Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah suatu usaha manuusia baik jasmani dan rohani guna
meningkatan kwalitas manusia tersebut sehingga kemajuan bangsa tidak
akan terleps dari faktor faktor pendidikan.
Berdasarkan UU RI No.20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 tentang
sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan;
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Berdasarkan undang undang tersebut pendidikan memiliki peran yang
sangat penting untuk menjamin perkembangan suatu bangsa.
Di dalam proses pendidikan belajar mengajar adalah proses yang
terpenting kemudian di dalam proses tersebut terdapat guru dan murid.
Usman (2002 : 4) mengatakan bahwa proses belajar mengajar mengundang
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbale balik
yang berlangsung melalui hubugan edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Sedangkan menurut sukewi (1993:13) proses belajar mengajar
terdapat komponen yang saling terkait meliputi tujuan pengajaran, guru,
siswa, bahan pelajaran, metode pengajaran, model pengajaran, alat media
edukasi.
Sehingga di dalam proses pembelajaran model pembelajaran menjadi
salah satu hal yang mempengaruhi hasil pembelajaran. Pengertian model
menurut Kamus Besar Bahas Indonesi (KUBI) dan (Depdikbud, 1990:589)
adalah suatu pola, contoh, acuan, ragam dari suatu hal yang akan di

hasilkan. Sedangkan pembelajaran sendiri adalah usaha sadar yang sengaja


di lakukan agar orang mau belajar sehinggan model pembelajaran dapat di
artikan sebagai kerangka konseptual yang di rencanakan secara sistematis
dalam suatu pembelajarn untuk mencapai kompetensi tertentu.
Guru di tuntut untuk menguasai berbagai model pembelajaran yang
sesuai dengan materi pembelajaran yang di ajarkan, sehingga tujuan pokok
dari meteri tersebut dapat tercapai. Kemudian dapat di ambil kesimpulan
untuk memilih model yang tepat ia harus berpedoman pada tujuan
pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan di SMK N 5 Jakarta, mereka mendapat nilai
yang kurang memuaskan pada mata pelajaran Teknologi Dasar Otomotif.
Menurut penuturan beberapa siswa penyebab mereka mendapat nilai
kurang memuaskan tersebut karena mereka tidak bisa berkonsentrasi
karena kelas yang kurang kondusif, minat belajar yang kurang, dan
penjelasan yang sulit dimengerti apalagi sebagian materi teknologi dasar
otomotif adalah berupa teori sehingga siswa cenderung mudah menjadi
bosan dan berahir pada penyepelean materi tersebut. Akibat dari beberapa
penyebab tersebut adalah nilai mereka yang kurang memuaskan.
Pelajaran teori pada pelajaran Teknologi Dasar Otomotif akan sangat
sulit di pahami apabila guru hanya menggunakan model pembelajaran yang
kurang

sesuai

dengan

tujuan

pembelajaran

ditambah

lagi

pada

matapelajaran ini membutuhkan juga imajinasi untuk memahami materi


yang diajarkan. Dalam pembelajaran model pembelajaran yang di pilih
haruslah memiliki interaksi yang baik juga antara guru dan peserta didik
sehingga setiap materi pembelajaran dapat menjadi motivasi siswa untuk
belajar.
Dalam pembelajaran berbasis masalah PBL siswa di harapkan dapat
mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sehingga
merangsang kemampun berfikir siswa. PBL sendiri adalah proses

pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam


kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari
masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka
punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini
akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Sedangkan pada Problem Terbuka (OE, Open Ended) adalah
Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas,
kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan
sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode,
cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban,
jawaban siswa beragam.
Pada kurikulum 2013 nilai mata pelajaran produktif menjadi salah satu
syarat untuk menuju kelas XI salah satu mata pejaranya adalah Teknologi
Dasar Otomotif. Pada mata pelajaran ini menjelaskan, memahami, menalar,
menganalisis, menalar dan menyaji dalam ranah konkret mengenai dasar
dasar dari berbagai jenis mesin. Adapun standar kompetensi dari mata
pelajaran ini adalah :
1. Memahami dasar dasar mesin
2. Memahami proses dasar pembentukan logam
3. Memaahami proses mesin konversi energy
Dasar dasar mesin adalah materi pembuka bagi siswa SMK karena
materi ini adalah materi yang pertama diajarkan pada semester ganjil untuk
mata pelajaran Teknologi Dasar Otomotif. Pada materi ini berisi tentang
perhitungan statistika dan tegangan kemudian juga berbagai macam
komponen komponen dasar dasar dari mesin. Sedangkan pada materi
kedua berisi mengenai berbagai macam cara pembentukan logam baik
peruses pembentukan panas maupun proses pembentukan dingin. Kedua
materi ini diajarkan pada semester ganjil.

