari
SMRS.Badan
terasa
lemas
dirasakan
diseluruh
tubuh.Lemas
dirasakan pasien makin memburuk dan tidak terjadi secara tibatiba.Pasien merasa lemas secara terus menerus sepanjang hari dan
tidak mengalami perbaikan.Tidak ada hal yang memperberat dan
memperingan dari lemas yang dirasakan pasien.
Pasien juga memiliki keluhan nyeri pada ulu hati sejak 4 hari
SMRS.Nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk dan tidak mengalami
penjalaran.Nyeri dirasakan terutama pada saat pasien makan.Pasien
menjelaskan gejalanya diperingan setelah mengkonsumsi obat-obatan
bergolongan antacida.Dari skala 1 s/d 10, pasien menjelaskan
nyerinya ada di angka 4.Selain nyeri, pasien juga menjelaskan
perutnya juga terasa megah. Pasien menyangkal adanya keluhan
Kesadaran
: Compos mentis
Keadaan gizi
Tanda vital
Kepala
Wajah
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Thoraks
: I
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan
9/11/14
10/11/14
11/11/14
Nilai Rujukan
Hemoglobin
8.8*
9.7*
12 -16 g/dL
Hematokrit
25*
29*
37 47 %
Eritrosit
30 juta
3.3* juta
Leukosit
9060
9490
332.0000
306.000
4,3-6,0 juta/uL
4800
10800/uL
150.000 400.000/uL
Hematologi
Trombosit
Hitung Jenis:
Basofil
0-1 %
Eosinofil
1-3 %
Batang
2-6 %
Segmen
71*
50-70 %
Limfosit
15*
20-40 %
Monosit
2-8 %
MCV
82
88
80-96 fL
MCH
29
30
27-32 pg
MCHC
35
34
32-36 g/dL
1.1
0.5-1.5%
18
TIBC
173
70 -200 ug/dL
253-435 ug/dL
Retikulosit
Kimia Klinik
SGOT (AST)
16
<35 U/L
SGPT (ALT)
17
<40 U/L
Protein Total
5.1*
6-8.5g/dL
Albumin
2.8*
3.5-5.0 g/dL
Ureum
55*
58*
20-50 mg/dL
Kreatinin
1.3
1.4
0,5-1,5 mg/dL
Kolesterol Total
159
<200mg/dL
Trigliserida
135
<150 mg/dL
Kolesterol HDL
18*
>35mg/dL
Kolesterol LDL
114*
<100mg/dL
12.1%*
5.7-6.4%
HbA1c
Asam Urat
3.7
4.6
3,5-7,4 mg/dL
GD Sewaktu
162*
232*
<140 mg/dL
Na
137
136
135-147 mmol/L
3.7
3.7
3,5-5,0 mmol/L
Cl
101
105
95-105 mmol/L
Jenis Pemeriksaan
10/11/14
Nilai Rujukan
Warna
Kuning
Kuning
Kejernihan
Jernih
Jernih
pH
4.6 - 8.0
Berat Jenis
1.015
1.010 - 1.030
Protein
+++
Negatif
Glukosa
+++
Negatif
Bilirubin
Negatif
Negatif
Nitrit
Negatif
Negatif
Keton
Negatif
Negatif
Urobilinogen
Negatif
Negatif - Positif 1
Eritrosit
0-1-1
< 2/ LPB
Leukosit
0-1-1
< 5 / LPB
Silinder
Butir 1-0-1
Negatif / LPK
Kristal
Negatif
Negatif
Epitel
Positif
Urin Lengkap
Darah
Lain-lain
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Makroskopik
Lunak
Lunak
Darah
Negatif
Negatif
Negatif
Lendir
Eritrosit
Negatif
Negatif
Leukosit
Negatif
1-0-1
Amoeba
Negatif
Negatif
Telur- cacing
Negatif
Negatif
Serat
Positif
Positif
Darah samar - Benzidine Test Positif
Negatif
a) Pemeriksaan eGFR dengan rumus Cockcroft-Gault : 47.47 mL/min
Interpretasi :
1. Irama sinus
2. Laju nadi 60x/min
3. Axis jantung normoaxis
4. P Wave normal (0.04s)
5. PR Interval normal (0.12-0.20s)
6. QRS Complex normal (0.125 detik)
7. Tidak Terdapat ST depresi maupun elevasi
8. Q patologis (-)
9. QT interval normal (<0.46s)
10. T inverted pada lead II & aVF
Kesan
E.
