MATERI
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
Disusun Oleh :
Kelompok
21030113120072
2. ARLUNANDA ADHIARTHA
21030113130175
Kelompok
Anggota
21030113120009
21030113120009
Tanggal
Juni 2014
Semarang,
Juni 2014
Mengesahkan
Asisten Pengampu,
Semarang,
Juni 2014
Penulis
ii
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................... VI
INTISARI
SUMMARY
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................3
BAB III METODE PERCOBAAN ...........................................................................8
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 11
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 15
LAMPIRAN A .................................................................................................... A-1
LAMPIRAN B ...................................................................................................... B-1
INTISARI
SUMMARY
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 18
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 21
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 25
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 31
LAMPIRAN A .................................................................................................... A-1
iii
iv
A. PANAS PELARUTAN
Gambar 4.1. Erlenmeyer ........................................................................................ 21
Gambar 4.2. Beaker glass ........................................................................................ 21
Gambar 4.3. Gelas ukur ......................................................................................... 21
Gambar 4.4. Kompor listrik .................................................................................... 21
Gambar 4.5. Buret................................................................................................... 21
Gambar 4.6.Corong ................................................................................................ 21
Gambar 4.7. Pipet ................................................................................................... 21
Gambar 4.8. Kalorimeter......................................................................................... 21
B. KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
Gambar 4.1 Tabung reaksi besar ............................................................................ 21
Gambar 4.2. Erlenmeyer ......................................................................................... 21
Gambar 4.3. Buret, statif, klem .............................................................................. 21
Gambar 4.4. Beaker glass ........................................................................................ 21
Gambar 4.5. Pipet Tetes .......................................................................................... 21
Gambar 4.6. Corong ............................................................................................... 21
Gambar 4.7. Pengaduk ............................................................................................ 21
Gambar 4.8. Toples Kaca ........................................................................................ 21
vi
Panas pelarutan adalah perubahan 1 mol zat dilarutkan dalam n mol solvent
pada tekanan dan suhu yang konstan, hal ini disebabkan adanya ikatan kimia baru
dari atom-atom. Demikian juga pada peristiwa pelarutan, kadang-kadang terjadi
perubahan energi, hal ini disebabkan adanya perbedaan gaya tarik-menarik antara
molekul sejenis. Gaya ini jauh lebih kecil daripada gaya tarik pada ikatan kimia,
sehingga panas pelarutan biasanya jauh lebih kecil daripada panas reaksi. Salah
satu faktor yang mempengaruhi panas pelarutan adalah jenis solute. Solute itu
sendiri dibedakan menjadi 2, yaitu solute standar dan solute variabel. Solute standar
adalah solute yang telah diketahui panas pelarutannya, yang dijadikan dasar untuk
mencari besarnya tetapan kalorimeter. Sedangkan solute variabel adalah solute yang
akan dicari besar panas pelarutannya. Dengan mengetahui panas pelarutan suatu
zat, karakteristik zat tersebut juga dapat diketahui, sehingga di dalam industri kimia
kerusakan reaktor pada kondisi thermal dapat dihindari.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquades 80 ml, NaCl 2
gram, KOH, MgCl2.6H2O, CuSO4.5H2O sebanyak 10 gram. Alat yang digunakan
adalah thermometer, gelas ukur, kalorimeter, beaker glass, pipet tetes, pipet volume,
kompor listrik. Pada percobaan ini dilakukan dalam dua tahap, yang pertama adalah
penentuan tetapan kalorimeter dengan solute standar. Lalu penetuan panas pelaruta
masing-masing solute variabel. Dari percobaan didapat suhu kontan untuk aquades
58C, NaCl 65C. Untuk solute variabel di tiap 1,2,3,4 gram, pada KOH berturutturut 71C, 68C, 72C, 73C. Pada MgCl2.6H2O berturut-turut 68C, 71C, 68C,
dan 70C. Pada CuSO4.5H2O berturut turut adalah 81C, 82C, 79C dan 84C.
Dari percobaan didapat panas pelarutan untuk tiap 1,2,3,4 gram KOH 346.163kal/mol, -133143 kal/mol, -124268 kal/mol dan -99859 kal/mol. Untuk
MgCl2.6H2O didapat -968339 kal/mol, -630955 kal/mol, -325408 kal/mol dan 293353 kal/mol. Untuk CuSO4.5H2O didapat -2740673 kal/mol, -1431830 kal/mol, 876362 kal/mol, dan -777464 kal/mol. Saran dari kami agar jangan membiarkan
KOH terlalu lama di udara terbuka, memastikan kalorimeter tertutup rapat,
memanaskan dengan suhu 2C lebih tinggi dan menjauhkan termometer dari dinding
kalorimeter.
