Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pembuatan Sinar X
Suatu tabung roentgen hampa udara
3.
4.
5.
6.
7.
Unit Prosesing
Larutan prosesing film
Unit pengering film
Radiography protection system
Viewer
Pecahnya sitoplasma
bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai dengan intensitas cahaya yang
diterima oleh film.Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran akan tetap
bening. Dari perubahan butiran perak halida inilah akan terbentuk bayangan
laten pada film.
b. Bayangan laten (latent image)
Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromida negative (AgBr)
yang tersusun bersama di dalam kisi kristal (cristal lattice). Ketika film
mendapatkan eksposi sinar-X maka cahaya akan berinteraksi dengan ion
bromide yang menyebabkan terlepasnya ikatan elektron. Elektron ini akan
bergerak dengan cepat kemudian akan tersimpan di daiam bintik kepekaan
(sensitivity speck) sehingga bermuatan negatif.
Kemudian bintik kepekaan ini akan menarik ion perak positif yang bergerak
bebas untuk masuk ke dalamnya lalu menetralkan ion perak positif menjadi
perak berwarna hitam atau perak metalik. Maka terjadilah bayangan laten yang
gambarannya bersifat tidak tampak.
c. Larutan developer terdiri dari:
i. bahan pelarut (solvent)
Bahan yang dipergunakan sebagai pelarut adalah air bersih yang tidak
mengandung mineral.
ii. Bahan pembangkit (developing agent).
Bahan pembangkit adalah bahan yang dapat mengubah perak halida menjadi
perak metalik. Di dalam lembaran film, bahan pembangkit ini akan bereaksi
dengan memberikan elektron kepada kristal perak bromida untuk menetralisir ion
perak sehingga kristal perak halida yang tadinya telah terkena penyinaran
menjadi perak metalik berwarna hitam, tanpa mempengaruhi kristal yang tidak
terkena penyinaran. Bahan yang biasa digunakan adalah jenis benzena (C6H6).
iii. Bahan pemercepat (accelerator).
Bahan developer membutuhkan media alkali (basa) supaya emulsi pada film
mudah membengkak dan mudah diterobos oleh bahan pembangkit (mudah
diaktifkan). Bahan yang mengandung alkali ini disebut bahan pemercepat yang
biasanya terdapat pada bahan seperti potasium karbonat (Na2CO3 / K2CO3)
atau potasium hidroksida (NaOH / KOH) yang mempunyai sifat dapat larut dalam
air.
iv. Bahan penahan (restrainer).
Fungsi bahan penahan adalah untuk mengendalikan aksi reduksi bahan
pembangkit terhadap kristal yang tidak tereksposi, sehingga tidak terjadi kabut
(fog) pada bayangan film. Bahan yang sering digunakan adalah kalium bromida.
v. Bahan penangkal (preservatif).
Bahan penangkal berfungsi untuk mengontrol laju oksidasi bahan pembangkit.
Bahan pembangkit mudah teroksidasi karena mengabsorbsi oksigen dari udara.
Namun bahan penangkal ini tidak menghentikan sepenuhnya proses oksidasi,
hanya mengurangi laju oksidasi dan meminimalkan efek yang ditimbulkannya.
vi. Bahan-bahan tambahan.
Selain dari bahan-bahan dasar, cairan pembangkit mengandung pula bahanbahan tambahan seperti bahan penyangga (buffer) dan bahan pengeras
(hardening agent). Fungsi dari bahan penyangga adalah untuk mempertahankan
pH cairan sehingga aktivitas cairan pembangkit relatif konstan. Sedangkan
fungsi dari bahan pengeras adalah untuk mengeraskan emulsi film yang
diproses.
B. Rinsing (Pembilasan)
Setelah proses pembangkitan, rendaman air digunakan untuk mencuci atau
membilas film. Pembilasan digunakan untuk menghilangkan developer atau
pengembang dari film dan memberhentikan proses pengembangan. Pada waktu
film dipindahkan dari tangki cairan pembangkit, sejumlah cairan pembangkit
akan terbawa pada permukaan film dan juga di dalam emulsi filmnya.
Cairan pembilas akan membersihkan film dari larutan pembangkit agar tidak
terbawa ke dalam proses selanjutnya.Cairan pembangkit yang tersisa masih
memungkinkan berlanjutnya proses pembangkitan walaupun film telah
dikeluarkan dari larutan pembangkit. Apabila pembangkitan masih terjadi pada
proses penetapan maka akan membentuk kabut dikroik (dichroic fog) sehingga
foto hasil tidak memuaskan.Proses yang terjadi pada cairan pembilas yaitu
memperlambat aksi pembangkitan dengan membuang cairan pembangkit dari
permukaan film dengan cara merendamnya ke dalam air. Pembilasan ini harus
dilakukan dengan air yang mengalir selama 5 detik.
C. Fixing (Penetapan)
Setelah proses pembilasan, difiksasi. Suatu larutan kimia yang dikenal sebagai
fiksator digunakan dalam proses fiksasi. Tujuan dari fiksator adalah untuk
menghilangkan Kristal perak halida yang tidak terpapar dan terkena energi
emulsi film. Fiksator menguatkan emulsi film selama proses ini.
Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen
dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tanpa
mengubah gambaran perak metalik. Perak halida dihilangkan dengan cara
mengubahnya menjadi perak komplek. Senyawa tersebut bersifat larut dalam air
kemudian selanjutnya akan dihilangkan pada tahap pencucian.
Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi lanjutan yang
dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film. Pada proses ini
juga diperlukan adanya pengerasan untuk memberikan perlindungan terhadap
kerusakan dan untuk mengendalikan akibat penyerapan uap air.
