Anda di halaman 1dari 41

KALIMAT EFEKTIF

PENGANTAR
Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi manusia
dalam kehidupannya. Beragam gagasan yang ingin
disampaikan di konsep terlebih dahulu dalam otak atau
pikiran. Entah itu ide kreatif, sanggahan, basa-basi, emosi
atau sasaran yang lain. Melalui bahasa, komunikasi akan
berjalan dua arah sehingga timbul saling pengertian di
antara dua pihak.
Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki
seseorang pada praktiknya harus dituangkan ke dalam
bentuk kalimat. Kalimat yang baik pertama kali haruslah
memenuhi persyaratan gramatikal. Hal ini, berarti kalimat
itu harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang
berlaku. Namun, penguasaan bahasa itu tidak hanya
mencakup persoalan kaidah-kaidah bahasa itu, seperti
sintaksis misalnya, tapi juga mencakup aspek-aspek yang
lain.

Aspek penguasaan bahasa itu meliputi penguasaan


aktif sejauh kosakata bahasa, penguasaan kaidah-kaidah
sintaksis secara aktif, mampu menemukan gaya yang
paling cocok untuk mengemukakan gagasan, dan tingkat
penalaran yang dimiliki seseorang.
Kalimat yang benar dan jelas dengan mudah
dipahami orang lain secara tepat. Keefektifan sebuah
kalimat menjadi persoalan bagaimana sebuah kalimat
dapat secara tepat mewakili isi pikiran atau perasaan
seseorang, dan bagaimana kalimat itu dapat disajikan
secara segar, hidup, dan sanggup menarik perhatian
pembaca atau pendengar terhadap apa yang dibicarakan.
Hal ini berarti kalimat efektif harus disusun secara sadar
untuk

mencapai

daya

informasi

penggagas terhadap pembacanya.

II. PENGERTIAN

yang

diinginkan

1. Kalimat

efektif

adalah

kalimat

yang

dapat

mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat


dan dapat dipahami secara tepat pula :
Contoh tidak efektif :
1. diambil dari sebuah tiket bus.
2. Diambil dari sebuah majalah.
Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen
supaya melaporkan kepada kami.

Kalimat ini kurang jelas maksudnya , ada bagian


yang dihilangkan atau tidak sejajar. Siapakah yang
diminta supaya melaporkan kepada kami, ternyata
imbauan ini untuk para penumpang yang membeli tiket di
agen. Jika demikian, kalimat ini perlu diubah menjadi
Jika bus ini mengambil penumpang-penumpang di
luar agen, Anda diharap melaporkannya kepada kami.

2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas


sehingga dapat dengan mudah dipahami orang lain
secara tepat.
Penjelasan :
Kalimat yang baik pertama kali haruslah memenuhi
persyaratan gramatikal. Berarti, kalimat itu harus disusun
berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku meliputi :
1. Unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap
kalimat.
2. Aturan-aturan tentang EYD.
3. Cara memilih kata dalam kalimat (diksi).
Kelengkapan

unsur

sebuah

kalimat

sangat

menentukan kejelasan sebuah kalimat.


Oleh sebab itu, sebuah kalimat harus memiliki paling
kurang subjek dan predikat. Kalimat yang lengkap ini

harus ditulis sesuai dengan aturan-aturan EYD, kata-kata


yang dipergunakan dalam membentuk kalimat tadi
haruslah dipilih dengan tepat. Dengan demikian kalimat
menjadi jelas maknanya.

3. Kalimat

efektif

adalah

kalimat

yang

dapat

mengungkapkan gagasan pemakainya secara lugas


( tidak berbelit-belit, tidak mengobral kata, dan tidak
menimbulkan makna ganda ) sehingga isi atau
maksud yang disampaikan oleh si pembaca dapat
ditangkap secara tepat pula oleh si penerima.

4. Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki


kemampuan untuk mengungkapkan gagasan penulis
sehingga pendengar atau pembaca dapat memahami
gagasan

yang

terungkap

dalam

kalimat

sebagaimana gagasan yang dimaksud oleh penulis.

itu

5. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili


gagasan-gagasan pembicara / penulis secara tepat dan
sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya
dengan gagasan-gagasan pembicara / penulis itu
dalam pikiran pendengar / pembaca.

III. FUNGSI
1. Untuk menghindari salah paham dalam komunikasi.
2. Menghasilkan bahasa yang dihasilkan lebih hidup,
segar, mudah ditangkap dan dipahami.
IV. CIRI-CIRI
Agar kalimat yang ditulis dapat memberi informasi
kepada pembaca secara tepat seperti yang diharapkan
oleh penulis, perlu diperhatikan beberapa hal yang
merupakan ciri-ciri kalimat efektif, yaitu:
1. Kesepadanan dan Kesatuan.

Syarat kalimat efektif haruslah mempunyai struktur yang


baik. Artinya, kalimat itu harus memiliki unsur-unsur
subjek dan predikat, atau bisa ditambah dengan objek,
keterangan, dan unsur-unsur subjek, predikat, objek,
keterangan, dan pelengkap, melahirkan keterpautan arti
yang merupakan ciri keutuhan kalimat.
Contoh: Ibu menata ruang tamu tadi pagi.
SPOK
Dari contoh tersebut, kalimat ini jelas maknanya,
hubungan antar unsur menjadi jelas sehingga ada
kesatuan bentuk yang membentuk kepaduan makna. Jadi,
harus ada keseimbangan antara pikiran atau gagasan
dengan struktur bahasa yang digunakan.
Pada umumnya dalam sebuah kalimat terdapat satu ide
yang hendak disampaikan serta penjelasan mengenai ide
tersebut. Hal ini perlu ditata dalam kalimat secara cermat
agar informasi dan maksud penulis mencapai sasarannya.

Untuk mencapai maksud ini, ada ciri kesepadanan yang


harus diperhatikan:

1.

Subjek dan Predikat.

Subjek di dalam kalimat merupakan unsur inti atau pokok


pembicaraan. Subjek dapat kata atau kelompok kata.
Kadang-kadang

kata-kata

yang

berfungsi

sebagai

kelompok kata ini didampingi oleh kata-kata lain yang


tugasnya memperjelas subjek.
Predikat adalah kata yang berfungsi memberitahukan apa,
mengapa, atau bagaiman subjek itu. Sedangkan objek
merupakan pelengkap predikat. Obyek hanya ada terdapat
pada kalimat yang mempunyai predikat kata kerja.
Predikat (di, kepada, untuk, yang) yang ada sebelum
subyek atau predikat tidak dapat dikatakan kedudukannya
sebagai subyek atau predikat, karena fungsinya menjadi

tidak jelas sehingga tak dapat dikatakan sebagai kalimat


yang padu.
Contoh: - Kepada para mahasiswa diharap mendaftarkan
diri di sekretariat. (salah)
- Para mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di
sekretariat. (benar)
- Uang untuk membeli obat. (salah)
- Uang untuk membeli obat dipakai kakak. (benar)
2.

Kata penghubung intrakalimat dan antarkalimat.


Konjungsi

intrakalimat

adalah

konjungsi

yang

menghubungkan kata dengan kata dalam sebuah frase


atau menghubungkan klausa dengan klausa di dalam
sebuah kalimat.
Contoh: - Kami semua bekerja keras, sedangkan dia
hanya bersenang-senang. (disebut kalimat setara
karena konjungsi berada diantara kedua klausa)

- Jika semua anggota bekerja sesuai dengan petunjuk,


proyek ini akan berhasil dengan baik. (disebut
kalimat majemuk bertingkat karena konjungsi
berada sebelum anak kalimat atau di muka klausa
sebelum anak kalimat).
Konjungsi kalimat yaitu konjungsi yang menghubungkan
kalimat yang satu dengan kalimat yang lain di dalam
sebuah paragraf.
Contoh : - Dia sudah berkali-kali tidak menepati janjinya
padaku. Karena itu, aku tidak mempercayainya
lagi.
3. Gagasan pokok
Biasanya gagasan pokok diletakkan pada bagian depan
kalimat. Jika hendak menggabungkan dua kalimat, maka
harus ditentukan mana yang mengandung gagasan pokok
yang menjadi induk kalimat.