I.1
Latar Belakang
Panas pelarutan adalah perubahan 1 mol zat dilarutkan dalam n mol
solvent pada tekanan dan suhu yang konstan, hal ini disebabkan adanya ikatan
kimia baru dari atom-atom. Demikian juga pada peristiwa pelarutan, kadangkadang terjadi perubahan energi, hal ini disebabkan adanya perbedaan gaya
tarik-menarik antara molekul sejenis. Gaya ini jauh lebih kecil daripada gaya
tarik pada ikatan kimia, sehingga panas pelarutan biasanya jauh lebih kecil
daripada panas reaksi.
Secara teoritis, panas pelarutan (Hs) untuk senyawa KCl sebesar 4.404 cal/mol sedangkan untuk MgCl2.6H2O sebesar 3.400 cal/mol. Tanda
positif (+) pada data Hs menunjukkan bahwa reaksi bersifat eksotermis atau
reaksi menghasilkan panas dari sistem ke lingkungan. Sedangkan tanda
negatif (-) menunjukkan bahwa reaksi bersifat endotermis atau reaksi
menyerap panas dari lingkungan ke sistem.
Salah satu faktor yang mempengaruhi panas pelarutan adalah jenis
solute. Solute itu sendiri dibedakan menjadi 2, yaitu solute standar dan solute
variabel. Solute standar adalah solute yang telah diketahui panas pelarutannya,
yang dijadikan dasar untuk mencari besarnya tetapan kalorimeter. Sedangkan
solute variabel adalah solute yang akan dicari besar panas pelarutannya.
Dengan mengetahui panas pelarutan suatu zat, karakteristik zat
tersebut juga dapat diketahui, sehingga di dalam industri kimia kerusakan
reaktor pada kondisi thermal dapat dihindari. Selain itu, dengan mengetahui
panas pelarutan suatu zat, kita dapat memilih tungku sesuai panas pelarutan
zat tersebut dan juga dalam pemilihan bahan bakar yang menimbulkan panas
seefisien mungkin.
I.2
Tujuan Praktikum
1. Menentukan panas pelarutan dari suatu zat
2. Mencari hubungan antara panas pelarutan dengan molaritas dan suhu
larutan
3. Mencari hubungan antara suhu dengan waktu terhadap panas pelarutan
I.3
Manfaat Praktikum
1. Praktikan mampu menentukan panas pelarutan dari suatu zat
2. Praktikan mengetahui hubungan antara panas pelarutan dengan molaritas
dan suhu larutan
3. Praktikan mengetahui hubungan antara suhu dengan waktu terhadap panas
pelarutan
II.1
, , ....................(1)
, , =
II.2
, ......(2)
................(4)
= tetapan kalorimeter
= jumlah mol solute
H = panas pelarutan
T = perubahan suhu yang terjadi
II.3
II.4
dilaksanakan pada tekanan sistem tetap yang sama dengan tekanan luar, sehingga
didapat :
E = dQ - P.dV
; P = tekanan sistem
E2 - E1 = Q - P1.(V2 V1)
E2 - E1 = Q - P.V2 + P.V1
Karena P1 = P2 = P maka :
E2 - E1 = Q - P2.V2 + P1.V1
(E2 + P2.V2) = (E1 + P1.V1) + Q
Karena E, P, dan V adalah fungsi keadaan maka E + PV juga merupakan
fungsi keadaan. Fungsi ini disebut entalpi (H), dimana H = E + PV sehingga
persamaan diatas menjadi :
H2 H1 = Q
H = Q
H = H2 H1
Pencampuran dapat dilakukan dalam konsep entalpi :
E = Q W1
= Q P.(V2-V1)
= .
2
1
H = H2 H1 = Q.P
Saat substrat dicampur membentuk suatu larutan biasanya disertai efek
panas dalam proses pencampuran pada tekanan tetap. Efek panas sesuai dengan
perubahan entalpi total. Begitu juga dengan reaksi steady state yaitu perubahan
entalpi kinetik dan potensial dapat diabaikan karena hal ini sudah umum dalam
proses pencampuran dapat disamakan dengan efek panas.
II.5
menaikkan suhu zat (benda) sebesar jumlah tertentu (missal 1 oC) pada tekanan tetap.
Panas jenis adalah kapasitas bahan tiap massa.
n.I = m.C
.