FOLLOW UP
TGL
10/11/14
PENGKAJIAN
S : Badan terasa lemas
O : Kesadaran : CM
TTV : 140/80//80x/min//18x/min//36.6C
Mata : CA +/+, SI -/Leher : JVP 5-2 cmH20, KGB membesar (-)
Cor : BJ I-II (N), Murmur (-),Gallop (-)
Pulmo : Vesikular, Rhonki -/-, Wheezing -/Abd : Datar, lemas, BU (+) nyeri tekan epigastrik (+)
Ekstremitas : akral hangat, CRT<2detik, Edema (-)
Lab : DPL : 9,7//29//9490//306000. MCV/H : 88//30. GDS : 232.
A : 1) Dispepsia susp.ulkus peptikum 2) DM tipe 2 3) Anemia NN e.c
PGD dd.Def Fe. 4) Penyakit ginjal diabetik
P : IVD NaCl 0.9% 500cc/8 Jam, Diet DM 1700 kkal/hari,
Omeprazole 1x40mg IV, Domperidon 3x10mg, Sucralfat 4x15cc. Cek
gambaran darah tepi, serum TIBC, Feritin, Transferin, Retikulosit,
Profil lipid, HbA1c, Asam urat, SGOT/PT dan Albumin.Cek feses
lengkap.
11/11/14
TTV : 140/80//78x/min//20x/min//37C
Mata : CA +/+, SI -/Leher : JVP 5-2 cmH20, KGB membesar (-)
Cor : BJ I-II (N), Murmur (-),Gallop (-)
Pulmo : Vesikular, Rhonki -/-, Wheezing -/Abd : Datar, lemas, BU (+) nyeri tekan epigastrik (+)
Ekstremitas : akral hangat, CRT<2detik, Edema (-)
A : 1) Dispepsia susp.ulkus peptikum 2) DM tipe 2 3) Anemia NN e.c
chronic GI bleeding. 4) Penyakit ginjal diabetic 5) Hipoalbuminemia
P : Cek ureum & Creatinin, Asam urat dan USG abdomen.Tx : IVD
NaCl 0.09% 500cc/8jam, diet DM 1700kkal/hari, Omeprazole
1x40mg IV, Domperidone 3x10mg, Sucralfat 4x15cc, Levemir
TTV : 120/80//78x/min//20x/min//37C
Mata : CA +/+, SI -/Leher : JVP 5-2 cmH20, KGB membesar (-)
Cor : BJ I-II (N), Murmur (-),Gallop (-)
Pulmo : Vesikular, Rhonki -/-, Wheezing -/Abd : Datar, lemas, BU (+) nyeri tekan epigastrik (+)
Ekstremitas : akral hangat, CRT<2detik, Edema (-)
A : 1) Dispepsia susp.ulkus peptikum 2) DM tipe 2 3) Anemia NN e.c
chronic GI bleeding. 4) Penyakit ginjal diabetic 5) Hipoalbuminemia
P : Cek ureum & Creatinin, Asam urat dan USG abdomen.Tx : IVD
NaCl 0.09% 500cc/8jam, diet DM 1700kkal/hari, Omeprazole
1x40mg IV, Domperidone 3x10mg, Sucralfat 4x15cc, Levemir
1x10unit, Captopril 3x6.25mg
13/11/14
TTV : 120/90//90x/min//22x/min//36C
Mata : CA +/+, SI -/Leher : JVP 5-2 cmH20, KGB membesar (-)
Cor : BJ I-II (N), Murmur (-),Gallop (-)
Pulmo : Vesikular, Rhonki -/-, Wheezing -/Abd : Datar, lemas, BU (+) nyeri tekan epigastrik (+)
Ekstremitas : akral hangat, CRT<2detik, Edema (-)
A : 1) Dispepsia susp.ulkus peptikum 2) DM tipe 2 3) Anemia NN e.c
chronic GI bleeding. 4) Penyakit ginjal diabetic 5) Hipoalbuminemia
P : Cek ureum & Creatinin, Asam urat dan USG abdomen.Tx : IVD
NaCl 0.09% 500cc/8jam, diet DM 1700kkal/hari, Omeprazole
1x40mg IV, Domperidone 3x10mg, Sucralfat 4x15cc, Levemir
1x10unit, Captopril 3x6.25mg
10
F. DAFTAR MASALAH
1. Anemia normositik normokromik
2. Penyakit ginjal diabetik G4 A2
3. Diabetes melitus tipe 2
4. Iskemia miokard Inferior
5. Dislipidemia
6. Hipertensi stadium 1 / Stage 1
7. Sindrom dispepsia suspek ulkus peptikum
G. PENATALAKSANAAN
Non-medika mentosa
1. Edukasi tentang masalah Diabetes seperti gejala, diagnosis,
macam pengobatan dan komplikasi.
