Anda di halaman 1dari 68

Salam Ar-Rusyd

Bismillahirrahmanirrahim

tentang bagaimana broken home dilihat dari

Assalamualaikum warahmatullah
wabarakatuh
Alhamdulillah
wa syukru
lillah,
redaksi panjatkan kepada kepada Allah
swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami diberikan
kemudahan dan kelancaran menerbitkan
Majalah Tri Wulan Ar-Rusyd edisi kedua,
volume 1, nomor 2, April Juni 2013 ini.
Majalah Ar-Rusyd merupakan
majalah tri wulan yang diterbitkan
oleh Prodi Bimbingan dan Konseling
Islam Jurusan Dakwah STAIN Kudus
berisikan isu-isu yang berkaitan dengan
dakwah, bimbingan, penyuluhan, dan
konseling Islam yang ditulis oleh para
akademisi melalui kajian pustaka (library
research) yang bersumberkan teks-teks
al-Quran, sunah Rasul, dan pendapat
para ulama yang disesuaikan dengan
konteks kekinian. Dalam setiap edisinya
redaksi akan selalu menampilkan tematema yang berbeda sehingga akan
memperkaya khasanah keilmuan Islam
tentunya masih dalam bingkai keilmuan
dakwah, bimbingan, penyuluhan, dan
konseling Islam. Ilmu yang dimiliki oleh
setiap orang tidak bisa disimpan dalam
pikiran saja, namun harus digoreskan
dan dituangkan dalam bentuk tulisan
dan kemudian dipublikasikan kepada
para pembaca sehingga dapat dijadikan
sebagai informasi dan batu pijakan untuk
meneladaninya.
Pada edisi perdana ini, dalam
rubrik Ar-Rusyd
Utama redaksi
mencoba menyuguhkan berbagai tulisan
yang bertemakan Broken Home. Saekan
Muchith misalnya menulis tentang
Broken Home dari Perspektif Ilmu
Sosial yang didalamnya menguraikan

sudut pandang ilmu sosial, dilanjutkan


oleh Farida menulis tentang Konseling
Keluarga pada Budaya Broken Home
Remaja yang menguraikan permasalahan
seputar remaja dan tindakan preventif dan
kuratif terhadap budaya broken home dapat
dilakukan di kalangan mereka. Melihat
Modernitas dan Merebaknya Budaya
Broken Home di Masyarakat diuraikan
oleh Irzum Farihah yang menjelaskan
peran ibu dalam rumah tangga saat ini
sangatlah minim dikarenakan emansipasi
dan
tuntutan
dalam
kehidupan.
Selanjutnya
tulisan
dengan
judul
Pandangan Islam tentang Keluarga dan
Maraknya Broken Home oleh Adri Efferi
mengulas tentang penyebab utama broken
home, adalah kesibukkan kedua orang
tua dalam mencari nafkah keluarga, ayah
bekerja dan ibu menjadi wanita karier.
Dan masih banyak lagi tulisan yang
membicarakan tentang keluarga sakinah.
Selain tema tentang broken home, redaksi
juga menyuguhkan rubrik Wawancara,
Rubrik Konseling, Profil, Album
BKI, Ragam, dan Resensi
Akhirnya,
demi
untuk
menghasilkan dan mempublikasikan
karya-karya yang berkualitas, segenap
redaktur selalu menanti dan mengajak
kepada pembaca untuk mengirimkan
hasil pemikirannya yang berkaitan
dengan dakwah, bimbingan, penyuluhan,
dan konseling Islam dan dikirimkan ke
alamat redaksi di Jurusan Dakwah STAIN
Kudus Gedung Barat Lt. 2, Jl. Conge,
Ngembalrejo, PO. Box 51, Kudus, Jawa
Tengah, Kode Pos 59322.
Wassalamualaikum warahmatullah
wabarakatuh
Redaksi

Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Daftar Isi

SUSUNAN REDAKSI
MAJALAH AR-RUSYD
Vol. I, No. 2, April-Juni 2013

Penanggung Jawab
Fathul Mufid
Redaktur
Farida
Ahmad Zaini
Penyunting
Nur Ahmad
Irzum Farihah
Desain Grafis & Fotografer
Suherman
Rohmad
Sekretariat
Siti Marhamah
Dwi Sulistiono
Majalah Tri Wulan Ar-Rusyd
diterbitkan oleh Prodi Bimbingan
dan Konseling Islam (BKI) Jurusan
Dakwah STAIN Kudus.
Alamat Redaksi: Kantor Jurusan
Dakwah STAIN Kudus, Jln. Conge
Ngembalrejo PO BOX 51 Telp. (0291)
432677, Fax. 441613 Kudus 59322
Jawa Tengah.

Salam Ar-Rusyd 1
Daftar Isi 2
Ar-Rusyd Utama 3 - 7

Broken Home dari Perspektif Ilmu Sosial


M. Saekan Muchith

Ar-Rusyd Utama 8 - 12

Konseling Keluarga Pada Budaya Broken Home


Remaja
Farida

Ar-Rusyd Utama 13 - 17

Melihat Modernitas dan Merebaknya Budaya


Broken Home di Masyarakat
Irzum Farihah

Ar-Rusyd Utama 18 - 22
Pandangan Islam Tentang Keluarga dan Maraknya
Broken Home
Adri Efferi

Ar-Rusyd Utama 23 - 28

Broken Home Dalam Perspektif Islam


Ahmad Supriyadi

Ar-Rusyd Utama 29 - 33

Keluarga Sebagai Sumber Kebermaknaan Hidup


(Sebuah Solusi Menekan Merebaknya Budaya
Broken Home)
Fatma Laili Khoirun Nida

Ar-Rusyd Utama 34 - 38

Trik Jitu Mengatasi Keluarga Broken Home


Anita Rahmawaty

Ar-Rusyd Utama 39 - 45
Broken Home dalam Perspektif Al-Quran dan Cara
Mengatasinya
Ma`mun Mu`min

Ar-Rusyd Utama 46 - 52

Menciptakan Keluarga Sakinah, Mawwadah, Wa ArRahmah dengan Menerapkan Syariah Islam pada
Keluarga
Agus Retnanto

Ar-Rusyd Utama 53 - 57
Mengatasi Broken Home?
Kisbiyanto

Album BKI 58 - 62
Ragam Puisi-Puisi Lepas 63
Gambar Cover diunduh dari www.
manabeli.com

Resensi 64
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama

Broken Home dari


Perspektif Ilmu Sosial
Oleh: M. Saekan Muchith
Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus

Broken home merupakan sesuatu


yang sangat dikhawatirkan
oleh
semua orang, karena secara fitrah
atau manusiawi setiap manusia tidak
ada yang menginginkan mengalami
peristiwa
atau fenomena
broken
home. Abdullah Nasih Ulwan (2002)
dalam buku Pendidikan
Anak
dalam Islam, menjelaskan bahwa
broken home adalah keluarga yang
mengalami suasana yang tidak sesuai
harapan (disharmonis) antara kepala
keluarga (ayah) dengan ibu (isteri).
Artinya hubungan dan komunikasi
antara ayah dan ibu tidak sesuai yang
diharapkan. Implikasinya sikap dan
perilaku (peran) orang tua baik ayah
maupun ibu tidak bisa dijadikan
teladan
(uswah) bagi anaknya.
Indikasi broken home itu dapat dilihat
dari
realitas
seperti
perceraian,
pisah
ranjang
meskipun
belum
cerai, keributan atau percekcokan
secara terus menerus atau tidak ada
komunikasi/pembicaraan
antara
ayah dan ibu.
Sofyan Willis (2009) dalam buku
Konseling keluarga, menjelaskan
bahwa terjadinya broken home sebuah
keluarga sedikitnya disebabkan oleh
tujuh faktor antara lain:
Pertama, kurang atau putusnya
jalinan komunikasi diantara keluarga
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

khususnya antara ayah dan ibunya.


Kedua, munculnya
sikap
egosentris, merasa unggul dari masingmasing keluarga terutama egosentris
dari ayah dan ibu. Egosentris ini
muncul karena masing-masing merasa
memiliki hak dan kewajiban yang
sama, bahkan juga merasa memiliki
kemampuan yang lebih diantara
keduanya. Egosentris ini mumcul
biasanya jika diantara keduanya
merasa memiliki kemampuan yang
sama secara ekonomi/penghasilan.
Ketiga, masalah kesibukan orang
tua. Kesibukan yang dimiliki kedua
orang tua menimbulkan sulitnya
memberikan waktu untuk keluarga,
sehingga elemen dalam keluarga
menggunakan waktu masing-masing
tanpa ada kontrol dari orang tua.
Keempat,
permasalahan
perekonomian keluarga. Ekonomi
keluarga yang cenderung kurang jika
tidak disikapi dengan perasaan yang
tulus dan nerimo ing pandum akan
mudah menimbulkan persoalan yang
negatif bagi keluarga.
Kelima, pendidikan orang tua
yang rendah. Pendidikan menjadikan
manusia mampu berfikir dan bersikap
dewasa, sehingga ketika menerima
persoalan, akan mampu mencari
alternatif yang sesuai dengan norma
3

Ar-Rusyd Utama
sosial dan agama. Sebaliknya jika
pendidikan rendah secara umum
tidak mampu memunculkan sikap
dan cara fikir yang dewasa sehingga
mudah melakukan alternatif yang
kontraproduktif
dengan etika, dan
norma sosial maupun agama.
Keenam,
perselingkuhan.
Perselingkuhan
adalah
bentuk
ketidakpercayaan
diantara
kedua
orang tua. Sebuah keluarga jika
diawali dengan ketidakpercayaan
diantara
keduanya
akan mudah
menimbulkan persoalan yang negatif
bagi kelangsungan keluarga.
Ketujuh,
jauh dari nilai-nilai
agama. Nilai agama yang dimaksud
adalah kesediaan untuk memahamai
dan melaksanakan nilai-nilai agama.
Jika sebuah keluarga sudah jauh
atau tidak peduli dengan nilai-nilai
agama akan berpotensi besar untuk
melakukan pelanggaran nilai nilai
agama.
Apapun
realitasnya,
yang
namanya
broken home atau lebih
mudah dikatakan tidak harmonis
atau konflik pasti akan menimbulkan
persoalan persoalan yang buruk,
baik bagi pribadi kepala keluarga
(ayah) maupun bagi seorang ibu
maupun bagi anak anaknya. Keluarga
yang mengalami broken home yang
menderita tidak hanya ayah dan
ibu, justeru bagi anak-anaknya akan
mengalami penderitaan yang lebih
berat. Sikap dan kepribadian anaknya
akan cenderung mengalami
split
personality (kepribadian yang terbelah),
motivasi atau prestasi belajarnya
akan cendrung menurun, dan juga
4

ketaatan atau
kepatuhan anakanaknya kepada kedua orang tuanya
juga akan mengalami penurunan,
artinya ketaatan dan kepatuhan anak
kepada orang tuanya akan berkurang.
Implik asinya orang tua sudah tidak
lagi dapat dijadikan sebagai contoh
(uswah) bagi anak anaknya.
Bagaimana melihat fenomena
broken home dan bagaimana pula cara
untuk menyelesaikan agar suasana
keluarga tetap harmonis sesuai
dengan pesan Allah yaitu terbentuk
keluarga yang sakinah, mawaddah wa
ar-rahmah.
Perspektif Ilmu Sosial
Dari perspektif ilmu sosial, pada
dasarnya teori itu bermula dari dua
kelompok yaitu teori konflik dan teori
struktural fungsional. Teori konflik
berpendapat bahwa setiap manusia
memiliki perbedaan dan di antara
masing-masing manusia memiliki
naluri untuk melakukan persaingan/
kompetisi,
bahkan
melakukan
kompetisi atau rebutan yang tidak
sehat atau cenderung melakukan
pelanggaran.
Konsekuensinya
masih menurut teori konflik, untuk
mewujudkan
keteraturan
sistem
sosial maka diperlukan daya paksa
yang diwujudkan melalui aturan atau
perundang undangan.
Sedangkan
menurut
teori
struktural fungsional berpendapat
bahwa setiap manusia memiliki naluri
untuk saling hormat menghormati,
saling menghargai, saling membantu
untuk mencapai sebuah tujuan.
Tujuan yang akan dicapai diperoleh
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
dengan bekerjasama secara utuh dan
fungsional mengatakan bahwa setiap
ikhlas sehingga di antara mereka
manusia memiliki kekurangan
dan
saling menerima. Untuk mewujudkan
kelebihan yang jika diorganisir secara
keteraturan
tatanan
sistem sosial,
tepat justeru akan melahirkan sebuah
maka diperlukan kesepakatan secara
kekuatan yang sangat besar untuk
kultural di antara anggota sistem meraih kesuksesan.
sosial tersebut.
Secara umum konflik muncul
Fenomena broken home dalam dengan tiga jenis yaitu:
keluarga jika dilihat dari persepktif
Pertama,
konflik tujuan (goal
teori konflik merupakan
hal yang conflict). Konflik akan muncul jika
wajar, karena secara naluri manusia
di antara
masing-masing
orang
tidak
peduli
laki-laki
ataupun
merasa tujuan yang ingin dicapai
perempuan memiliki ego atau ambisi
tidak terwujud. Lahirlah sikap dan
untuk saling bersaing yang cenderung
perilaku yang tidak sesuai dengan
dilakukan
secara tidak
sehat. Walaupun sudah
Apapun realitasnya, yang namanya
diikat
melalui
tali
broken home atau lebih mudah
pernikahan/perkawinan,
dikatakan tidak harmonis atau konflik
ambisi atau naluri untuk
pasti akan menimbulkan persoalanbersaing masih tetap ada,
persoalan yang buruk, baik bagi pribadi
sehingga karakter inilah
kepala keluarga (ayah) maupun bagi
yang mudah menimbulkan
seorang ibu maupun bagi anak-anaknya.
suasana keluarga yang
tidak harmonis.
Jika fenomena broken home dilihat
norma agama dan sosial atau bisa
dari aspek teori struktural fungsional,
disebut melakukan jalan pintas. Tidak
lulus sekolah melakukan bunuh
sangat terasa aneh dan tidak rasional,
diri, tidak diberikan sepatu orang
bagaimana mungkin seorang ayah dan
ibu yang sudah berikrar membangun
tuanya, pergi meninggalkan rumah,
mahligai rumah tangga dan sanggup
tidak jadi kepala daerah atau kalah
menerima berbagai konsekuensi suka
dalam pemilukada akhirnya gila, dan
dan duka, akan melakukan sikap dan
seterusnya.
perilaku yang tidak sesuai dengan
Kedua, konflik kognitif (cognitive
norma agama dan sosial. Sangat tidak
conflict). Konflik akan muncul jika
patut seorang ayah dan ibu memiliki
ide atau gagasannya saling tidak
sikap saling curiga yang berimplikasi
bisa ditemukan satu dengan lainnya.
ketidakpercayaan di antara keduanya.
Awalnya
perbedaan
pemikiran
Karena
mereka
berdua
sudah atau ide, secara pelan pelan akan
memiliki ikatan lahir dan batin menimbulkan konflik baik konflik
untuk saling menerima kekurangan
secara ide ataupun konflik secara
dan kelebihannya. Teori struktural
fisik. Fenomena itu pernah kita lihat
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
sikap dan perilaku para anggota DPR
yang bersidang, bermula perbedaan
pendapat, akhirnya melakukan adu
jotos di antara para anggota dewan
tersebut.
Ketiga, konflik afektif (afektive
conflict). Konflik akan muncul jika di
antara satu dengan lainnya memiliki
perasaan saling curiga atau tidak
percaya, di antara mereka memiliki
kecurigaan yang negatif dan saling
tidak percaya akan kemampuannya.
Solusi Menghindari Broken Home
Fenomena broken home apapun
alasannya harus dihindari oleh semua
pihak, karena broken home merupakan
benih-benih yang dapat melahirkan
sikap perilaku yang tidak sesuai
dengan norma agama dan sosial.
Broken home juga akan menyebabkan
sikap dan perilaku anak nakal,
motivasi belajar rendah dan juga
cenderung melakukan
sikap dan
perilku yang menyimpang.
Setiap manusia atau keluarga
harus
mempunyai
cara
untuk
menghindari terjadinya broken home
seoptimal mungkin, agar eksistensi
keluarga tetap terjaga sehingga dapat
melaksanakan visi dan misi kehidupan
fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah
waqina adzab an-naar, bahagia di dunia,
bahagia di akhirat dan terhindar dari
siksa api neraka.
Untuk menghindari terjadinya
broken home perlu dilakukan langkahlangkah sebagai berikut:
Pertama, kunci sukses untuk
menghindari terjadinya broken home
6

