SEDIAAN PARENTERAL
SUGIYARTONO
Tujuan Perkuliahan
Praformulasi Sediaan Steril :
Peserta kuliah akan dapat :
1. Menjelaskan sediaan steril dari aspek
: keuntungan-kerugian, macammacam sediaan parenteral sesuai
dengan bentuk dan rute
oopemakaiannya
2. Menjelaskan aspek praformulasi
sediaan steril
Pustaka :
1.Turco, S. and King, R.E. Sterile Dosage
Form, Their Preparation and Clinical
Application. 2nd ed. Lea Febiger,
Philadelphia. 1979
2.Banker, G.S. and Rhodes C.T. Modern
Pharmaceutics, Marcel Dekker Inc., New
York. 1979
3.Gibson, M. (Ed). Pharmaceutical
Preformulation and Formulation. CRC Press,
Florida. 2004.
4.
2.
3.
4.
5.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Intravena ( IV )
Intra muskular
Sub Cutan (SC )
Intra Derma/Intra kutan
Intra Artikular
Intra Arterial
Intra Spinal
SEDIAAN PARENTERAL :
I. Intravena
Ada 2 macam :
IV bolus : digunakan langsung secara intra vena
dalam waktu yang cepat (hanya beberapa detikmenit)
IV drips : diberikan perlahan, dalam waktu yang lama
(infus)
Karena langsung disuntikkan pada intravena, onset of
action cepat, dapat diprediksi dan dan availabilitas
100%
Lama Kerja Obat tergantung pada :
a. Dosis Awal b. Metabolisme c. Eksresi
Lanjutan intravena..
Volume 1 ml 100 ml
Sirkulasi darah mempunyai pengaruh
pengenceran pada sediaan parenteral intra vena
Dosis tunggal lebih dari 10 ml : harus bebas
pirogen
Dosis tunggal lebih dari 15 ml :tidak boleh
mengandung bakterisida
Lanjutan intravena..
Kadar obat dalam serum langsung tinggi :
hati-hati dengan toksisitas obat. Solusi :
penyuntikan perlahan
Obat dengan kelarutan rendah : dapat
mengendap dan menimbulkan emboli.
Solusi : pelarut yang sesuai dan
penyuntikan perlahan
Propilen glikol dapat menyebabkan
hiperosmolaritas pada bayi
Obat dengan kelarutan dalam lemak tinggi
misal diazepam dapat menembus sawar
otak
Lanjutan intramuskular.
Terjadi kerusakan jaringan. Untuk mengurangi
rasa sakit, otot harus relaks, disuntikkan
perlahan
Bentuk sediaan i.m. : larutan,emulsi o/w, emulsi
w/o, suspensi dalam air maupun minyak,
suspensi koloid
Lebih aman dibanding IV dan efek lebih lama
Penyuntikan di deltoid lebih cepat mula kerjanya
Obat tidak larut dalam air : digunakan pelarut
propilen glikol atau mineral oil
Lanjutan intramuskular
Dapat digunakan untuk depo / membentuk
depot pada
otot , sehingga pelepasan dapat berjalan
lambat
dalam waktu yang lama
1.
2.
3.
V. INTRA ARTIKULAR
Disuntikkan pada Joint (persendian)
Misalkan unutk lokal anestesi pada
rekonstruksi ligamen
VI. Intraderma/Intrakutan
Disuntikkan pada lapisan dermis dari kulit
Misalkan untuk test alergi, antigen, vaksin
Volume sangat kecil : 100-200 ul ( 50 ul)
dan harus isotonis
SEDIAAN PARENTERAL
BERDASARKAN VOLUME
1.
2.
