Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Mata merupakan satu diantara organ terpenting tubuh manusia di mana
mata memiliki fungsi sebagai indera penglihatan. Jika terjadi kerusakan atau
gangguan pada fungsi dan peran dari mata, maka pengaruhnya sangatlah besar
pada penglihatan. Gangguan penglihatan adalah suatu kondisi yang ditandai
dengan penurunan tajam penglihatan atau menurunnya luas lapangan pandang
yang dapat mengakibatkan kebutaan. Satu diantara banyak kerusakan atau
gangguan pada mata adalah glaukoma. Glaukoma merupakan suatu penyakit
yang terjadi akibat adanya peningkatan tekan intraocular pada mata yang
dapat menggangu penglihatan.
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau
kebirauan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita
glaukoma. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan
bola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapang pandang.
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia.
Terdapat
glaukoma
di
Indonesia
yang
tersebut
dapat
terjadi,
apa
penyebabnya
dan
bagaimana
penanganannya. Itulah yang harus kita pahami, di mana hal itulah yang
nantinya sangat diharapkan oleh masyarakat untuk menekan lajunya angka
kejadian penyakit glaukoma.
2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang
dapat di rumuskan oleh penyusun adalah sebagai berikut.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
2.8.
2.9.
2.10.
2.11.
3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penyusunan makalah
ini adalah :
3.1. Tujuan umum
Mengetahui dan memahami konsep penyakit, pengertian, patofisiologi,
dan tindakan medis yang diberikan pada penyakit glaukoma.
3.2. Tujuan khusus
3.2.1. Mengetahui dan memahami definisi dari penyakit glaukoma.
3.2.2. Mengetahui dan memahami klasifikasi dari penyakit glaukoma.
3.2.3. Mengetahui dan memahami etiologi dari penyakit glaukoma.
3.2.4. Mengetahui dan memahami patofisiologi dari penyakit glaukoma.
3.2.5. Mengetahui dan memahami manifestasi linis dari glaukoma.
3.2.6. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik penyakit
glaukoma.
3.2.7. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan penyakit glaukoma.
3.2.8. Mengetahui dan memahami komplikasi dari penyakit glaukoma.
3.2.9. Mengetahui jurnal yang berkaitan dengan penyakit glaukoma.
3.2.10. Mengetahui dan memahami konsep askep pada penyakit
glaukoma.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1. Definisi Glaukoma
Glaukoma mengacu pada penyakit yang berbeda dalam patofisiologi,
presentasi klinik, dan pengobatannya.Glaukoma umumnya ditandai dengan
kehilangan bidang pandang yang disebabkan oleh kerusakan saraf
optikus.Kerusakan saraf optikus tersebut berhubungan dengan tingkat tekanan
intraocular (IOP), yang terlalu tinggi untuk fungsi saraf optikus yang sesuai
(Brunner & Suddart, 2002).
Glaukoma merupakan sekelompok penyakit mata dengan gambaran
umum TIO yang abnormal tinggi dan bila tidak diterapi, penglihatan terancam
hilang.Pada pemeriksaan oftalmoskopi, lempeng optik tampak tertekan
(cupping) karena kehilangan serabut saraf (At a glance, 2006).
Glaukoma ditandai dengan hilangnya lapangan pandang yang
progresif yang disebabkan oleh kerusakan saraf dari tekanan intraokuler yang
meningkat (Harrison, 2008).
Glaukoma adalah kondisi mata yang biasanya disebabkan oleh
peningkatan
abnormal
tekanan
intraocular
(sampai
lebih
dari
20
Gambar 1.
Mata diisi dengan cairan intraocular, yang mempertahankan tekan
yang cukup pada bola mata untuk menjaga distensinya. Gambar di atas
menggambarkan bahwa cairan ini dapat dibagi atas dua bagian, humor
aqueous yang berada di depan dan di samping lensa, dan cairan humor vitreus,
yang berada diantara lensa dan retina. Humor aqueous adalah cairan yang
mengalir bebas, sedangkan humor vitreus, kadang-kadang disebut sebagai
badan vitreus, adalah sebuah massa dari gelatin, dilekatkan oleh sebuah
jaringan fibriler halus yang terutama tersusun dari molekul protoglikan yang
sangat panjang, substansi-substansi dapat berdifusi secara perlahan-lahan
dalam humor vitreus, tetapi hanya ada sedikit aliran cairan.
Humor aqueous secara terus menerus dibentuk dan direabsorbsi.