2. Perecanaan makanan dan edukasi makanan seperti makanan
sehat pada umumnya serta dibatasi sesuai kebutuhan.Kebutuhan
kalori
pasien
berdasarkan
rumus
Broca
adalah
1620
11
5. Cek infeksi H.pylori dengan urea breath test atau dengan antigen
feses
6. Gastroduodenoskopi
H. PROGNOSIS
a) Quo Ad Vitam
: dubia ad malam
Pada pasien ini, terdapat gejala dan tanda yang bahwa akan terjadi
progresifitas penyakit pasien menjadi kronis.Pada pasien ini juga terdapat
beberapa faktor komorbid lainya, seperti DM tipe 2 dan adanya juga penyakit
ginjal diabetes, hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien, oleh
karena itu perlu dilakukan control secara berkala sebagai pencegahan
terjadinya komplikasi kronis akibat DM tipe 2.Pasien dengan penyakit ginjal
diabetes sendiri jika tidak ditangani dengan baik akan mempercepat untuk
melakukan hemodialisa, jika sudah dalam hemodalisa dan jika pasien tidak
rutin control dengan baik tentu akan terjadi kondisi-kondisi seperti kelebihan
cairan,sindrom uremikum dan aritmia yang bisa mengancam nyawa pasien.
b) Quo Ad Sanationam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
Pasien memiliki Diabetes Mellitus tipe 2 sejak 7 tahun lalu yang tidak
terkontrol.Komplikasi Diabetes Mellitus tipe 2 diantaranya terdapat pada
mikrovaskular (nefropati & retinopati) dan makrovaskular (cerebrovascular &
penyakit jantung coroner).Pada pasien ini terlihat bahwa DM-nya tidak
terkontrol dengan indicator HbA1c 12.1% dan pasien sendiri tidak
mengonsumsi obat-obatan atau medikasi DM apapun.Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan penurunan laju filtrasi glomerular ( eGFR : 47.47
mL/min) ,proteinuria dan glukosuria serta T Inverted pada lead III dan aVF.Hal
tersebut menunjukan sudah terjadi komplikasi pada pasien ini, terutama pada
12
ginjal yang terjadi penurunan laju filtrasi glomerular dan terdapatnya iskemia
miokard inferior yang merupkan manifestasi hiperglikemia kronis.Hal tersebut
mempengaruhi fungsi organ pasien, terutama pada ginjal dan jantung serta
dapat mempengaruhi fungsi pasien dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari
dikemudian hari apabila tidak ditangani.
