Anda di halaman 1dari 7

TUGAS HUKUM PERBANKAN DAN LEMBAGA KEUANGAN

Kelas B Sore
Dosen Pengampu: Dr. Yunus Husein, S.H., LL.M

Nama

Mohamad Alvin Alvano

NIK

1406585406

Tanggal

24 November 2014

JAKARTA
2014

1. Apa yang dimaksud dengan pencucian uang? Kenapa pencucian uang dinyatakan sebagai
tindak pidana?
Jawab:

Pasal 1 ayat 1 UU No 25 tahun 2003 berbunyi: Pencucian uang adalah perbuatan


menempatkan,

mentransfer,

membayarkan,

membelanjakan,

menghibahkan,

menyumbangkan, menitipkan, membawa keluar negeri, menukarkan, atau perbuatan


lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau diduga (seharusnya patut diduga)
merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan, atau
menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang
sah.

Pencucian uang dinyatakan sebagai tindak pidana karena uang yang diperoleh merupakan
uang yang berasal atau bersumber dari perbuatan kejahatan atau tindak pidana dengan
cara memperoleh yang tidak dengan cara yang halal seperti uang hasil perdagangan
psikotropika, korupsi, penggelapan, perampokan, perdagangan gelap, perdagangan
manusia, prostitusi, dan lain sebagainya yang bukan berasal dari cara-cara mendapatkan
uang yang benar dan halal.

2. Ada berapa macam TPPU?


Jawab:
1. Setiap Orang yang menempatkan,

mentransfer,

mengalihkan,

membelanjakan,

membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,


menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta
Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul Harta Kekayaan dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang
dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
2. Setiap Orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi,
peruntukan,pengalihan hak-hak atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan
yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan
pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
3. Setiap Orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran,
hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan basil tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

3. Mengapa untuk memeriksa TPPU tidak wajib dibuktikan tindak pidana asalnya?
Jawab:
Tindak pidana pencucian uang (TPPU) tidak wajib membuktikan terlebih dulu tindak pidana
asalnya. Tindak pidana asal dapat diketahui antara lain melalui dua alat bukti permulaan.
Karena yang terpenting adalah tindak pidana asal yang melahirkan TPPU harus ada, tetapi tidak
harus dibuktikan terlebih dulu. Jadi dapat diketahui dari bukti permulaan hubungan kausalitas
antara perkara TPPU dan tindak pidana asal, perbuatan melawan hukum, atau aliran dana hasil
tindak pidana kepada terdakwa. Karena jika tindak pidana asal harus dibuktikan, dapat
dipastikan tidak akan ada perkara TPPU yang akan diproses.
Lagi pula Indonesia menganut sistem pembuktian negatif seperti yang diatur dalam Pasal 183
KUHAP. Berdasar ketentuan tersebut, diharuskan ada dua alat bukti sah menurut UU dan yakin
tindak pidana benar terjadi jika ingin menghukum seseorang.
Bukan hanya itu, berdasarkan catatan PPATK, sebanyak 116 putusan pengadilan tentang TTPU
juga sudah berkekuatan hukum tetap tanpa harus membuktikan tindak pidana asalnya. Perlu
diingat, ungkapnya, TPPU pun menganut pembuktian terbalik yang diatur dalam Pasal 77 dan
Pasal 78 UU TPPU. Dalam hal ini terdakwa harus mampu membuktikan harta kekayaannya
bukanlah dari hasil tindak pidana, sehingga harus dapat membuktikan hartanya tidak terkait
tindak pidana asal yang disebut Pasal 2 ayat (l) UU TPPU.
Karena itu, kewajiban terdakwalah untuk membuktikan bahwa harta kekayaannya yang terkait
perkara TPPU bukan berasal dari tindak pidana asal.
4. Apa yang dimaksud dengan transaksi mencurigakan? Apakah ada kriteria jumlah uang yang
termasuk transaksi mencurigakan?
Jawab:
Pada dasarnya yang dimaksud dengan istilah Transaksi Keuangan Mencurigakan atau STR
adalah transaksi yang menyimpang dari kebiasaan atau tidak wajar dan tidak selalu terkait
dengan tindak pidana tertentu. Transaksi Keuangan Mencurigakan tidak memiliki ciri-ciri yang
baku, karena hal tersebut dipengaruhi oleh variasi dan perkembangan sistem keuangan yang
ada.
Meskipun demikian, terdapat ciri-ciri umum dari Transaksi Keuangan Mencurigakan yang dapat
dijadikan acuan, sebagai berikut :

Tidak sesuai dengan tujuan komersial yang wajar.


Menggunakan uang tunai dalam jumlah yang sangat besar dan/atau dilakukan secara berulang-

ulang di luar kewajaran.


Aktivitas nasabah diluar kebiasaan dan kewajaran.

Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang,
Transaksi Keuangan Mencurigakan pada prinsipnya terdiri dari 3 unsur, yaitu :
Transaksi yang menyimpang dari profil dan karakteristik serta kebiasaan pola transaksi dari

nasabah yang bersangkutan.


Transaksi yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan yang wajib

dilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan (PJK).


Transaksi keuangan yang dananya diduga berasal dari hasil kejahatan.