Contoh : Ia ditembak mati ketika masih dalam tugas


militer.
( induk kalimat )
4. Penggabungan dengan yang, dan.
Jika dua kalimat digabungkan dengan partikel dan,
maka hasilnya kalimat majemuk setara. Jika dua kalimat
digabungkan
menghasilkan

dengan
kalimat

partikel

yang

majemuk

maka

bertingkat,

akan
artinya

kalimat itu terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat.


5. Penggabungan menyatakan sebab dan waktu.
Hubungan sebab dinyatakan dengan menggunakan kata
karena, sedangkan hubungan waktu dinyatakan dengan
kata ketika agar dicapai efektivitas komunikasi. Yang
perlu

diperhatikan

adalah

pilihan

penggabungan

hubungan waktu dan hubungan sebab harus sesuai dengan


konteks kalimat.

6. Penggabungan kalimat yang menyatakan hubungan


artikel dan hubungan tujuan.
Dalam

menggabungkan

kalimat

perlu

dibedakan

penggunaan partikel sehingga untuk menyatakan


hubungan akibat, dan partikel agar atau supaya untuk
menyatakan hubungan tujuan.
Contoh : - Semua peraturan telah ditentukan sehingga
para mahasiswa tidak bertindak sendiri-sendiri.

Semua peraturan telah ditentukan agar para


mahasiswa tidak bertindak sendiri-sendiri.

2. Kesejajaran (Paralelisme)
Yang

dimaksud

paralelisme

dalam

kalimat

ialah

penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau


konstruksi bahasa yang sama yang dipakai dalam susunan
serial. Jika sebuah gagasan dalam kalimat dinyatakan

dengan frase. Jika sebuah gagasan dalam kalimat


dinyatakan dengan kata benda (pe-an, ke-an) atau kerja
(me-kan, di-kan), makna gagasan lain yang sederajat juga
harus dinyatakan dengan kata benda atau kata kerja,
sehingga dapat mendukung keefektifan kalimat.
Contoh : - Penyakit alzheimer alias pikun adalah satu segi
usia

tua

yang

membahayakan

paling
sebab

mengerikan
pencegahan

dan
dan

pengobatannya tidak ada yang tahu.

George menimang mesra si cilik Welson,


menyanyikan

lagu,

mengajak

bicara,

mengajak bercanda sampai keajaiban itu


mulai timbul.

3. Penekanan dalam kalimat


gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh
pembicara biasanya dilakukan dengan memperlambat

ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada bagian


kalimat tadi. Dalam penulisan ada berbagai cara untuk
memberikan penekanan yaitu :
1. posisi dalam kalimat
Untuk

memberikan

penekanan

dalam

kalimat,

biasanya dengan menempatkan bagian itu di depan


kalimat. Pengutamaan bagian kalimat selain dapat
mengubah urutan kata juga dapat mengubah bentuk kata
dalam kalimat.
Contoh : - Salah satu indikator yang menunjukkan tak
efesiennya Pertamina, menurut pendapat Prof. Dr.
Herman Yohanes adalah rasio yang masih timpang
antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi
minyak.
- Rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai
Pertamina dengan produksi minyak adalah salah
satu indikator yagn menunjukkan tidak efisiennya

Pertamina. Demikian pendapat Prof. Dr. Herman


Yohanes.
2. Urutan yang logis
Sebuah kalimat biasanya memberikan sebuah kejadian
atau peristiwa. Kejadian yang berurutan hendaknya
diperhatikan agar urutannya tergambar dengan logis.
Urutan yang logis dapat disusun secara kronologis,
dengan penataan urutan yang makin lama makin penting
atau dengan menggambarkan suatu proses.
Contoh : - Kehidupan anak muda itu sulit dan tragis.