I. RINGKASAN MASALAH DAN PEMBAHASAN KASUS
Pasien laki-laki usia 53 tahun dengan keluhan badan terasa lemas
sejak 4 hari SMRS.Badan terasa lemas dirasakan diseluruh tubuh.Lemas
dirasakan pasien makin memburuk dan tidak terjadi secara tibatiba.Pasien merasa lemas secara terus menerus sepanjang hari dan tidak
mengalami perbaikan.Pasien juga memiliki keluhan nyeri epigastrik sejak
4 hari SMRS.Nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk dan tidak mengalami
penjalaran. Pasien memiliki riwayat Diabetes Mellitus tipe 2 sejak 7 tahun
lalu dan tidak terkontrol.Pasien menyangkal memiliki riwayat Hipertensi
dan riwayat sakit jantung sebelumnya.Pasien menjelaskan bahwa nafsu
makanya menurun sejak 1 bulan SMRS.Keluhan penurunan berat badan
dirasakan pasien sekitar 3kg dalam 1 bulan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/80 mmHg,
konjungtiva anemis & nyeri tekan epigastrik.Pemeriksaan EKG terdapat
iskemik miokard inferior.Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
anemia normositik normokromik, limfopenia, penurunan kadar protein
total,dislipidemia,
hipoalbumin,
uremia,
peningkatan
kadar
HbA1c,
pemeriksaan
urinalisis
didapatkan
proteinuria
dan
a) Anamnesis
Keluhan utama pasien lemas, dengan progresifitas dan tidak terjadi
secara tiba-tiba. Pasien memiliki riwayat penyakit maag sejak 5 tahun
lalu.Berdasarkan anamnesis, pasien mempunyai gejala dyspepsia
dengan tipikal ulkus peptikum, hal tersebut dapat menjadi diagnosis
13
darah merah.
e) Rencana Penatalaksanaan
1. Tatalaksana sindrom dyspepsia suspek ulkus peptikum untuk
mengatasi sumber perdarahan saluran cerna atas.
2. Tatalaksana progresifitas dari penyakit ginjal diabetic
3. Pemberian suplementasi besi dengan menggunakan Ferrous
Sulfat 2x300mg
f) Analisa masalah :
Pada pasien ini terdapat masalah yaitu anemia.Berdasarkan WHO,
kriteria anemia adalah sebagai berikut :
Kelompok
Laki-laki Dewasa
< 13 g/dl
< 12 g/dl
Wanita Hamil
< 11 g/dl
14
banding
terjadinya
anemia
normositik
normokromik
diantaranya adalah :
1) Anemia pasca perdarahan akut
2) Anemia aplastik
3) Anemia hemolitik didapat
4) Anemia akibat penyakit kronik
5) Anemia pada penyakit ginjal kronik
6) Anemia pada sindrom mielodisplastik
7) Anemia pada keganasan hematologik
Berdasarkan diagnosis banding tersebut, pada pasien ini terdapat
kemungkinan etiologi dari terjadinya anemia, yaitu anemia pada gagal ginjal
kronik dan anemia pasca perdarahan akut.Terdapat dalam anamnesis
bahwa pasien memiliki riwayat DM tipe 2 yang tidak terkontrol sejak 7 tahun
SMRS, hal ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya penyakit ginjal
diabetes yang menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ginjal dan dapat
menjadi progresif ke end stage renal disease.Pada pasien ini terdapat
penurunan eGFR yaitu 47.47 mL/min, hal ini juga sesuai dengan kriteria
CKD stadium 3.Anemia pada penyakit ginjal kronik dijelaskan dalam gambar:
15
Dalam pasien ini juga dicurigai adanya perdarahan saluran cerna atas,
dengan suspek terdapatnya ulkus gaster.Pasien memiliki gejala dispepsia
dengan tipikal ulcer like symptoms yaitu nyeri pada beberapa saat setelah
makan dan diperberat dengan makanan.Pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan gejala yang spesifik, namun hanya terdapat nyeri tekan
epigastrik.Pada
pemeriksaan
analisis
feses
didapatkan
positif
pada
pemeriksaan darah samar, hal ini juga dapat menjadi diagnosis banding
penyebab terjadinya anemia atau dapat pula menjadi faktor yang
memperberat terjadinya anemia pada CKD.
2.
