Ibu: Pak, apakah sekolahnya lengkap sepuluh murid hari ini?
(actually she does
not know this yet) Bapak: Ya, Bu Muslimah senang sekali ada sepuluh murid sehingga dia bisa mengajar tahun ini. Ibu: Aku hanya ingin Ikal diajarkan oleh Pak Harfan akan tetapi kalau dia guru yang baik aku nggak budi peduli kalau dia mengajar Ikal juga. Bapak: Aku mengerti, Pak Harfan kebijaksana sangat pandai mengajar dengan pendidikan moral dan keagamaan. Walaupun sekolah ini ada tiga guru. Ibu: Bagaimana guru yang lain? Bapak: Aku tidak tahu, dia nggak berkata banyak. Ibu: Bagaimana murid yang lain? Bapak: Murid yang lain juga miskin seperti kami walaupun tinggal di perbeda desa lain. Salah satu muridnya tertawa tentang menertawai sepatu Ikal. Aku kira Ikal akan berbuat baik dengan sekolah dan membuat teman yang baru. ( this sentence does not flow with the previous one) Ibu: Setuju, mudah-mudahan Ikal bisa belajar dengan keras sehingga dia bisa mencapai hal-hal yang hebat. ( good point) Bapak: Ya, aku tidak mau Ikal menjadi pekerja untuk atau kuli seperti saya. (Bapak Ikal bukan kuli, tapai pegawai kantor from his uniform) Saya inigin dia bisa hidup memiliki kehidupan yang lebih baik daripada kami. Ibu: Saya mengerti, sekolah ini akan melakukan banyak baik memberi pendidikan moral dan pengetahuan banyak untuk Ikal. Kami jangan tidak perlu khawatir sekarang. Ayo ke tidur, itu sudah malam. Bapak: Wah, Ya, saya harus bekerja besok.