; =
I = M.C
=
II.7
Data Kapasitas Panas (Cp) dan Panas Pelarutan (Hs) dari Beberapa
Senyawa
Beberapa
data senyawa
dengan kapasitas
panas
dan panas
KCl
10,3+0,00376T
-4.404
MgSO4.7H2O
89
-3.180
MgCl2. 6H2O
77,1
3.400
CuSO4.5H2O
67,2
-2.850
BaCl2.2H2O
37,3
-4.500
III.1
: 80 oC, 80mL
2. Solute standar
: NaCl 2 gram
3. Solute variabel
Alat
1. Thermometer
2. Gelas ukur
3. Kalorimeter
4. Beaker glass
5. Pipet tetes
6. Pipet volume
7. Kompor listrik
8. Corong
Gambar Alat
Gambar3.5 Corong
Gambar3.1 Erlenmeyer
Gambar 3.4
Kompor listrik
III.4
Cara Kerja
10
IV.1
Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Suhu 3x konstan aquades, solute standar dan solute variabel
KOH
t
(menit)
Aquades NaCl 1
MgCl2.6H2O
CuSO4.5H2O
gr
gr
gr
gr
gr
gr
gr
gr
gr
gr
gr
gr
54
56
60
60 61 65 66
61
56 55
58
63
70 65
54
62
70
61 71 72 68
71
68 70
81
82
79 84
58
64
70
68 72 73 68
71
68 70
81
82
79 84
58
64,5
71
68 72 73 68
71
68 70
81
82
79 84
58
65
71
68 72 73
10
65
71
12
65
71
Pembahasan
IV.2.1 Hubungan t(waktu) vs T (suhu)
a. Solute Standar Nacl
Suhu (K)
IV.2
70
65
60
55
50
NaCl
10
12
Waktu (menit)
11
80
70
KOH 1 gr
60
KOH 2 gr
50
KOH 3 gr
0
10
KOH 4 gr
Waktu (menit)
12
Suhu (K)
70
65
MgCl27H2O 1 gr
60
MgCl27H2O 2 gr
55
MgCl27H2O 3 gr
50
MgCl27H2O 4 gr
0
10
Waktu (menit)
Suhu (K)
CuSo45H2O 1 gr
CuSo45H2O 2 gr
CuSo45H2O 3 gr
CuSo45H2O 4 gr
0
10
Waktu (menit)
13
masih
terkontaminasi KOH dan MgCl2 yang bersifat endoterm yang digunakan dalam
kalorimeter lebih dulu.
(Perry,1984)
14
V.1 Kesimpulan
1. Didapatkan panas pelarutan dari
KOH
= 1354 kal/mol
V.2 Saran
1. Jangan membiarkan KOH di udara terbuka karena mudah teroksidasi.
2. Pastikan kalorimeter terisolasi dengan baik.
3. Panaskan aquades dengan suhu 2C lebih tinggi agar dapat meminimalisir
perbedaan suhu ketika dipindahkan.
4. Penimbangan dilakukan secara teliti
5. Termometer jangan sampai menempel di dinding kalorimeter.
15
Ltd Tokyo
Daniel.F.1992.Experimental Physical Chemistry. 6th ed International Student
Edition.Mc Graw
Perry,R.H.1984 Chemical Engineering Handbook 6th ed. Mc Graw Hill Book Co.
Kogakusha
16
LEMBAR PERHITUNGAN
PANAS PELARUTAN
a.
w
Menentukan H NaCl
= 2 gram
Cp
Hf
= -98.321 kkal/mol
pada 250C = 298 K
= -98321 kal/mol
BM
= 58.5 gram/mol
T1
= 298 K
T2
= 65 + 273 = 338 K
= Hf +
=-98321 +
338
298
10.79 + 0.004
=-98321 + (3875-3393)
=-97839 kal/mol =-97.839 kkal/mol
b.
Tetapan Kalorimeter
-97839 =
BM c T
58.5 c (338331 )
2
338
298
10.79 + 0.004
= -475.49 kal/mol
c.