3. Pengulangan kata

Pengulangan kata dimaksudkan memberi penegasan pada


bagian ujaran yang dianggap penting agar kalimat
menjadi jelas.
Contoh : - Pembangunan dilihat sebagai proses yang
rumit dan mempunyai banyak dimensi, tidak hanya
berdimensi ekonomi tetapi juga dimensi politik, dimensi
sosial, dan dimensi budaya.

4. Kehematan
Kehematan yang dimaksud berupa kehematan dalam
pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap
tidak diperlukan. Kehematan itu menyangkut soal
gramatikal dan makna kata. Tidak berarti bahwa kata
yang menambah kejelasan kalimat boleh dihilangkan.
Berikut

unsur-unsur

penghematan

diperhatikan:
1. Frase pada awal kalimat

yang

harus

Contoh : sulit untuk menentukan diagnosa jika


keluhan hanya berupa sakit perut, menurut para
ahli bedah.
2. Pengurangan subyek kalimat
Contoh: - Hadirin serentak berdiri setelah mereka
mengetahui

mempelai

memasuki

ruangan.

(salah)

Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui


mempelai memasuki ruangan. (benar)

3. Hiponimi
Dalam bahasa ada kata yang merupakan bawahan
makna kata atau ungkapan yang lebih tinggi. Di dalam
makna kata tersebut terkandung makna dasar kelompok
makna kata yang bersangkutan.
Contoh: - Presiden Soeharto menghadiri Rapin ABRI
hari senin lalu. (kata hari dapat dihilangkan).

Warna kuning dan warna ungu adalah warna


kesayangan almarhum ibu. (kata warna
dapat dihilangkan)

4. Pemakaian kata depan dari dan daripada


Penggunaan dari dalam bahasa Indonesia dipakai
untuk menunjukkan arah (tempat) asal (asal-usul) kata
dari tidak dipakai untuk menyatajkan milik atau
kepunyaan. Kata depan daripada berfungsi untuk
membandingkan sesuatu benda atau hal satu dengan hal
lainnya.
Contoh: - Anggota DPRD dari Jawa Barat sedang
mengadakan

kunjungan.

(kata

dari

dapat

dihilangkan)

Kalimat A lebih sukar dipahami daripada


kalimat B.

5. Kevariasian
Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat
membaca, diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat
yang dimulai dengan subjek, predikat atau keterangan.
Ada kalimat yang pendek dan panjang.
a). Cara memulai
1. Subjek pada awal kalimat.
Contoh: - Bahan biologis menghasilkan medan
magnetis dengan tiga cara.
2. Predikat pada awal kalimat (kalimat inversi sama
dengan susun balik)
Contoh: - Turun perlahan-lahan kami dari kapal yang
besar itu.
2. Kata modal pada awal kalimat

Dengan adanya kata modal, maka kalimat-kalimat


akan berubah nadanya, yang tegas menjadi ragu tau
sebaliknya dan yagn keras menjadi lembut

atau

sebaliknya.
Untuk menyatakan kepastian digunakan kata: pasti,
pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali, dan sebagainya.
Untuk

menyatakan

ketidakpastian

digunakan

mungkin, barangkali, kira-kira, rasanya, tampaknya, dan


sebagainya.
Untuk
sebenarnya,

menyatakan
sesungguhnya,

kesungguhan
sebetulnya,

digunakan:
benar,

dan

sebagainya.
Contoh: - Sering mereka belajar bersama-sama.
b). Panjang-pendek kalimat.
Tidak selalu kalimat pendek mencerminkan kalimat yang
baik atau efektif, kalimat panjang tidak selalu rumit. Akan