Keseimbangan antara pembentukan dan reabsorbsi diatur oleh volume total
dan tekanan cairan intraocular. Pembentukan humor aqueous dilakukan oleh
badan siliar. Humor aqueous dibentuk dalam massa rat-rata 2-3 mikro liter
tiap menit. Pada dasarnya, seluruh cairan ini dibentuk oleh prosesus
siliaris,yang merupakan sebuah lipatan linear yang menghubungkan badan
siliar ke ruang dibelakang iris dimana ligament-ligamen lensa dan otot-otot
siliaris juga melekat pada otot mata. Irisan melintang dari prosesus siliaris dan
hubungan mereka dengan ruangan cairan mata dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Gambar 2
Gambar 3.
10
yang
dilihat
dari
sisi
lateral
mata
dapat
ireguler
dengan
reaksivitasnya
terhadap
cahaya
11
dapat
diberikan
secara
intravena
untuk
12
terjadi
setelah
terbentuknya
membran
pada
glaukoma
13
aliran humor aqueous) adalah bentuk yang paling sering pada glaukoma
mekanisme-kombinasi.
Sedangkan menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia
tahun 2002, glaukoma diklasifikasikan menjadi :
3.5. Glaukoma Primer
Pada glaukoma primer tidak diketahui penyebabnya, didapatkan bentuk :
-
14
bahkan
ada
glaukoma.Penggunaan
yang
mengusulkan
istilah
mydriatic
15
payah; mereka diantar oleh orang lain atau dipapah. Penderita sendiri
memegang kepalanya karena sakit, kadang-kadang pakai selimut. Hal
inilah yang mengelabui dokter umum; sering dikiranya seorang
penderita dengan suatu penyakit sistemik.
Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah
sekian hari penderita tidak bisa bangun, sakit kepala, dan terus
muntah-muntah, nyeri dirasakan di dalam dan disekitar mata.
Penglihatannya kabur sekali dan dilihatnya warna pelangi di sekitar
lampu. Apabila mata diperiksa, ditemukan kelopak mata bengkak,
konjungtiva bulbi yang sangat hiperemik (kongestif), injeksi siliar
dan kornea yang suram. Bilik mata depan dangkal dapat dibuktikan
dengan memperhatikan bilik mata depan dari samping. Pupil tampak
melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis yang hampir
total. Refleks pupil lambat atau tidak ada.
Tajam penglihatan menurun sampai hitung jari. Sebenarnya
dengan tanda-tanda luar ini ditambah dengan anamnesis yang teliti
sudah cukup untuk membuat suatu diagnosis persangkaan yang baik.
Diagnosis baru dapat ditegakkan kalau tekanan bolamata diukur, lalu
didapatkan tinggi sekali. Apabila tidak ada tonometer Schiotz,
terpaksa harus dipakai cara digital. Mereka yang tidak biasa untuk
menafsir tekanan bola mata dengan jari dan merasa ragu-ragu,
dianjurkan untuk membandingkannya dengan mata orang lain atau
mata sendiri.
Walaupun glaukoma akut begitu jelas tanda-tandanya, kadangkadang timbul keragu-raguan pada dokter umum yang sehari tidak
melihat kasus glaukoma akut. Beberapa penyakit mata yang mirip
adalah iritis akut, konjungtiva akut dan penyulit glaukoma akut.
16
Istilah
Chronic
simple
glaucoma
sangat
jelas
17
Miotik :
o Pilokarpin 2-4%, 3-6 kali 1 tetes sehari (membesarkan
pengeluaran cairan mata outflow).
18
Simpatomimetik :
o Epinefrin 0,5 2%, 1-2 kaliI tetes sehari (menghambat
produksi akuos humor).
Beta blocker :
o Timolol maleate 0,25 0,50%, 1-2 kali tetes sehari.
(menghambat produksi akuos humor)
dan apabila
popular
mikroskop.
adalah
trabulektomi.
Pembedahan
ini
memerlukan
19
20
untuk waktu yang cukup lama, ini mengakibatkan perlekatan iris bagian
perifer hingga penyaluran akuos humor terhambat.
sudut
terbuka.Mereka
yang
harus
diobati
dengan
21
4.
Etiologi Glaukoma
Penyebabnya tergantung dari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi pada
umumnya disebabkan karena aliran aqueous humor terhambat yang bisa
meningkatkan tekanan intra okuler. Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah:
4.1. Tekanan Intra Okuli
Sejumlah faktor yang dapat berhubungan dengan timbulnya glaukoma
sudut terbuka primer adalah tekanan bola mata. Hal ini disebabkan karena
tekanan bola mata merupakan salah satu faktor yang paling mudah dan
paling penting untuk meramalkan timbulnya glaukoma di masa mendatang.