d) Rencana Penatalaksanaan
1. Kontrol gula darah dengan target HbA1c <7%
2. Kontrol tekanan darah dengan target 130/80 mmHg dengan ACE-I
(Captopril 3x6.25mg) atau dengan ARB (Valsartan 1x80mg)
3. Kontrol displipedemia dengan target LDL <100 mg/dL.Salah satu
terapi
farmakolgi
dengan
HMG-CoA
Reductase
inhibitor
e) Analisis masalah :
Pasien memiliki riwayat DM tipe 2 yang tidak terkontrol sejak 7 tahun
SMRS.Salah satu komplikasi kronis dari DM tipe 2 adalah terjadinya
nefropati.Nefropati diabetic atau penyakit ginjal diabetic adalah sindrom klinis
yang ditandai dengan albuminuria (>300mg/hari atau 200mcg/menit)
menegaskan setidaknya dua kali 3-6 bulan terpisah, tetap dan penurunan
ireversible dalam GFR dan hipertensi arteri.Pada pasien ini, dalam urinalisis
terdapat positif 3 pada protein, namun perlunya pemeriksaan lanjutan yaitu
pemerikaan kadar albumin urin 24 jam secara kuantitatif untuk pemastian
diagnosis. Ada lima tahapan dalam perkembangan nefropati diabetik menjadi
end stage renal disease.
1. Tahap I( Stage I) : filtrasi hiper Hypertrophic. Pada tahap ini, GFR
normal atau meningkat. Tahap I berlangsung sekitar lima tahun dari
timbulnya penyakit ini. Ukuran ginjal meningkat sekitar 20% dan aliran
plasma ginjal meningkat sebesar 10% -15%, sedangkan albuminuria
dan tekanan darah tetap dalam kisaran normal.
2. Tahap II: Tahap tenang. Tahap ini dimulai sekitar dua tahun setelah
terjadinya penyakit dan ditandai oleh kerusakan ginjal dengan
membran basal penebalan dan proliferasi mesangial. Masih ada tandatanda klinis dari penyakit ini. GFR kembali ke nilai normal. Banyak
pasien tetap dalam tahap ini sampai akhir hidup mereka.
3. Tahap III: Tahap mikroalbuminuria (albumin 30-300 mg / dU) atau
nefropati awal. Ini adalah tanda klinis terdeteksi pertama kerusakan
glomerulus. Ini biasanya terjadi 5-10 tahun setelah awitan penyakit.
Tekanan darah dapat ditingkatkan atau normal. Sekitar 40% pasien
mencapai tahap ini.
4. Tahap IV: Penyakit Ginjal Kronis (CKD) adalah tahap ireversibel.
proteinuria bertambah
17
Pada pasien ini terlihat terjadi penurunan GFR yaitu menjadi 47.47
mL/min, hal ini sesuai dengan kriteria penyakit ginjal diabetes Tahap
(Stage
4).Prinsip
penatalaksanaan
adalah
untuk
memperlambat
Foto thorax PA, untuk mencari resiko sumber infeksi di paru dan
mencari tahu apakah ada komplikasi makrovaskular lainya seperti
cardiomegaly dan kalsifikasi aorta.
d) Rencana Penatalaksanaan
1. Non Medikamentosa :
a) Edukasi tentang masalah Diabetes seperti gejala, diagnosis,
macam pengobatan dan komplikasi.
b) Perecanaan makanan dan edukasi makanan seperti makanan
sehat pada umumnya serta dibatasi sesuai kebutuhan.Kebutuhan
kalori
pasien
berdasarkan
rumus
Broca
adalah
1620
18
2. Medikamentosa :
a) Pemberian insulin basal (long acting) dengan cara subkutan
dimulai dengan Insulin Glargine 1x 10 Unit S.C.Disesuaikan
dosisnya/dinaikan disesuaikan dosisnya/dinaikan 2 Unit tiap 3
hari dengan target GDP 70-130mg/dL
b) Pemberian insulin prandial (rapid acting) dengan Insulin Aspart
secara subkutan, dapat diberikan sebelum,saat makan atau
beberapa menit setelah makan.Pemberian dimulai dengan
4unit/hari (3x1unit).Dosis disesuaikan/dinaikan 2 unit setiap 3 hari
dengan target gula darah <200mg/dL
e) Analisis masalah :
Berdasarkan anamenesis, pasien sudah mempunyai riwayat DM tipe 2
yang tidak terkontrol sejak 7 tahun SMRS dan sudah terdapat komplikasi
DM diantaranya adalah Penyakit ginjal diabetik dan iskemia miokard
inferior (CAD).Dari laboratorium , terdapat peningkatan gula darah
sewaktu 232 mg/dl dan HbA1c pasien adalah 12.1%, hal ini menunjukan
bahwa sudah tegak diagnosis DM dan pada pasien ini mempunyai
indicator pengontrolan gula darahnya yang buruk yaitu HbA1c diatas
10%.