bagi keluarga harus dimulai dari niat


atau tujuan hidup manusia. Allah
berfirman, Wama khalaqtul jinna wal
insa illa liyabuduun artinya Dan
Allah tidak akan menciptakan jin dan
manusia kecuali tujuannya hanya
untuk beribadah. Artinya manusia
hidup di dunia apapun jenisnya,
apapun pekerjaannya dimanapun
tempatnya, memiliki tujuan utama
yaitu
beribadah.
Ibadah
adalah
kesediaan untuk selalu mengingat
Allah
swt.
Dengan
mengingat
keberadaan Allah maka manusia akan
mudah untuk mengendalikan hawa
nafsunya.
Mengingat
keberadaan
Allah berarti merasa dilihat atau di
awasi oleh Allah swt., selama manusia
mersa dilihat Allah dan diawasi Allah
maka pasti akan selalu berhati hati
dalam
melaksanakan
kehidupan
termasuk dalam melaksanakan tugas
dalam keluarga.
Broken home dalam suatu
keluarga akan dapat
dihindari
mana kala semua anggota keluarga
khususnya ayah dan ibu memiliki
kesadaran memahami tujuan hidup
dan tujuan berkeluarga adalah
wujud dari implementasi ibadah.
Dalam melaksanakan ibadah tidak
sepantasnya melakukan
berbagai
kesalahan. Seluruh anggota keluarga
dipahami salah satu bagian dari
proses melaksanakan ibadah kepada
Allah swt.
Kedua, firman Allah surah anNisa ayat 1 dijelaskan bahwa Allah
menjadikan manusia berasal dari
yang satu (tunggal) ( khalaqakum
min nafsin wahidah), dan Allah
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
menciptkan suami/isteri dan dari
itu Allah menciptakan anak laki-kali
dan perempuan yang banyak. Ayat
ini menunjukkan bahwa semua yang
ada di dunia dan di dalam keluarga
(suami, isteri, dan anak anak) adalah
berasal dari Allah swt. Oleh sebab itu
dapat dikatakan sebagai amanah dari
Allah swt. Amanah yang diberikan
wajib dijaga agar dapat dipergunakan
secara optimal untuk kemaslahatan
pribadi dan orang lain.
Keluarga
yang
memahami
bahwa semua yang ada di dalam
keluarga khususnya suami, isteri
dan seluruh anaknya adalah berasal
dari Allah dan merupakan salah satu
amanah dari Allah maka di antara
mereka akan saling menjaga, saling
menghormati dan saling menghargai,
sehingga
potensi terjadinya
broken
home akan dapat dieliminir
sedini
mungkin.
Ketiga, dari perspektif psikologi,
setiap manusia memiliki insting eros
dan insting tanatos. Insting eros adalah
naluri untuk melakukan persatuan,
kesatuan dan keakraban diantara
sesama manusia, sedangkan insting
tanatos adalah kesadaran atau naluri
menyadari
akan kematian.
Jika
kedua insting tersebut dikelola secara
optimal maka setiap manusia akan
memiliki kesadaran untuk melakukan
keakraban atau persatuan di antara
sesama manusia dan setiap manusia
juga
pasti
memiliki
kesadaran
untuk menyadari akan kematian.
Kesadaran melakukan persatuan atau
keakraban dan kasadaran datangnya
kematian merupakan dua hal yang
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

mampu menciptakan rasa keimanan


manusia dalam menjaga keutuhan,
keharmonisan bagi dirinya maupun
orang lain.
Salah
satu
upaya
untuk
menghindari
terjadinya broken
home dapat
dilakukan
dengan
cara menumbuhkembangkan atau
semangat untuk mengembangkan
naluri
eros
(semangat
untuk
menciptakan
persatuan)
serta
menumbuh
kembangkan
naluri
tanatos (kesadsaran menyadari akan
datangnya kematian). Jika setiap
anggota keluarga berusaha seoptimal
mungkin menjaga persatuan dan
selalu menyadari akan datangnya
kematian, maka keinginan untuk
bertengkar atau tidak harmonis akan
dapat dihilangkan, sehingga keluarga
akan tetap terjaga keharmonisannya.
Daftar Pustaka:
Soyomukti, Nurani, Pengantar Sosiologi
: Dasar Analitis, Teori, Pendakatan
menuju Analisis Masalah Sosial,
Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.
Ulwan, Abdullah Nasih, Pendidikan
Anak Dalam Islam, Jakarta:
Pustaka Amani, 2002.
Winardi, J., Manajemen Perilaku
Organisasi, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2004.
Willis, Sofyan, Konseling Keluarga, Alfa
Beta, Bandung, Jawa Barat, 2009.

Ar-Rusyd Utama

Konseling Keluarga
Pada Budaya
Broken Home Remaja
Oleh: Farida
Dosen Jurusan Dakwah STAIN Kudus
Remaja dengan karakteristik
sosialnya adalah identifikasi yang
memungkinkan untuk mudah meniru
apa dan siapa yang diidolakan (public
figure), baik budaya positif maupun
negatif. Dalam proses identifikasi ini
seluruh norma, cita-cita, sikap dan
sebagainya akan dilakukan dalam
perilaku sehari-hari remaja. Sehingga
bagaimana cara orang dewasa untuk
mendampingi
dan
membimbing
agar remaja tidak salah arah.
Seperti yang dijumpai akhir-akhir ini,
budaya broken home pada remaja
(remaja yang meninggalkan rumah
karena kondisi keluarga berantakan
kurang harmonis). Padahal setiap
permasalahan perlu diselesaikan agar
tidak mengganggu mental remaja,
karena sebagai generasi penerus dan
pengisi
perjuangan
kemerdekaan
Indonesia.
Perilaku menyimpang remaja
akhir-akhir
ini
kambuh
(segi
kuantitas dan kualitas), bila dibiarkan
berkepanjangan dan tidak ditangani
sungguh-sungguh oleh para orang
tua dapat menimbulkan gangguan
keamanan dan ketertiban masyarakat.
Perilaku anti sosial remaja merupakan
gambaran dari kepribadian anti sosial
yang ditandai oleh: sering membolos,
terlibat kenakalan (bahkan ditangkap/
diadili), dikeluarkan atau di skors
8

karena berkelakuan buruk, seringkali


lari dari rumah (minggat), selalu
berbohong, melakukan hubungan
seks meski belum akrab, mabuk miras
dan pengguna narkotika, mencuri,
merusak barang milik orang lain,
prestasi rendah, melawan otoritas,
dan perkelahian (Hawari, 1997:196).
Dan minggat broken home menjadi
salah satu tanda remaja yang anti
sosial.
Perilaku menyimpang remaja
dapat menjadi penyebab masalah
mental. Masalah kesehatan mental
remaja Indonesia, menurut Machmud
(salah seorang jajaran direksi Rumah
Sakit Jiwa Bandung) dalam 3 bulan
terakhir
(Agustus-Oktober
2003)
mencapai 20-60 pasien rawat jalan
per bulan padahal awalnya hanya
beberapa orang dalam satu bulan.
Adapun masalah yang melingkari
remaja adalah kenakalan yang
berlebihan, narkoba dan gangguan
belajar.
Masalah-masalah
pada
remaja
karena
mengikuti
arus
modernisasi tanpa batasan norma.
Modernisasi (penggunaan teknologi
dan industrialisasi), dapat membawa
dampak bagi kesehatan jiwa. Karena
lupa bahwa dibalik modernisasi
yang serba gemerlap memukau ada
gejala the agony of modernization (azab
sengsara karena modernisasi) yang
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
merupakan ketegangan psikososial
yang ditandai dengan kriminalitas,
tindak
kekerasan,
perkosaan,
perjudian,
narkotika/miras,
kenakalan
remaja,
promiskuitas,
prostitusi, bunuh diri, gangguan
jiwa dan lain-lain. Karena semakin
modern suatu masyarakat semakin
bertambah intensitas dan eksistensitas
dari berbagai disorganisasi
dan
disintegrasi
sosial di masyarakat
(Hawari, 1997:3).
Indikator masalah kesehatan
mental pada remaja, antara lain:
suka mengganggu hak orang lain
atau melanggar hukum, melakukan
perbuatan yang dapat mengancam
kehidupan
pribadi
remaja,
menghindari
persahabatan
atau
senang hidup menyendiri,
sering
menampilkan perilaku yang kurang
baik atau melakukan kenakalan dan
lain-lain. Penyebab masalah kesehatan
mental pada remaja karena faktor
psikologis, yaitu: merasa kecewa
atau sedih, konflik, terlalu pesimis
menghadapi masa depan, kurang
mendapat pengakuan suatu kelompok
dan tidak mendapatkan kasih sayang
dari orang tua. Sedangkan faktor
lingkungan,
yaitu:
merebaknya
tayangan yang bertema kejahatan dan
pornoaksi, kemiskinan yang kronis,
budaya premanisme, gaya hidup
materialis dan hedonis, berkurangnya
kontrol sosial, berteman dengan
orang yang berakhlak buruk, iklim
kehidupan
keluarga
yang tidak
kondusif atau kurang harmonis
(Mashudi, 2012: 182). Sedangkan .
Misalnya, hubungan antar anggota
keluarga tidak berjalan harmonis,
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

seperti fungsi masing-masing anggota


keluarga tidak jelas atau ikatan emosi
antar anggota keluarga kurang terjalin
dengan baik (Siswanto, 2007: 135).
Sehingga lingkungan keluarga dan
lingkungan sosial akan mempengaruhi
mental remaja.
Para ahli berpendapat bahwa
orang tua dapat mempengaruhi
perkembangan jiwa anak, yang
selanjutnya mempunyai risiko tinggi
untuk menjadi nakal dengan tindakan
anti sosial. Keadaan ini terlebih-lebih
lagi kalau dalam keluarga terjadi
perceraian, perpisahan, pertengakaran
orang tua dan keadaan-keadaan
disharmoni/disfungsi
keluarga.
Dengan
demikian
pengertian
deprivasi
parental
mempunyai
arti yang lebih luas, tidak sekedar
kematian orang tua, tetapi terutama
ketiadaan peran orang tua (Hawari,
1997: 179). Sehingga kenakalan
atau gangguan mental pada remaja
menjadi tanggung jawab orang tua
(perannya) untuk membantu remaja
bermasalah, misalnya ketika remaja
terkena virus broken home karena
disebabkan oleh kondisi keluarga yang
berantakan atau kurang harmonis.
Menurut Hawari (1997:197) kriteria
kondisi keluarga yang tidak sehat
yaitu: keluarga tidak utuh (broken
home by death, separation, divorce),
kesibukan orang tua, ketidakberadaan
dan ketidakbersamaan di rumah,
hubungan interpersonal yang tidak
baik, substitusi ungkapan kasih
sayang orang tua dalam bentuk materi
daripada kejiwaan (psikologis).
Telah ditegaskan dalam UU RI
Nomor 1 1974 tentang perkawinan
9

Ar-Rusyd Utama
pasal 45 ayat 1 bahwa kedua orang
diri (Mashudi, 2012: 178). Ditambah
tua wajib memelihara dan mendidik
dengan
pertukaran
budaya
yang
anak-anak
mereka
sebaik-baiknya.
semakin
membuat
remaja
sulit
Bahkan ketika permasalah
remaja menghadapai masa transisi dari anakyang masuk ke ranah hokum menjadi
anak menuju dewasa, di mana kondisi
tanggungan orang tua. Sesuai dengan
sosial memposisikan
remaja pada
pasal 47 ayat (1) Anak yang belum
suatu waktu dianggap masih kecil
mencapai umur 18 tahun atau belum
dan pada kesempatan lain dianggap
pernah melangsungkan perkawinan
sudah besar. Ketidakjelian remaja
ada di bawah kekuasaan orang tuanya
dalam mensikapi pertukaran budaya
selama mereka tidak dicabut dari dengan bijaksana akan mengkaburkan
kekuasaannya. Dan ayat (2) Orang
kebiasaan baik yang telah diajarkan
tua mewakili anak tersebut mengenai
oleh
keluarga.
Kebiasaan
saling
s e g a l a
menyayangi,
perbuatan
s a l i n g
Keluarga yang tidak berfungsi
h u k u m
menghormati
sebagaimana mestinya menjadi
di
dalam
dan
penuh
faktor terjadinya perilaku
dan di luar
perdamaian
menyimpang pada remaja yang
pengadilan.
antar anggota
mengganggu
kondisi
mental.
N a m u n
keluarga yang
dibutuhkan
ditanamkan
kerja sama antara remaja dan orang
sejak kecil akan menjadi wacana
tua dalam
menyelesaikan
setiap ekslusif.
Padahal
setiap anggota
permasalahan yang ada pada remaja.
keluarga terikat oleh garis keturunan
Sehingga
remajapun
memiliki
dan menjadi sebuah keluarga. Namun
kewajiban,
yang telah ditegaskan
karena
konflik,
kadang-kadang
dalam
UU RI Nomor
1 1974 minggat
yang
akan
semakin
tentang perkawinan pasal 46 ayat 1
memperburuk
masalah.
Sehingga
(Walgito, 2004. 116) yaitu anak wajib
menjadi tanggung jawab orang tua
menghormati dan mentaati kehendak
untuk mencegah
munculnya
atau
mereka yang baik. Jika anak dan orang
merebaknya budaya broken home pada
tua bisa melaksanakan peran masingremaja. Usaha-usaha yang dilakukan
masing maka dapat menghadapi
orang tua merupakan praktek dari
masalah-masalah.
bimbingan
konseling
keluarga,
sebagai upaya penanganan
secara
Remaja
yang
mengalami
masalah-masalah kesehatan mental komprehensif-terpadu-konsisten
(oleh semua pihak yang terkait).
dapat mempengaruhi cara berpikir,
merasa
dan bertindak.
MasalahPeran orang tua menciptakan
masalah
kesehatan
mental
dapat lingkungan yang dibangun atas dasar
menyebabkan
kegagalan
studi, harmonitas
kebaikan antara orang
konflik keluarga, penggunaan
obat tua dan remaja akan menghasilkan
terlarang,
kriminalitas
dan bunuh ledakan
kekuatan
yang
penuh
10

Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
kemilau keindahan, yang memberikan
pengaruh di dalam menciptakan
lingkungan
kondusif
untuk
pertumbuhan
dan perkembangan
remaja.
Sehingga
terjaga
fitrah
remaja agar tidak ternoda dengan
melakukan perbuatan-perbuatan yang
menyimpang dan dilarang agama.
Karena pada dasarnya setiap orang
tua menginginkan remajanya tumbuh
dan berkembang secara sempurna,
sehat jasmani ruhani, terampil, cerdas,
beriman dan berbudi luhur. Untuk itu
orang tua dituntut untuk mengetahui
secara pasti apa yang sedang menjadi
kebutuhan remaja, yang terpenting
adalah kasih sayang agar remaja betah
tinggal bersama di rumah (dengan
keluarga), sanggup mendengar pesan
dan nasehatnya, serta tunduk pada
perintah dan meninggalkan laranganlarangan orang tua yang tidak sesuai
dengan norma (Juwariyah, 2010: 82).
Jika hal itu dilakukan oleh keluarga
maka remaja akan betah di rumah
meskipun dengan orang tua tunggal.
Selain lingkungan
keluarga
ada
lingkungan sosial.
Di
Barat,
anak
dididik
untuk
memiliki
keterampilan
dan kompetensi
dalam berbagai
aktivitasnya agar siap menyapa
semua fenomena
dan berbagai
kondisi perubahan sosial (Juwariyah,
2010: 89). Jika hal itu dilakukan pada
remaja Indonesia maka akan memiliki
kesiapan menghadapi masa depan
dan dapat mem-filter budaya sesuai
dengan norma sosial dan norma
agama yang berlaku.
Tindakan
preventif dan kuratif terhadap budaya
broken home dapat dilakukan berbagai
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

upaya (Mashudi, 2012: 227), yaitu:


Pertama, dukungan sosial adalah
pemberian informasi dari orang
lain yang dicintai atau mempunyai
kepedulian serta memiliki jaringan
komunikasi
atau
kedekatan
hubungan. Fungsi dukungan sosial,
yaitu: emotional support (pemberian
curahan kasih sayang, perhatian
dan kepedulian), appraisal support
(bantuan orang lain untuk menilai
dan
mengmbangkan
kesadaran
akan
masalah
yang
dihadapi),
informational support (nasihat dan
diskusi cara memecahkan atau
mengatasi masalah), instrumental
support (memberikan tempat tinggal,
meminjamkan uang dan menyertai
berkunjung ke biro layanan sosial).
Kedua,kepribadian.Karakteristik
kepribadian yang harus ada, yaitu:
hardiness/ketabahan/daya
tahan
(ditandai sikap komitmen, kesadaran
terhadap
tantangan,
keyakinan),
optimism (mengharapkan hasil yang
baik), sense of humor (senang terhadap
humor).
Upaya-upaya di atas dapat
dipahami
sebagai
konseling
keluarga yang merupakan proses
bantuan kepada individu dengan
melibatkan para anggota keluarga
lainnya dalam upaya memecahkan
masalah yang dialami (Mashudi,
2012: 241). Hendaknya semua orang
tua mampu menciptakan kondisi
keluarga/rumah
tangga
yang
kondusif bagi perkembangan sehat
remaja dan criteria keluarga sehat
ideal yaitu: kehidupan beragama
dalam keluarga, mempunyai waktu
bersama dalam keluarga, mempunyai
11

Ar-Rusyd Utama
komunikasi yang baik antar anggota
keluarga, saling menghargai antar
anggota, mampu menjaga kesatuan
dan keutuhan keluarga, mampu
menyelesaikan
krisis
keluarga
secara
positif
dan
konstruktif
(Hawari, 1997: 200). Oleh karena itu,
kedudukan orang tua dalam keluarga
adalah sangat penting, segala sesuatu
yang diperbuat oleh orang tua akan
dijadikan
teladan.
Masa remaja
banyak mencari tempat identifikasi
pada orang-orang dalam masyarakat
yang dianggapnya ideal. Hal itu perlu
disadari oleh orang tua untuk menjadi
idola bagi remajanya (Walgito, 1994:
73). Sehingga perilaku baik yang
dicontohkan oleh orang tua akan
diidentifikasi remaja.
Konseling keluarga melibatkan
seluruh
anggota keluarga,
dari
upaya yang telah dilakukan orang
tua dibutuhkan
ketaatan
remaja
bermasalah
agar segera keluar
dari permasalahan (internal ataupun
eksternal). Selain upaya yang sudah
disebutkan
di atas, pemenuhan
kebutuhan
jiwa
remaja
akan
menghindarkan
atau
mengatasi
perilaku menyimpang pada remaja.
Para ahli jiwa mengemukakan
3
kebutuhan jiwa asasi:
Pertama, al-hajah li al-nuwuwwi
(growing
up)
yaitu
kebutuhan
pertumbuhan
dan perkembangan
pada segala
aspek
manusiawi,
misalnya
pertumbuhan
jasmani,
perkembangan
kognitif,
afektif,
psikomotor dan sebagainya, termasuk
naluri makan, ingin tahu, bongkar
pasang dan lainnya.
Kedua, al-hajah li an yakuna li al12

fardi muyul (loving), yaitu kebutuhan


menyayangi, menyenangi.
Ketiga, al-hajah ila an yakuna
al-fardu nafsuhu maudhua mailin
(being loved) yaitu kebutuhan untuk
disenangi atau dicintai (Hamdani,
2012: 281).
Dengan
terpenuhinya
kebutuhan remaja di dalam keluarga
maka tidak akan mencari kebutuhan
itu di luar rumah. Hal itu dapat
menghindarkan remaja dari budaya
broken home.
Daftar Pustaka:
Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan,
Bandung: Pustaka Setia, 2012.
Hawari, Dadang, Al-Quran (Ilmu
Kedokteran Jiwa dan Kesehatan
Jiwa),Yogyakarta:
PT.
Dana
Bhakti Prima Yasa, 1997.
Juwariyah, Dasar-dasar Pendidikan Anak
dalam Al-Quran, Yogyakarta:
Sukses Offset, 2010.
Mashudi, Farid, Psikologi Konseling
(Buku Panduan Lengkap dan
Praktis Menerapkan Psikologi
Konseling), Jogjakarta: IRCiSoD,
2012.
Siswanto, Kesehatan Mental: Konsep,
Cakupan dan Perkembangannya,
Yogyakarta: Andi Offset, 2007.
Walgito, Bimo, Bimbingan dan Konseling
Perkawinan, Yogyakarta: Andi
Offset, 2004.
____________, Psikologi Sosial (Suatu
Pengantar), Yogyakarta: Sukses
Offset, 1994.

Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama

Melihat Modernitas dan


Merebaknya Budaya Broken
Home di Masyarakat
Oleh: Irzum Farihah
Dosen Jurusan Dakwah STAIN Kudus
Masyarakat
saat ini telah
mengalami
perubahan
yang
mendasar dalam berbagai aspek.
Proses industrialisasi telah menjadi
kekuatan
yang sangat penting.
Selain memperkenalkan suatu pola
organisasi produksi yang baru,
proses industrialisasi juga memaksa
penyesuaian-penyesuaian nilai dan
norma dalam masyarakat. Dalam
masyarakat
modern
kebebasan
individu dan toleransi terhadap
keyakinan individual dan caranya
masing-masing anggota mengatur
hidupnya sendiri.
Bidang-bidang
kehidupan
yang dikuasai
oleh
kesadaran kolektif, makin menyempit
(Veeger, 1985: 147). Akhirnya hal
tersebut tidak hanya berimbas pada
masyarakat secara luas saja namun
menjadi
virus pada institusi
keluarga.
Keluarga merupakan kelompok
sosial pertama di mana individu
berada dan akan mempelajari banyak
hal penting dan mendasar melalui
pola asuh dan binaan orang tua atau
anggota keluarga lainnya. Keluarga
dapat menjadi mata pisau yang
memiliki sisi yang berbeda. Di satu
sisi baik untuk mengembangkan
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

kepribadian individu ke arah pribadi


yang matang dan tangguh, sebaliknya
keluarga
pun
dapat
menjadi
killing field bagi perkembangan
kepribadian jika tidak berfungsi
sebagai yang diharapkan. Fungsi
keluarga merupakan suatu formulasi
yang ideal, yang dibangun dari
pengalaman yang sukses membina
keluarga dan dari harapan-harapan
masyarakat akan suatu keluarga
yang baik.
Keharmonisan rumah tangga
masyarakat Indonesia belakangan ini
cukup memprihatinkan. Ini terlihat
dari grafik angka perceraian di
Indonesia yang meningkat tinggi dari
tahun ke tahun. Hal ini tidak hanya
dari kabar yang tampak dari televisi,
namun data ini dapat dilihat dari data
KUA, tujuh tahun yang lalu angka
perceraian masih di bawah 100 ribu,
tetapi kini mencapai lebih dari 200 ribu
pertahun. Sebagian besar, 70 persen,
isteri yang mengajukan gugat cerai
kepada suami. Setiap tahun, kurang
lebih ada sekitar 2 juta pasangan
menikah setiap tahun. Di sisi lain,
sekitar 200 ribu pasangan bercerai
setiap tahun. Angka perceraian 10
persen dari angka pernikahan ini
13

Ar-Rusyd Utama
besar sekali, papar Direktur Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam Depag,
Nasaruddin Umar, seperti dilansir
kantor Berita Antara, 15 Agustus
2009. Itu berarti, terdapat 1 perceraian
setiap 10 pernikahan.
Melihatdatatersebut,sepertinya
perceraian dan budaya broken home
pada masyarakat Indonesia sudah
menjadi hal yang biasa.
Yang
dimaksud broken home dapat dilihat
dari dua aspek: (1) keluarga itu
terpecah karena strukturnya tidak
utuh sebab salah satu dari kepala
keluarga itu meninggal atau telah
bercerai, (2) orang tua tidak bercerai
akan tetapi struktur keluarga itu
tidak utuh lagi karena ayah atau ibu
sering tidak dirumah, dan atau tidak
memperlihatkan
hubungan kasih
sayang lagi. Misalnya orang tua
sering bertengkar sehingga keluarga
itu tidak sehat secara psikologis. Dari
keluarga yang digambarkan di atas,
akan lahir anak-anak yang mengalami
krisis
kepribadian,
sehingga
perilakunya
sering salah. Mereka
mengalami gangguan emosional dan
bahkan neurotic (Willis, 2008: 66).
Fenomena ini, menurut Kiai
Sahal (2010) menunjukkan kegagalan
masyarakat
dalam
membina
keluarga. Kalau dari unit terkecil
saja mereka sudah gagal, sulit rasanya
dapat
menyelesaikan
problem
bangsa ini yang begitu kompleks,
tandasnya (Cholil Nafis, 2010: 272).
Permasalahan ini menjadi tanggung
jawab bersama. Ketentraman tentu
14

saja tidak dapat dicapai secara


otomatis, tetapi harus ada tatanan
yang harus dipatuhi oleh kedua
belah pihak. Tatanan ini pun dapat
dilakukan dengan serasi manakala
masing-masing anggota keluarga
mempunyai sikap saling pengertian.
Dengan begitu, berkeluarga
mempunyai
konsekuensi
sikap
pengabdian
satu
sama
lain.
Pengabdian
ini
akan langgeng
dan stabil apabila dilandasi oleh
kesadaran. Sikap-sikap tersebut akan
mendukung terciptanya keluarga
maslahah jika dijalankan atas dasar
rasa cinta (mawaddah), kasih sayang
(rahmah), dan tanggung jawab, yang
pada gilirannya, akan menimbulkan
ketenangan dan ketenteraman hati.
Kadangkala keluarga dapat
dikatakan sebagai masa lalu, saat
otoritas tidak terletak pada keluarga,
tetapi di luar keluarga itu. Posisi
keluarga mulai bergeser di luar batasbatas keluarga. Pada saat industrial
labour masuk melalui kapitalisme
menggantikan family labour yang
telah eksis selama berabad-abad,
maka pada saat itu keluarga mulai
kehilangan otoritas. Kepala keluarga
yang semua memiliki peran dan
kekuasaan yang luas dalam mengatur
sikap dan tindakan-tindakan yang
ideal yang harus diperlihatkan oleh
anggota-anggotanya,
kemudian
harus tunduk pada kekuasaan di
luar keluarga. Apalagi kekuasaan
baru itu telah memberi kekuatan
pada
anggota-anggota
keluarga
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
untuk melakukan
pembangkangan
terhadap nilai dan tata aturan yang
sebelumnya
telah dijalankan
dan
disepakati.
Proses
seperti
ini
juga
dapat berlangsung
karena ikatanikatan
tradisional
mulai
runtuh.
Kepemimpinan
tradisional
dan
jaring-jaring otoritas yang melemah
kemudian
menyebabkan
prinsipprinsip kekuasaan dan kontrol diatur
oleh
pertimbangan-pertimbangan
rasional
dalam
mengambil
keputusan.
Nilai-nilai
mulai
dinegosiasikan
dalam
keluarga,

ke waktu yang cara kerjanya dan


nilai-nilai
yang
melekat
sangat
mempengaruhi ritme kehidupan dan
norma-norma yang terbentuk. Proses
dehumanisasi
yang telah menjadi
suatu mode pembicaraan
tentang
dampak
teknologi
pada
tahun
1980-an, telah melahirkan apa yang
disebut Foucault sebagai the death
of the subject. Proses ini menentukan
bagaimana
struktur
hubungan
antarorang
diberi makna. Apakah
kehadiran
handphone
(seperti
dalam iklan televisi) memang dapat
menggantikan
kehadiran
suami
dalam
proses
persalinan
yang
tidak
dapat
dihadiri
Peran ibu dalam rumah tangga
oleh suami. Electronic space
saat ini sangatlah minim
dikarenakan emansipasi dan seperti ATM, handphone
tuntutan dalam kehidupan, dan internet mengurangi
hubungan face to face secara
sedang orang tua sendiri kurang
(Abdullah
memperhatikan pendidikan anak- substansial

anaknya.
bukan lagi ditentukan oleh orang tua.
Hubungan antar generasi kemudian
terjadi dalam bentuk yang lebih
terbuka dan lepas yang menjadi
dasar bagi pembentukan
karakter
keluarga. Kekuasaan mulai terpecah
dan otoritas keluarga dalam proses
pengambilan
keputusan
mulai
terbatas.
Lemahnya otoritas orang tua
dan hilangnya
fungsi
tradisional
keluarga
mendapatkan
dukungan
pada saat posisi mesin dan teknologi
menjadi semakin penting dari waktu
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

dalam basis, 2003: 30).