Secara umum dinyatakan bahwa tekanan bola mata yang lebih tinggi akan
lebih memungkinkan terhadap peningkatan progresifitas kerusakan diskus
optikus, walaupun hubungan antara
22
4.2. Umur
Faktor bertambahnya umur memunyai peluang lebih besar untuk
menderita glaukoma sudut terbuka primer. Vaughan (1995), menyatakan
bahwa frekuensi padaumur sekitar 40 tahun adalah 0,4%0,7% jumlah
penduduk, sedangkan pada umur sekitar 70 tahun frekuensinya meningkat
menjadi 2%3% dari jumlah penduduk.
Framingham Study dalam laporannya pada tahun 1994 menyatakan
bahwa populasi glaukoma adalah sekitar 0,7% pada penduduk yang berusia
5264 tahun, meningkat menjadi 1,6% pada penduduk yang berusia 6574
tahun, dan 4,2% pada penduduk yang berusia 7585 tahun (Sidarta Ilyas,
2007)
23
terbuka primersebesar 9,2 kali pada seseorang yang memiliki kerabat dekat
yang menderita glaukoma sudut terbuka primer (Darling, 1996)
Glaukoma disebabkan oleh penyumbatan sistem drainase humor akueous
dalam trabecular yang menyebabkan kenaikan tekanan intraocular. Glaukoma
juga dapat terjadi sekunder karena kelainan lainnya yang mengenai bola mata.
Penyebab glaukoma sekunder yang sering ditemukan adalah diabetes, inflamasi
atau cidera pada mata, dan penggunaan obat seperti kortikosteroid yang
berlebihan (Sembulingam, 2013).
Glaukoma biasanya disebabkan oleh obstruksi aliran akueous humor keluar
dari ruang mata. Glaukoma penutupan sudut akut disebabkan oleh obstruksi
aliran secara mendadak melalui sudut antara kornea dan iris yang dapat terjadi
pada infeksi atau cedera, atau bahkan tanpa alasan yang jelas. Sebaliknya
glaukoma sudut terbuka primer terjadi lebih bertahap, biasanya terjadi akibat
fibrosis yang berhubungan dengan usia disudut tersebut atau obstruksi bertahap
saluran lain yang berperan dalam aliran akueous humor. Pada kasus tersebut
terdapat peningkatan progresif tekanan intraocular. Kadang-kadang peningkatan
produksi akueous humor dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular.
Faktor risiko glaukoma adalah usia (>80 tahun), riwayat keluarga positif,
24
berasal dari Karibia-Afrika, kornea tipis, miopia, dan mutasi genetik (Elizabeth
Corwin, 2009).
5.
Patofisiologi Glaukoma
Patofisiologi peningkatan tekanan intraocular baik disebabkan oleh
mekanisme sudut terbuka atau sudut tertutup-akan dibahas sesuai pembahasan
masing-masing penyakit tersebut. Efek peningkatan tekanan intraokular di
dalam mata ditemukan pada semua bentuk galukoma, yang manifestasinya
dipengaruhi oleh perjalanan waktu dan besar peningkatan tekanan intraokular.
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi
sel ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti
bagian dalam retinadan berkurangnya akson di saraf optikus. Diskus optikus
menjadi atrofik, disertai pembesaran cekungan optikus. Iris dan korpus siliare
juga menjadi atrofik, dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.
Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intraokular mencapai 60-80 mmHg,
sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai edema kornea
(Vaughan,2009).
Tingkat tekanan intraocular tergantung pada keseimbangan antara
produksi dan eksresi aqeous humor. Mekanisme utama penurunan penglihatan
pada glaukoma adalah apoptosis sel ganglion retina yang menyebabkan
penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti-dalam retina serta berkurangnya
akson di nervus optikus. Diskus optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran
cawan optik.
