Anda di halaman 1dari 2

1.

Latar belakang
Mabs (antobodi monoklonal ) telah digunakan dalam penelitian sebagai reagen
yang mendiagnosis berbagai penyakit, salah satunya adalah malaria. Upaya
pembacaan darah yang telah dikembangkan dan beralih dari pembacaan mikroskopik
tradisional menjadi immunoassay menggunkaan Mabs. Hal ini ditunjukkan dari hasil
penelitian berikut.
a. MAbs bekerja terhadap sporozoit malaria pada tikus, monyet, dan manusia. Mabs
ini bereaksi terhadap protein-protein circumsporozoit pada P. falcifarum dan P.
vivax. Mabs kemudian dikembangkan untuk identifikasi antigen sporozoit dan
diaplikasikan pada bidangnya.
b. Mab 2C611 (khusus P. Vivax) mendeteksi eritrosit yang terinfeksi pada sampel
darah. MAb ditemukan terikat pada tropozoit dewasa, schizont, dan gamet P.
vivax.
c. Identifikasi parasit pada manusia menggunakan uji MAb-immunofluorescence dan
western blot. Tingkat polimorfisme yang tinggi ditemukan pada isolat P. vivax.
Mabs terhadap varian epitop pada Pv 200 protein dengan polimorfik yang tinggi
digunakan untuk menganalisis varietas populasi yang berbeda pada parasit yang
muncul pada isolat.
d. Di Meksiko Tenggara, Mabs dari 9 hibridoma spesifik pada tahap eritrositik P.
vivax digunakan untuk mengidentifikasi antigen P. vivax dan identifikasi
distribusi sub sellular antigen tersebut.
e. Di Thailand, keragaman antigen P. vivax dan distribusinya pada area endemik
diteliti pada laboratorium yang memproduksi Mabs.
f. Di Turki, mengembangkan Mabs pada 19kDa rekombinan PvMSP1 untuk
mendeteksi infeksi P.vivax dan untuk pengembangan diagnosis masa depan.
g. Immunoassay enzim dan uji immunofluorescence digunakan untuk mendeteksi
antigen P.vivax menggunakan antibodi monoklonal maupun poliklonal.
h. Pengembangan immunodiagnsis menggunakan MAb terus dilakukan. Uji optimal
menggunkanan MAb untuk enzim metabolik intrasellular parasit LDH (Laktat
dehidrogenase pada P. knowlesi) memiliki kepekaan 94% dan 88% dibandingkan
menggunakan teknik tradisional. Pengembangan lebih lanjut menggunakan uji
Parasight-F dengan kepekaan 87% terhadap protein antigen P.vivax.
Diagnosis cepat terhadap parasit malaria memberikan peluang pada beralihnya
diagnosis yang lama dari hasil laboratorium pasien. Hal ini juga berpotensi
meningkatkan kemampuan diagnosis pada suatu situasi dimana keterampilan
microscopy tidak tersedia. Penggunaan Mabs sangat berpotensi terhadap aplikasi
diagnostik penyakit. Penelitian terhadap reaktivitas Mabs digunakan untuk
pengembangan diagnosis masa depan sebagai reagen immunodiagnostik.
Tujuan Penelitian
a. Menguji reaktivitas Mabs terhadap protein antigen PvC dan PFC.
b. Menganalisis karakteristek antigen Plasmodium pada tahap darah yang terinfeksi.
c. Menanalisis pentingnyan Mabs sebagai reagen imunodiagnostik.
2. PPT
3.

Anda mungkin juga menyukai