PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi alam yang cocok
digunakan untuk pertanian dan peternakan. Salah satu produk peternakan yang menjadi
kebutuhan adalah susu sapi perah. Seiring dengan perkembangan jaman kebutuhan susu
di Indonesia semakin meningkat. Hak tersebut dibuktikan dengan permintaan atau
kebutuhan susu di Indonesia sendiri mencapai 5 kg/kapita/tahun. Salah satu penyebabnya
adalah menigkatnya kesadaaran penduduk dan masyarakat akan kandungan gizi di dalam
susu sangat tinggi, bahkan menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan
meningkatnya konsumsi protein hewani dari 68 liter/kapita/tahun menjadi 7.7
liter/kapita/tahun atau setara dengan 25 kg/kapita/hari.
Air susu merupakan bahan baku dari semua produk susu yang digunakan sebagai
bahan baku produk pangan. Susu merupakan makanan yang hamper sempurna dan baik
untuk kesehatan tubuh manusia, tetapi susu juga sangat baik bagi pertumbuhan bakteri,
oleh sebab itu apabila penanganan susu tersebut tidak sesuai dengan kriteria yang
ditentukan, susu akan menjadi sumber penyakit bagi manusia. Penanganan hygiene dan
sanitasi yang tidak sesuia dengan standart SNI akan menyebabkan timbulnya pencemaran
bakteri colliform. Pencemaraan bakteri coliform dapat menyebabkan timbulnya penyakit.
Penyakit yang ditimbulkan sehubungan dengan konsumsi susu yang kurang hygiene,
berasal dari 2 sumber. Pertama langsung dari sapi, karena pada saat pemerahan ambing
sapi yang tidak steril sehingga memungkinkan bakteri coliform mencemari susu yang
diperah. Kedua dengan penularan susu dari sumber luar selama penyimpanan yang tidak
sesuai dengan standart hygiene dan sanitasi yang sesuai. Susu yang tidak hygiene dari
peternak, pemerahaan sapi hingga permasalahan pengemasan, pendistribusian ke tangan
konsumen
akan
menyebabkan
dampak
yang
besar.
Pengetahuan
masyarakat
pengkonsumsi susu sapi segar dimungkinkan rendah. Untuk itu salah satu tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang kriteria susu sapi yang baik
dan sehat untuk dikonsumsi masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hygiene, sanitasi air susu sapi perah di desa Kepuharjo kabupaten
Sleman?
2. Apakan ada pencemaran fisik pada susu sapi perah?
3. Apakah ada pencemaran kimia dengan indicator pH pada susu sapi perah?
4. Apakah ada pencemaran mikrobiologis berupa bakteri coliform dalam susu sapi
perah?
5. Bagaimana
hubungan
antara
sanitasi
dan
hygiene
terhadap
pencemaran
kabupaten Sleman.
Mendeskripsikan pencemaran fisik pada susu sapi perah.
Mendeskripsikan pencemaran kimia pada susu sapi perah.
Mendekripsikan pencemara mikrobiologis bakteri coliform pada susu sapi perah.
Mendeskripsikan hubungan hygin dan sanitasi terhadap pencemaran mikrobiologis,
A. Kajian Teori
1. Susu Sapi Perah
Air susu merupakan bahan makanan utama bagi makhluk hidup yang baru
lahir, baik bagi hewan maupun manusia. Air susu termasuk jenis bahan pangan
hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan
diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, S., 1983). Sebagai bahan
makanan/minuman air susu sapi mempunyai nilai gizi yang tinggi, karena
mengandung unsur-unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh seperti Calsium,
Phosphor, Vitamin A, Vitamin B dan Riboflavin yang tinggi. Komposisinya yang
mudah dicerna dengan kandungan protein, mineral dan vitamin yang tinggi,
menjadikan susu sebagai sumber bahan makanan yang fleksibel yang dapat diatur
kadar lemaknya, sehingga dapat memenuhi keinginan dan selera konsumen.
Susu mengandung bermacam-macam unsur dan zat makanan yang juga
diperlukan bagi pertumbuhan bakteri. Susu dalam ambing ternak yang sehat tak
bebas hama dan mungkin mengandung sampai 500 sel/ml. Jika ambing tersebut
sakit maka jumlahnya dapat meningkat lebih besar dari 20.000 sel/ml. Selain
mikroorganisme yang biasanya ada dalam susu dan ambing ada juga pencemaran
yang ada dalam wadah saat pemerahan. Jenis-jenis micrococcus dan
Corybacterium sering terdapat dalam susu yang baru diperah. Pencemaran juga
timbul dari sapi, alat pemerahan yang kurang bersih dan tempat-tempat
penyimpanan (Sri Usmiati dan Abubakar, 2007). Setelah susu diperah, kandungan
mikro organisme pada susu merupakan fungsi dari umur susu yang menentukan
tingkat perkembangan flora alam, penanganan susu yang menentukan jenis
mikroorganisme yang terbawa dan suhu penyimpanan yang menentukan
kecepatan perkembangbiakan semua jenis mikroorganisme.
Setelah susu diperah, kandungan mikroorganisme pada susu merupakan
fungsi dari umur susu yang menentukan tingkat perkembangan flora alam,
penyimpanan yang menentukan kecepatan perkembangbiakan semua jenis
mikroorganisme (Chavan RS. 2010).