A-1
Cp = 0.1538 kal/mol.K
1 gram
T = 344-341 = 3 K
H =
=
BM c T
344
298
56(475 .49) 3
1
344
298
0.1538
= -346156 -7.07
= -346163 kal/mol
2 gram
T = 341-331 = 10 K
H =
=
BM c T
341
298
56(475 .49) 10
2
341
298
0.1538
= -133137 -6.56
= -133143.56 kal/mol
3 gram
T = 345-331 = 14 K
H =
=
BM c T
345
298
56(475 .49) 14
3
345
298
0.1538
= -124261- 7.22
= -124268.22 kal/mol
4 gram
T = 346-331 = 15 K
H =
=
BM c T
346
298
56(475 .49) 15
4
346
298
0.1538
= -99852- 7.38
= -99859.38 kal/mol
A-2
MgCl2.6H2O
BM = 203 gr/mol
Cp = 77.1 kal/mol.K
1 gram
T = 341-331 = 10 K
H =
=
BM c T
341
298
341
298
77.1
= -965244- 3315.2
= -968339.2 kal/mol
2 gram
T = 344-331 = 13 K
H =
=
BM c T
344
298
344
298
77.1
= -627409- 3546.6
= -630955.6 kal/mol
3 gram
T = 341-331 = 10 K
H =
=
BM c T
341
298
341
298
77.1
= -322093- 3315.3
= -325408.3 kal/mol
4 gram
T = 343-331 = 12 K
H =
=
BM c T
343
298
343
298
77.1
= -289884- 3469
A-3
= -293353 kal/mol
CuSO4.5H2O
BM = 250 gr/mol
Cp = 67.2 kal/mol.K
1 gram
T = 354-331 = 23 K
H =
=
BM c T
354
298
354
298
67.2
= -2737000- 3763
= -2740763 kal/mol
2 gram
T = 355-331 = 24 K
H =
=
BM c T
355
298
355
298
67.2
= -1428000- 3830
= -1431830 kal/mol
3 gram
T = 353-331 = 22 K
H =
=
BM c T
353
298
352
298
67.2
= -872666- 3696
= -876362 kal/mol
4 gram
T = 357-331 = 26 K
H =
BM c T
357
298
A-4
357
298
67.2
= -773500- 3964
= -777464 kal/mol
A-5
1. KOH
a. 1 gram
M=
b. 2 gram
M=
c. 3 gram
M=
d. 4 gram
M=
1.1000
56.80
2.1000
56.80
3.1000
56.80
4.1000
56.80
= 0.223 mol/L
= 0.446 mol/L
= 0.669 mol/L
= 0.892 mol/L
2. MgCl2.6H2O
1.1000
a. 1 gram
b. 2 gram
c. 3 gram
d. 4 gram
2.1000
3.1000
4.1000
3. CuSo4.5H2O
1.1000
a. 1 gram
b. 2 gram
c. 3 gram
d. 4 gram
2.1000
3.1000
4.1000
A-6
Suhu(y)
x2
xy
329
335
670
337
16
1348
337.5
36
2025
338
64
2704
10
338
100
3380
12
338
144
4056
2352.5
364
14183
42
m = x2 x
=
c =
2
7 14183 42 (2352 .5)
7 364 42 2
= 0.607
2
x2 x 2
364 (2352 .5) 42 (14183 )
7 364 42 2
= 332.4
y = 0.607 x +332.4
b. Solute Variabel
KOH 1 gram
Waktu (x)
Suhu(y)
x2
xy
333
343
686
343
16
1372
344
36
2064
C-1
344
64
2752
10
344
100
3440
30
2051
220
10314
m = x2 x
=
c =
2
6 10314 30 (2051 )
6 220 30 2
= 0.8
2
x2 x 2
220 (2051 ) 30 (10314 )
6 220 30 2
= 337.6
y = 0.8 x +337.6
KOH 2 gram
Waktu (x)
Suhu(y)
x2
xy
333
334
668
341
16
1364
341
36
2046
341
64
2728
1690
120
6806
20
m = x2 x
=
2
6 10314 30 (2051 )
= 0.8
6 220 30 2
c =
=
2
x2 x 2
220 (2051 ) 30 (10314 )
6 220 30 2
= 337.6
y = 0.8 x +337.6
C-2
H(y)
0.223
-346163
0.049729
-77194.35
0.446
-133143
0.198916
-59381.78
0.669
-124268
0.447561
-83135.3
0.842
-99859
0.708964
-84081.28
-703433
1.405
-303792.71
2.18
m = x2 x
=
2
4 303792 .71 2.18 (703433 )
4 1.405 2.18 2
= 3.6 105
x2
c =
=
xy
2
x2 x 2
1.405 (703433 ) 2.18 (303792 .7)
4 1.405 2.18 2
= -3.75 105
H(y)
x2
xy
0.061
-968339
0.003721
-59068.68
0.123
-630955
0.015129
-77607.47
0.184
-325408
0.033858
-59875.072
0.246
-293353
0.060516
-72164.84
-2218055
0.11322
-268716.06
0.614
m = x2 x
=
2
4 268716 .06 0.614 (2218055 )
4 0.11322 0.614 2
= 3.78 10
c =
=
2
x2 x 2
0.11322 (2218055 ) 0.614 (268716 .06)
4 0.11322 0.614 2
= -1.14 106
C-1
c. CuSO4.5H2O
H(y)
x2
0.05
-2740763
0.0025
-137038.15
0.100
-1431380
0.04008
-143755.73
0.15
-876362
0.0225
-131454.3
0.20
-777464
0.040
-155492.8
-5826419
0.07508
-567740.98
Molaritas(x)
0.500
m = x2 x
=
2
4 567740 .98 0.500 (5826419 )
4 0.07508 0.500 2