Efek peningkatan tekanan intraokular dipengaruhi oleh perjalanan waktu
dan besar peningkatan tekanan intraokular. Pada glaukoma sudut tertutup akut,
tekanan intraokular mencapai 60-80 mmHg, menimbulkan kerusakan iskemik
akut pada iris yang disertai edema kornea dan kerusakan nervus optikus. Pada
glaukoma sudut terbuka primer, tekanan intraokular biasanya tidak meningkat
lebih 30 mmHg dan kerusakan sel ganglion terjadi setelah waktu yang lama,
25
sering setelah beberapa tahun. Pada glaukoma tekanan normal, sel-sel ganglion
retina mungkin rentan mengalami kerusakan akibat tekanan intraokular dalam
kisaran normal, atau mekanisme kerusakannya yang utama mungkin iskemia
caput nervi optiki (Brunner & Suddart,2002).
Humor akuos berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen untuk
organ di dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan kornea,
disamping itu juga berguna untuk mengangkut zat buangan hasil metabolisme
pada kedua organ tersebut. Adanya cairan tersebut akan mempertahankan
bentuk mata dan menimbulkan tekanan dalam bola mata/tekanan intra okuler.
Tekanan intraokuler inilah yang berperan dalam terjadinya glaukoma sehingga
menimbulkan kerusakan pada saraf optik. Humor akuos diproduksi oleh badan
silier, masuk ke dalam bilik mata belakang kemudian mengalir ke bilik mata
depan melalui pupil. Setelah sampai ke bilik mata depan humor akuos akan
meninggalkan bola mata melalui suatu bangunan yang disebut trabekulum yang
terletak di sudut iridokornea. Keseimbangan antara produksi dan pengeluaran/
pembuangan humor akuos inilah yang menentukan jumlah humor akuos di
dalam bola mata. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan
yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi
peningkatan tekanan (Natina, 2001).
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf
optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf
optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus
mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang
mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang
pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan
kebutaan.
Tekanan intraokular dipertahankan oleh produksi dan pengaliran humor
aqueous yang terus menerus di rongga interior. Cairan yang terbentuk di dalam
badan siliar mata mengalir diantara ligament atau penggantung lensa, kemudian
26
melintasi pupil, lalu masuk ke dalam bilik mata depan (ruang antara kornea dan
iris), selanjutnya cairan mengalir pada sudut antara kornea dan iris melalui
jaringan laba-laba yang terbuka sangat kecil yang disebut trabekular. Akhirnya
cairan masuk melalui schlemn ke dalam vena-vena ekstraokular.
Pada mata normal tekanan intraokular tetap konstan dan bervariasi dalam
rentang 2 mmHg.Tekanan intraokular normal kurang lebih 15 mmHg dengan
rentangan 12-20 mmHg. Glaukoma dapat terjadi bila ada hambatan dalam
pengaliran humor aqueous yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular.
Bila tekanan terus meningkat dapat mengakibatkan iskemik dan matinya
neuron-neuron mata sehingga mengakibatkan degenerasi nervus optikus dan
berakhir dengan hilangnya penglihatan sampai pada kebutaan (James,Chris dan
Bron,2005 ).
6.
27
penderita sulit melihat benda-benda yang terletak disisi lain ketika penderita
melihat lurus kedepan (disebut penglihatan terowongan). Glaukoma sudut
terbuka mungkin baru menimbulkan gejala setelah terjadinya kerusakan yang
tidak dapat diperbaiki.
28
merah. Pupil melebar dan tidak mengecil jika diberi sinar yang terang.
Sebagian besar gejala akan menghilang setelah pengobatan, tetapi serangan
tersebut bisa berulang. Setiap serangan susulan akan semakin mengurangi
lapang pandang penderita.
Infeksi
Tumor
7.
Pemeriksaan Diagnostik
7.1. Tonometri
Tonometri
adalah
istilah
generik
untuk
pengukuran
tekanan
29
7.2. Gonioskopi
Sudut kamera anterior dibentuk oleh taut antara kornea perifer dan iris,
yang diantaranya terdapat jalinan trabekular.konfigurasi sudt ini-yakni
apakah lebar (terbuka), sempit, atau tertutup-menimbulkan dampak penting
pada aliran keluar humor akueus. Lebar sudut kamera anterior dapat
diperkirakan dengan pencahayaan oblik kamera anterior dengan sebuah
senter tangan atau dengan pengamatan kedalaman kamera anterior perifer
dengan slitlamp, tetapi sebaiknya ditentukan dengan gonioskopi, yang
memungkinkan
visualisasi
langsung
struktur-struktursudut.
Apabila
keseluruhan jalinan trabekular, taji sklera, dan prosesus iris dapat terlihat,
sudut ditanyakan terbuka. Apabila hanya garis schwalbe atau sebagian kecil
30
dari jalinan trabekular yang dapat terlihat, sudut dikatakan sempit. Apabila
garis schwalbe tidak terlihat, sudut tertutup.