Hiperalimentasi Parenteral:
Penggunaan nutrisi dalam jumlah
besar, misal : karbohidrat, asam
amino dan vitamin) yang diberikan
kepada pasien yang tidak mendapat
asupan nutrisi per oral
PRAFORMULASI
SALAH SATU TAHAP DALAM PROSES
BIDANG RISET DAN PENGEMBANGAN ,
DIMANA PARA PENELITI PRAFORMULASI
MELAKUKAN KARAKTERISASI TERHADAP
SIFAT2 FISIKA, SIFAT2 KIMIA DAN I
SIFAT2 MEKANIS DARI BAHAN OBAT
DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN
BENTUK SEDIAAN YANG AMAN, EFEKTIF
DAN STABIL
Praformulasi :
Penerapan prinsip biofarmasi pada
parameter fisika kimia suatu obat,
dengan tujuan untuk menghasilkan
rancangan pelepasan obat yang
optimum.
Karakterisasi molekul obat merupakan
tahapan yang penting dalam fase
praformulasi .
a.
b.
c.
2. Warna
Warna : indikasi senyawa jenuh/tidak jenuh
Perubahan warna dapat menjadi indikasi
stabilitas bahan
5. Titik Leleh
Indikasi awal kemurnian bahan , sebab
keberadaan kontaminasi walaupun jumlahnya
sangat sedikit, cukup untuk mempengaruhi titik
leleh :
- Titik leleh turun
- Rentang titik leleh melebar
Perubahan titik leleh : kemungkinan terjadi :
transisi polimorfisme, oksidasi dsb.
7. Higroskopisitas
Bahan yang sangat higroskopis dapat
mempengaruhi sifat fisika kimia
obat,sehingga mempersulit proses
pembuatan sediaan farmasi, memerlukan
kondisi tertentu
8. Spektra Absorbansi
Molekul yang strukturnya tidak jenuh dapat
mengabsorbsi cahaya pada rentang frekuensi
tertentu : untuk analisis kualitatif/ kuantitatif
9. Kelarutan
Penentuan kelarutan penting , sebab :
1. Berpengaruh pada bioavailabilitas
obat
2. Berpengaruh pada laju pelepasan
3. Berpengaruh pada efektifitas terapi
Kelarutan diuji dengan menggunakan
berbagai solven yang digunakan dalam
formulasi, diantaranya adalah :
10. Stabilitas
-
Pemilihan Volume
- Small Volume Parenteral biasanya untuk
sekali penggunaan, dan disebut bolus
- Bila small volume parenteral digunakan
untuk dicampur dengan infus, biasanya
dibuat lebih pekat ( larutan infus yang
mengencerkan)
Pertimbangan Pemilihan
Volume :
1.
2.
3.
Rute pemakaian
Kelarutan
Stabilitas
Bila total volume melebihi batas
penyuntikan, dapat disuntikkan di 2
tempat
2. Pemilihan pH
1.
2.
3.
pH stabilitas
pH kelarutan
Target pH = 7,4 sesuai dengan pH
tubuh
Toleransi tubuh intra vena ( pH 2-12 bisa
ditolerir walaupun tidak direkomendasi)
3. Pertimbangan Sterilitas
1.
2.
4. PERTIMBANGAN TONISITAS
Diusahakan sediaan parenteral isotonis
(0,9% Na Cl) atau Osmolaritas = 280-290
m Osm/l
Toleransi tonisitas untuk Small Volume
Parenteral, cukup luas
Larutan hipotonik dapat dibuat isotoni
dengan menambahkan eksipien :
- Na Cl
- Mannitol
- Dekstrose
PERMASALAHAN DALAM
PRAFORMULASI
1.
KELARUTAN RENDAH
2.
STABILITAS RENDAH
1. UPAYA MENINGKATKAN
KELARUTAN
1. Kosolven
Penggunaan kosolven, secara umum 10%
Upaya awal mengatasi permasalahan kelarutan
Jenis kosolven tergantung pada :
- Rute pemakaian
- Kecepatan penggunaan
- Untuk terapi penyakit kronis (penggunaan
jangka lama) atau tidak