Bahan-bahan yang dipakai untuk membuat suatu cairan penetap adalah:
a. Bahan penetap (fixing agent).
Dipilih bahan yang berfungsi mengubah perak halida. Bahan ini bersifat dapat
bereaksi dengan perak halida dan membentuk komponen perak yang larut dalam
air, tidak merusak gelatin, dan tidak memberikan efek terhadap bayangan perak
metalik. Bahan yang umum digunakan adalah natrium thiosulfat (Na2S2O3) yang
dikenal dengan nama hypo.
b. Bahan pemercepat (accelerator).
Untuk menghindari kabut dikroik dan timbulnya noda kecoklatan, biasanya
digunakan asam yang sesuai. Karena pembangkit memerlukan basa dalam
menjalankan aksinya, maka tingkat keasaman cairan penetap akan
menghentikan aksinya.
Asam kuat seperti asam sulfat (H2SO4) akan merusak bahan penetap dan
mengendapkan sulfur
c. Bahan penangkal (preservatif).
Untuk menghindari adanya pengendapan sulfur maka pada cairan penetap
ditambahkan bahan penangkal yang akan melarutkan kembali sulfur tersebut.
Bahan penangkal yang digunakan adalah natrium sulfit, natrium metabisulfit,
1. DARK ROOM
Tempat memproses film sampai terjadi gambar yang siap untuk dibaca
PERSYARATAN:
Ukuran memadai ~kapasitas, beban kerja
Terlindung (radiasi, sinar matahari,bahan kimia lain selain
bahan prosesing film)
ada sirkulasi udara
Air bersih
Safe light (cukup lampu merah atau hijau 5 watt)
DARK ROOM TERDIRI DARI:
Wet side
Tidak diperbolehkan untuk menggunakan warna lampu yang berwarna putih, dan
jarak antara penerangan denganworking area tidak boleh terlalu dekat, minimum
4 kaki. Bila hal ini tidak diperhatikan maka hasil pada film akan terlihat seperti
berkabut (fogged)
ARTEFACT RADIOGRAFI:
Struktur atau gambaran yang tidak normal ada/tampak dlm radiograf ; pada
obyek yg difoto tidak ada
SEBAB:
Defect pada film atau film packet
Improper handling of the film packet
Accidental incidental to processing of the film
Radiographic technical error
1. RADIOGRAF DENGAN GORESAN RADIOLUSEN
SEBAB : r Film tergores kuku atau benda lainnya
r film tertekuk / kerutan film
r goresan penjepit film yg terkontaminasi developer yg pekat
r pecikan larutan developer
2. RADIOGRAF DENGAN CAP JARI
SEBAB : Memegang film dengan jari yang basah atau berkeringan
3. RADIOGRAF DENGAN GAMBAR JARING/POLA ALUR BAN
SEBAB : penempatan film terbalik
4. NODA PUTIH PADA RADIOGRAF
SEBAB : artifak larutan fiksasi
emulsi tergores
Benda/obyek radiopak tertanam dalam jaringan
Benda/obyek radiopak pada cone
5. RETIKULASI PADA RADIOGRAF
SEBAB ; Perbedaan suhu yang tajam antara larutan developing dan air
pencuci
6. RADIOGRAF TIDAK LENGKAP
SEBAB : r Film kontak dengan hanger, sisi bak pencuci atau kontak dengan
film lain selama proses pengembangan
r penempatan film kurang tepat (kurang ke apikal; terlalu ke apikal)
r Sebagian film tidak masuk dalam larutan pengembang
r Kegagalan penempatan film sejajar dataran oklusal
r Angulasi vertikal terlalu kecil c pemanjangan
7. RADIOGRAF TERLALU PUTIH
SEBAB: r Underexposure
r waktu developing terlalu singkat
r Temperatur developer rendah
r Konsentrasi developer lemah
r larutan developer terlalu dingin, kadaluarsa, kotor atau
tercampur satu sama lain
r Kualitas film jelek
r Voltage dan mA kurang
Efek Radiasi pada Membran Mukosa Mulut
Sebuah kromosom terdiri dari dua lengan yang dihubungkan satu sama lain
dengan suatu penyempitan yang disebut sentromer. Radiasi dapat menyebabkan
perubahan baik pada jumlah maupun struktur kromosom yang disebut aberasi
kromosom. Perubahan jumlah kromosom, misalnya menjadi 47 buah pada sel
somatic yang memungkinkan timbulnya kelainan genetic. Kerusakan struktur
kromosom berupa patahnya lengan kromosom terjadi secara acak dengan
peluang yang semakin besar dengan meningkatnya dosis radiasi.
DOSIS DAN EFEK SOMATIK RADIASI
1. Dosis lemah/rendah: 0 50 rad
a. 0-25 rad
tidak ada efek,mungkin tidak ada delayed effect
b. 25-50 rad
efek tidak ada/sedikit perubahan susunan darah,
mungkin ada delayed effect
2. Dosis sedang
: 50-200 rad
a. 50-100 rad
badan lemas/mual, perpendekan umur, perubahan
susunan darah delayed recovery
b. 100-200 rad
mual dan muntah 24 jam setelah radiasi, nafsu
makan kurang, lemas, suara serak, diare, epilepsi,
kerontokan rambut
3. Dosis semi letal
: 200-400 rad
- mual, mutah dalam 1-2 jam setelah radiasi
- epilepsi
- nafsu makan berkurang
- panas dan lemas
- pada minggu ke-3: radang mulut/tenggorok
- Pada minggu ke-4 : pucat, perdarahan hidung, diar
4. Dosis letal : 400-600 rad
- 1-2 Jam : mual muntah
- akhir minggu ke-1: radang mulut/tenggorokan