Pada saat keluarga
telahterkontaminasidengan
dunia luar, seperti dunia politik dan
pasar yang memaksakan kepatuhankepatuhan
atas nilai dan prinsipprinsip yang berlaku dan tidak dapat
lagi membebaskan dirinya dari pasar
dan politik yang akhirnya sebagai
institusi kemudian melemah. Dalam
proses yang sama, keluarga pun tidak
bisa dijadikan sebagai acuan sebagai
sebuah tempat yang sejuk yang
mampu memecahkan
dengan baik
setiap permasalahan
yang dialami
oleh anggota-anggotanya.
Keluarga saat ini, adalah tempat
15

Ar-Rusyd Utama
yang penuh dengan konflik di mana
perbedaan-perbedaan menjadi unsur
yang paling menonjol. Disintegrasi
berawal dari selalu absennya kepala
keluarga di rumah yang disebabkan
proses mobilitas yang cukup tinggi.
Hal ini menyebabkan peran sosial
orang tua tidak dapat dimainkan
dengan baik. Begitupula dengan
peran ibu dalam rumah tangga
saat ini sangatlah minim, hal ini
disebabkan emansipasi dan tuntutan
dalam kehidupan, sedangkan orang
tua sendiri kurang memperhatikan
pendidikan anak-anaknya. Akhirnya
yang dijadikan model bagi anaknya
adalah orang lain.
Pada
saat
perubahan
masyarakat
berlangsung
dengan
ritme
yang begitu cepat dan
dengan
tekanan-tekanan
sosial
yang kompleks
maka keluarga
cenderung kehilangan
fungsi di
dalam pendefinisasian sosial karena
keluarga tidak memiliki otoritas
yang cukup untuk melakukan tugastugas konvensionalnya. Dalam hal
ini keluarga mengalami kematian
karena keluarga secara fisik tidak
terdefinisikan,
di
mana para
anggotanya tercabik satu persatu ke
luar lingkungannya dan mengalami
berbagai
persoalan
hidupnya
sendiri dengan cara memecahkan
permasalahannya
secara pribadi,
tanpa meminta pertimbangan orang
tua.
Meminjam
apa yang telah
disampaikan ahli sosiologi keluarga,
16

pada saat anggota keluarga mulai


terlibat di luar batas lingkungan
secara permanen atau temporer,
unsur-unsur yang menjadi penyusun
dan
pengikat
keluarga
tidak
dapat dilestarikan dengan mudah.
Kepentingan-kepentingan keluarga
(induk)
telah
dikalahkan
oleh
kepentingan pekerjaan. Pada saat
seperti itu terjadi, apa yang disebut
sebagai fungsi social fabric of meaning
tidak dapat dipertahankan. Keluarga
tidak
lagi
dengan
sendirinya
menyediakan meaning (makna hidup).
Sebaliknya,
orang
memberikan
meaning kalau ia mempunyai waktu
untuk berkeluarga.
Ketika
individu
sudah
berinteraksi dengan pihak lain,
baik dalam lingkungan keluarga
maupun masyarakat, maka akan
bersinggungan
dengan
norma,
aturan, atau hukum yang berlaku
pada komunitas tersebut. Ini menjadi
suatu kewajaran, karena keberadaan
norma kehidupan dalam masyarakat
adalah untuk menjaga keharmonisan
bersama.
Tanpa
itu
semua,
suatu
kelompok dapat dipastikan akan
mengalami kesulitan dalam menjaga
keharmonisan hidup. Oleh karena itu,
menurut Kiai Sahal, untuk mengatur
pelaksanaan norma, hukum, atau
aturan
dalam
suatu
kelompok
diperlakukan
adanya
seorang
pemimpin, dimana tugas utamanya
adalah menjaga norma dan hukum
yang berlaku di suatu kelompok agar
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
dapat dijalankan sebaik-baiknya.
Hubungan suami isteri dalam
sebuah
keluarga
mempunyai
pengaruh
besar
pada anggota
keluarga yang lainnya. Keduanya
adalah
sebagai
kepala
yang
mempunyaitugasdantanggungjawab
yang berbeda. Keduanya adalah
pengemudi
kesatuan
keluarga.
Hubungan yang harmonis akan
menumbuhkan
keharmonisan
hubungan anggota keluarga yang
lain. Suami dan isteri dituntut berlaku
adil dan ber-muasyarah atau bergaul
dengan baik kepada siapapun.
Allah
berfirman,
Dan
pergaulilah mereka (para isteri) secara
patut,
kemudian
bila kamu
tidak
menyukai
mereka, (maka bersabarlah)
karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu,
padahal
Allah
menjadikan
padanya kebaikan yang banyak (Qs. anNisa [4]: 19).
Menjunjung
tinggi
nilainilai
luhur
kemanusiaan
dan
menanamkan benih kesabaran dan
saling pengertian
adalah pesan
utama dalam ayat diatas. Seorang
suami tidak selayaknya bersifat
semena-mena dalam keluarga, lebihlebih kepada isteri dan bersabar jika
ada perselisihan. Begitu pula dengan
isteri, ia harus menjadi isteri salehah
meskipun harus bekerja di luar,
mampu melaksanakan tugas dan
amanah dengan baik.
Membicarakan
perubahan
dalam
suatu
keluarga
dalam
konteks perubahan di masyarakat
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

memang sangat rumit. Bagaimana


memposisikan
keluarga
sebagai
suatu tempat di mana individu
melewatkan waktu pertumbuhan
dan perkembangannya hendaknya
dimulai dengan pendekatan yang
sangat mikro, yaitu tentang hakikat
keluarga
itu
sendiri.
Berawal
dari
informasi
masalah
yang
berakar dari keluarga memang
sudah selayaknya fungsi keluarga
dikembalikan sebagaimana mestinya.
Membicarakan keluarga sebaiknya
dimulai
dengan
membicarakan
keluarga bukan sebagai korban dari
situasi sehingga dapat menimbulkan
kegagalan bagi hidup seseorang.
Membicarakan
keluarga
akan
bermuara pada suatu pemahaman
akan suatu konsep yang harus
dihayati secara mendalam bagi
pasangan suami isteri dan anakanaknya.

Daftar Bacaan:
Nafis, Cholis, Keluarga Maslahah,
Jakarta: Mitra Abadi Press,
2010.
Basis, No. 05 06, Tahun ke-52, Mei
Juni, 2003.
Veeger, K.J, Realitas Sosial, Jakarta:
PT. Gramedia, 1985.

17

Ar-Rusyd Utama

Pandangan Islam
Tentang Keluarga dan
Maraknya Broken Home
Oleh: Adri Efferi
Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus
Pendahuluan
Istilah broken home biasanya
digunakan untuk menggambarkan
keluarga yang berantakan atau tidak
harmonis, akibat orang tua tidak lagi
peduli dengan keadaan keluarga di
rumah. Orang tua tidak memiliki
perhatian
terhadap
anak-anaknya,
baik menyangkut masalah yang ada
di rumah maupun sekolah, bahkan
sampai pada perkembangan pergaulan
anak-anaknya
di
masyarakat.
Terjadinya kondisi ini, karena sering
terjadi keributan serta perselisihan
yang menyebabkan pertengkaran dan
berakhir pada perceraian.
Kondisi
ini
menimbulkan
dampak yang sangat besar terutama
bagi anak-anak, karena kurangnya
perhatian
dari
keluarga
atau
kurangnya kasih sayang dari orang
tua, sehingga membuat mental
seorang anak menjadi frustasi, brutal
dan susah diatur. Hal yang sama
juga terjadi di sekolah, anak-anak
yang berasal dari keluarga yang
broken home, tidak mempunyai minat
untuk berprestasi. Mereka cenderung
bersikap seenaknya saja, tidak disiplin
dalam kelas, selalu berbuat keonaran
dan kerusuhan.
Pada umumnya penyebab
18

utama broken home, adalah kesibukkan


kedua orang tua dalam mencari
nafkah keluarga, ayah bekerja dan
ibu menjadi wanita karier. Pada saat
pulang sekolah di rumah tidak ada
orang yang bisa diajak berbagi dan
berdiskusi, bahkan untuk sekedar
bercanda ria setelah seharian sibuk
dengan aktifitasnya sebagai pelajar.
Maka tidak bisa disalahkan, kalau
pada akhirnya membuat anak mencari
pelampiasan di luar.
Terkait dengan peran orang
tua dalam keluarga, satu hal yang
terkadang salah kaprah, seringkali
sebagian orang tua beranggapan
bahwa wujud perhatian mereka
kepada anak-anaknya, ketika semua
fasilitas dan materi yang dibutuhkan
si anak, telah mereka cukupi bahkan
sampai berlebih. Padahal mereka
lupa, bahwa orang tua merupakan
contoh (role model) atau teladan
bagi perkembangan anak-anaknya,
terutama
pada
perkembangan
psikis dan emosi. Anak-anak perlu
pengarahan, kontrol, serta perhatian
yang cukup dari mereka. Satu hal lagi,
orang tua merupakan salah satu faktor
sangat penting dalam pembentukan
karakter si anak, selain faktor
lingkungan, sosial, dan pergaulan.
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
Perlu disadari,
keberadaan
seorang anak dalam sebuah keluarga,
tidak hanya akan menjadi aset
berharga bagi keluarga tersebut,
tetapi dalam lingkup yang lebih luas
merupakan penentu juga bagi corak
masyarakat dan negara, dimana
si anak berdomisili.
Oleh karena
itu, mereka harus tumbuh dan
berkembang dalam keluarga yang
harmonis, agar menjadi figur-figur
yang berkualitas. Dan bagi keluarga
yang mengalami broken home, harus
segera dicarikan solusinya, agar tidak
merugikan semua pihak. Tentunya
beragam solusi telah ditawarkan,
salah satunya dalam perspektif Islam.
Munculnya Broken Home
Penyebab timbulnya keluarga
yang broken home, tentunya sangat
beragam tergantung situasi dan
kondisi yang dihadapi oleh keluarga
itu sendiri. Namun secara umum
faktor penyebab itu antara lain:
Pertama,
orang tua yang
bercerai. Perceraian merupakan suatu
kenyataan, dari kehidupan suami isteri
yang tidak lagi dijiwai oleh rasa kasih
sayang. Dasar-dasar perkawinan yang
telah terbina bersama, mengalami
kegoyahan dan tidak mampu lagi
menompang keutuhan kehidupan
keluarga yang harmonis. Dengan
demikian hubungan suami isteri
makin lama makin renggang, masingmasing atau salah satu membuat
jarak sedemikian
rupa sehingga
komunikasi terputus sama sekali.
Bentuk hubungan seperti ini, lama
kelamaan akan menciptakan situasi
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

keterasingan dan keterpisahan yang


makin melebar. Jadi ada pergeseran
arti dan fungsi, sehingga suami isteri
merasa serba asing tanpa ada rasa
keterikatan yang intim lagi.
Kedua, budaya bisu dalam
keluarga. Budaya bisu ditandai
dengan tidak adanya komunikasi
yang seimbang dan dialog antar
anggota keluarga. Dalam sebuah
keluarga, seringkali kita jumpai
bentuk komunikasi yang berlangsung
hanya satu arah saja. Orang tua selalu
memposisikan diri sebagai pihak
yang lebih tahu dan paling berkuasa.
Dengan kata lain, apapun yang keluar
dari mulut orang tua merupakan
perintah (instruksi) yang tidak
terbantahkan. Kondisi seperti ini,
akan memupuk rasa frustasi dan rasa
jengkel dalam diri anak-anak. Mereka
tidak ingin selalu menjadi pendengar
setia, namun adakalanya mereka juga
ingin didengarkan, apalagi terkait
dengan dunianya.
Ketiga, perang dingin dalam
keluarga. Istilah perang dingin, tidak
hanya dialamatkan pada dua negara
yang sedang terlibat dalam situasi
pertikaian saja. Kosa kata ini bisa
juga dipakai untuk menggambarkan
kondisi hubungan dalam sebuah
keluarga. Indikatornya adalah tidak
adanya komunikasi yang harmonis
dan dialog yang seimbang antar
anggota keluarga, serta munculnya
rasa perselisihan dan kebencian dari
masing-masing pihak. Awal perang
dingin ini, dapat disebabkan karena
suami mau memenangkan pendapat
dan pendiriannya sendiri, sedangkan
19

Ar-Rusyd Utama
isteri
hanya
mempertahankan
keinginan dan kehendaknya sendiri
pula. Sedangkan dari pihak anakanak, juga melalukan hal yang sama,
terkadang tidak mau tahu dengan
situasi dan kondisi yang sedang
dihadapi oleh kedua orang tuanya.
Sikap Islam Dalam Mengatasi Broken
Home.
Dalam
pandangan
Islam,
sosok orang tua diposisikan sebagai
figur sentral pendidikan
dengan
menjadikannya
sebagai sekolah/
madrasah pertama (madrasat al-ula)
bagi anak. Meskipun jujur harus
kita akui bersama, seiring dengan
berkembangnya peradaban manusia
dan pesatnya kemajuan yang dialami
oleh ilmu pengetahuan
saat ini,
peran sebagai figur sentral ini mulai
terabaikan. Dengan dalih mengejar
karir dan memenuhi
kebutuhan
hidup, peran mereka sebagai pendidik
digantikan oleh para guru di sekolah
maupun institusi pendidikan lainnya.
Meskipun sangat sederhana
kita membahas tentang broken home,
ada benang merah yang dapat
ditarik bahwa sesungguhnya broken
home dapat terjadi, karena buruknya
hubungan atau pola komunikasi
yang tidak lagi harmonis dalam
keluarga. Oleh karena itu, apabila
kita ingin mendapatkan solusi dari
sudut pandangan Islam, tentunya
harus diketahui bagaimana Islam
memformulasikan
ikatan
yang
bernama keluarga tersebut.
Hal pertama yang harus
diketahui atau sama-sama kita sadari,
20

betapa memperoleh keturunan itu


merupakan sebuah nikmat yang tidak
ternilai harganya bagi pasangan suami
isteri. Islam memandang bahwa anakanak merupakan hiasan kehidupan
dunia, sebagaimana difirmankan oleh
Allah swt. dalam al-Quran:

Harta dan anak-anak adalah perhiasan


kehidupan dunia (Qs. al-Kahfi [18]: 46)
Berdasarkan
firman
di
atas dapat dipahami bahwa anak
merupakan
penyejuk
hati
dan
penenang jiwa bagi para orang tua;
ayah dan ibu. Oleh karena itu, tidak
jarang kita dengar lantunan-lantunan
doa untuk memperoleh keturunan,
dan lebih khusus diperuntukkan agar
dianugrahi anak-anak yang mampu
membahagiakan orang tuanya. Di
antara doa yang populer adalah:

Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada


kami pasangan
kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami) (Qs. alFurqan [25]: 74).
Siapapun orang tua di dunia ini,
apabila ditanya keinginan serta tugas
mereka terhadap anak-anaknya, pasti
akan menjawab; menjaga kesehatan
dan memenuhi kebutuhan mereka,
untuk memelihara kesalihan hamba
dan kebaikan negeri; untuk mencapai
kebaikan bagi mereka di dunia dan
akhirat; agar anak-anak menjadi
keindahan dan penyejuk pandangan
mata yang menyenangkan, memberi
keharuman hidup di dunia, menjadi
anak-anak saleh dan istikamah dalam

Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
suama dan anak-anaknya. Ia bertanggung
jawab atas mereka. (HR. Bukhari dan
Muslim).
Tidak
diragukan
lagi,
konsep pendidikan (tarbiyah) yang
diperintahkan oleh Allah untuk kita
terapkan dalam membina keluarga,
menyimpan banyak keberkahan dan
manfaat nyata yang kebaikannya
kembali kepada anak-anak, keluarga
dan semua masyarakat baik di
dunia maupun di akhirat kelak.
Pengaruhnya meliputi di dunia
untuk kesalehan dan kemaslahatan
hamba serta kemakmuran negeri.
Sementara kebaikan yang akan


didapat di akhirat, terletak pada
akan
terabadikannya kebaikan yang
mengalir pada catatan amal orang tua
Wahai
orang-orang
yang beriman!
sebagai pendidik. Kebaikan mereka
Peliharalah dirimu dan keluargamu dari

akan terus bertambah dengan hasil


api neraka yang bahan bakarnya adalah
pendidikan (tarbiyah) tersebut. Dengan
manusia dan batu (Qs. at-Tahrim [66]:
melakukan
pendidikan,
mereka
6)
Disamping
ayat al-Quran, akan meningkat derajatnya di sisi
Allah swt. Kemudian, manfaat yang
tidak sedikit juga hadis dari Nabi
disebutkan tadi akan saling take and
Muhammad
mengisyaratkan
give dalam memberi manfaat antara
pelaksanaan amanah ini, diantaranya
agama, yang berhias dengan akhlak
dan budi pekerti, juga berbahagia di
dunia dan akhirat.
Untuk mendapatkan semua
keinginan
mulia di atas, Allah
menyuruh kita menjaga keluarga
dan memelihara anak, serta membina
mereka di atas nilai kebaikan, petunjuk
dan
segala
yang mengandung
rida Allah dan Rasul-Nya. Allah
menyuruh kita menjaga mereka dari
segala yang akan merusak mereka
dan menyebabkan Allah dan RasulNya murka. Allah memerintahkan hal
itu dengan firman-Nya:

sebagaimana
diriwayatkan
dari
Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah
saw. bersabda, Semua kamu adalah
pemimpin dan semua kamu bertanggung
jawab atas bawahannya. Seorang lakilaki menjadi pemimpin di ruamahnya
dan bertanggung
jawab atas anggota
keluarganya.
Seorang
wanita (isteri)
harus menjaga rumah suaminya dan
bertanggung jawab atas segala yang ada
di dalamnya.
Dalam riwayat Imam Muslim
dikatakan, Wanita pemelihara rumah
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Pada umumnya
penyebab utama
broken home, adalah
kesibukkan kedua orang
tua dalam mencari nafkah
keluarga, ayah bekerja
dan ibu menjadi wanita
karier.