sangat tidak menyenangkan bila membaca karangan yang


terdiri dari kalimat yang seluruhnya pendek-pendek atau
panjang-panjang. Dengan menggabung beberapa kalimat
tunggal menjadi kalimat majemuk setara terasa hubungan
antara kalimat menjadi lebih jelas, lebih mudah dipahami
sehingga keseluruhan paragraf merupakan kesatuan yang
utuh.
c). Jenis kalimat.
Biasanya

dalam

menulis,

orang

cenderung

menyatakannya dalam wujud kalimat berita. Hal ini wajar


karena dalam kalimat berita berfungsi untuk memberi
tahu tentang sesuatu. Dengan demikian, semua yang
bersifat memberi informasi dinyatakan dengan kalimat
berita. Tapi, hal ini tidak berarti bahwa dalam rangka
memberi informasi, kalimat tanya atau kalimat perintah
tidak dipergunakan, justru variasi dari ketiganya akan
memberikan penyegaran dalam karangan.

d). Kalimat aktif dan pasif.


Selain pola inversi, panjang-pendek kalimat, kalimat
majemuk dan setara, maka pada kalimat aktif dan pasif
dapat membuat tulisan menjadi bervariasi.
e). Kalimat langsung dan tidak langsung.
Biasanya yang dinyatakan dalam kalimat langsung ini
adalah ucapan-ucapan yang bersifat ekspresif. Tujuannya
tentu saja untuk menghidupkan paragraf. Kalimat
langsung dapat diambil dari hasil wawancara, ceramah,
pidato, atau mengutip pendapat seseorang dari buku.

6. Koherensi yang baik dan kompak


Yaitu hubungan timbal-balik yang baik dan jelas antara
unsur-unsur ( kata atau kelompok kata ) yang membentuk
kata itu. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah tersendiri
bagaimana mengurutkan gagasan tersebut. Ada bagian-

bagian kalimat yang memiliki hubungan yang lebih erat


sehingga tidak boleh dipisahkan, ada yang lebih renggang
kedudukannya sehingga boleh ditempatkan dimana saja,
asal jangan disisipkan antara kata-kata atau kelompokkelompok kata yang rapat hubungannya.
Hal-hal yang merusak koherensi :
a). Koherensi rusak karena tempat kata dalam kalimat
tidak sesuai dengan pola kalimat.
b). Kesalahan menggunakan kata-kata depan, kata
penghubung, dan sebagainya.
c). Pemakaian kata, baik karena merangkaikan dua kata
yang maknanya tidak tumpang tidih, atau hakikatnya
mengandung kontradiksi.
d). Kesalahan menempatkan keterangan aspek (sudah,
telah., akan, belum, dan sebagainya) pada kata kerja
tanggap.

V. SYARAT
1. Gramatikal
Kalimat yang efektif harus mengikuti kaidah-kaidah
tata bahasa.

2. Pilihan kata
Untuk menyusun kalimat efektif,harus dipilih kata-kata
yang tepat,seksama ( sesuai ) dan lazim. Dalam memilih
kata-kata tersebut perlu diperhatikan pedoman-pedoman
berikut ini:
a. Pemakaian kata bernilai rasa
Kata-kata yang bernilai rasa hendaknya dipilih secara
cermat agar keefektifan penuturan dapat dicapai dengan
sebaik-baiknya.

b. Pemakaian kata-kata /istilah asing


Ada kata-kata atau istilah asing yang sudah ada
padanannya dalam bahasa Indonesia ,ada yang belum.Jika
sudah ada padananya,bukan asingnya. Memakai kata-kata
atau istilah asing yang hanya bermaksud megah atau
gagah akan merugikan perkembangan bahasa Indonesia.
c. Pemakaian kata tutur
Kata tutur adalah kata yang hanya dipakai oleh
pergaulan sehari-hari,terutama dalam percakapan,contoh :
bilang, bikin, dikasih tahu, makanya, dan sebagainya.
Dalam karya ilmiah ,pemakaian kata-kata tutur ini
hendaknya dihindarkan,karena termasuk kata-kata yang
tidak baku.