= 1.28 10
c =
=
xy
2
x2 x 2
0.07508 (5826419 ) 0.500 (567740 .98)
4 0.07508 0.500 2
= -3.04 107
C-2
I.1
Latar Belakang
Larutan jenuh adalah larutan yang kandungan solutenya sudah
mencapai maksimal sehingga penambahan solute lebih lanjut tidak dapat larut
lagi. Konsentrasi solute dalam larutan jenuh disebut kelarutan. Untuk solute
padat maka larutan jenuhnya terjadi keseimbangan dimana molekul fase padat
meninggalkan fasenya dan masuk ke fase cairan dengan kecepatan sama
dengan molekul-molekul ion dari fase cair yang mengkristal menjadi fase
padat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu, jika suhu
dinaikkan, kelarutan menjadi semakin besar. Besar partikel, semakin besar
luas permukaan, partikel akan mudah larut. Pengadukan, dengan pengadukan,
tumbukan antara molekul-molekul solvent makin cepat sehingga semakin
cepat larut atau kelarutannya besar. Tekanan dan volume, jika tekanan
diperbesar atau volume diperkecil, gerakan partikel semakin cepat, hal ini
berpengaruh besar terhadap fase gas sedang pada zat cair hal ini tidak
berpengaruh.
Beberapa contoh kegunaan metode kelarutan sebagai fungsi suhu ini
dalam industri antara lain, pada pembuatan reaktor kimia. Selain itu kegunaan
lainnya adalah pada proses pemisahan dengan cara pengkristalan. Dan
digunakan juga sebagai dasar proses pembuatan granal-granal pada industri
baja.
Sebagai seorang sarjana teknik kimia yang pada umumnya bekerja di
bidang industri patutlah mengetahui dan memahami kelarutan sebagai fungsi
suhu. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa banyak manfaat yang
didapatkan dengan mengetahui kelarutan suatu zat. Oleh karena itu, sebagai
I.2
Tujuan Praktikum
1. Mengetahui kelarutan suatu zat
2. Mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan kelarutan
I.3
Manfaat Praktikum
1. Praktikan mengetahui kelarutan dari suatu zat
2. Praktikan mengetahui suhu terhadap kecepatan kelarutan
ln =
1
log =
. +
2,303
ln =
Dimana :
H = panas pelarutan zat per mol (kal/g mol)
R
= suhu (K)
= ln
Dimana :
= ln
= ln + 2
ln
+
2,303
2,303
Dengan demikian jika suhu dinaikkan, pangkat dari 10 menjadi kecil sehingga
S
menjadi
semakin
besar.
Dan
pada
reaksi
eksoterm
(-)
maka2.303 berharga (+). Juga apabila suhu diperbesar maka S semakin kecil
dan sebaliknya.
2. Besar Partikel
Semakin besar luas permukaan, partikel akan mudah larut.
3. Pengadukan
85 ml
2. NaOH
160 ml
3. Aquades
80 ml
Alat
1. Tabung reaksi besar
2. Erlenmeyer
3. Thermometer
4. Buret
5. Statif
6. klem
7. Beaker glass
8. Pipet tetes
9. Corong
10. Pengaduk
11. Toples kaca
4
6
5
3
7
8
10
11
Keterangan :
1. Tabung reaksi besar
2. Erlenmeyer
3. Thermometer
4. Buret
5. Statif
6. klem
7. Beaker glass
8. Pipet tetes
9. Corong
10. Pengaduk
Variabel Operasi
1. Variabel Tetap
Volume asam boraks untuk dititrasi = 4 ml
2. Variabel Bebas
T Asam boraks = 9oC
III.4
Cara Kerja
1. Membuat larutan asam boraks jenuh 85 oC 85 ml
2. Larutan asam boraks jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar.
3. Tabung reaksi dimasukkan dalam toples kaca berisi es batu dan garam lalu
masukkan thermometer ke dalam tabung reaksi.
4. Larutan jenuh diambil 4 ml tiap penurunan suhu 9oC.
5. Titrasi dengan NaOH 0,1N, indikator PP 3 tetes.
6. Mencatat kebutuhan NaOH
7. Tabung reaksi dikeluarkan pada saat suhu terendah lalu diambil 4 ml lagi
setiap kenaikan suhu 9oC.