Faktor-faktor yang menentukan konfigurasi sudut kamera anterior
adalah bentuk kornea-mata miop besar memiliki sudut lebar dan mata
hipermetropik kecil memiliki sudut sempit. Pembesaran lensa seiring dengan
usia cenderung mempersempit sudut. Mata miopik yang besar memiliki
sudut lebar dan mata hiperopik kecil memiliki sudut sempit. Pembesaran
lensa seiring dengan usia mempersempit sudut ini. Hal ini mungkin yang
menyebabkan meningkatnya insiden glaukoma sudut tertutup.
Mata miopik memiliki sudut kamera anterior yang lebar dan mata
hiperopik memiliki sudut yang relatif sempit. Pembesaran lensa seiring
dengan usia cenderung mempersempit sudut.
31
apabila
digunakan
cahaya
bebas-merah
dan
32
penglihatan
sentral
bukan
merupakan
indeks
7.5. Biomikroskopi
Digunakan untuk menentukan kondisi segmen anterior mata, dengan
pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah glaukomanya merupakan glaukoma
primer atau sekunder (Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, 2002).
7.6. Oftalmoskopi
Merupakan pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan saraf
optik berdasarkan penilaian bentuk saraf optik menggunakan alat
oftalmoskop direk (Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, 2002).
33
7.8. Perimetri.
Alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang pandangan
yang disebabkan oleh kerusakan saraf optic (Perhimpunan Dokter Spesialis
Mata Indonesia, 2002).
8.
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan glaukoma adalah menurunkan TIO ke tingkat yang
konsisten dengan mempertahankan penglihatan. Penatalaksanaan bisa berbeda
bergantung pada klasifikasi penyakit dan responnya terhadap terapi. Terapi
obat, pembedahan laser, pembedahan konvensional dapat dipergunakan untuk
mengontrol kerusakan progresif yang diakibatkan oleh glaukoma.
Farmakoterapi
Terapi obat merupakan penanganan awal dan utama untuk penangnan
glaukoma sudut-terbuka primer. Meskipun program ini dapat diganti, terapi
diteruskan seumur hidup. Bila terapi ini gagal menurunkan TIO dengan
adekuat, pilihan berikutnya pada kebanyakan pasien adalah trabekuloplasti
laser dengan pemberian obat tetap dilanjutkan. Beberapa pasien memerlukan
trabekulotomi. Namun pembedahan laser atau insisional biasanya merupakan
ajuan bagi terapi obat dan bukannya menggantikannya.
Glaukoma penutupan-sudut akut dengan sumbatan pupil biasanya jarang
merupakan kegawatan bedah. Obat digunakan untuk mengurangi TIO
sebanyak mungkin sebelum iridektomi laser atau insisional. Pada beberapa
kasus, hanya obat saja yang dapat menghentikan serangan, namun terdapat
34
glaukoma
sekunder
ditujukan
untuk
kondisi
yang
35
menggunakan
obat
ini
dapat
mengurangi
efek
samping
tertarik
manjauhi
jaring-jaring
trabekula.
Perubahan
ini
Anhidrase
Karbonat.
Inhibitor
anhidrase
inhibitor,
mis.
36
Obat-obat
antikolinesterase
irreversibel
merupakan
obat
37
intraokular yang dapat terjadi adalah edema makula sistoid pada afakik dan
vasokonstriksi ujung saraf optikus. Dipivefrin adalah suatu produk epinefrin
yang dimetabolisasi secara intraokular menjadi bentuk aktifnya. Epinefrin
dan dipevefrin jangan digunakan untuk mata dengan sudut kamera anterior
sempit.
Penurunan volume korpus vitreum dengan obat-obat hiperosmotik
menyebabkan darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik keluar dari
korpus vitreum dan terjadi penciutan korpus vitreum. Selain ini, juga terjadi
penurunan produksi humor akueus. Penurunan volume korpus vitreum
bermanfaat dalam pengobatan glaukoma sudut tertutup akut dan glaukoma
maligna yang menyebabkan pergeseran lensa kristalina ke depan (disebabkan
oleh perubahan volume korpus vitreum atau koroid) dan menyebabkan
penutupan sudut (glaukoma sudut tertutup sekunder).