21

Ar-Rusyd Utama
bapak, Ibu dan nenek moyang dengan
anak-cucu-keturunan.
Maksudnya,
orang tua (bapak dan ibu) mendapat
manfaat dari perbuatan baik anakanak mereka. Demikian pula anak,
cucu dan keturunan akan mendapat
manfaat dari kesalehan orang tua.
Hal kedua yang juga harus
diketahui
dan sama-sama
kita
sadari, bahwa tidak selamanya
bahtera rumah tangga yang dibina
pasangan suami isteri, berlayar di
lautan yang tenang. Akan datang
suatu masa, dimana ombak pasang
dan gelombang menguncang bahtera
tersebut. Pada saat inilah komitmen
kedua belah pihak akan diuji, apakah
mereka
sanggup
melewatinya
dan keluar
sebagai
pemenang
atau sebaliknya kandas dan porak
porandalah bahtera rumah tangga
tersebut, sederhananya perceraianlah
yang akan terjadi.
Memang
perceraian
bukanlah perbuatan yang terlarang,
sebagaimana hadis dari Ibnu Umar
r.a., ia berkata: Rasulullah saw.
bersabda,
Perbuatan
halal
yang
dimurkai
oleh Allah adalah
talak/
perceraian. (HR. Abu Dawud dan
Ibnu Majah). Hadis ini tentunya
harus disikapi secara bijaksana, agar
tidak memandang sepele tindakan
perceraian. Sebagai seorang muslim,
sebaiknya prinsip yang ditanamkan
adalah: Apa gunanya melakukan
sebuah perbuatan halal kalau Allah
swt. tidak rida atau murka, karena
sesungguhnya sebagai hamba yang
22

kita cari dalam kehidupan di dunia


ini, tidak lain hanyalah senantiasa
dapat berjalan di jalur yang Allah
swt. ridai. Talak (perceraian) bukan
hal yang disukai Allah swt., sebab
menimbulkan banyak petaka dan
kerugian bagi pasangan suami isteri,
khususnya lagi bagi anak-anak
mereka (salah satunya seperti yang
disebutkan di atas mengalami broken
home).
Oleh karena itu, perceraian
merupakan langkah terakhir ketika
segenap usaha untuk berdamai
sudah tidak ada lagi. Perselisihan itu
sudah mengarah pada permusuhan,
menanam bibit kebencian antara
keduanya
atau
terhadap
kaum
kerabat. Mudah-mudahan dengan
perceraian itu terjadilah ketertiban
dan ketentraman antara kedua belah
pihak, dan supaya masing-masing
dapat mencari pasangan yang cocok
sehingga dapat mencapai tujuan
mulia dari sebuah ikatan yang
bernama pernikahan itu. Semoga
menjadi pasangan yang sakinah,
mawaddah wa rahmah.
Akhirnya,
dengan
dua
pengetahuan dan kesadaran di atas
insya Allah munculnya broken home
dalam keluarga dapat diatasi, atau
kita cegah kemunculannya. Wallahu
alam.

Pada umumnya
penyebab utama
broken home, adalah
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama

BROKEN HOME DALAM


orang tua dalam
PERSPEKTIF
mencari
nafkah ISLAM
keluarga, ayah bekerja
dan ibu menjadi wanitaOleh: Ahmad Supriyadi
Dosen karier.
Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus
Pendahuluan
Islam

sebagai

agama

yang

memberikan
kesejahteraan
bagi
semua manusia selalu mendapatkan
tantangan
oleh
ulah
tingkah
laku manusia. Manusia memang
diciptakan untuk beraksi dan beraksi
dan berekspresi
sesuai
dengan
kemampuannya. Salah satu tantangan
adalah broken home yang banyak
berjangkit di kalangan remaja. Para
remaja sekarang banyak berbuat yang
aneh-aneh, terutama tawuran, minum
obat-obatan
terlarang,
perzinaan,
pornografi, bahkan sekarang banyak
remaja putri
(ABG) yang menjual
diri kepada orang-orang dewasa.
Peristiwa tersebut sepertinya tidak
aneh didengar
oleh masyarakat
umum. Semua itu banyak diakibatkan
karena para remaja yang sedang
broken home.
Peristiwa

itu

memang

tidak

fasilitas serta sarana dan pra sarana


mudah didapat. Misalnya obat-obat
terlarang, zaman dahulu sangat
sulit didapat, tetapi sekarang sangat
mudah untuk mendapatkan, tinggal
duit sesuai kemampuan.
Bila broken home ini merupakan
penyakit masyarakat, Islam sebagai
rahmatanlilalamintentumemilikisolusi
yang tepat untuk menyembuhkan
penyakit itu. Hal itu didukung oleh
al-Quran yang menyatakan bahwa alQuran sebagai obat. Ini menunjukkan
adanya tantangan bagi Islam untuk
menyelesaikan
permasalahan
masyarakat tentang broken home dari
sisi Islam sebagaimana di dalam alQuran.
Pengertian Broken Home
Broken home merupakan istilah
yang biasa digunakan untuk menyebut

hanya terjadi sekarang ini, tetapi di


zaman dahulu juga sudah pernah
ada dan dilakukan oleh para remaja.
Namun dampak perbuatan itu kecil
bagi remaja tidak seperti sekarang

seseorang
yang
digambarkan
keluarganya mengalami keretakan.
Pada umumnya keluarga yang orang
tuanya masih utuh dalam ikatan
rumah tangga dikatakan keluarga
yang harmonis. Tetapi keluarga yang

ini dampaknya sangat besar karena

orang tuanya bercerai maka sering

Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

23

Ar-Rusyd Utama
dikatakan broken home. Maka broken

Sebagaimana firman Allah dalam al-

home bisa dikatakan kondisi keluarga

Quran,

yang tidak harmonis dan tidak berjalan


dengan baik layaknya keluarga

yang rukun, damai dan sejahtera.


Walaupun ada yang mengartikan
bahwa broken home itu juga tingkah
laku anak yang ditinggalkan oleh
orang tuanya baik karena perceraian,
kematian atau pun karena kesibukan
orang tua. Pengertian yang terakhir
itu kurang fokus dan sangat luas
sehingga dapat memudarkan
broken home, oleh karena itu penulis

arti

membatasi pengertian broken home itu


identik dengan keluarga yang orang
tuanya cerai.
Broken Home Perspektif Islam
Islam mendeklarasikan sebagai
agama yang memiliki sistem hidup
(way of life). Setiap agama mempunyai
cita-cita
untuk
mensejahterakan
pemeluknya.
Hanya saja
pada
implementasinya
manusia sebagai
pemeluk
agama
tersebut
telah
mereduksinya
untuk kepentingan
subjektif
bahkan dihinakan
oleh
kebodohan
manusia
sehingga
dipersempit menjadi sekedar ritual
dan simbol formalistik dan bahkan
dianggap sesuatu yang merepotkan
lagi meresahkan.
Agama

Islam

merupakan

sebuah sistem hidup yang universal,


mencakup akidah, syariah dan akhlak.



Hai orang-orang yang beriman, masuklah
kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu (Qs. al-Baqarah [2]:
208).
Ayat ini memberikan petunjuk
bagi orang-orang yang beriman agar
melaksanakan sistem Islam secara
menyeluruh
atau
komprehensif.
Implementasinya tidak hanya pada
akidah saja atau akhlak saja tetapi
ketiga-tiganya yaitu akidah, syariah
dan akhlak. Komprehensif berarti
syariah Islam merangkum seluruh
aspek kehidupan, baik ibadah maupun
muamalah atau hidup bersosial.
Ibadah diperlukan untuk menjaga
ketaatan dan keharmonisan hubungan
manusia dengan penciptanya (Allah).
Ibadah
juga merupakan
meminta petunjuk kepada

sarana
Allah

untuk mengemban amanat manusia


sebagai khalifah di bumi ini. Adapun
muamalah
diwahyukan
untuk
mengatur hubungan manusia dengan
manusia lainnya dalam pergaulan.
Misalnya
dalam
bermuamalah
haruslah memperhatikan
prinsip (Yusuf, 2002: 36-42):

prinsip-

Pertama, ummatan wahidah. Umat


24

Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
Islam sebagai umat yang satu artinya

tapi hakikatnya Islam adalah untuk

manusia

seluruh umat manusia. Ajaran Islam

asalnya

adalah

satu yang

diikat oleh kesamaan visi dan tujuan


hidup berdasarkan tauhid laa ilaaha
illallah. Kesatuan
yang diikat oleh
akidah ini mengalahkan segala ikatan
primordial yang ada. Oleh karena itu, ia
merupakan satu kekuatan yang kokoh.
Manusia itu adalah umat yang
satu.
(Setelah
timbul
perselisihan),
maka Allah mengutus para nabi, sebagai
pemberi
peringatan,
dan Allah
menurunkan bersama mereka Kitab
yang benar, untuk memberi Keputusan
di antara manusia tentang perkara yang
mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih
tentang Kitab itu melainkan orang yang
telah didatangkan kepada mereka kitab,
yaitu setelah datang kepada mereka
keterangan-keterangan
yang
nyata,
Karena dengki antara mereka sendiri.
Maka Allah memberi petunjuk orangorang yang beriman kepada kebenaran
tentang hal yang mereka perselisihkann
itu dengan kehendak-Nya.
dan Allah
selalu memberi petunjuk orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus
(Qs. al-Baqarah [2]: 213).
Umat Islam merupakan umat
yang tidak membedakan antara suku,

mendorong lahirnya umat yang


multi ras, etnik, dan golongan. Tetapi
memiliki satu kekuatan yang kokoh
yaitu tauhid.


Hai manusia, Sesungguhnya kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal (Qs. al-Hujurat
[49]: 13).

Kedua, umat yang menekankan


pada kesamaan dan kesetaraan.
Prinsip ini menjadi landasan
tidak adanya diskriminasi dalam
Islam. Bagi Islam seluruh umat adalah
sama baik laki-laki, perempuan,

bangsa dan jenis kulit, jadi umat


yang multi ras. Ia diturunkan Allah
untuk seluruh manusia dari bangsa
dan golongan manapun. Islam tidak

muda, tua adalah sama, yang


membedakan diantara mereka adalah
kadar ketakwaan kepada Allah.

identik dengan Arab. Hanya faktor


Nabi saja yang memang orang Arab,

diantara kamu disisi Allah ialah orang yang


paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha

Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Sesungguhnya orang yang paling mulia

25

Ar-Rusyd Utama
Mengenal (Qs. al-Hujurat [49]: 13).

keadilan.

Ayat di atas memberikan pesan


bahwa Islam itu tidak boleh ada
diskriminasi, tetapi mengedepankan
kesatuan dan kesamaan baik gender,
ras maupun etnik. Prinsip ini dapat
ditelusuri dalam pesan seperti salat
dan haji. Bahwa kesamaan bacaan
dan gerakan salat dan kesamaan
kedudukan jemaah pada salat jemaah

Islam sebagai solusi bagi


keluarga broken home
dengan pendekatan
pendidikan. Dalam Islam
ibu merupakan guru yang
pertama dan utama dalam
keluarga. Seorang ibu
mempunyai peranan penting
dalam mendekati anakanaknya untuk bisa dididik
dengan ajaran-ajaran Islam.
mengisyaratkan
persamaan
dan
kesetaraan manusia di hadapan Allah.
Tidak ada perbedaan antara orang
kaya dan orang miskin, semua apabila
rukuk mereka pasti rukuk dan bila
sujud, mereka juga sujud. Demikian
pula dalam haji, semua orang
berpakaian ihram tanpa jahitan yang
melambangkan kesamaan manusia
di hadapan Allah. Dengan demikian
agama Islam lebih mengedepankan
persamaan dan kesetaraan.
Ketiga,

umat yang mencintai

Prinsip

Islam

sangat

mengedepankan
keadilan
di
masyarakat. Keadilan berarti adanya
persamaan
dalam
melaksanakan
hukum-hukum Allah dan tidak
membeda-bedakan
dalam
implementasi hukum. Dan keadilan
ini mendekati pada ketakwaan.

Berlaku adillah, karena adil itu lebih


dekat kepada takwa. dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan
(Qs. al-Maidah [5]: 8).
Islam

sebagai

solusi

bagi

keluarga broken
home dengan
pendekatan
pendidikan.
Dalam
Islam ibu merupakan guru yang
pertama dan utama dalam keluarga.
Seorang ibu mempunyai peranan
penting dalam mendekati anakanaknya untuk bisa dididik dengan
ajaran-ajaran
Islam.
Sejatinya
semua yang dilakukan oleh anakanak yang broken home merupakan
perbuatan-perbuatan yang dilarang
oleh Islam. Misalnya minum-minum
yang memabukkan, sek bebas, judi,
mencuri, semua
itu merupakan
perbuatan
yang
dilarang keras
oleh Islam. Bila anak mendapatkan

bimbingan rohani sejak kecil maka ia


26

akan kembali kepada aturan-aturan


Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
atau nasihat-nasihat Islam yang telah
diperolehnya dari keluarga. Karena itu
Islam menekankan rumahku adalah
surgaku. Setiap anggota keluarga
termasuk orang tua punya kewajiban
bersama dalam menciptakan kondisi
rumah menjadi surga. Hal itu sulit
tercapai
bila
setiap
komponen
keluarga tidak ada upaya untuk
menuju ke surga. Keluarga yang telah
menjadi surga, tidak mungkin aka
nada anak-anak yang broken home
karena Islam sudah memberikan
rambu-rambu secara preventif kepada
setiap manusia.
Keluarga seperti ini hanya bisa
dibangun dengan pondasi Islam. Saat
keluarga mendapat cobaan dan ujian,
apakah masalah ekonomi, kenakalan
anak, kejenuhan dalam pernikahan,
dan lain lain, selalu disandarkan
kepada Allah swt. Ia yakin dengan
firman Allah swt.,

Allah
tidak
membebani
seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa
(dari kejahatan) yang dikerjakannya.
Karena

itu,

agar

tidak

terjerumus menjadi broken home, orang


tua hendaknya memperbaharui lagi

Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

tujuan pe
rnikahan
itu sendir
i, mereview kem
bali apa f
ungsi per
nikahan,
visi dan
misinya d
alam men
garahkan
keluarga
dan men
didik ana
k. Hanya
dengan
menge
mbalikan
fung

si
keluarga
pada
posisiny
a, ana
kanak ter
hindar
dari bro
ken hom
e.
Selanjutn
ya, tida
k akan
ada la
gi
kisah-kisa
h pilu

korban traficking
atau seks bebas seperti dialami Sarah
dan teman-temannya seperti di atas
(www.baitijannati.wordpress.com)
Selain perbaikan pada unsur
rumah
tangga,
juga
perbaikan
pada sisi pendidikan anak. Karena
sesorang masyoritas dipengaruhi
oleh pendidikan yang ia terima dan
juga bacaan yang ia baca. Islam
memberikan pendidikan pada akhlak
yang mulia. Pada intinya pendidikan
Islam menurut Mahmud Yunus dan
Qosim Bakri (1992: 7) memiliki dua
arti:
Pertama,

pendidikan

Islam

dalam pengertian umum yaitu segala


pengaruh yang membentuk seseorang
dari sisi badannya, akalnya dan
akhlaknya semenjak lahir sampai
meninggal. Jadi segala sesuatu
di dunia ini menjadi pendidikan
menurut arti umum, maka dapat
di katakan pendidikan itu menurut
hadis pendidikan semenjak lahir sampai
meninggal.
Kedua,

pendidikan

Islam

dalam pengertian khusus yaitu segala

27

Ar-Rusyd Utama
sarana

yang dipilih

mengembangkan

khusus
potensi

untuk

Daftar Pustaka:

badan

Yusuf, Ali Anwar, Wawasan Islam,

anak, akalnya dan akhlaknya dan


pendidikan ini ada pada pendidikan
rumah dan pendidikan sekolah.
Tujuan

pendidikan

Islam

Bandung: Setia Pustaka, 2002.