d. Pemakaian kata bersinonim

Kata-kata

bersinonim

ada

yang

dapat

saling

menggantikan,ada yang tidak. Adapula kata-kata yang


bersinonim

yang

pemakaiannya

dibatasi

oleh

persandingan yang dilazimkan.Oleh karena itu, kita harus


memilihnya secara cermat.

e. Pemakaian kata-kata konkret dan abstrak


Kata-kata konkret adalah kata-kata yang menunjuk
kepada

objek

yang

dapat

dilihat,didengar,dirasakan,diraba,atau dibaui, sedangkan


kata-kata abstrak adalah kata-kata yang menunjuk kepada
sifat,konsep atau gagasan. Kata-kata kongkret lebih
mudah dipahami daripada kata-kata abstrak
f. Pemakaian kata-kata umum dan khusus

Kata-kata

umum

adalah

kata-kata

yang

luas

lingkupnya, sedangkan kata-kata khusus adalah kata-kata


yang sempit ruang lingkupnya. Makin umum,makin kabur
gambarannya dalam angan-angan . Sebaliknya, makin
khusus ,main jelas dan tepat. Oleh karena itu, untuk
mengefektifkan penuturan lebih tepat dipakai kata-kata
khusus daripada kata-kata umum.
g. Pemakaian Idiom
Kalimat

yang

cermat

dalam

diksinya

sebaik

sebaiknya bersifat idiomatik


h. Pemakaian kata yang lugas
Dalam karangan sebaiknya dipakai kata-kata yang
lugas,yaitu kata yang bersahaja, apa adanya,tidak berupa
frase yang panjang.

3. Penalaran atau logika

Penalaran adalah prose berpikir yang berusaha untuk


menghubungkan eviolensi-eviolensi menuju pada suatu
kesimpulan yang masuk akal. Penguasaan kaidah-kaidah
bahasa dan diksi yang tepat belum menentukan bahwa
kalimat itu sudah efektif. Keefektifan kalimat didukung
pula oleh jalan pikiran yang logis. Kalimat logis (masuk
akal) dapat dipahami dengan mudah,cepat, dan tepat serta
tidak menimbulkan salah paham.

4. Keserasian
Efektif tidaknya suatu bahasa ditentukan juga oleh
faktor

keserasian/kesesuaian

yaitu

serasi

dengan

pembaca/penulis dan cocok dengan pendengar/pembaca


serta serasi dengan situasi dan kondisi bahasa yang
dipergunakan.

VI. RAGAM DAN CONTOH

1. Kalimat logis
Kalimat efektif harus logis,artinya harus sesuai
denganpenalaran yang benar.Jika tidak,akan sulit untuk
dipahami dan menimbulkan salah paham.
Contoh 1:
1. Waktu kami persilahkan
2. Dirgahayu Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-41
Bandingkan dengan kalimat:
(1a) Bapak Dekan kami persilahkan!
(1b) Waktu kami serahkan kepada Bapak Dekan
(2b) Dirgahayu Kemerdekaan RI.
(2b) Dirgahayu Negara Republik Kemerdekaan.
Catatan 1 :
Kalimat

(1)

dan

(2)

memang

tidak

logis.

Ketidaklogisannya terlihat pada hubungan S dan P-nya.

Penjelasannya kalimat (1)


1. Siapakah yang dipersilahkan oleh pembawa acara?
Jawabnya : Bapak Dekan,Bapak Camat, Saudara
Ketua,dsb; bukan waktu.
2. Apakah yang diserahkan kepada bapak Dekan?
Jawabnya : Waktu
Penjelasan kalimat (2)
Hari Ulang Tahun itu umurnya tidak mungkin lebih
dari 24 jam. Kita boleh mengucapkan seruan Selamat
Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke -41; tetapi tidak
boleh mengucapkan seruan Semoga panjang umur
(=dirgahayu) Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-41.

2. Kalimat tidak goyah


Contoh :

1. Pelantikan

Rektor

IKIP

Malang

yang

baru

dilaksanakan di Gedung Sasana Krida.