Gliserin (gliserol) oral, 1 mL/kg berat dalam suatu larutan 50% dingin
dicampur denngan sari lemon, adalah obat yang paling sering digunakan,
tetapi pemakaiannya pada pengidap diabetes harus berhati-hati. Pilihan lain
adalah isosorbin oral dan urea atau manitol intravena.
Miotik, Miadriatik, dan Sikloplegik. Konstriksi pupil sangat penting dalam
penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup akut primer dan pendesakan sudut
pada iris plateau. Dilatasi pupil penting dalam pengobatan penutupan sudut
akibat iris bombe karena sinekia posterior. Apabila penutupan sudut
disebabkan oleh pergeseran lensa ke anterior, sikloplegik (siklopntolat dan
atropin) dapat digunakan untuk melemaskan otot siliaris sehingga
mengencangkan aparatus zonularis dalam usaha untuk menarik lensa ke
belakang.
38
glaukoma, atau bisa juga dipergunakan bila terapi obat tidak bisa ditoleransi,
atau tidak dapat menurunkan TIO dengan adekuat. Laser dapat digunakan
pada berbagai prosedur yang berhubungan dengan penanganan glaukoma.
Bedah Konvensional
Prosedur bedah konvensional dilakukan bila teknik laser tidak berhasil,
atau peralatan laser tidak tersedia, atau bila pasien tidak cocok untuk
dilakukan bedah laser (mis.Pasien yang tak dapat duduk diam atau mengikuti
perintah). Prosedur filtrasi rutin berhubungan dengan keberhasilan penurunan
TIO pada 80 sampai 90% pasien.
Trabekulektomi(prosedur filtrasi)
Dilakukan untuk menciptakan saluran pengaliran baru melalui sklera.
Dilakukan dengan melakukan diseksi flap ketebalan setengah (half-tickness)
sklera dengan engsel di limbus. Satu segmen jaringan trabekula diangkat,flap
sklera ditutup kembali, dan konjungtiva dijahit rapat untuk mencegah
kebocoran cairan aqueus. Trabekulektomi meningkatkan aliran keluar humor
aqueus dengan memintas struktur pengaliran yang alamiah. Ketika cairan
mengalir melalui saluran baru ini, akan terbentuk bleb (gelembung). Dapat
diobservasi pada pemeriksaan konjungtiva. Komplikasi setelah prosedur
filtrasi meliputi hipotoni (TIO rendah yang tidak normal), hifema (darah di
kamera anterior mata), infeksi, dan kegagalan filtrasi.
Prosedur seton
Prosedur seton meliputi penggunaan berbagi alat pintasan aqueus sintetis
untuk menjaga kepatenan fistula pengaliran. Tabung terbuka diimplantasi ke
kamera anterior dan menghubungkan dengan medan pengaliran epis-klera.
Alat ini paling sering digunakan pada pasien dengan TIO tinggi, pada mereka
yang berisiko tinggi terhadap pembedahan, atau mereka yang prosedur
39
Trabekuloplasti Laser
Penggunaan laser (biasanya argon) untuk menimbulkan luka bakar
melalui suatu goniolensa ke jalinan trabekular dapat mempermudah aliran
keluar humor akueus karena efek luka bakar tersebut pada jalinan trabekular
dan
kanalis
Schlemm
serta
terjadinya
proses-proses
selular
yang
Pengobatan
dapat
diulang.
Penelitian-penelitian
terakhir
40
Tindakan Siklodestruktif
Kegagalan terapi medis dan bedah dapat menjadi alasan untuk
mempertimbangkan tindakan destruksi korpus siliaris dengan laser atau
bedah
untuk
mengontrol
tekanan
intraokular.
Krioterapi,
diatermi,
41
dapat diberikan
42
khususnya
perawat,
dapat
membantu
meraka
yang
sulit
43
disekitar lampu pada malam hari, pendaran cahaya dan benda mengapung pada
lapang penglihatan.
Karena penanganan glaukoma lebih berupa kontrol dan bukannya
penyembuhan, maka biasanya berupa penatalaksanaan seumur hidup.
Pemeriksaan tindak lanjut sangat penting untuk menentukan keefektifan
terapi,untuk memantau TIO, dan mengkaji lapang penglihatan dan diskus
optikus. Frekuensi kunjungan tindak lanjut bergantung pada tingkat dan
stabilitas TIO dan luasnya kerusakan yang telah ditimbulkan. Pasien yang baru
saja didiagnosis , atau yang mengalami peningkatan TIO sangat tinggi dan
fluktuasi yang tajam dari satu kunjungan ke kunjungan lain, cupping kaput saraf
optikus ekstesif atau hilangnya lapang penglihatan, atau hanya satu mata yang
berfungsi, memerlukan pemeriksaan yang lebih sering.