Pada materi yang terhir adalah mengenai mesin konversi energi. Pada
standar kompetensi ini berisi tentang dasar dasar mesin mesin diesel
maupun mesin bensin baik 2 langkah maupun 4 langkah kemudian
perhitungan daya, usaha dan efisiensinya, motor listrik, dan generator
listrik. Pada materi tersebut kebanyakan berisi tentang teori teori sehingga
mebuat siswa cenderung menjadi lebih cepat menjadi bosan padahal materi
ini bisa di hubungkan dengan kehidupan sehari hari. Pelajaran Teknologi
Dasar Otomotif ini sangat bermanfaat untuk peserta didik untuk
menghadapi masalah yang ada pada kehidupan sehari hari yang
berhubungan dengan keteknikan. Oleh karena itu ilmu ini amat penting
untuk orang yang mempelajari bidang keteknikan. Berdasarkan uraian
tersebut peneliti tertarik untuk meneliti :
Pengeruh penggunaan model pembelajaran PBL (pembelajaran berbasis
masalah) dan Problem Terbuka (OE, Open Ended) terhadap hasil belajar
pada materi memahami dasar dasar mesin di kelas X SMKN 5 Jakarta.

1.2 Idientifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang muncul
dalam proses pembelajaran di SMK adalah sebagai berikut:
1. Apa yang menyebabkan nilai mata pelajaran Teknologi Dasar Otomotif
di SMKN 5 kurang memuaskan ?
2. Mengapa Mata Pelajaran Teknologi Dasar Otomotif sulit dipahami?
3. Apa upaya yang di lakukan untuk meningkatkan hasil pembelajaran?
4. Apakah model pembelajaran PBL dan Problem Terbuka (OE, Open
Ended) sesuai dengan mata pelajaran Teknologi Dasar Otomotif?
5. Apa ada pengaruh model pembelajaran PBL ?
6. Apa pengaruh Problem Terbuka (OE, Open Ended) terhadap hasil
belajar?

1.3 Batasan Ruang lingkup


Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kelaas yang di gunakan adalah SMK kelas X di SMKN 5 jurusan
Teknik Kendaraan Ringan.
2. Pokok kompetensi dasar yang di teliti adalah dasar dasar mesin
3. Model pembelajaran yang di teliti adalah PBL (pembelajaran berbasis
masalah) dan Problem Terbuka (OE, Open Ended)

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat
dirumuskan permasalahan yaitu :
1. Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran PBL
(pembelajaran berbasis masalah) dan Problem Terbuka (OE, Open
Ended) pada materi dasar dasar mesin di SMKN 5 Jakarta?
2. Apakah penerapan model pembelajaran PBL (pembelajaran berbasis
masalah) dan Problem Terbuka (OE, Open Ended) dapat meningkatkan
hasil pembelajaran ?
3. Bagaimana peningkatan hasil pembelajaran menggunakan model
pembelajaran PBL (pembelajaran berbasis masalah) dan Problem
Terbuka (OE, Open Ended) ?

I.5. Kegunaan Penelitian


Berdasarkan beberapa masalah di atas maka kegunaan dari penelitian
ini adalah :
1. Bagi Guru: Membantu guru dalam menciptakan situasi belajar yang
menarik dan interaktif serta memberikan alternatif model pembelajaran
yang dapat di lakukan dalam memberikan materi dasar dasar mesin.
2. Siswa, dapat meningkatkan motivasi, daya tarik terhadap mata
pelajaran teknologi dasar otomotif, menumbuhkan rasa kebersamaan,

kerjasama,

dan

mengembangkan

keterampilan

berkomunikasi,

keterampilan siswa dalam melakukan pengamatan dan menyimpulkan


suatu peristiwa keteknikan
3. Sekolah, dapat memberikan masukan berharga bagi sekolah dalam
upaya meningkatkan dan mengembangkan proses pembelajaran
teknologi dasar otomotif yang lebih baik.
4. Peneliti, untuk meningkatkan kreativitas dan keterampilan dalam
memilih metode dan media pembelajaran yang digunakan dalam
praktek mengajar.