Dalam penatalaksanaan, pasien ini direncanakan menggunakan 4 pilar
penatalaksanaan DM, yaitu edukasi,terapi nutrisi medis, latihan jasmani
dan pemberian farmakologi.Pada pasien ini dipertimbangkan untuk
pemberian insulin atas dasar terdapat gangguan fungsi ginjal.
19
4.
c) Rencana Penatalaksanaan
1) Non Medikamentosa :
Berhenti merokok
2) Medikamentosa
d) Analisis Kasus
Iskemia miokard yang terjadi pada pasien ini dapat merupakan
komplikasi kronis dari DM tipe 2. Terjadinya iskemia miokard pada pasien
ini
disebabkan
terjadinya
atherosclerosis
pada
pembuluh
darah
20
5.
Dislipidemia
a) Anamnesis
Pasien mempunyari riwayat DM tipe 2 yang tidak terkontrol, hal ini
dapat merupakan faktor predisposisi terjadinya metabolic sindrom,
yaitu teradinya peningkatan kadar profil lipid darah.
b) Pemeriksaan Penunjang
-
c) Rencana Penatalaksanaan
1) Non Medikamentosa :
Berhenti merokok
2) Medikamentosa
d) Analisis masalah :
Terlihat pada pemeriksaan laboratorium terjadi peningkatan kolesterol
HDL dan penurunanan kada kolesterol HDL.Hal ini dapat disebabkan akibat
DM dan menyebabkan sindroma metabolic.Dislipidemia pada pasien ini harus
diterapi karena pada pasien tersebut sudah terjadi komplikasi juga pada arteri
koroner jantung dan untuk mencegah atau memperlambat progresifitias
proses atherosclerosis koroner.
6.
21
c) Rencana Penatalaksanaan
1) Non Medikamentosa :
Berhenti merokok
2) Medikamentosa
d) Analisis kasus :
Pasien menyangkal adanya riwayat hipertensi, baik dirinya sendiri
ataupun dalam riwayat keluarga.Pasien juga merupakan seorang perokok,
pasien sudah merokok sejak
22
7.
d) Rencana Penatalaksanaan
Medikamentosa :
1. Omeprazole PO 2x20 mg
2. Metoclopramide PO 3x5mg , sebelum makan
3. Sukralfat 1gram, 4 kali sehari (4x15cc) diminum sebelum makan
dan sebelum tidur
4. Terapi eradikasi H.pylori jika ditemukan (+).PPI + Kombinasi 2
antibiotik
selama
7-14
hari.
Omeprazole
20mg
2x1,
23
e) Analisis masalah :
Pada pasien ini mempunyai keluhan rasa tidak nyaman, terutama nyeri
pada
region
epigastrik
dan
diperparah
ketika
makan.
Dispepsia
J. KESIMPULAN
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berusia 53 tahun dengan
anemia normositik normokromik dengan penyakit ginjal diabetik dan
sindrom dyspepsia dengan gejala tukak lambung.Pasien memiliki riwyayat
DM tipe 2 yang tidak terkontrol sejak 7 tahun SMRS.Pada pemeriksaan
fisik terdapat konjungtiva anemis dan hipertensi stadium 1. Pemeriksaan
penunjang
menunjukan
hasil
anemia
normositik
normokromik,
dyslipidemia , index control DM yang buruk ,test darah samar feses positif
dan iskemi miokard.
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Y.,2005.
Functional
Dyspepsia.
UNC
Division
of
Diabetes
Melitus
Tipe
di
Indonesia
2011.PERKENI.2011
7. Perkumpulan Endrokinologi Indonesia.Petunjuk Praktis Terapi Insulin
Pada Pasien Diabetes Melitus 2011.PERKENI.2011
8. Meghan M.Kiefer and Curtis R.Chong. Pocket Primary Care.Wolters
Kluwer Health.2014
9. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al; Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure; National Heart, Lung, and Blood Institute; National High
Blood Pressure Education Program Coordinating Committee: Seventh
report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Hypertension
2003;42(6):1206-1252.
26