2. Penanganan susu sapi perah
Penanganan susu segar sangat diperlukan untuk memperlambat penurunan
kualitas susu memperpanjang masa simpan susu. Didalam penanganan air susu
dintuntut keterampilan dan ketelitian dalam hal :
konsumen
di
definisikan
(Suratmono,
2005).
Persyaratan mutu susu berdasarkan SNI dan Direktorat Jenderal Peternakan atas
nilai TPC dan cemaran mikrobiologis patogen tertera pada Tabel 1.
Syarata
Syaratb
3 juta per
1 juta CFU/ml
cc
-
Negatif
Negatif
20/ml
Negatif
1 x 102/ml
Negatif
Negatif
4 x 105/ml
asing
Jumlah sel radang maksimum
a
Analisis bahaya terdiri dari tiga tahap yaitu, identifikasi bahaya, penetapan
tindakan pencegahan (preventive measure), dan penentuan kategori resiko atau
signifikansi suatu bahaya. Dengan demikian, perlu dipersiapkan daftar bahan
mentah dan ingridient yang digunakan dalam proses, diagram alir proses yang
telah diverifikasi, serta deskripsi dan penggunaan produk yang mencakup
kelompok konsumen beserta cara konsumsinya, cara penyimpanan, dan lain
sebagainya. Bahaya (hazard) adalah suatu kemungkinan terjadinya masalah atau
resiko secara fisik, kimia dan biologi dalam suatu produk pangan yang dapat
menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia. Bahaya-bahaya tersebut dapat
dikategorikan ke dalam enam kategori bahaya, yaitu bahaya A sampai F.
5.
penting
untuk
memenuhi
standar
mutu
atau
persyaratan
Kualitas susu
(mikrobiologis, fisika,
kimia)
Sterilisasi
sanitasi (lingkungan)
& hygiene (pemerahan, penyimpanan)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian observatif. Metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah dengan cara observatif dan pengisian lembar kuisioner untuk
mengetahui hygiene dan sanitasi, serta pengujian laboratorium untuk mendapatkan data
mikrobiologis susu sapi segar. Adapun penelitian ini dianaalisis dengan cara deskriptif.
B. Tampat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Mikrobiologi FMIPA UNY, waktu
pelaksanaan pada tanggal 3 Desember sampai 10 Desember 2014.
C. Sampel Percobaan
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil sampel air susu sapi perah
segar yang berasal dari peternakan sapi perah di desa Kepuharjo kabupaten Sleman.
Sampel air susu sapi segar diambil sesuai dengan kondisi di lapangan, waktu
pengambilan sampel mulai pukul 09.00 WIB sampai dengan 11.00 WIB. Sampel air susu
diambisil sebanyak 1 liter. Sampel diletakan dalam ice box dengan suhu 0 C - 40 C . hal
ini dilakukan untuk menjaga kualitas susu dan pertumbuhan bakteri dihambat selama
dalam perjalanan. Sampel air susu kemudian dibawa ke laboratorium mikrobiologi
FMIPA UNY.
D. Variable Penelitian
1. Variabel bebas
2. Variabel tergayut : kualitas air susu perah dilihat dari fisik, kimia dan biologi.
Bahan Penelitian
Alat Penelitian
Botol kaca
- Alkohol 70%
Kertas Label
Termos
Spidol
Box ice
Lampu sepiritus
Petridish
Jarum ose
Drigalsky
Mikropipet
Pipet tip
Tissue
Kapas
Mikroskop
F. Cara Kerja
Observasi tempat produksi susu sapi perah di desa Kepuharjo kabupaten Sleman,
pada tahap ini praktikan mengidentifikasi dan menentukan garis besar proses proses
pada perlakuan pemerahan susu sapi hingga sampai proses siap untuk didistribusikan,
hasil dari identifikasi ini merupakan poin poin proses yang nantinya akan diidentifikasi
lebih lanjut mengenai ada tidaknya potensi potensi terjadinya pencemaran baik fisik,
kimia dan biologi. Tahap tahap proses yang berpotensi menjadi titik kritis atau critical
control point (CCP) tersebut akan ditanyakan langsung oleh praktikan dengan cara
wawancara dan observasi bedasarkan instrumen penelitian yang telah dibuat sebagai
berikut :
Sampel susu sapi perah yang diambil dari desa Kepuharjo tersebut akan dibawa
ke laboratorium FMIPA UNY untuk diidentifikasi lanjut mengenai parameter fisik berupa
warna, bau dan rasa. Parameter kimia berupa pH dan parameter biologis berupa total
coloni bakteri dalam pengujian TPC.
Setelah didapatkan semua data diatas, selanjutnya adalah penyusunan hasil
identifikasi Bedasarkan analisis bahaya, identifikasi titik kritis dan gambaran hygiene dan
sanitasi dari semua proses yang akan disatukan menjadi tabel hasil yang nantinya akan
menjadi pedoman praktikan menentukan kualitas susu sapi perah di desa Kepuharjo
kabupaten Sleman.
G. Pengumpulan Data
Data hasil parameter fisik, kimia dan biologi
Sampel susu
sapi perah
Warna
Rasa
Bau
pH
A
B
C
D
E
H. Teknik Analisi
Penyajian data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif.
Daftar Pustaka
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, and M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan.
Universitas Indonesia Press. Jakarta. 365 hlm.
TPC