Penjelasan diberikan mengenai pentingnya pemeriksaan tindak lanjut yang
tepat waktu. Mungkin sangat membantu pasien bisa mengetahui mengapa uji
diagnostik dilakukan dan apa arti temuan yang didapatkan.
Memelihara kesehatan yang baik dan membatasi stress mempunyai efek
positif pada tekanan mata. Mempertahankan nutrisi yang baik dan pembatasan
garam, menghindari asupan cairan yang berlebihan, menjaga berat badan yang
memadai, berolahraga, dan menyempatkan waktu untuk rekreasi dan relaksasi
akan sangat membantu. Berbagi perasaan dan keprihatinan dengan anggota
keluarga dan sahabat atau berbincang dengan pasien lain dengan glaukoma
sangat berguna dalam mempelajari bgaimana hidup dengan kondisi ini (Natina,
2001).
44
orang berusia diatas 35 tahun, tonometri perlu dilakukan dan tekanan mata
perlu dikaji setelah itu.
Keprihatinan utama pemberi perawatan kesehatan yang memberi perawatan
pada pasien glaukoma adalah kecenderungan pasien ini untuk menghentikan
pemberian tetes matanya, mengatakan bahwa tetes mata itu tidak bermanfaat.
Mereka harus dibantu untuk memahami bahwa tetes mata akan menjaga
glaukoma supaya tidak memberat. Penghentian obat akan memungkinkan
glaukoma berlangsung secara insidius sampai terjadi kebutaan. Masalah lain
yang sering dialami oleh manula seperti arthritis, kesepian dan depresi,
konstipasi (mengejan saat buang air besar), dan potensial jatuh dan menderita
kecelakaan harus di perhitungkan ketika memberi perawatan bagi pasien dengan
glaukoma (Natina, 2001).
9.
Komplikasi
-
Glaukoma kronis
Penatalaksanaan yang tidak adekuat dapat menyebabkan perjalanan progresif
dari glaukoma yang lebih parah.
Sinekia anterior
Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekular
(sinekia anterior) sehingga menimbulkan sumbatan irreversible sudut kamera
anterior dan menghambat aliran akueous humor terhambat.
Katarak
Glaukoma pada keadaan tekananan bola mata yang sangat tinggi maka akan
terjadi gangguan permeabilitas kapsul lensa sehingga terjadi kekeruhan lensa.
45
Kebutaan
Kontrol tekanan intraokuler yang buruk, akan menyebabkan semakin
rusaknya saraf optik dan semakin menurunnya visus hingga terjadi kebutaan
10.
46
Penurunan tekanan intraokuler pasca bedah katarak pada kelompok sudut bilik
mata depan tertutup dan terbuka
Penelitian ini dilakukan oleh Rakhma Indria Hapsari, Andika Prahasta,
dan Sutarya Enus pada tahun 2013 di Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung.Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan
penurunan TIO pascabedah katarak pada kelompok sudut BMD tertutup dan
terbuka. Penelitian ini menggunakan desain pre-post test,
untuk
pascabedah.
Penilaian
TIO
pra
dan
pascabedah
dilakukan
Simpulan,
fakoemulsifikasi
lebih
perbedaan
besar
penurunan
pada
TIO
kelompok
pascabedah
sudut
BMD
katarak
tertutup
47
penelitian ini adalah pasien glaukoma primer sudut terbuka Unit Rawat Jalan
bagian Mata RSUP. dr. Kariadi, Semarang.
Penelitian ini dilakukan pada bulan MeiJuni 2008. Jumlah sampel
penelitian 50 orang dan telah memenuhi kriteria penelitian. Data dianalisa
dengan menggunakan program SPSS 15.0 for windows. Uji yang digunakan
Mann-Whitney. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang
bermakna penurunan TIO antara penggunaanmonotherapytimolol maleat 0,5
% dengan combination therapytimolol maleat0,5 % dan diamox dengan nilai
p=0,027 (p<0,05).Kesimpulan : combination therapytimolol maleat dan
diamox menurunkan TIO lebih besar dibandingkan timolol maleat 0,5 %
dipakai hanya sebagai monotherapy.
48
49
50
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan
dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan / Cairan : Mual, muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap
(katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi
sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea
berawan. Peningkatan air mata.
d. Nyeri / Kenyamanan : Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma
skronis). Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar
mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat keluarga : glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan
tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin.