8. Titrasi dengan NaOH 0,1 N, indikator PP 3 tetes.
9. Mencatat kebutuhan NaOH
10. Membuat grafik log S vs 1/T
11. Membuat grafik V NaOH vs T yang terjadi karena kondisi suhu dan
volume titran
Suhu (K)
352
18,1
343
19,2
334
13,3
325
14
316
14,7
307
11,7
298
10,5
307
316
15
10
325
16,1
11
334
16,3
12
343
20
13
352
26
1/T
y = -0.001x + 0.001
R = 0.791
-1.5
-1
-0.5
asam borat
0.5
log S
+
2,303
Hal tersebut juga sesuai dengan dat kelarutan bahwa bila asam borat
dilarutkan dalam suhu rendah maka kelarutannya yaitu 2,66 pada suhu 0C.
Sedangkan apabila dalam suhu tinggi maka kelarutanyya sebesar 40,2 dalam suhu
100C. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa pada reaksi endotermis, apabila
suhu dinaikkan maka kelarutannya juga naik dan bila suhu diturunkan maka
kelarutannya juga akan turun.
(Perry, 1984)
naikkan Suhu
0.004
0.0035
0.003
y = -0.001x + 0.002
R = 0.863
1/T
0.0025
0.002
0.0015
asam borat
0.001
0.0005
0
-1.5
-1
-0.5
0.5
log S
+
2,303
Hal tersebut juga sesuai dengan dat kelarutan bahwa bila asam borat
dilarutkan dalam suhu rendah maka kelarutannya yaitu 2,66 pada suhu 0C.
Sedangkan apabila dalam suhu tinggi maka kelarutanyya sebesar 40,2 dalam suhu
100C. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa pada reaksi endotermis, apabila
20
15
y = -0.144x + 61.44
R = 0.780
10
asam borat
5
0
290
300
310
320
330
340
350
360
suhu (K)
Sehingga
konsentrasi H3BO3 dalam larutan semakin kecil. Hal tersebut juga menyebabkan
volme titran yang diutuhkan semakin sedikit karena sesuai dengan rumus :
V1 . M1 . ekivalen = V2 . M2 . ekivalen
Namun didalam grafik terdapat beberapa titik yang justru dalam penurunan
suhu, volume titrannya justru semakin besar. Hal tersebut terjadi karena di dalam zat
25
y = 0.277x - 73.89
R = 0.886
20
15
asam borat
10
5
0
290
300
310
320
330
340
350
360
suhu (K)
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa suhu yang rendah (kenaikan suhu) akan
memperkecil jumlah volume titran yaitu NaOH 0,1N. Hal ini disebabkan karena pada
saat terjadi kenaikkan suhu, reaksinya adalah endoterm. Dimana panas diserap oleh
sistem. Sesuai dengan asas Le Chatelier yitu bahwa proses yng terjadi merupakan
proses endoterm, maka kelarutannya akan bertambah. Sehingga konsentrasi H 3BO3
dalam larutan semakin besar. Hal tersebut juga menyebabkan volme titran yang
diutuhkan semakin banyak karena sesuai dengan rumus :
V1 . M1 . ekivalen = V2 . M2 . ekivalen
Sehingga secara umum diperoleh grafik bahwa semkin tinggi suhu arutan
maka dibutuhkan volume titran yang semakin besar pula.
(Perry, 1984)
V.1 Kesimpulan
1
Bila suhu diturunksn maka kelarutan asam borat juga akan turun karena reaksi
yang terjadi adalah reaksi endoterm.
Bilamsuhu dinaikkan maka kelarutan asam boraat juga akan naik karena
reaksi yang terjadi adalah reaksi endotermis.
Bila suhu diturunkan maka kelarutan asam borat juga akan turun sehingga
kebutuhan titran (NaOH 0,1N) juga semakin kecil karena reaksinya endoterm.
Bila suhu dinaikkan maka kelarutan asam borat juga akan semakin naik
sehingga kebutuhan titran (NaOH 0,1 N) juga semaki besar karena reaksinya
endoterm
V.2 Saran
1
Saat titrasi usahakan tdak terdapat kristalan borat yang dapat mengganggu
proses titrasi.
Kogakusha.
Co.
Ltd.
