Anda di halaman 1dari 4

BAB

ADENOCARCINOMA OF THE CERVIKS

1.

Gambaran Makroskopik

2.

Gambaran Mikroskopik

3.

Etiology
1. HPV ( Human Papilloma Virus )
2. Merokok
3. Hubungan sex pd usia dini
4. Exposure partner
5. Gangguan sistem kekebalan
6. Infeksi herpes genitalia atau infeksi klamida menahun
7. Golongan ekonomi lemah
8. Pemakaian DES (Dietil Stilbestrol)
(sharma, 2007)

4.

Patogenesis
Kanker cervik merupakan kanker ginekologi yang pada tahap permulaan
menyerang pada bagian lining/permukaan cervix. Kanker jenis ini tidak dengan segera
terbentuk menjadi sel yang bersifat ganas melainkan secara bertahap berubah hingga

akhirnya menjadi sel kanker. Tahap perkembangan ini yang kemudian disebut sebagai
tahap pre-kanker (pre-cancerous yaitu displasia, neoplasia intraepitel cervik/CIN, dan
lesi squamosa intraepitel/SIL) kanker cervik diawali dengan terbentuknya tumor yang
bersifat bulky (benjolan) yang berada pada vagina bagian atas kemudian tumor ini
berubah menjadi bersifat invasif serta membesar hingga memenuhi bagian bawah dari
pelvis. Jika invasinya kurang dari 5 mm maka dikategorikan sebagai karsinoma dengan
invasi mikro (microinvasif) dan jika lebih dari 5 mm atau melebar hingga lebih dari 7
mm maka disebut sebagai tahap invasif.
Pada tahap ini disebut juga tahap kanker dan membutuhkan evaluasi tahap
perkembangan kanker/stage. Akhirnya, tumor tersebut berubah menjadi bersifat
destruktif dengan manifestasi ulcerasi hingga terjadi infeksi serta nekrosis jaringan.
Gambar 4 menunjukkan ilustrasi patofisiologi kanker cervik.
Infeksi HPV yang berjenis oncogenik merupakan factor utama penyebab kanker
cervik. HPV merupakan virus tumor yang ber-DNA rantai ganda yang menyerang
lapisan epitel basal pada daerah transformasi cervik dimana sel-selnya sangat rapuh.
HPV menginfeksi cervik ketika trauma mikro terjadi atau erosi pada lapisan tersebut.
Virus ini mampu menghindari deteksi system imun dengan cara membatasi ekspresi
gen dan replikasinyanya hanya pada lapisan supra basal dan dapat tetap berada pada
lokasi tersebut untuk jangka waktu yang lama (sharma, 2007)
5.

Manifestasi Klinis
Gejalanya bisa berupa:
Perdarahan rahim yang abnormal.
Siklus menstruasi yang abnormal.
Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami
menstruasi).
Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause.
Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40
tahun).
Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul.
Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause).
Nyeri atau kesulitan dalam berkemih.
Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
(FKUI, 2011).

6.

Pemeriksaan Penunjang
a. Pap Smear
Dapat mendeteksi sampai 90% kasus Ca Cervix secara akurat dan biaya murah, angka
kematian dpt ditekan sampai 50%.
Hasil Pmx pap smear menunjukkan stadium Ca Cervix:
o Normal
o Displasia ringan (perubahan dini yg blm bersifat ganas)
o Displasia berat (perubahan lanjut yg blm bsifat ganas)
o Karsinoma Insitu (kanker yg terbatas pd lapisan cervix yg paling luar)
o Kanker Invasif (kanker telah menyebar kelapisan cervix yg lebih dalam

b. Biopsi
Dilakukan jika pada Pmx panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pd cervix atau
jika pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker (sudoyo, 2009).
7.

Manajemen
Tatalaksana terbaru untuk penanganan kanker cervik mengarah kepada penggabungan
bersama terapi non farmakologi dan terapi farmakologi guna mendapatkan hasil yang
maksimal.
a. Terapi non Farmakologi Terapi non Farmakologi yang disarankan oleh NCCP
adalah:
1. Operasi
Operasi adalah pilihan terapi yang dapat dilakukan pada tahap awal (tahap
IA atauIB) dari kanker cervik Radioterapi. Radioterapi masih merupakan terapi
pilihan hingga saat ini pada semua tahap/stage kanker cervik dan masih secara luas
digunakan di negara-negara berkembang.
2. Brachiterapi
Brachiterapi adalah suatu jenis terapi radiasi dengan metode yang
memungkinkan pemberian radiasi dengan dosis tinggi pada tumor tanpa merusak
jaringan di sekitar tumor tersebut (terlokalisir hanya pada bagian yang
dikehendaki/tumor). Brachyterapi disebut juga dengan intracavitary radiotherapy.
Terapi dengan kombinasi antara kemoterapi berkelanjutan dengan
radioterapi (atau yang sering disebut dengan kemoradiasi) terbukti dapat
memberikan
hasil
yang
lebih
baik
daripada
keduanya
secara
monoterapi/sendirisendiri yaitu meningkatkan tingkat kesembuhan sebesar 80%
dengan diagnose kanker cervik tahap awal (I dan II) sedangkan pada tahap III
dapat meningkatkan 60%.
b. Terapi Farmakologi
Terapi profilaksis berupa vaksin anti infeksi HPV tipe 6, 11, 16 dan 18
(merupakan terobosan baru yang telah disahkan oleh FDA pada tahun 2006 dengan
brand Gardasil. Vaksin ini terbukti selama 3 tahun mampu mencegah terjadinya
intraepitel neoplasia tahap 2 dan 3 hingga 99 % (NCCN) (Jain, 2007).

8.

Prognosis
Prognosis setelah pengobatan kanker servik akan makin baik jika lesi ditemukan
dan diobati lebih dini. Tingkat harapan kesembuhan dapat mencapai 85% untuk stadium
I, 50-60% untuk stadium II, 30% untuk stadium III, dan 5-10% untuk stadium
IV.Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respons terhadap
pengobatan. 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien
yang menjalani histeroktomi dan memeiliki resiko tinggi terjadinya rekurensi harus terus
diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histeroktomi
radikal terjadi 80% rekurensi dalam 2 tahun (Robbins, 2012).

FKUI, Buku Ajar Onkologi Klinis, Ed.2, Penerbit FKUI, Jakarta, 2011
Jain, V.S., 2007, Radical Radiotherapy Treatment (EBRT+HDR-ICRT) of Carcinoma of The
Uterine Cervix : Outcome in Patients Treated at a Rural Center in India, J Cancer Res
Ther;3:211-217
Robbins, Buku Ajar Patologi Ed 7 vol 12, EGC, Jakarta, 2012
Sharma, R., Sharma, C.L., 2007, Quadrivalent Human Papillomavirus Recombinant Vaccine
: The First Vaccine for Cervical Cancers, J Cancer Res Ther;3(2):92-95
Sudoyo Aru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed V, Interna Publishing, Jakarta, 2009

Anda mungkin juga menyukai