BAB II
PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIS DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS

A. DESKRIPSI TEORITIS
1. Hakikat Model Pembelajaran
Sebelum mengetahui hakikat dari model pembelajaran kita
harus mengetahui terleih dahulu pengertian dari model. Pengertian
model sendiri menurut Kamus Bessar Bahasa Indonesia (KUBI) adalah
contoh, model, pola, atau barang tirun yang kecil dan tepat seperti yang
ditiru. Sedangkan menurut soekamtoModel diartikan sebagai
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan suatu kegiatan (1993:109). Model adalah abstraksi dari
realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada bebarpa bagian atau
sifat dari kehidupan sebenarnya (Simamarta 1983:ix-x). model juga
dapat diartikan sebagai suatu pola, contoh, acuan, ragam dari suatu hal
yang akan dihasilkan (Depdikbud, 1990:589). Berdasarkan beberapa
definisi tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa model adalah
kerangka konseptual, contoh atau pola yang di gunakan sebagai
pedoman dalam kegiatan.
Sedangkan menurut Warsita (2008:85) Pembelajaran adalah
suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan
untuk membelajarkan peserta didik.

Sedangkan menurut Sudjana

(2004:28) Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang


sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan
interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga
belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan
membelajarkan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka

pembelajaran sendiri memiliki arti upaya yang di lakukan dengan


sengaja dan sadadr agar terjadi kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka kita dapat menarik
kesimpulan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang di
rencanakan secara sistematis dalam suatu pembelajaran untuk mencapai
kompetensi tertentu

2. Hakikat Problem-Based Learning (PBL)


Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) pertama bermula dari suatu program inovatif yang
dikembangkan di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster, Kanada
(Neufeld & Barrows, 1974). Program ini dikembangkan berdasar
kenyataan bahwa banyak lulusannya yang tidak mampu menerapkan
pengetahuan yang mereka pelajari dalam praktek sehari-hari. Dewasa
ini PBM telah menyebar ke banyak bidang seperti hukum, ekonomi,
arsitektur, teknik, dan kurikulum sekolah.
H.S. Barrows (1982), sebagai pakar PBL menyatakan bahwa
definisi PBL adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada
prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal
untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru..
PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah

awal

dalam

mengumpulkan

dan

mengintegrasikan

pengetahuan baru (Suradijono, 2004)


Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya
permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar
berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh
pengetahuan (Duch, 1995). Sedangkan Finkle dan Torp (1995)
menyatakan bahwa PBM merupakan pengembangan kurikulum dan

sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi


pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan
dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai
pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik.
Dua definisi di atas mengandung arti bahwa PBL atau PBM merupakan
setiap suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan
sehari-hari.
Berdasarkan pendapat pakar-pakar tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa problem based learning (PBL) merupakan metode
pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan
bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalahmasalah di dunia nyata.
Berikut ini diberikan contoh tahapan yang dapat diterapkan
dalam menyelenggarakan belajar dan pembelajaran dengan model PBL.
Para guru dapat mengembangkan tahapan yang berbeda sesuai dengan
permasalahan yang akan didiskusikan serta kondisi kelas.
1) Mempelajari standar isi dan standar kompetensi siswa dan
kurikulum untuk menentukan karakteristik masalah yang sesuai
untuk digunakan sebagai bahan belajar dan pembelajaran.
2) Pelajar tingkat pengetahuan siswa untuk mempertimbangkan
kompleksitas persoalan yang akan dijadikan bahan belajar dan
pembelajaran.
3) Buatlah soal atau tugas yang berisi masalah yang harus dicarikan
solusinya oleh siswa atau kelompok siswa dengan merujuk
kepada hasil analisis kurikulum dan tingkat kemampuan siswa
4) Beri pengkondisian awal kepada siswa sebelum diberi tugas
masalah untuk dicarikan solusinya. Pengkondisian ini meliputi:
a. Penjelasan tentang langkah-langkah dan pendekatan dalam
pemecahan masalah

