LAPORAN KASUS
CORPUS ALIENUM
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Diajukan Kepada :
Pembimbing : Dr. Retno Wahyuningsih, Sp M
Disusun Oleh :
Optie Ardha Berliana
H2A010039
H2A010039
Tanda Tangan
Dr. Retno W, Sp M
.............................
Tanggal
.............................
Mengesahkan:
Koordinator Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata
BAB I
STATUS PASIEN
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn.K
Usia
: 26 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
: Karanganyar RT 2 RW 5 Tambakboyo
Pekerjaan
: Pekerja bangunan
Pendidikan tertinggi
: SMA
No. RM
: 069854
Tanggal masuk RS
: 1 Desember 2014
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 1 Desember 2014
jam 10.00 WIB di Poli mata RSUD Ambarawa.
Keluhan Utama
Mata merah
Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli dengan keluhan mata kanan merah yang
dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Mata merah timbul secara tiba-tiba setelah
pasien memotong kayu dan mata kanan pasien terkena serpihan kayu. Mata
merah dirasakan semakin lama semakin berat dan terus menerus sepanjang hari
3
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 1 Desember 2014 jam 10.10 WIB di
poli mata RSUD Ambarawa.
Status Generalis
Keadaan Umum
: tampak kesakitan
Kesadaran
: compos mentis
Tensi
Nadi
Nafas
: 20 x/menit
Suhu
: 370 C (axiller)
Kulit
Kepala
: mesosefal
Jantung
Paru
Hati
Limpa
Limfe
Ekstremitas
Status Oftalmologi
Oculi Dekstra
Pemeriksaan
6/12
Visus
Oculi Sinistra
6/6
Tidak dilakukan
Koreksi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Sensus Coloris
Tidak dilakukan
arah,
Parese/ Paralysis
ortophori,
segala
eksoftalmos (-)
mata
rontok
arah,
ortophori,
eksoftalmos (-)
Supercilia
(-),
bulu
krusta (-)
Hiperemis (-), spasme (-),
rontok
(-),
krusta (-)
Palpebra Superior
ektropion (-)
ektropion (-)
Palpebra Inferior
ektropion (-)
ektropion (-)
Conjunctiva Palpebra
Superior
corpal (+)
Hiperemis (+), corpal (-),
secret (-)
Hiperemis (+), corpal (-),
Conjunctiva Palpebra
Inferior
Conjunctiva Fornices
cobelstone (-)
Injeksi
konjungtiva
(+),
Conjunctiva Bulbi
Sclera
Jernih
Cornea
Jernih
(+),
defek(-),
(+),
defek
(-),
(-)
(-)
Jernih,
tndal
efek
(-),
Coklat,
kripte
tremulan
(+),
Iris
(-),
central,
kripte
tremulan
neovaskularisasi (-)
Bulat,
Coklat,
(+),
(-),
neovaskularisasi (-)
regular,
Pupil
Bulat,
central,
regular,
cahaya (N +)
cahaya (N +)
Jernih
Lensa
Jernih
Tidak dilakukan
Fundus Reflek
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Corpus Vitreum
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tensio Oculi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
System Canalis
Tidak dilakukan
Lacrimalis
Tidak dilakukan
Tes Fluorescein
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Funduscopy
Tidak dilakukan
IV. RESUME
Laki-laki 26 tahun datang dengan keluhan mata merah pada okuli dekstra,
disertai nyeri, dan fotofobia sejak 3 hari yang lalu. Terdapat corpus alienum pada
konjungtiva palpebra superior dektra. 2 hari yang lalu pandangan pasien kabur
pada okuli dekstra. Riwayat sosial ekonomi pasien kesan cukup.
Status Oftalmologi
Oculi Dekstra
Oculi Sinistra
Visus
6/12
6/6
Conjunctiva
palpebra Hiperemis
(+),secret
Superior
Corpal (+)
Conjunctiva
Inferior
Conjunctiva fornices
Hiperemis
(+),
secret
mukopurulen
Conjunctiva bulbi
Injeksi
konjungtiva
hiperemis (+)
Sclera
V.
Hiperemis (+)
DIAGNOSIS
Corpus Alienum konjungtiva palpebra superior OD
VI.
INISIAL PLAN
1. Corpus Alienum
Terapi
-
Ekstraksi Corpal
Hiperemis (-)
Edukasi
-
Menjelaskan
ke
pasien
mengenai
Corpus
alienum
komplikasinya
VII.
PROGNOSIS
serta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI PALPEBRA
Struktur mata yang berfungsi sebagai proteksi lini pertama adalah palpebra.