2. Itulah istri pak lurah yang baru.
Bandingkan dengan kalimat:
(1a) Pelantikan Rektor (yang) baru IKIP Malang
diselenggarakan di Gedung Sasana Krida
(2a) Itulah istri (yang) baru Pak Lurah.
Catatan:
1. Kalimat (1) dapat menimbulkan pertanyaan:
Rektorkah yang baru? Atau
IKIP-nyakah yang baru?
Demikian juga kalimat (2) dapat menimbulkan
pertannyaan:
Istri-kah yang baru? Atau
Pak Lurah-nya yang baru?

Jika yang dimaksudkan memang Rektor dan istri,


maka keterangan yang baru harus didekatkan pada
induknya, yaitu kata yang diterangkan itu. Disamping
dengan mendekatkan keterangan pada induknya, dapat
juga menggunakan tanda hubung (-).Jadi ,dapat dituliskan
sebagai berikut:
Itulah istri Pak Lurah yang baru.(yang baru adalah
istrinya)
Itulah istri Pak Lurah yang baru.(yang baru adalah
Pak Lurahnya).

3. Kalimat Hemat
Contoh :
1. Nama dari (daripada) majalah sekolahnya ialah
Suluh Pelajar.

2. Kita wajib menghormati terhadap hak-hak asasi


manusia.
Bandingkanlah dengan kalimat:
1. Nama majalah sekolah saya ialah Suluh Pelajar.
2. Kita wajib menghormati hak-hak asasi manusia.
Catatan 1:
1. Kata

tugas

dari/daripada

yang

menyatakan

keterangan milik (kepunyaan) tidak perlu dipakai.


2. Kata tugas terhadap tidak perlu dipakai sebab kata
kerja transitif menghormati dapat diikuti secara
langsung oleh obyek penderita hak asasi manusia.

Pada contoh 1 diatas yang dihematkan adalah kata


tugasnya.
Perhatikanlah contoh-contoh lain berikut ini !

Penelitian ini bertujuan (untuk) mendeskripsikan


sistem morfologi kata kerja bahasa Tengger.
(Mengenai) program kelompok belajar paket A telah
berkembang dengan baik.
Mahasiswa harus memahami (akan) pentingnya buku
bagi pengembangan dan peningkatan (daripada) ilmu
pengetahuan.
Pola

alamiah

(dari)

suatu kerangka

karangan

biasanya berdasarkan (atas) urutan-urutan kejadian,


tempat, atau ruang.
Karena itu, (maka) dia tidak ikut bermain-main.

4. Kalimat sejajar
Contoh lain :

1. Ahmad berpeluk-pelukan seharusnya,


Ahmad dan Hasan berpeluk-pelukan.
2. Tutik

memetiki

setangkai

bunga

seharusnya, Tutik memetik setangkai bunga.


Panjelasan kalimat (1) kata berpeluk-pelukan barmakna
saling peluk yang seharusnya pelaku harus lebih dari satu,
maka agar kalimat tersebut memiliki kesejajaran maka
subyeknya harus diubah. Kata memetiki pada kalimat (2)
bermakna berulang-ulang yang tentunya tidak dapat
diterapkan dalam serangkai bunga. Agar memiliki
kesejajaran makna, predikat atau obyeknya perlu diubah.
Contoh :
1. Langkah-langkah

tersebut

adalah

memahami,

manghayati, dan pengalaman.


2. Sesudah mamahami dan menghayati, pancasila harus
diamalkan.

Bandingkan dengan kalimat:


(1a)

Langkah-langkah

tersebut

adalah

memahami

menghayati , dan mengamalkan.