b. Kegiatan dan hasil yang harus mereka kerjakan berikut kriteria


keberhasilannya seperti: waktu, prosedur yang harus ditempuh,
ketersediaan data dan fakta, dan ruang lingkup solusi.
5) Kegiatan diskusi atau pelaksanaan prosedur pemecahan masalah
oleh siswa atau kelompok-kelompok siswa. Selama kegiatan ini
berlangsung, guru berperan sebagai fasilitator dan tutor
diantaranya dengan memberikan bimbingan dan motivasi kepada
siswa, mengingatkan kepada siswa tentang apa yang mereka
ketahui, mengingatkan apakah tahapan sudah benar, dan
mendorong partisipasi siswa.
6) Menutup kegiatan dengan menyelenggarakan diskusi tentang
hasil pemecahan masalah. Jika kegiatan dilakukan berdasarkan
kelompok, selenggarakan diskusi pleno dan minta setiap
kelompok menyajikan hasil kegiatannya. Minta kelompok lain
untuk menanggapi dan mengajukan pertanyaan untuk menguji
hasil kegiatan pemecahan masalah dan kelompok yang sedang
menyajikan hasil kegiatannya. Dalam kegiatan ini guru berpera
sebagai moderator dan sekaligus sebagai penilai.
7) Guru melakukan penilaian terhadap hasil kegiatan siswa dan
memberikan komentar serta pengarahan untuk ditindak lanjuti
sebagai kegiatan pengayaan bagi siswa.
Adapun Sintaks pada Problem-Based Learning adalah sebagai berikut :
Fase
Fase 1
Orientasi siswa
terhadap
masalah
autentik

Aktivitas Guru

Aktivitas Siswa

Guru mrnyampaikan tujuan


belajar, menjelaskan
logistik yang diperlukan,
dan memotivasi
menggunakan
kemampuannya
memecahkan maslah.

Siswa mendengarkan
tujuan belajar yang
disampaikan oleh guru
dan mempersiapkan
logistik yang
diperlukan.

Fase 2
Mengorganisas
i siswa dalam
belajar

Fase 3
Membantu
siswa secara
individual atau
kelompok
dalam
melaksanakan
penelitian
Fase 4
Mengembangk
an dan
menyajikan
hasil karya

Fase 5
Analisis dan
evaluasi proses
pemecahan
masalah.

Guru membantu siswa


mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas
belajar yang diangkat.

Siswa mendefinisikan
dan
mengorganisasikan
tugas belajar yang di
angkat.

Guru mendorong siswa


untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen,
untuk memperoleh jawaban
yang sesuai atas masalah.

Siswa mengumpulkan
informasi yang sesuai,
melaksanakan
eksperimen, dan
berusaha menemukan
jawaban atas masalah
yang di angkat.

Guru membantu siswa


dalam merencanakan dan
menyiapkan karya seperti
laporan, video, modelmodel dan membantunya
untuk menyampaikan
kepada teman lain.

Siswa merencanakan
dan menyiapkan
karya, video, dan
menyampaikannya
pada teman lain.

Guru membantu siswa


melakukan refleksi
kegiatan penyelidikannya
dan proses yang telah
dilakukan

Siswa melakukan
refleksi kegiatan
penyelidikannya dan
proses yang
dilakukan.

3. Hakikat Problem Terbuka (OE, Open Ended)


Pendekatan

berdasarkan

masalah

dalam

pembelajaran

sebenarnya bukan hal yang baru, Polya sudah mengembangkan sejak


tahun 40-an. Namun pendekatan ini mendapat perhatian luas lagi mulai
tahun 80-an sampai sekarang. Dengan dikembangkannya pendekatan
pemecahan masalah berbentuk terbuka (open-ended) di Jepang yang di
lakukan oleh dilakukan Shigeru Shimada, Toshio Sawada, Yoshiko
Yashimoto, dan Kenichi Shibuya (Nohda, 2000). Pendekatan ini
didasarkan atas penelitian Shimada, adalah an instructional strategy

that creates interest and simulates creative mathematical activity in the


classroom trhough students collaborative work. Lesson using openended problem solving emphasize the proses of problem solving
activities rather than focusing on the result (Shimada and
Becker.1997).