Toky
Perhitungan Log S
Penurunan Suhu
T = 79C
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 18,1 x 1
Mx4x3
0,15
0,15
Log S
-0,8215
1/T
1/(79+273)
0,0028
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 19,2 x 1
Mx4x3
0,16
0,16
Log S
-0,795
1/T
1/(70+273)
0,0029
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 13,3 x 1
Mx4x3
0,1108
0,1108
Log S
-0,95
T = 70 C
T = 61 C
A-1
1/T
1/(61+273)
0,00299
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 14 x 1
Mx4x3
0,16
0,16
Log S
-0,795
1/T
1/(70+273)
0,00299
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 14,7 x 1
Mx4x3
0,1225
0,1225
Log S
-0,911
1/T
1/(43+273)
0,00316
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 11,7 x 1
Mx4x3
0,095
0,095
Log S
-1,01
1/T
1/(34+273)
0,00325
T = 52 C
T = 43 C
T = 34 C
A-2
T = 25 C
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 10,5 x 1
Mx4x3
0,0875
0,0875
Log S
-1,0579
1/T
1/(25+273)
0,00335
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 10,5 x 1
Mx4x3
0,0875
0,0875
Log S
-1,0579
1/T
1/(25+273)
0,00335
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 9 x 1
Mx4x3
0,075
0,075
Log S
-1,1249
1/T
1/(34+273)
0,00325
Kenaikan Suhu
T = 25 C
T = 34 C
A-3
T = 43 C
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 15 x 1
Mx4x3
0,125
0,125
Log S
-0,903
1/T
1/(43+273)
0,003164
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 16,1 x 1
Mx4x3
0,1341
0,1341
Log S
-0,8725
1/T
1/(52+273)
0,0030
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 16,3 x 1
Mx4x3
0,135
0,135
Log S
-0,869
1/T
1/(61+273)
0,00299
T = 52 C
T = 61 C
A-4
T = 70 C
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 20 x 1
Mx4x3
0,167
0,167
Log S
-0,77
1/T
1/(70+273)
0,0029
(M . V . ekivalen) NaOH
0,1 x 26 x 1
Mx4x3
0,2167
0,2167
Log S
-0,664
1/T
1/(79+273)
0,00284
T = 79 C
A-5
Penurunan Suhu
Suhu (K)
Log S (x)
1/T (y)
X2
XY
352
-0.8215
0,0028
0,675
-2,3 x 10-3
343
-0,795
0,0029
0,632
-2,305 x 10-3
334
-0,95
0,00299
0,9025
-2,84 x 10-3
325
-0,93
0,003
0,8649
-2,79 x 10-3
316
-0,911
0,00316
0,8299
-2,9 x 10-3
307
-1,01
0,00325
1,0201
-3,3 x 10-3
298
-1,0579
0,00335
1,1191
-3,5 x 10-3
-6,4754
0,02145
6,0435
-19,935 x 10-3
=
=
=
n xy x y
2 () 2
7. 19,935.10 3 (6,4794 .0,02145
7. 6,0435 (6,4754 ) 2
0,139545 +0,13898313
42,3045 41,93
= -1,5 x 10-3
=
=
n x 2 y x xy
2() 2
6,0435 0,02145 ( 6,4754 19,93510 3 )
7. 6,0435 (6,4754 ) 2
0,1296 0,1908
= 42,3045 41,93
= 1,388 x 10-3
Y
= -1,5x10-3 x + 0,001388
B-1
Kenaikan Suhu
Suhu (K)
Log S (x)
1/T (y)
X2
XY
298
-1,05799
0,00335
1,11934
-3,54 x 10-3
307
-1,1249
0,00325
1,2654
-3,65 x 10-3
316
-0,903
0,003164
0,8154
-2,85 x 10-3
325
-0,8725
0,0030
0,76125
-2,61 x 10-3
343
-0,869
0,00299
0,755161
-2,59 x 10-3
334
-0,77
0,0029
0,5929
-2,23 x 10-3
352
-0,664
0,00284
0,440896
-1,88 x 10-3
-6,26139
0,021494
5,750347
-19,35 x 10-3
=
=
=
n xy x y
2 () 2
7. 19,935.10 3 (6,26139 .0,02145 )
7. 5,750347 (6,26139 ) 2
0,139545 +0,13458
40 ,2524 39,2
= -0,000826
C
=
=
=
n x 2 y x xy
2() 2