Yunus, Mahmud, dan Qosim Bakri,
1992, At-Tarbiyatu wa Talim,
Ponorogo: Darussalam Press,
1992.

menurut Fazlur Rahman sebagaimana


yang ditulis oleh Sutrisno (2006: 170
adalah membangun anak untuk bisa

Al-Munawar,

mengerjakan dan bertanggung jawab


terhadap hidupnya di dunia dan di
akhirat. Dasar pengertian ini di ambil
dari hadis Nabi, Capailah kehidupan
akhirat dengan apa yang dikaruniakan
Allah tapi jangan
lupa kebutuhan
kehidupanmu
di dunia. Dan dalam
hadis yang lain, Kejarlah dunia seakan

Sutrisno, Fazlur Rahman Kajian Terhadap

kamu hidup selamanya dan berbuatlah


untuk akhiratmu
seakan kamu besok
meninggal.

Said

Agil

Husin,

Aktualisasi Nilai-Nilai Quran


Dalam Sistem Pendidikan Islam,
Jakarta: Penerbit PT. Ciputat
Press, 2005.
Metode, Epistemologi Dan Sistem
Pendidikan, Yogyakarta: Penerbit
Pustaka Pelajar, 2006.
www.baitijannati.wordpress.com
http://hizbut-tahrir.
or.id/2012/03/06/brokenhome-berujung-seks-bebas.

Kesimpulan
Broken home merupakan masalah
individu tetapi mempunyai dampak
yang sangat luas bagi masyarakat,
karena itu Islam memberikan solusi
penyelesaian
dengan memperbaiki
tujuan pernikahan dan melaksanakan
tugas
dan
tanggung
jawab
sebagaimana diatur di dalam alQuran dan juga diselesaikan dengan
memberikan pendidikan formal dan
non-formal secara baik.

28

Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama

Keluarga Sebagai Sumber


Kebermaknaan Hidup

(Sebuah Solusi Menekan Merebaknya Budaya Broken


Home)
Oleh: Fatma Laili Khoirun Nida
Dosen Jurusan Dakwah STAIN Kudus
Broken
Home;
Pemicu
dan
Dampaknya
Sudah menjadi kesepakatan
masyarakat bahwa selain sekolah,
keluarga merupakan pijakan utama
bagi pembentukan karakter individu.
Menurut
Zuhairini
(1995; 177)
keluarga adalah lembaga pendidikan
pertama yang bertanggung jawab
atas penyelenggaraan pendidikan.
Dalam
Undang-Undang
Sistem
Pendidikan Nasional No. 2 Tahun
1989 pasal 10 ayat 4 yang menyatakan
bahwa Keluarga merupakan bagian
dari jalur pendidikan luar sekolah
yang memberikan keyakinan agama,
nilai budaya, nilai-nilai moral, dan
keterampilan pada anak. Lembaga
pendidikan
keluarga merupakan
lembaga pendidikan yang pertama,
tempat
anak
didik
pertamatama menerima pendidikan dan
bimbingan dari orang tuanya atau
anggota keluarga lainnya
Besarnya peranan keluarga
dalam suatu proses pendidikan
individu serta dalam melakukan
pendampingan
bagi
individu
dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya, saat ini sedang
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

dihadapkan pada ancaman yang


besar dengan merebaknya budaya
broken home yang terjadi hampir di
setiap lapisan masyarakat.
Makna
broken home berasal dari kata break
yang artinya keretakan, sedang
home mempunyai arti rumah atau
rumah tangga. Jadi broken home
adalah keluarga atau rumah tangga
yang retak (John M. Echols & Hasan
Shadily, 1996: 81). Broken home
dapat juga diartikan dengan kondisi
keluarga yang tidak harmonis dan
tidak berjalan layaknya keluarga
yang rukun, damai, dan sejahtera
karena sering terjadi keributan serta
perselisihan yang menyebabkan
pertengkaran dan berakhir pada
perceraian.
Retaknya
suatu
keluarga
dalam fenomena broken home dapat
dipicu oleh banyak hal. Pada tahun
2010, dari 285.184 kasus perceraian
di seluruh Indonesia penyebab
pisahnya pasangan jika diurutkan
tiga besar paling banyak akibat
faktor ketidakharmonisan, tidak ada
tanggung jawab dari pasangan, dan
masalah ekonomi (www.republika.
co.id).
29

Ar-Rusyd Utama
Anak
merupakan
korban
yang paling utama bagi retaknya
keluarga
(broken
home).
Tidak
dipungkiri bahwa perkembangan
mental anak akan lebih baik jika
anak berlatar belakang dari keluarga
yang berhubungan akrab, penuh
kasih
sayang dan menerapkan
disiplin
berdasarkan
kecintaan.
Michael Lifshitz mengatakan bahwa
anak atau remaja yang berasal dari
keluarga kacau (gagal) lebih banyak
memiliki konsep diri negatif, lebih
banyak mengalami kesulitan dalam
hubungan sosial, lebih ekstrim
mengekspresikan
perasaan, lebih
penakut dan lebih sulit mengontrol
dari pada anak dari keluarga utuh
(Shochib, 1998: 9).
Bila kita melihat fenomena yang
terdapat di masyarakat Indonesia
saat ini, tidak dapat di pungkiri
bahwa kontributor utama kenakalan
pada remaja adalah kegagalan orang
tua untuk menciptakan keluarga
yang harmonis dan kondusif bagi
perkembangan jiwa anak mereka.
Kenakalan remaja yang berbentuk
tawuran antar pelajar, seks bebas,
penggunaan NAPZA maupun geng
motor serta bentuk perilaku delinkuen
banyak di dominasi oleh remaja yang
berkembang dari keluarga yang tidak
harmonis. Tentunya hal ini menjadi
ancaman paling besar dalam proses
pembangunan masyarakat untuk
jangka panjang.

30

Keluarga dan Kebermaknaan Hidup


Membangun keluarga dalam
kehidupan berumah tangga adalah
hal yang lebih mudah dibandingkan
menjaga keberlangsungan rumah
tangga tersebut. Hingga saat ini,
beragam penelitian terus dilakukan
dalam rangka mencari solusi yang
tepat untuk menekan
pesatnya
laju pertumbuhan keluarga yang
mengalami kehancuran (broken home).
Semua kajian yang telah dilakukan
senantiasa berpijak pada hal-hal
yang bersifat fundamental yang
berkontribusi
melemahkan suatu
kekuatan rumah tangga sehingga
berakhir pada kehancuran. Dari sekian
banyak faktor yang berkontribusi
pada
maraknya
keluarga yang
broken adalah hilangnya kemampuan
pasangan
suami
isteri
untuk
menjadikan keluarga sebagai media
dalam
mencapai
kebermaknaan
hidup.
Sebagaimana
diketahui
bahwa setiap individu senantiasa
mendambakan keberhasilan untuk
mencapai hidup yang bermakna.
Hasrat
untuk
hidup
bermakna
merupakan kebutuhan yang sangat
mendasar bagi setiap individu.
Terpenuhinya
kebutuhan
untuk
mencapai kebermaknaan hidup akan
berdampak munculnya kepuasan
bagi individu tersebut yang berujung
pada kebahagiaan dalam hidupnya.
Makna hidup memiliki karakteristik
personal, temporer dan unik. Makna
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
hidup tersebut secara umum dapat
berbentuk sesuatu yang dipandang
penting, berharga serta diyakini
sebagai sesuatu yang benar serta
dapat dijadikan sebagai tujuan hidup
bagi setiap individu (Bastaman, 1995:
194).
Victor E. Frankl, seorang
neuro-psikiater
menyatakan
bahwa
terdapat
tiga
sumber
kebermaknaan hidup bagi setiap
individu yang meliputi, pertama:
creative values, dimana seseorang
dapat
mencapai
kebermaknaan
hidup melalui keterlibatan mereka
dalam menyelesaikan tugas yang
diembankan
dalam
hidupnya
dengan penuh tanggung jawab.
Pekerjaan apapun pada dasarnya
hanya berfungsi sebagai media untuk
mengembangkan
potensi dirinya
dalam rangka proses pencapaian
makna
hidupnya.
Melakukan
semua tugas dengan tanggung
jawab
sehingga
menghasilkan
kebermanfaatan untuk orang-orang
disekitanya dengan mengoptimalkan
kreativitas,
kesungguhan
dan
rasa tanggung jawab merupakan
salah satu realisasi individu untuk
mencapai hidup yang bermakna.
Sumber makna hidup yang
kedua adalah
experiental
values.
Ketika seseorang dapat menghayati
segala peran dan keadaan hidupnya
sebagai suatu kebenaran, kebaikan,
keadilan,
keindahan,
keimanan
dan sebagai sesuatu yang berharga
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

dalam hidupnya, maka ia telah


mampu menemukan makna dalam
hidupnya. Menurut Frankl, cinta
kasih merupakan hal yang sangat
penting dalam proses penghayatan
dan pengembangan hidup yang
bermakna. Menerima keberadaan
seseorang baik itu pasangan, anak,
orang tua, sahabat, maupun orang
lain dengan apa adanya sebagai
aktualisasi
dari
pengembangan
kebutuhan afeksi akan menjadi jalan
bagi seseorang untuk mencapai

Bila kita melihat


fenomena yang terdapat
di masyarakat Indonesia
saat ini, tidak dapat
di pungkiri bahwa
kontributor utama
kenakalan pada remaja
adalah kegagalan orang
tua untuk menciptakan
keluarga yang harmonis.
kebermaknaan
hidup
melalui
memberikan rasa cinta dan dicintai.
Keberhasilan inilah yang akan
membawa seseorang untuk mencapai
hidup bahagia karena kebermaknaan
hidup yang diperolehnya melalui
penghayatan eksistensi peran dirinya
dengan segenap kemampuannya
untuk menerima orang lain dan
segala kejadian yang terjadi dalam
hidupnya.
Sumber makna hidup yang
31

Ar-Rusyd Utama
ketiga
adalah
attitudinal
values
atau nilai-nilai bersikap. Nilai-nilai
bersikap dapat diimplementasikan
melalui
kemampuan
seseorang
untuk menerima dengan tabah
dan bersikap
positif
terhadap
segala penderitaaan yang terjadi
dalam kehidupannya. Keberhasilan
individu untuk melewati keadaan
tersulit dalam kehidupannya dengan
sikap positif akan menjadi sumber
kebermaknaan hidup bagi individu
tersebut sehingga kebahagiaan hidup
mampu ia peroleh dalam keadaan
apapun.
Ketiga sumber kebermakanaan
hidup di atas apabila diposisikan
dalam eksistensi suatu kehidupan
keluarga akan sangat berkontribusi
positif dalam proses pengokohan
suatu bangunan keluarga itu sendiri.
Sebagaimana telah disebutkan di atas
bahwa makna hidup dapat berbentuk
apapun yang dianggap seseorang
mampu memiliki arti penting dan
berharga
dalam
kehidupannya.
Keluarga, sangat berpotensi untuk
menjadikan
eksistensinya sebagai
objek dalam aktualisasi
ketiga
sumber kebermaknaan hidup di atas.
Dengan merealisasikan
nilai-nilai
kreatif melalui kesungguhan dan
tanggung jawab untuk mengemban
tugas dan kewajiban
individu
dalam
keberlangsungan
suatu
keluarga, maka akan melahirkan
suatu kebahagiaan dalam hidup
mereka. Pada konteks ini, keluarga
dan segala
konsekwensi
yang
32

terdapat
dalam
dinamikanya
bukan dipandang sebagai beban
melainkan sebagai sarana dalam
pencapaian kebermaknaan hidup.
Melalui keluarga individu dapat
mengoptimalkan perannya sebagai
seorang anak, suami, isteri, maupun
orang tua secara optimal dalam
kondisi apapun.
Di sisi lain, keluarga akan
mampu menjadi media bagi individu
untuk
memenuhi
kebutuhan
afeksinya
melalui
aktualisasi
nilai-nilai
penghayatan
sebagai
sumber makna hidup yang kedua.
Keberadaan pasangan hidup dengan
segala kelebihan dan kekurangan
yang melekat pada dirinya sebagai
manusia
tentu
akan
menjadi
tugas
tersendiri
bagi
masingmasing pasanagan yang terlibat
didalamnya untuk saling menerima,
memahami, melengkapi dan berbagi.
Keberhasilan
masing-masing
pasangan untuk saling memenuhi
kebutuhan kasih sayang, menghayati
masing-masing
kelebihan
dan
kekurangan dengan sikap terbuka,
komunikatif, jujur, akan berdampak
pada kelanggengan keberlangsunagn
kehidupan keluarga tersebut yang
secara bersamaan akan memberikan
kepuasan hidup bagi masing -masing
pasangan maupun anak sebagai
individu yang terlibat di dalamnya.
Dalam dinamika kehidupan
keluarga pun tak akan pernah luput
dari permasalahan yang sekaligus
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
kerap
menjadi
stimulus
yang
dianggap
tidak
menyenangkan
bagi masing-masing individu yang
terlibat
didalamnya.
Kematian
pasangan, perbedaan persepsi dalam
mensikapi permasalahan, kesulitan
ekonomi, permasalahan kesehatan,
dan berbagai permasalahan lain yang
menyertai
perjalanan
kehidupan
suatu keluarga tentunya tidak dapat
dihindari
sebagai
konsekwensi
dari proses pematangan individu
yang terlibat didalamnya. Salah
satu inidikator pencapaian makna
hidup melalui realisasi nilai-nilai
bersikap (attitudinal values) adalah
kemampuan
individu
untuk
mengembangkan sikap-sikap yang
positif dalam merespon semua
stimulus yang dianggap negatif
(tidak
menyenangkan
tersebut.
Keberhasilan
individu
dalam
mengembangkan sikap yang positif
dalam merespon stimulus apapun
yang
dimungkinkan
muncul
dalam dinamika kehidupan suatu
keluarga akan membawa dampak
kokohnya
bangunan
keluarga
tersebut. Dampak positif ini akan
menghasilkan kebermaknaan hidup
semua individu yang terlibat di
dalam keluarga tersebut sehingga
peran keluarga semakin kuat sebagai
pijakan bagi individu didalamnya
untuk
mencapai
kebahagiaan
hidupnya.

akan meningkatkan motivasi bagi


individu yang terlibat didalamnya
untuk
mengokohkan
eksistensi
keluarga
itu
sendiri
sehingga
ancaman
kehancuran
keluarga
(broken home) dapat dihindari.
Dengan merealisasikan ketiga nilai
diatas dalam menjalani dinamika
kehidupan
berkeluarga,
maka
diharapkan akan mampu menghalau
faktor-faktor negatif sebagai pemicu
merebaknya budaya broken home
sehingga
tercapailah
stabilitas
kehidupan suatu keluarga sebagai
pilar utama pembangunan suatu
bangsa.
Daftar Pustaka:
Bastaman, Hanna Djumhana, Integrasi
Psikologi Dengan Islam Menuju
Psikologi Islami, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1995.
Echols, John M & Hasan Shadily,
Kamus
Inggris-Indonesia,
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1996.
Shochib, Mochammad, Pola Asuh
Orang Tua untuk Membantu
Anak Mengembangkan Disiplin
Diri, Jakarta: Rineka Cipta,
1998.
Zuhairini, et. al., Filsafat Pendidikan
Islam, Jakarta: Bumi Aksara,
1995.
www.republika.co.id (27 Mei 2013).