Pendekatan open-ended prinsipnya

sama

dengan

pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran


yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada
siswa. Bedanya problem yang disajikan memiliki jawaban benar lebih
dari satu. Problem yang memiliki jawaban benar lebih dari satu disebut
problem tak lengkap atau problem open-ended atau problem terbuka.
Contoh

penerapan

problemopen-ended dalam

kegiatan

pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode,


cara, atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan
yang diberikan dan bukan berorientasi pada jawaban akhir. Dihadapkan
dengan problem open-ended siswa tidak hanya mendapatkan jawaban
tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu
jawaban. Pembelajaran dengan pendekatan open-endedbiasanya dimulai
dengan

memberikan

problem

terbuka

kepada

siswa.

Kegiatan

pembelajaran membawa siswa dalam menjawab pertanyaan dengan


banyak cara dan mungkin juga dengan banyak jawaban sehingga
mengundang potensi

intelektual dan pengalaman siswa dalam

menemukan sesuatu yang baru.


Berikut ini adalah langkah langkah model pembelajaran open
ended:
1. Persiapan
Sebelum memulai proses belajar mengajar, guru harus membuat
Program Satuan Pelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
membuat pertanyaan OpenEnded Problems.

2. Pelaksanaan
a.

Pendahuluan, yaitu Siswa menyimak guru yang memberikan


motivasi bahwa yang akan dipelajari berkaitan atau bermanfaat bagi
kehidupan sehari hari sehingga siswa semangat dalam belajar.
Kemudian siswa menanggapi apersepsi yang dilakukan guru supaya
guru dapat mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai konsep
konsep yang akan dipelajari.

b. Kegiatan inti, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan langkah


langkah sebagai berikut:
1. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari lima orang tiap
kelompok.
2. Siswa mendapatkan pertanyaan Openended Problems.
3. Siswa berdiskusi bersama kelompoknya masingmasing mengenai
penyelesaian dari pertanyaan OpenEnded Problems yang telah
diberikan oleh guru.
4. Setiap kelompok siswa melalui perwakilannya, mengemukakan
pendapat atau solusi yang ditawarkan kelompoknya secara
bergantian
5. Siswa atau kelompok kemudian menganalisis jawabanjawaban
yang telah dikemukakan, mana yang benar dan mana yang lebih
efektif.
c. Kegiatan Akhir, yaitu siswa menyimpulkan apa yang telah
dipelajari, dan kemudian kesimpulan tersebut disempurnakan oleh
guru
3. Evaluasi
Setelah

berakhirnya

KBM,

siswa

mendapatkan

tugas

perorangan atau ulangan harian yang berisi pertanyaan Open Ended


Problems yang merupakan evaluasi yang diberikan oleh guru. Dalam
jurnal internasional J.Nikos, mourtos ,dkk.

4. Hakikat Hasil Belajar


Menurut Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar
siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Sedangkan menurut Hasil belajar menurut
Udin S. Winataputra ( 2007:1.10), merupakan bukti keberhasilan yang
telah dicapai siswa dimana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan
suatu perubahan yang khas. Dalam hal ini belajar meliputi ketrampilan
proses, keaktifan, motivasi juga prestasi belajar. Prestasi adalah
kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu kegiatan. Menurut
Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,
tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak
proses belajar. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat di
tarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari belajar.

B. Kerangka Berfikir
1. Pengaruh

model

pembelajaran

Problem-Based

Learning (PBL)

terhadap hasil belajar dasar dasar mesin.


2. Pengaruh model pembelajaran Problem Terbuka (OE, Open Ended)
terhadap hasil belajar dasar dasar mesin.
3. Perbedaan

pengaruh

model

pembelajaran

Problem-Based

Learning (PBL) dan Problem Terbuka (OE, Open Ended) terhadap


hasil belajar dasar dasar mesin.

C. Hipotesis
H0 : Nilai akhir dasar dasar mesin yang menggunakan model pembelajaran
Problem-Based Learning (PBL) tidak lebih tinggi atau sama dengan
model pembelajaran Problem Terbuka (OE, Open Ended)
H1 : Nilai akhir dasar dasar mesin yang menggunakan model pembelajaran
Problem-Based Learning (PBL) lebih tinggi dari siswa yang
menggunakan model pembelajaran Problem Terbuka (OE, Open
Ended)

Anda mungkin juga menyukai