Kelopak mata atau palpebra superior dan inferior merupakan modifikasi lapisan
kulit yang dapat menutup yang berguna untuk melindungi bola mata bagian anterior
terhadap trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola mata. Palpebra atau kelopak
mata mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi
kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea. Kelopak mata
mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang
ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.1,2
Pembasahan dan pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena
pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka tutup
kelopak mata. Kedipan kelopak mata dapat membantu menyebarkan lapisan tipis air
mata sekaligus menyingkirkan debu yang masuk, melindungi kornea dan
konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata, palpebra
inferior menyatu dengan pipi. Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan
keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos.2,3
10
Kelopak mata (palpebra) terdiri dari 5 bidang jaringan yang utama. Dari
superfisial ke dalam terdapat lapisan kulit, otot rangka (orbicularis oculi), jaringan
areolar, jaringan fibrosa (lempeng tarsus), dan lapisan membran mukosa
(konjungtiva palpebralis).
a. Lapisan Kulit
Kulit palpebra berbeda dengan kulit di kebanyakan bagian tubuh lainnya
karena tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut serta tanpa
lemak subkutan.
b. Musculus Orbicularis Oculi
Fungsi musculus orbicularis oculi adalah menutup palpebra. Serat-serat
ototnya mengelilingi fissura palpebrae secara konsentris dan menyebar dalam
jarak pendek mengelilingi tepi orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi.
Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai pratarsal; bagian
11
12
Tepian palpebra
Panjang tepian palpebra adalah 25-30 mm dan lebarnya 2 mm. Tepian ini
dipisahkan oleh garis kelabu (sambungan mukokutan) menjadi tepian anterior dan
posterior.
a. Tepian anterior
Bulu mata, muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur.
Glandula Zeis, merupakan modifikasi kelenjar sebasea kecil, yang
bermuara ke folikel rambut pada dasar bulu mata.
Glandula Moll, merupakan modifikasi kelenjar keringat yang bermuara
membentuk barisan dekat bulu mata.
b. Tepian posterior
Tepian posterior berkontak langsung dengan bola mata, dan sepanjang tepian
ini terdapat muara-muara kecil kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi
(glandula Meibom atau tarsal).
c. Punctum palpebra
Pada ujung medial tepian posterior palpebra terdapat penonjolan kecil dengan
lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan inferior.
Punctum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulusnya ke saccus lacrimalis.2
Retraktor Palpebrae
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra, yang dibentuk oleh
kompleks muskulofasial, dengan komponen otot rangka dan polos, yang dikenal
sebagai kompleks levator di palpebra superior dan fasia kapsulopalpebra di palpebra
inferior. Di palpebra superior bagian otot rangkanya adalah levator palpebrae
superioris, dan otot polosnya adalah musculus Mller (tarsalis superior). Di
palpebra inferior, retraktor utamanya adalah musculus rectus inferior dan otot
polosnya musculus tarsalis inferior.
13
(N.
V).
Nervus
lacrimalis,
subpraorbitalis,
supratrochlearis,
infratrochlearis, dan nasalia eksterna adalah cabang divis oftalika nervus kranial
kelima (nervus trigeminus). Nervus infraorbitalis, zygomaticofacialis, dan
zygomaticotemporalis merupakan cabang-cabang divisi maksilaris (kedua) nervus
trigeminus.
Serabut otot muskulus orbikularis okuli pada kedua palpebra dipersarafi
cabang zigomatikum dari nervus fasialis sedangkan muskulus levator palpebra dan
beberapa muskulus ekstraokuli dipersarafi oleh nervus okulomotoris. Otot polos
pada palpebra dan okuler diaktivasi oleh saraf simpatis. Oleh sebab itu, sekresi
adrenalin akibat rangsangan simpatis dapat menyebabkan kontraksi otot polos
tersebut.2
Pembuluh Darah Dan Limfe
Pasokan darah palpebra datang dari arteria lacrimalis dan ophthalmica melalui
cabang-cabang palpebra lateral dan medialnya. Drainase vena dari palpebra
mengalir ke dalam vena ophthalmica dan vena-vena yang membawa darah dari dahi
dan temporal.
Pembuluh limfe segmen lateral palpebra berjalan ke dalam kelenjar getah
bening preaurikular dan parotis. Pembuluh limfe dari sisi medial palpebra
mengalirkan isinya ke dalam kelenjar getah bening submandibular.3
Apparatus Lakrimalis
Aparatus lakrimalis dibagi menjadi dua bagian yaitu sistem sekresi dan sistem
ekskresi air mata. Sistem sekresi air mata atu lakrimal terletak di daerah temporal
bola mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakur
lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus inferior.3
14
15
16
II.
FISIOLOGI MENGEDIP
Refleks Mengedip
Sentuhan halus pada kornea atau konjungtiva mengakibatkan kelopak mata
berkedip. Impuls aferen dari kornea atau konjungtiva berjalan melalui divisi
ophthalmica nervus trigeminus ke nucleus sensorius nervi trigemini. Neuron
internuncial menghubungkannya dengan nukleus motorik nervus facialis kedua sisi
melalui fasciculus longitudinalis medialis. Nervus facialis dan cabang-cabangnya
mempersarafi musculus orbicularis oculi yang menimbulkan gerakan menutup mata.