(1b) Langkah-langkah tersebut adalah pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan.
(2a) Sesudah dipahami dan dihayati, Pancasila harus
diamalkan.
(2b) Sesudah memahami dan menghayati, kita harus
mengamalkannya.
Catatan :
Pada kalimat (1) dan (2) terdapat ketidaksejajaran
bantuk tentang gagasan-gagasan yang sederajat. Pada
kalimat (1) gagasan-gagasan yang sederajat adalah
memahami dan menghayati, dan kata benda pengalaman;
sedangkan pada kalimat (2) gagasn-gagasan yang
sederajat adalah kata kerja men(N)- maemahami dan

menghayati , dan kata kerja pasi diamalkan. Agar sebuah


kalimat menjadi efektif gagasan-gagasan yang sederajat
harus dinyatakan dengan bentuk yang sama. Jelasnya, jika
dalam sebuah kalimat suatu gagasan dinyatakan dengan
kata kerja men(N)- gagasan lain yang sederajat harus
dinyatakan dengan kata kerja men(N)- juga. Demikian
juga jika suatu gagasan dinyatakan dengan kata benda
(misalnya bentuk pe(N)-an, per-an, atau ke-an), gagasan
lain yang sederajat harus dinyatakan dengan kata benda.
Jadi, kalimat (1a), (1b), (2a), dan (2b) memiliki
kesejajaran bentuk.

5. Kalimat Rancu
Contoh :
1. Dia sudah menyadari akan kesalahannya.
2. Mereka sedang mendiskusikan tentang P4.
Bandingkanlah dengan kalimat :

1a) Dia sudah sadar akan kesalahannya.


1b) Dia sudah menyadari kesalahannya.
2a) Mereka sedang mendiskusikan tentang P4.
2b) Mereka sedang mendiskusikan P4.
Catatan :
Kalimat 1 dan 2 adalah kalimat rancu yang terjadi dalam
perancuan kalimat akti intransitive dan kalimat aktif
transitif. Kalimat tersebut dapat dicermatkan dengan
mengembalikan ke kalimat asalnya. Kalimat (1) dapat
dijadikan kalimat aktif intransitive dengan mengubah kata
kerja aktif transitif menyadari menjadi kata kerja aktif
transitive sadar (lihat kalimat (1a)!) atau dijadikan kalimat
aktif transitif dengan menghilangkan kata depan akan
(lihat kalimat (1b)!). kalimat (2) dapat dijadikan kalimat
aktif intransitive dengan mengubah kata kerja aktif
transitif

mendiskusikan

menjadi

kata

kerja

aktif

intransitive berdiskusi (lihat kalimat (2a)!); atau dijadikan

kalimat aktif transitif dengan menghilangkan kata depan


tentang (lihat kalimat (2b)!).

6. Kalimat Ambigu
Adalah kalimat yang mendua atau bermakna
ganda. Kalimat demikian tidak efektif karena dapat
menimbulkan salah paham.
Contoh :
Ia juara lomba pidato yang pertama di IKIP PGRI .
Agar tak ambigu :
Ia juara pertama lomba pidato di IKIP PGRI atau ia juara
lomba pidato yang pertama di IKIP PGRI.
Untuk menghilangkan keambiguan dapat disisipkan kata
untuk, oleh, dan kepada.

VI. SIMPULAN (SARAN DAN PENDAPAT)


Setelah kami mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan
kalimat efektif, ternyata tidak mudah untuk memilih
pilihan kata yang tepat, sehingga membuat kalimat yang
kita gunakan bisa menjadi lebih efektif. Dengan
memperhatikan syarat-syarat untuk membuat kalimat
efektif seperti gramatikal, pilihan kata, penalaran, dan
keserasian, yang syarat-syarat tersebut harus diterapkan
untuk menyusun kalimat yang efektif. Sehingga kita dapat
mengetahui kalimat mana yang lebih efektif untuk
digunakan dalam situasi tertentu.
Saran kami, agar tugas Dasar-Dasar Menulis yang
membahas tentang kalimat efektif ini dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin oleh pembaca. Sehingga pembaca
dapat mengerti apa saja syarat-syarat yang diperlukan
untuk membentuk suatu kalimat efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan


Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.
Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Ende : Nusa Indah.
2000. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta :
Pusat Bahasa.

Anda mungkin juga menyukai