Riwayat Okular :Tanda peningkatan TIO : nyeri tumpul, mual, muntah,
pandangan kabur, Pernah mengalami infeksi : uveitis, trauma,
pembedahan.
Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
51
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan
dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau
penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa
tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau
glaukoma.
c. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25
mmHg)
d. Pengukuran gonioskopi : Membantu membedakan sudut terbuka dari
sudut tertutup glaukoma.
e.
f.
lempeng
optik,
papiledema,
perdarahan
retina,
dan
mikroaneurisma.
g.
h.
EKG,
kolesterol
serum,
dan
pemeriksaan
lipid:
Memastikan
aterosklerosisi,PAK.
i.
Kriteria hasil :
52
pasien
mendemonstrasikan
pengetahuan
akan
penilaian
pengontrolan nyeri
-
Intervensi
Rasional
glaukoma
umumnya
sangat
parah
Terangkan penyebab nyeri dan faktor/ Penyebab munculnya nyeri adalah peningkatan
tindakan yang dapat memicu nyeri.
Batuk
Menunduk/
kepala
lebih
rendah
dari
pinggang
Anjurkan
klien
untuk
Hubungan seks
Secara
kolaboratif,
berikan
obat Analgetik
berfungsi
untuk
meningkatkan
53
analgetik.
ambang
nyeri.
Biasanya
analgetik
yang
menurunkan
sensasi
nyeri
dan
Intervensi
Rasional
Identifikasi
alternatif
lingkungan
optimalisasi penglihatan :
-
54
rawat.
-
lingkungan.
penggunaan
lingkungan
alternatif
yang
dapat
Intervensi
Rasional
pengetahuan,
dan
penurunan
lapang
pandang
55
Orientasikan
tentang
yang dialami klien, prognosis, dan Jangan memberikan keamanan palsu seperti
tahapan perawatan yang akan mengatakan penglihatan akan pulih atau nyeri
dijalani klien.
Berikan kesempatan pada klien Menimbulkan rasa aman dan perhatian bagi klien.
untuk
bertanya
penyakitnya.
dalam
perawatan
maupun
mengorientasikan
riwayat
kesehatan,
Bantu
klien
mengekspresikan Memberi
kesempatan
dan
klien
pendapat
untuk
dan
berbagi
menurunkan
ketegangan pikiran.
pada
penyakit
dan
56
d.
realistik
sebagai
konsekuensi
pasien
menyatakan
pemahaman
kondisi,
prognosis,
dan
pengobatan.
-
Intervensi :
-
57
Dorong menghindari
aktivitas,seperti
mengangkat
berat/men
Intervensi
Rasional
bahwa
penglihatan tidak terjadi secara operasi dan memberikan harapan akan hasil
langsung, tetapi bertahap sesuai operasi.
penurunan bengkak pada mata dan
perbaikan
kornea.
Perbaikan
58
Obyektif :
-
Intervensi
Rasional
kerjasama
dan
pembatasan
diperlukan.
Tempatkan klien pada tempat tidur yang Istirahat mutlak diberikan 12-24 jam pasca operasi.
lebih
rendah
dan
anjurkan
untuk
yang
59
Bantu aktifitas selama fase istirahat. Mencegah/ menurunkan risiko komplikasi cedera.
Ambulasi dilakukan dengan hati-hati.
yang
dapat
meningkatkan
TIO
dan
Batuk
Amati kondisi mata : luka menonjol, bilik Berbagai kondisi seperti luka menonjol, bilik mata depan
mata depan menonjol, nyeri mendadak, menonjol, nyeri mendadak, hiperemia, serta hipopion
nyeri
yang
tidak
berkurang
60
Intervensi
Rasional
Anjurkan pada klien untuk tidak melakukan Beberapa kegiatan klien dapat meningkatkan nyeri
gerakan tiba-tiba yang dapat memicu nyeri.
Lakukan
tindakan
kolaboratif
nyeri.
61
Kriteria hasil ;
-
Rasional
dianjurkan
untuk
istiraht
dan pembatasan aktivitas selama fase ditempat tidur pada 2-3 jam peratama
pascaoperasi
Bantu
klien
untuk
klien
dalam
aktivitas
aktivitas
tersebut
tidak
dilakukan
dengan
4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang dibuat.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil akhir yang diharapkan. Berdasarkan beberapa diagnosa
yang mungkin muncul, maka evauluasi yang diharapkan adalah :
-
62