5,750347 0,021494 ( 6,26139 19,3510 3 )
7. 5,750347 (6,6139 ) 2
0,1235 0,1212
40,2539,2
= 0,00219
Y
= -0,000826x + 0,002219
B-2
X2
XY
352
18,1
123904
6371,2
343
19,2
117649
6585,6
334
13,3
111556
4442,2
325
14
105625
4550
316
14,7
99856
4645,2
307
11,7
94249
3591,9
298
10,5
88804
3129
1950
101,5
741643
33315,1
=
=
n xy x y
2 () 2
7. 33315 ,1 (1950 101 ,5)
7. 741643 (1950 ) 2
233205 ,7+137925
= 5191501 3802500
= 0,0254
C
=
=
=
n x 2 y x xy
2() 2
(741643 101 ,5)(1950 33315 ,1)
7. 741643 (1950 ) 2
75276764 ,564964445
5191501 3802500
= 7,4
Y
= 0,0254x + 7,4
B-3
Kenaikan Suhu
Suhu (K)
X2
XY
298
10,5
88804
3129
307
94249
2763
316
15
99856
4740
325
16,1
105625
5232,5
343
16,3
111556
5444,2
334
20
117649
6860
352
26
123904
9152
1950
112,9
741643
37320,7
=
=
n xy x y
2 () 2
7. 37320 ,7 (1950 112 ,9)
7. 741643 (1950 ) 2
= 0,0295
C
=
=
n x 2 y x xy
2() 2
(741643 112 ,9)(195037320 ,7)
7. 741643 (1950 ) 2
= 7,8
Y
= 0,0295x + 7,8
B-4
MATERI
I. VARIABEL
Panpel
1. Solute standar
: NaCl
2. Solute variable
: KOH
2 gram
: MgCl2.6H2O
1,2,3,4 gram
: CuSO4.5H2O
3. Aquades
: 80C
t panpel
: 2 menit
80 ml
KSFT
1. Variabel tetap
: Asam borat 85 ml
2. Variabel bebas
: T asam borat 9C
KSFT
1. NaCl
2. KOH
2. NaOH
3. MgCl2.6H2O
3. Aquades
4. CuSO4.5H2O
5. Thermometer
5. Erlenmeyer
C-1
6. Gelas Ukur
6. Thermometer
7.Kalorimeter
8. Beaker Glass
8. Beaker glass
9. Pipet tetes
9. Pipet tetes
10. corong
11. Pengaduk
12. Toples kaca
KSFT
1 Membuat asam borat jenuh 85C 85 ml
2 Larutan asam borat jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar.
C-2
3 Tabung reaksi besar dimasukkan ke dalam toples kaca berisi air lalu masukkan
thermometer ke dalam tabung reaksi.
4 Larutan jenuh diambil 4 ml tiap penurunan suhu 9C.
5 Titrasi dengan NaOH 0,1 N.
6 Tabung reaksi dikeluarkan saat suhu terendah, ambil 4ml lagi tiap penurunan 9C.
7 Titrasi dengan NaOH 0,1 N, indicator PP 3 tetes.
8 Catat kebutuhan NaOH.
9 Membuat grafik log S vs 1/T.
10 Buat grafik V NaOH vs T yang terjadi karena kondisi suhhu dan volume titran.
Aquades
KOH (C)
NaCl
MgCl2.6H2O (C)
CuSO4.5H2O (C)
54C
56C
60
61
60
65
66
60
56
55
56
63
63
65
54 C
62C
70
71
61
72
68
60
68
70
79
82
82
84
58 C
64C
70
72
68
73
68
60
68
70
80
82
82
84
58 C
64,5C
71
72
68
73
68
60
68
70
80
82
82
84
58 C
65C
71
72
68
73
10
65C
71
12
65C
80
KSFT
Penurunan Suhu
Kenaikan Suhu
Suhu (C)
V NaOH (ml)
Suhu (C)
V NaOH (ml)
79
18,1
25
10,5
C-3
70
19,2
34
61
13,3
43
15
52
14
52
16,1
43
14,7
61
16,3
34
11,7
70
20
25
10,5
79
26
Mengetahui
Praktikan
Asisten Pengampu
C-4
PRAKTIKUM KE
:5
MATERI
:PANAS
PELARUTAN
DAN
KELAARUTAN
KELOMPOK
: 7/ SELASA SIANG
NAMA
ASISTEN
KUANTITAS REAGEN
NO
JENIS REAGEN
Panpel
Solute variable :
KUANTITAS
2 gram
o KOH
o MgCl2.6H2O
1,2,3,4 gram
o CuSO4.5H2O
KSFT
D-1
85 ml
NaOH 0,1N
160 ml
TUGAS TAMBAHAN :
CATATAN :
PP : 3 tetes
V titran : 4 ml (KSFT)
t panpel : 2 menit
Bawa :
Lap, malam, es batu, garam
NIM.
D-2
REFERENSI
DIPERIKSA
KETERANGAN
NO
TANGGAL
1.
8 Juni 2014
- Format penulisa
- Format laporan
- Ejaan
TANDA TANGAN