Beberapa indikator Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah antara lain sebagai berikut :
1. Transaksi Transfer dana :

Transfer dana untuk dan dari offshore financial centre yang berisiko tinggi tanpa alasan
usaha yang jelas.
Penerimaan/pengiriman dana dalam beberapa tahap dengan perbedaan jumlah yang
signifikan antara penerimaan yang pertama dengan penerimaan berikutnya.
Penerimaan/pembayaran dana dalam kegiatan ekspor impor yang tidak disertai dokumen
yang lengkap.
Transfer dana dari atau ke negara yang tergolong high risk.
Transfer dana dari atau ke pihak yang tergolong high risk.
Penerimaan/pembayaran dana dengan menggunakan lebih dari 1 (satu) rekening baik atas
nama yang sama atau atas nama yang berbeda.

2. Nasabah membuka rekening hanya untuk jangka pendek saja

Off-shore company yang terletak di negara bebas pajak atau negara yang ketat dalam
penerapan rahasia bank.
Usaha yang berbasiskan uang tunai.
Organisasi sosial.
Cyber company.

3. Negara/teritorial
Dalam mengidentifikasikan suatu Transaksi Keuangan Mencurigakan, perlu diperhatikan negara
pengirim dana, negara penerima dana, dan negara asal nasabah. Hal ini perlu dilakukan karena
apabila dana tersebut berasal atau dikirimkan ke negara yang terkenal sebagai produsen
narkoba maka dimungkinkan adanya keterkaitan dana tersebut dengan penjualan narkoba.

Negara/teritorial yang perlu mendapat perhatian adalah negara/teritorial yang tergolong


berisiko tinggi (high risk country) seperti :

Kawasan offshore financial center.


Tax heaven countries/teritories.
Negara-negara yang dikenal sebagai produsen narkoba.
Non-Cooperative Countries and Teritories sesuai dengan penetapan FATF (Financial Action Task
Force on Money Laundering).

Pengaruh Pencucian Uang


Sebagai akibat dari pencucian uang, aksi kejahatan akan meningkat, yang pada akhirnya akan
membahayakan keamanan masyarakat sehingga biaya sosial yang dikeluarkan pemerintah
untuk memberantas tindak kejahatan juga akan meningkat.
Disamping itu, kegiatan pencucian uang dapat berpengaruh kepada perekonomian, karena ada
kemungkinan secara tiba-tiba uang tersebut ditarik dari sistem keuangan Indonesia dalam
jumlah besar yang akan berdampak kepada kestabilan nilai rupiah dan suku bunga.
Tindakan Anti Pencucian Uang
Mengingat dampak negatif dari tindakan pencucian uang bisa membahayakan stabilitas negara,
maka perlu dilakukan tindakan untuk mencegah terjadinya pencucian uang di Indonesia.
Pemerintah melalui Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) meminta
perbankan dan jasa keuangan lainnya untuk melaporkan setiap transaksi yang mencurigakan
untuk mengantisipasi tindakan pencucian uang.
Sanksi
Masyarakat wajib mendukung program pemerintah dalam tindakan anti pencucian uang.
Pelaku tindakan pencucian uang dapat dikenakan sanksi pidana minimal 5 tahun dan maksimal
15 tahun, serta denda minimal Rp 100 juta dan maksimal Rp 15 miliar.
Sanksi pidana tersebut diberikan kepada:
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan pencucian uang.
Setiap orang yang menerima hasil tindakan pencucian uang.
Setiap orang yang tidak melaporkan uang tunai dalam bentuk rupiah minimal sebesar Rp 100

juta, atau dalam mata uang asing yang setara, yang dibawa ke dalam atau ke luar wilayah RI.

Dukungan Masyarakat
Upaya untuk mencegah terjadinya pencucian uang di Indonesia, dibutuhkan partisipasi dan

dukungan masyarakat. Sekalipun ada ketentuan tentang anti pencucian uang, tidak ada yang
perlu dikhawatirkan untuk menyimpan uang di bank.
Adapun untuk kriteria jumlah uang yang termasuk dalam kategori transaksi keuangan
mencurigakan menurut UU No. 8 Tahun 2010 dalam hal prinsip mengenali pengguna jasa maka
dikategorikan apabila terdapat transaksi keuangan dengan nilai setara atau lebih dari Rp 100
juta, sedangkan untuk sektor penyedia jasa keuangan maka apabila terdapat transaksi uang
tunai dengan nilai setara atau lebih dari Rp 500 juta maka penyedia jasa keuangan tersebut
wajib melaporkan kepada PPATK atas terjadinya transaksi tersebut.
5. Mengapa ketentuan rahasia bank dikesampingkan di dalam UU TPPU bagi bank, PPATK,
Penegak Hukum? Apa dasar hukumnya?
Jawab:
Karena ketentuan rahasia bank dapat dikesampingkan apabila terdapat tindak pidana
pencucian uang dan sudah masuk pada tahap penyidikan sebagaimana disebutkan dalam UU
No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
pasal 72 ayat 2.

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

N a m a

: Mohamad Alvin Alvano

N I M

: 1406585406

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil paper ini adalah benar hasil karya saya sendiri. Hal-hal
yang bukan karya saya ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik yang berlaku di Universitas Indonesia.

Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Jakarta, 24 November 2014


Yang membuat pernyataan,

Mohamad Alvin Alvano

Anda mungkin juga menyukai