Pada beberapa penelitian telah dibuktikan adanya hubungan langsung antara
jumlah dopamine di korteks dengan mengedip spontan dimana pemberian agonis
dopamin
D1
menunjukkan
peningkatan
aktivitas
mengedip
sedangkan
17
b. Khemis
-
Trauma Khemis basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai,
kapur, lem (perekat)
c. Fisis
-
Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari
18
Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya trauma2
a. Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya
benda asing didalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak
beracun dan beracun. Benda beracun contohnya logam besi, tembaga serta
bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu. Bahan tidak beracun seperti
pasir, kaca. Bahan tidak beracun dapat pula menimbulkan infeksi jika
tercemar oleh kuman.
b. Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan
penglihatan sementara sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata,
terlepasnya selaput jala (retina) atau sampai terputusnya saraf penglihatan
sehingga menimbulkan kebutaan menetap.
c. Trauma Khemis asam umumnya memperlihatkan gejala lebih berat daripada
trauma khemis basa. Mata nampak merah, bengkak, keluar airmata berlebihan
dan penderita nampak sangat kesakitan, tetapi trauma basa akan berakibat
fatal karena dapat menghancurkan jaringan mata/ kornea secara perlahanlahan
19
Benda yang masuk ke dalam bola mata dibagi dalam beberapa kelompok,
yaitu4 :
1) Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga
2) Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan pakaian
3) Benda inert, adalah benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak
menimbulkan reaksi jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya ringan dan
tidak mengganggu fungsi mata. Contoh : emas, platina, batu, kaca, dan
porselin
4) Benda reaktif, terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi
jaringan mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam, seng,
nikel, alumunium, tembaga
Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari4 :
1) Besarnya corpus alienum,
2) Kecepatan masuknya,
3) Ada atau tidaknya proses infeksi,
4) Jenis bendanya.
b. Penyebab
Penyebab cedera mata pada pemukaan mata adalah4 :
1) Percikan kaca, besi, keramik
2) Partikel yang terbawa angin
3) Ranting pohon
4) Dan sebagainya
c.
Gambaran Klinik
Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, sensasi benda asing, fotofobia,
mata merah dan mata berair banyak. Dalam pemeriksaan oftalmologi,
ditemukan visus normal atau menurun, adanya injeksi konjungtiva atau injeksi
silar, terdapat benda asing pada bola mata, fluorescein (+)3,4.
20
d. Diagnosis
Diagnosis corpus alienum dapat ditegakkan dengan4 :
1) Anamnesis kejadian trauma
2) Pemeriksaan tajamm penglihatan kedua mata
3) Pemeriksaan dengan oftalmoskop
4) Pemeriksaan keadaan mata yang terkena trauma
5) Bila ada perforasi, maka dilakukan pemeriksaan x-ray orbita
e.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut
dari bola mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva,
kornea maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal.
Untuk mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau
tajam. Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik,
maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi antibiotik
lokal, siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban3.
Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi
di limbus, melalui insisi tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk menarik
benda asing, bila tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris yang
mengandung benda asing tersebut3.
Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan
dengan magnit sama seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik
dengan magnit, sesudah insisi pada limbus kornea, jika tidak berhasil dapat
dilakukan pengeluaran lensa dengan ekstraksi linier
21
f.
Pencegahan
Pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata, baik
dalam bekerja atau berkendara, maka perlu menggunakan kaca mata
pelindung4.
g. Komplikasi
Komplikasi terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, posisi, kedalaman,
dan efek dari corpus alienum tersebut. Jika ukurannya besar, terletak di bagian
sentral dimana fokus cahaya pada kornea dijatuhkan, maka akan dapat
mempengaruhi visus. Reaksi inflamasi juga bisa terjadi jika corpus alienum
yang mengenai kornea merupakan benda inert dan reaktif. Sikatrik maupun
perdarahan juga bisa timbul jika menembus cukup dalam2,3,4.
Bila ukuran corpus alienum tidak besar, dapat diambil dan reaksi
sekunder seperti inflamasi ditangani secepatnya, serta tidak menimbulkan
sikatrik pada media refraksi yang berarti, prognosis bagi pasien adalah baik2,3,4.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. 2008. Balai Penerbit FKUI Jakarta.
2. Anonim, 2008. Trauma Mata. Available on
http://www.rsmyap.com/component/option,com_frontpage/Itemid,1/
3. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum, Edisi 17. 2010. Widya Medika Jakarta.
4. Bashour M., 2008. Corneal Foreign Body. Available on
http://emedicine.medscape.com/ article/
23