Nim
: Christovel R Penu
: 1206051013
Secara biokimia, proses fotorespirasi merupakan cabang dari jalur glikolat. Enzim utama yang terlibat
adalah enzim yang sama dalam proses reaksi gelap fotosintesis, Rubisco (ribulosa-bifosfat karboksilaseoksigenase). Rubisco memiliki dua sisi aktif: sisi karboksilase yang aktif pada fotosintesis dan sisi oksigenase
yang aktif pada fotorespirasi. Kedua proses yang terjadi pada stroma ini juga memerlukan substrat yang sama,
ribulosa bifosfat (RuBP), dan juga dipengaruhi secara positif oleh konsentrasi ion Magnesium dan derajat
keasaman (pH) sel. Dengan demikian fotorespirasi menjadi pesaing bagi fotosintesis, suatu kondisi yang tidak
disukai kalangan pertanian, karena mengurangi akumulasi energi. Jika kadar CO2 dalam sel rendah (misalnya
karena meningkatnya penyinaran dan suhu sehingga laju produksi oksigen sangat tinggi dan stomata menutup),
RuBP akan dipecah oleh Rubisco menjadi P-glikolat dan P-gliserat (dengan melibatkan satu molekul air
menjadi glikolat dan P-OH). P-gliserat (P dibaca "fosfo") akan didefosforilasi oleh ADP sehingga membentuk
ATP. P-glikolat memasuki proses agak rumit menuju peroksisoma, lalu mitokondria, lalu kembali ke
peroksisoma untuk diubah menjadi serin, lalu gliserat. Gliserat masuk kembali ke kloroplas untuk diproses
secara normal oleh siklus Calvin menjadi gliseraldehid-3-fosfat (G3P).
Tanaman C3, Reaksi pertama dalam jalur reduksi pentosa pospat adalah pembentukan produk beratom
karbon 3 yaitu asam 3 fosfogliserat. Kebanyakan tanaman yang mengikat karbon dengan jalur ini disebut
tanaman C3. Meskipun demikian fiksasi CO2 tanaman C3 dihambat proses fotorespirasi. Proses ini
bergantung dari kemampuan enzim rubisco yang juga berfungsi sebagai oksigenase. Dalam hal ini oksigen
didikat oleh enzim dan bereaksi dengan 1,5 difosforibulose untuk membentuk 2 fosfoglikosidik dan asam 3
fosfogliserat. 2 Fosfoglikolat tidak bisa digunakan dalam jalur reduksi fosfat tetapi 2 molekul dari substrat
akan bereaksi kemudian sepanjang jalur siklik. Melibatkan glisin, serin, dan gliserat untuk menghasilkan 1
molekul 3 fosfogliserat, 1 molekul CO2, dan 1 molekul anorganik fosfat.
Fotorespirasi hingga kini bersaing dengan asimilasi karbon dioksida dan membuat fotosintesis kurang
efisien. Sebanyak 30 50% dari karbon yang digunakan oleh fotosintesis hilang oleh fotorespirasi pada
tumbuhan normal C. Proses distimulasi oleh cahaya dan temperature yang meningkat dan dengan demikian
secara khusus tidak menguntungkan untuk tanaman yang tumbuh di tempat beriklim panas.
Banyak perkiraan tentang fakta bahwa enzim rubisco juga mendukung suatu proses yang bertentangan
dengan fungsi utamanya. Tidak ada deskripsi yang jelas mengenai hal ini, tetapi sebuah usulan menyatakan
bahwa proses untuk melindungi kloroplas pada tumbuhan dari kerusakan oleh cahaya matahari yang kuat pada
kondisi kering, ketika CO2 dihalangi untuk masuk ke daun karena stomata menutup dengan tujuan untuk
menghindari kehilangan air. Oksigen dapat masuk dengan difusi melewati kutikula daun, dan dengan demikian
fotorespirasi dapat dilakukan dan ATP dan NADPH yang dihasilkan oleh proses fotosintesis dapat digunakan.
Sebaliknya, akumulasi dari senyawa kaya energi ini di mana tidak dapat digunakan untuk fotosintesis normal
karena kekurangan CO2 bisa mempengaruhi kloroplas. Hal itu secara aktual telah ditunjukkan dimana
tumbuhan terkondisikan untuk memperkuat penyinaran di bawah kondisi dimana oksigen dicegah untuk masuk
ke daun, tidak dapat memfotosintesis pada kecepatan normalnya ketika hal itu kembali pada kondisi normal.
Ini mengindikasikan bahwa kerusakan permanen pada alat fotosintesis terjadi.
Peran fotorespirasi diperdebatkan namun semua kalangan sepakat bahwa fotorespirasi merupakan
penyia-nyiaan energi. Dari sisi evolusi, proses ini dianggap sebagai sisa-sisa ciri masa lampau (relik).
Atmosfer pada masa lampau mengandung oksigen pada kadar yang rendah, sehingga fotorespirasi tidak terjadi
seintensif seperti masa kini. Fotorespirasi dianggap bermanfaat karena menyediakan CO2 dan NH3 bebas untuk
diasimilasi ulang, sehingga dianggap sebagai mekanisme daur ulang (efisiensi). Pendapat lain menyatakan
bahwa fotorespirasi tidak memiliki fungsi fisiologis apa pun, baik sebagai penyedia asam amino tertentu (serin
dan glisin) maupun sebagai pelindung klorofil dari perombakan karena fotooksidasi.
Sejumlah tumbuhan mengembangkan mekanisme untuk mencegah fotorespirasi. Untuk menekan
fotorespirasi, tumbuhan C4 mengembangkan strategi ruang dengan memisahkan jaringan yang melakukan
reaksi terang (sel mesofil) dan reaksi gelap (sel selubung pembuluh, atau bundle sheath). Sel-sel mesofil
tumbuhan C4 tidak memiliki Rubisco. Strategi yang diambil tumbuhan CAM bersifat waktu (temporal), yaitu
memisahkan waktu untuk reaksi terang (pada saat penyinaran penuh) dan reaksi gelap (di malam hari).
SUMBER
http://blog.ub.ac.id/ervansyah/2012/05/02/rubisco/
http://id.wikipedia.org/wiki/Rubisco
http://luqmanmaniabgt.blogspot.com/2012/07/mekanisme-fotorespirasi.html