Besarnya peranan keluarga


untuk
menjadi
sarana
dalam
mencapai
kebermaknaan
hidup
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

33

Ar-Rusyd Utama

Trik Jitu Mengatasi


Keluarga
Broken Home
Oleh: Anita Rahmawaty
Dosen Jurusan Syariah STAIN Kudus
Pendahuluan
Dewasa ini, salah satu masalah
dalam kehidupan yang dianggap
paling berat adalah masalah yang
terjadi dalam keluarga. Broken home
atau dengan kata lain perpecahan
dalam keluarga merupakan salah
satu masalah yang kerap terjadi
dalam kehidupan berumah tangga.
Dalam kebanyakan kasus broken home,
anak selalu menjadi atau dijadikan
korban. Menjadi
korban karena
hak-haknya
untuk
mendapatkan
lingkungan keluarga yang nyaman,
tenteram, dapat berinteraksi dengan
baik, bertukar pikiran dan saling
mencintai telah dilanggar. Dijadikan
korban karena orang tua kerap kali
melibatkan
anak dalam
konflik
keluarga (Swastika, 2010: 1). Kondisi
keluarga broken home ini menimbulkan
dampak yang sangat besar bagi anak
dalam
proses perkembangannya,
terutama untuk kehidupannya
di
masa yang akan datang. Untuk itu,
diperlukan trik-trik jitu sebagai solusi
dalam mengatasi keluarga broken
home.
Sekilas tentang Broken Home
Willis dalam Putri (2012: 149)
34

mengemukakan bahwa istilah broken


homeseringdiidentikkandengankrisis
keluarga yaitu kondisi keluarga yang
sangat labil, dimana komunikasi dua
arah dalam kondisi demokratis sudah
tidak ada. Quensel, dkk. dalam Putri
(2012: 149) menjelaskan bahwa broken
home biasanya digunakan untuk
menggambarkan keluarga yang tidak
harmonis dan tidak berjalan layaknya
keluarga yang rukun dan sejahtera
akibat sering terjadi konflik yang
menyebabkan pada pertengkaran,
bahkan
dapat
berujung
pada
perceraian. Hal ini akan berdampak
besar
terhadap suasana
rumah
yang tidak lagi kondusif, orang tua
tidak lagi perhatian terhadap anakanaknya sehingga berdampak pada
perkembangan anak, khususnya anak
remaja.
Sementara itu, orang
tua
adalah panutan dan teladan bagi
perkembangan
remaja,
terutama
pada perkembangan psikis dan emosi
serta orang tua adalah pembentukan
karakter yang terdekat. Jika remaja
diharapkan pada kondisi broken
home dimana orang tua mereka tidak
lagi menjadi panutan bagi dirinya,
maka akan berdampak besar pada
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
perkembangan
dirinya.
Dampak
psikis yang dialami oleh remaja yang
mengalami broken home, diantaranya
adalah
remaja
menjadi
lebih
pendiam, pemalu, bahkan despresi
berkepanjangan.
Faktor lingkungan
tempat remaja bergaul adalah sarana
lain jika orang tua sudah sibuk dengan
urusannya sendiri. Jika remaja berada
di lingkungan pergaulan yang negatif
karena keadaannya labil, maka tidak
menutup kemungkinan remaja akan
terjerumus dalam lembah pergaulan
yang tidak baik.

orang tua. Ketidakdewasaan


sikap
orang tua, salah satunya dapat dilihat
dari sikap egoisme dan egosentrisme.
Egoisme adalah suatu sifat buruk
manusia yang mementingkan dirinya
sendiri.
Sedangkan
egosentrisme
adalah sikap yang menjadikan dirinya
pusat perhatian
yang diusahakan
oleh seseorang dengan segala cara.
Egoisme orang tua akan berdampak
kepada anaknya, yaitu timbul sifat
membandel, sulit disuruh dan suka
bertengkar
dengan
saudaranya.
Adapun sikap membandel
adalah
aplikasi
dari
diharapkan pada rasa
marah

Jika remaja
Faktor-Faktor
kondisi broken home dimana t e r h a d a p
Penyebab
Broken Home
orang tua mereka tidak lagi orang tua yang
Faktor- menjadi panutan bagi dirinya,
egosentrisme.
Seharusnya
faktor
yang
maka akan berdampak besar orang
tua
menyebabkan
pada perkembangan dirinya m e m b e r i
broken
home,
contoh
yang
sebagaimana
baik seperti suka bekerjasama, saling
disinyalir oleh Arifandi (2013: 15-17),
membantu,
bersahabat
dan ramah.
diantaranya adalah:
Sifat-sifat
ini adalah
lawan dari
Pertama,
terjadinya
perceraian.
egoisme dan egosentrisme.
Perceraian
menjadikan
penyebab
Ketiga, orang tua yang kurang
terjadinya
keluarga
broken home.
Faktor-faktor
yang menyebabkan memiliki rasa tanggung jawab. Tidak
perceraian, diantaranya adalah: (1) bertanggung jawabnya orang tua,
satunya
adalah
masalah
adanya dis-orientasi tujuan suami salah
isteri dalam membangun bahtera kesibukan. Saat ini, kesibukan adalah
satu kata yang telah melekat pada
rumah tangga dan faktor kedewasaan
masyarakat modern. Sebagai orang
yang
mencakup
intelektualitas
tua, seharusnya kita bisa membagi
dan emosionalitas; (2) kemampuan
anak-anak
mengelola dan mengatasi berbagai waktu untuk membuat
tidak merasa kehilangan figur orang
masalah keluarga; dan (3) pengaruh
perubahan
dan
norma
yang tua. Sebab, kebanyakan anak yang
bermasalah itu dikarenakan broken
berkembang di masyarakat.
Kedua,
ketidakdewasaan
sikap home (Susilo dan Chandra, 2010: 1).
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

35

Ar-Rusyd Utama
Keempat, jauh dari Tuhan. Segala
sesuatu perilaku manusia disebabkan
karena dia jauh dari Tuhan. Sebab,
Tuhan mengajarkan agar manusia
berbuat baik. Jika keluarga jauh dari
Tuhan dan mengutamakan materi
dunia semata, maka kehancuran dalam
keluarga itu akan terjadi. Karena dari
keluarga tersebut akan lahir anakanak yang tidak taat kepada Tuhan
dan kedua orang tuanya.
Kelima, adanya masalah ekonomi.
Dalam suatu keluarga, terkadang
mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan ekonomi rumah tangga.
Isteri banyak menuntut hal-hal di luar
makan dan minum. Padahal dengan
penghasilan suami sebagai buruh
lepas, hanya dapat memberikan
makan dan rumah petak tempat
berlindung yang sewanya terjangkau.
Karena
suami
tidak
sanggup
memenuhi tuntutan isteri dan anakanaknya akan kebutuhan-kebutuhan
yang disebutkan tadi, maka timbullah
pertengkaran suami-isteri yang sering
menjurus ke arah perceraian.
Keenam,
kehilangan
kehangatan
dalam keluarga. Kurang atau putus
komunikasi di antara anggota keluarga
menyebabkan hilangnya kehangatan
di dalam keluarga antara orang tua
dan anak. Faktor kesibukan biasanya
sering dianggap penyebab utama dari
kurangnya komunikasi, di mana ayah
dan ibu sibuk bekerja dari pagi hingga
sore hari, mereka tidak punya waktu
untuk makan siang bersama, salat
berjemaah di rumah dan anak-anak
tidak memiliki tempat curhat dengan
36

mengungkapkan
pengalaman,
perasaan dan pemikiran tentang
kebaikan keluarga termasuk kritik
terhadap orang tua mereka. Yang
sering terjadi adalah kedua orang tua
pulang hampir malam karena jalanan
macet, badan capek, sampai di rumah
mata mengantuk dan tertidur.
Ketujuh,
adanya
masalah
pendidikan. Masalah pendidikan sering
menjadi penyebab terjadinya broken
home. Jika pendidikan suami isteri
rendah, maka suami isteri sering tidak
dapat memahami lika-liku keluarga.
Karena itu sering salah menyalahkan
bila terjadi persoalan di keluarga.
Akibatnya selalu terjadi pertengkaran
yang mungkin akan menimbulkan
perceraian.
Membincang Trik-Trik Mengatasi
Keluarga Broken Home
Sebenarnya ada banyak trik-trik
jitu yang bisa dilakukan apabila kita
terjebak dalam situasi broken homeyang
tidak mengenakkan ini (Arifandi:
2013: 24-26). Awalnya memang sulit
dan tidak gampang karena kita mesti
menghadapi situasi yang belum
pernah kita hadapi sebelumnya.
Bagaimana cara mengatasinya agar
kita tetap merasa baik-baik saja
dan tidak menjadi malu serta tidak
percaya diri atau malah lari dari
masalah dengan cara-cara yang salah?
Nah, berikut ini beberapa trik jitu
untuk mengatasi broken home.
Pertama,
hadapi
semua
permasalahan dengan bersikap positif.
Semua permasalahan harus dihadapi
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
dengan bersikap
positif. Karena
tidaklah semua yang terjadi itu
merupakan suatu hal buruk meskipun
itu sesuatu yang berdampak negatif
terhadap kita. Kita harus mencoba
menerima keadaan dan berusaha tegar
dan sabar. Hal ini akan membantu kita
mengatasi masalah tersebut.
Kedua, berpikir positif. Peristiwa
yang kita alami kita harus dilihat
dari sisi positifnya. Karena di balik
semua masalah, pasti ada hikmah
yang dapat kita petik. Jadikan itu
semua sebagai proses pembelajaran
bagi kita menuju tahap kedewasaan.
Jauhkan segala pikiran buruk yang
bisa menjerumuskan kita ke jurang
kehancuran,
seperti
memakai
narkoba, minum-minuman
keras,
bahkan malah sampai mencoba untuk
bunuh diri.
Ketiga, jangan terjebak dengan
situasi
dan
kondisi.
Kita
tidak
boleh terjebak dengan situasi dan
menghakimi orang tua atau diri
sendiri atas apa yang terjadi serta
rasa marah dengan keadaan ini.
Alangkah baiknya apabila kita bisa
memulai untuk menerima itu semua
dan mencoba menjadi lebih baik.
Keterpurukan bukanlah jalan keluar.
Sebaiknya kita harus tegar, sabar dan
mencoba bangkit untuk menghadapi
cobaan ini. Yakinlah bahwa Allah
tidak akan memberikan cobaan di luar
batas kemampuan kita. Untuk itu,
usaha dan doa itu adalah kuncinya.
Keempat, mencoba hal-hal baru.
Tidak ada salahnya kita mencoba
sesuatu yang baru, asal bersifat positif
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

dan dapat membentuk karakter


positif di dalam diri kita. Contohnya,
mencoba hobi baru, seperti olah raga
ekstrem (hiking, rafting, skating atau
olah raga alam) yang dapat membuat
kita bisa lebih fresh (segar) dan
melupakan hal-hal yang buruk. Selain
itu, kita bisa mengekspresikan hobi
dalam bidang seni, seperti menyanyi
atau melukis.
Kelima, cari tempat untuk berbagi.
Kita tidak hidup sendirian, karena
manusia adalah makhluk sosial yang
hidup berdampingan dengan orang
lain. Mencari tempat yang tepat untuk
berbagi adalah solusi yang cukup baik
buat kita, contohnya teman, sahabat,
atau mungkin juga orang tua dan
saudara. Tetapi, tetap diusahakan
tempat kita berbagi itu adalah orang
yang dapat dipercaya dan kita bisa
enjoy berkeluh kesah dengannya.
Keenam,
jangan
mengatasi
masalah dengan masalah. Hilangkan
pikiran bodoh yang melankolis
yang
terus
membayang-bayangi
kehidupanmu.
Broken
home
merupakan trauma berat. Tapi hanya
jiwa-jiwa yang tangguh dan optimis
yang mampu mengantisipasinya.
Tidak
perlu
menceburkan
diri
kepada masalah yang lain untuk
melupakannya.
Seperti
narkoba,
minuman keras, kenakalan remaja,
atau pergaulan bebas. Karena semua
itu tidak akan menyelesaikan masalah
tetapi malah membuatmu semakin
terpuruk.
Ketujuh, hadapi permasalahan.
Hadapilah kondisi broken home itu
37

Ar-Rusyd Utama
dengan gagah berani. Hanya dengan
berani menghadapinya, maka kamu
akan dapat melaluinya dan akhirnya
mampu memulai lembaran baru
dalam
kehidupanmu.
Misalnya,
orang tua cerai bukan mengharapkan
anaknya
tercerai
berai
pula.
Maafkanlah orang tua apabila kamu
kecewa dengan sikap mereka. Setiap
manusia pernah melakukan khilaf
dalam hidup. Manusia yang mudah
memberi maaf akan menjadi manusia
yang kuat dalam menghadapi badai
masalah apapun jenisnya. Maka,
jadilah pemaaf!
Kedelapan, kejar impian dan citacitamu. Khalil Gibran berujar bahwa
orang tua bukanlah pemilik dari
anak-anak mereka sehingga tidak bisa
menentukan masa depannya kecuali
anak itu sendiri. Jadi, ketika broken
home terjadi, maka semangat untuk
mengejar mimpi dan mewujudkan
cita-cita tidak perlu ikut hancur dalam
dirimu. Tetap berjuanglah
untuk
menggapai
harapan-harapanmu,
jangan jadikan keluarga broken home
sebagai kendala. Tetaplah semangat !
Beberapa trik di atas dapat
dijadikan acuan buat kita karena
sebenarnya
semua permasalahan
itu pasti ada solusinya. Last but not
least, broken home bukanlah
akhir
dari segalanya bagi kehidupan. Jalan
masih panjang
untuk menjalani
hidup kita sendiri. Pergunakanlah
situasi
ini sebagai sarana
dan
media pembelajaran guna menuju
kedewasaan. Kita masih bisa berbuat
banyak serta melakukan hal positif.
38

Menjadi manusia yang lebih baik


belum tentu kita dapatkan apabila ini
semua tidak terjadi. Mungkin saja ini
merupakan sebuah jalan baru menuju
pematangan sikap dan pola berpikir
kita.
Daftar Pustaka:
Anggraeni, Widi Dwi, Learning
Motivation On Broken Home
Adolescent,
diakses
dari
Gunadarma University Library,
h ttp : / / libra ry . g u n a da rma .
ac.id., 2011.
Arifandi, Denny, Pengaruh Broken
Home terhadap Perkembangan
Remaja, diakses 16 Maret 2013.
Putri AR, Sri Wahyu, Perilaku
Memaafkan di Kalangan Remaja
Broken Home, dalam Empathy,
Vol. 1, No. 1, Desember 2012,
hlm. 144-154.
Susilo,
Leona
dan
Chandra,
Kesibukan
Menyebabkan
Anak Broken Home, dalam
Radar Lampung, Jumat 2 Juli
2010 diakses pada 18 Juni 2013.
Swastika, Ivadhias, Resiliensi pada
Remaja
yang
Mengalami
Broken Home, diakses dari
Gunadarma University Library,
h ttp : / / libra ry . g u n a da rma .
ac.id., 2010.

Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama

Broken Home dalam


Perspektif
Al-Quran dan Cara
Mengatasinya
Oleh: Ma`mun Mu`min
Dosen Jurusan Ushuluddin STAIN Kudus
Pengertian Broken Home
Setiap orang yang berkeluarga
pasti
mendambakan
keluarga
sakinah, yaitu keluarga yang rukun,
tentram, adem-ayem, dan sejahtera,
serta disertai kasih sayang di antara
anggota
keluarganya.
Sebaliknya
setiap orang yang berkeluarga pasti
tidak
menghendaki
keluarganya
menjadi broken home. Secara harfiah,
broken home berarti rumah yang jatuh
atau rumah yang hancur. Namun
yang dimaksud di sini bukan rumah
dalam arti fisik, tetapi kondisi atau
keadaan
rumah tangga, dimana
kondisi atau keadaan suatu rumah
tangga yang hancur porak-poranda,
yakni keluarga yang hancur, sarat
percekcokan, dan penuh kebencian di
antara sesama anggota keluarganya
(Hawari, 1999).
Walaupun setiap kita sangat
tidak
menghendaki
keluarganya
menjadi broken home, namun dalam
faktanya
makin
banyak
orang
justeru bertindak mengarah pada
terciptanya broken home. Sikap-sikap
individualisme,
konsumerisme,
hedonisme, materialisme, kapitalisme,
dan liberalisme dalam keluarga yang
telah banyak menjatuhkan
orang
pada broken home justeru menjadi tren
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

dalam keluarga modern dewasa ini


(Kurzman, 1998). Budaya dan pola
hidup tersebut bahkan oleh sebagian
orang dijadikan sebagai jalan untuk
mengangkat popularitas diri di
masyarakat, meski harus melalui
perceraian (Daradjat, 1997).
Tentu saja bagi banyak orang
yang berakal sehat hal ini menjadi
tindakan absurd dan tidak harus
terjadi, sebab selain bertentangan
dengan etika dan moral, juga dibenci
oleh agama manapun. Dewasa ini
angka perceraian semakin tinggi dan
anak yang terjebak dalam broken home
semakin besar jumlahnya. Menurut
hasil penelitian, tidak kurang satu juta
anak harus terlibat dalam perceraian
dalam setiap tahunnya dan akhirnya
mereka harus terjerumus dalam
kehidupan yang kelam dan tidak
bermasadepan (Papalia, Olds, dan
Feldman, 2004).
Permasalahannya, apakah hal
tersebut akan kita biarkan begitu saja?
Tentu tidak. Setiap kita harus memiliki
perhatian dan konsen meminimalisir
setiap tindakan yang berujung pada
broken home serta berperan aktif
mewujudkan keluarga sakinah yang
sama-sama
kita
idam-idamkan.
Tulisan singkat ini bermaksud
39

Ar-Rusyd Utama
mengangkat
broken
home
dalam
perspektif al-Quran dan bagaimana
teknik mewujudkan keluarga sakinah
menurut al-Quran. Tentu saja tulisan
ini tidak berpretensi untuk merubah
broken home menjadi keluarga sakinah
secara instan, namun paling tidak
memiliki andil untuk meminimalisir
broken home dan akibatnya.
Broken Home dalam Perspektif alQuran
Al-Quran
dengan
tegas
mengutuk broken home dan membenci
setiap tindakan yang bisa berakibat
pada broken
home. Sebab tujuan
diciptakannya
manusia berpasangpasangan kemudian bersatu yang
diikat dalam satu ikatan pernikahan
dengan dasar takwa kepada Allah,
sehingga menurunkan
keturunan
yang banyak (Qs. an-Nisa [4]: 1). Dalam
Qs. al-Rum ayat 2 dijelaskan bahwa
tujuan nikah adalah membentuk
keluarga sakinah, mawadah,
wa arrahmah (Mohamed, 2008).
Islam sangat mendambakan
keluarga harmonis. Menurut Savitri
Ramadhani
(2006, 23), keluarga
harmonis mempunyai karakteristik
tertentu, yaitu kehidupan beragama
yang baik di dalam keluarga,
mempunyai waktu bersama antara
sesama anggota keluarga, mempunyai
komunikasi yang baik antar anggota
keluarga, saling menghargai antara
sesama anggota keluarga, masingmasing anggota keluarga merasa
terikat dalam ikatan keluarga sebagai
suatu ikatan kelompok dan ikatan
kelompok ini bersifat erat dan kohesif,
bila terjadi permasalahan
dalam
40

keluarga, maka masalah tersebut


dapat diselesaikan secara positif dan
konstruktif.
Sebab dalam setiap kasus
broken home, anak selalu menjadi atau
dijadikan korban. Menjadi korban
karena haknya untuk mendapat
lingkungan keluarga yang nyaman
telah dilanggar. Dijadikan korban
karena orangtua kerap melibatkan
anak
dalam
konflik
keluarga
(Chandra, 2002). Banyak orangtua
yang saling tarik-menarik anak saat
konflik berlangsung dengan alasan
cinta.
Dalam
kondisi
bingung,
anak
terombang-ambing
antara
dua orang yang mengaku paling
menyayanginya. Ironisnya, banyak
di antara anak korban broken home
yang memilih lari dari keluarganya
dan bersahabat dengan narkoba
atau hal-hal negatif lainnya. Dalam
beberapa kasus, orangtua malah
menyalahkan anak yang tidak bijak
memilih pergaulan atau justru saling
menyalahkan
yang
menambah
beban pikiran anak. Jika dibiarkan,
hal tersebut akan menghilangkan
kepercayaan anak terhadap orangtua.
Akhirnya, keberadaan orang tua tidak
lagi dianggap penting oleh anak.
Dengan sebab ini al-Quran mengutuk
keluarga yang broken home (Hawari,
1999).
Teknik Mengatasi Broken Home
Banyak faktor baik langsung
maupun tidak langsung yang bisa
menyebabkan
munculnya broken
home, seperti: (a) orang tua bercerai,
(b) sifat individualis dan egois di
antara anggota keluarga, (c) saling
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
membisu dan komunikasi buruk, (d)
perang dingin dalam keluarga, (e)
mengedepankan perbedaan daripada
persamaan
di
antara
anggota
keluarga, (f) antara suami dan isteri
mempertahankan
status sosialnya
masing-masing, dan (g) hilangnya
sifat arif dan saling memahami dalam
keluarga (Dedeh, 2012).
Islam memandang, perceraian
adalah sesuatu yang lumrah terjadi
dalam suatu keluarga dan halal,
namun pada saat yang sama Allah
membenci tindakan perceraian. Dalam

Kiat membangun
keluarga sakinah pada
hakikatnya adalah
mendekatkan keluarga
dengan nilai-nilai
Islam.
beberapa kasus perceraian mungkin
disebabkan oleh adanya perbedaan
prinsip hidup, dan di antara lainnya
bisa disebabkan
oleh
masalahmasalah
pengaturan
keluarga.
Akan tetapi, yang jelas kasus-kasus
perceraian itu sama halnya dengan
kaus-kasus sosial lainnya, biasanya
bersifat multifaktoral dan biasanya
berujug pada broken home. Dalam
keluarga
broken
home,
hubungan
interpersonal di antara suami-isteri
dalam keluarga broken home telah
semakin memburuk. Dalam beberapa
hal disebutkan bahwa kedekatan fisik
tidak bisa mempengaruhi kedekatan
personal
antar
individu.
Sebab
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

inti dari semuanya adalah adanya


komunikasi yang baik antarpasangan.
Dalam komunikasi ini berbagai faktor
psikologis termuat di dalamnya,
sehingga patut mendapat perhatian
yang utama.
Menurut
Hartley
(1993),
memburuknya komunikasi di antara
suami-isteri juga menjadi pemicu
utama dalam keluarga broken home.
Sehingga hadirnya rasa saling percaya,
saling terbuka, dan saling suka di
antara kedua pihak bisa membantu
tercipta komunikasi yang positif.
Dalam kondisi seperti ini, kematangan
kepribadian menentukan penerimaan
peran dari pasangan komunikasinya
(Kabul, 1978). Masih menurut Hartley
(1993), hal yang tidak kalah penting
adalah adanya hubungan dua arah
dalam komunikasi ini. Terjadi saling
pengertian akan makna tersirat
dan tersurat dalam komunikasi,
sehingga komunikasi menjadi sarana
penting dalam menuju hubungan
antarpasangan yang efektif dan
menjadi pendorong bagi munculnya
efek disposisi biologis suami-isteri
yang harmonis (Wright, 1989).
Dalam suasana keluarga broken
home bukan hanya komunikasi yang
memburuk, tetapi juga terdapat
aspek yang tidak relevan dalam
hubungan itu, sehingga menyebabkan
berkurangnya ketertarikan antardiri
dan saling mengabaikan. Lemahnya
ketertarikan ini bisa berdampak
pada pengabaian sosial termasuk
pengabaian afektif (affective disregard).
Dalam keluarga broken home antar
pasangan terjadi penurunan rasa saling
menilai secara positif, yang terjadi
41

Ar-Rusyd Utama
penilaian menjadi cenderung negatif
satu dengan yang lainnya. Fenomena
ini bisa berdampak negatif pada
perkembangan psikologis anak dalam
keluarga. Remajalah yang dalam hal
ini sangat rentan. Menurut Erickson
(2001), masa remaja merupakan
masa pencarian
identitas.
Masa
remaja ditandai dengan pergolakan
internal untuk menemukan identitas
dirinya berkaitan dengan eksistensi
hidupnya. Pengaruh faktor broken
home keluarga menjadi faktor negatif
dalam penemuan
identitas yang
sehat. Sehingga remaja cenderung
mengalami
fase
kebingungan
identitas. Perkembangan afeksi juga
bisa mengalami hambatan. Hal ini
dikarenakan
adanya
pengabaian
afeksi oleh orangtuanya. Lebih jauh,
terdapat
sifat-sifat
penghambat
perkembangan
kepribadian
yang sehat yang terwujud dalam
kepribadian anak, sehingga mereka
mungkin mengalami schizoid atau bisa
berdampak hingga schizophrenia.
Broken home merupakan realitas
yang terkadang tak terelakkan dan
cukup berimplikasi
negatif
bagi
perkembangan
kepribadian
yang
sehat,
meskipun
kita mengakui
peranan
lingkungan
dalam
perkembangan
individu juga tak
terhindarkan.
Akan tetapi dalam
beberapa penelitian, faktor broken home
memainkan peranan cukup signifikan.
Fenomena broken home dalam keluarga
sudah
selayaknya
mendapatkan
perhatian dan penanganan
yang
serius dan efektif, terutama dari segi
psikologisnya. Sejalan dengan prinsip
yang dikemukakan oleh Kierkegaard
42

bahwa zu den sachen selbst (kembali


pada realitasnya sendiri). Kierkegaard
(1813-1855) dalam eksistensialismenya
mengemukakan bahwa pentingnya
menempatkan dan menghargai nilainilai subjektivitas diri tiap orang.
Suami-isteri harus sadar bahwa sejak
semula mereka telah berikrar untuk
menyatukan adanya subjektivitas.
Jika ini diabaikan suatu kondisi yang
harmonisakanjauhdarirealitas.Dalam
hubungannya dengan keluarga yang
sehat, adanya nilai-nilai subjektivitas
suami-isteri harus saling mengakuinya
dan bukan dipertentangkan. Jika
tidak,
hubungan
interpersonal
keduanya menjadi memburuk dan
menyebabkan
keretakan
dalam
keluarga. Dengan begitu, kedua
pasangan telah melebihkan kapasitas
egonya, mengukuhkan status sosial
masing-masing, dan kearifan menjadi
sirna.
Terkait dengan hal tersebut,
menurut
Freud
(2002)
dalam
psikoanalisisnya
menyebutkan
pentingnya keselarasan antara fungsi
ide, ego, dan superego agar tercipta
suatu hubungan interpersonal yang
sehat, tidak saling membisu, dan
terbangun komunikasi positif. Inilah
yang seharusnya ada dalam hubungan
sebuah keluarga yang harmonis,
sakinah, mawadah, dan warohmah.
Namun
penghargaan
nilainilai subjektif ini dari hari ke hari
nampaknya
semakin
memudar.
Seiring dengan asumsi Erich Fromm
(1998)
dalam eksistensialismenya
bahwa
manusia
semakin
hari
semakin merasa kesepian dan merasa
teraleniasi dalam dunia sendiri.
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
Kesepian
ini
dirasakan
seiring
terpisahnya manusia dari alam dan
manusia yang lainnya. Globalisasi
dan kemajuan zaman telah merebut
peran eksistensi dasar manusia. Jika
dahulu kebersamaan adalah norma
wajib dalam masyarakat, sekarang
ini mungkin berbeda. Waktu-waktu
untuk dihabiskan bersama orang
lain semakin sedikit. Hal ini berari
manusia sudah tidak berdasarkan
pada realitasnya (zu den sachen selbst).
Rasa kebersamaan
luntur seiring
berkembangnya rasa keterpsiahan
dari realitasnya. Menurut Fromm
(1998)
munculnya
liberalisme
berlebihan
dan
individualisme
ekstrim dalam keluarga yang telah
menjadi sumber masalah broken home
semakin meningkat. Dalam hal ini,
manusia sudah keluar dari realitas
eksistensinya sebagai mahluk sosial.
Dalam kondisi seperti ini, menurut
Robert Lauer (1977) harus kembali
pada jati dirinya sebagai mahluk
sosial yang saling membutuhkan satu
dengan lainnya.
Membentuk Keluarga Sakinah
Keluarga
sakinah
adalah
tempat kita bernaung dari segala
permasalahan
kehidupan.
Rumah
yang diisi dengan keluarga sakinah
akan menjadi rumah yang dirindukan
setiap orang. Rumah penyejuk hati
yang akan menghibur pemiliknya
setiap kali singgah di rumah tersebut.
Kiat membangun keluarga sakinah
harus diketahui sedini mungkin,
bukan hanya pada saat akan menikah.
Seorang remaja harus memahami
bagaimana kiat membangun keluarga
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

sakinah sebelum ia masuk pada usia


pernikahan dan selanjutnya menjalani
pernikahan tersebut.
Menurut Dadang Hawari (1999),
paling tidak ada empat hal yang harus
dilakukan orang dewasa yang akan
berkeluarga, yaitu:
Pertama,
mempersiapkan
kualitas diri sebaik mungkin dalam
semua hal. Seorang pria yang baik
memiliki kecendrungan yang lebih
besar untuk mendapatkan pasangan
yang baik pula. Oleh karena itu,
mempersiapkan diri sebaik mungkin
sebelum memasuki jenjang usia
pernikahan merupakan langkah awal
untuk mendapatkan seseorang terbaik
yang akan mengajak kita membangun
sebuah keluarga sakinah yang menjadi
impian setiap orang.
Kedua, memilih pasangan yang
terbaik dengan cara yang terbaik.
Kiat membangun keluarga sakinah
selanjutnya adalah pada cara memilih
pasangan dan siapa yang dipilih. Cara
memilih pasangan hidup merupakan
awal dari bagaimana sebuah keluarga
tersebut akan berjalan. Seseorang
yang menemukan pasangan hidupnya
di majlis taklim maka kemungkinan
sakinah yang akan di dapat jauh
lebih besar ketimbang mendapatkan
pasangan di dalam diskotek atau
tempat-tempat hiburan dan maksiat
lainnya.
Ketiga, membangun visi misi
dan orientasi membangun rumah
tangga semata-mata untuk mencari
keridaan Allah. Rumah tangga yang
memiliki orientasi ketuhanan atau
Rabbani merupakan rumah tangga
yang memiliki peluang paling besar
43

Ar-Rusyd Utama
untuk menjadi sakinah. Sebaliknya,
rumah tangga yang hanya memburu
kehidupan dunia maka rumah tangga
tersebut akan rentan mengalami
keretakan, terlebih lagi apabila cara
awal mencari dan memilih pasangan
hidup sudah salah.
Keempat,
menjadikan
agama
sebagai ruang gerak dan semua
orientasi dalam kehidupan rumah
tangga. Jika agama menjadi ruh
bergeraknya sebuah rumah tangga,
maka sakinah itu akan sangat mudah
didapat, sebab keberkahan
dari
Allah akan turun pada rumah tangga
tersebut.
Jadi, kiat membangun keluarga
sakinah pada hakikatnya
adalah
mendekatkan keluarga dengan nilainilai Islam. Semakin dekat sebuah
keluarga dengan ajaran Islam sebagai
agamanya, maka akan semakin
membuat nilai-nilai keberkahan itu
hadir dalam kehidupan rumah tangga.
Kesakinahan
bersama
pasangan
maupun anak-anak akan mudah
diraih. Keluarga sakinah adalah awal
dari berdirinya sebuah masyaarakat
madani.
Dimulai
dari keluarga,
selanjutnya akan lahirlah negara yang
diberkahi oleh Allah.
Di samping itu, masyarakat
adalahcerminankondisikeleuarga,jika
keluarga sehat berarti masyarakatnya
juga sehat. Jika keluarga bahagia
berarti masyarakatnya juga bahagia.
Dalam kaitan ini, paling tidak ada
lima pilar untuk membentuk keluarga
sakinah, yaitu:
Pertama, dalam keluarga itu
ada mawaddah
dan warahmah
(Qs.
ar-Rum [30]: 21). Mawaddah adalah
44

jenis cinta membara yang menggebugebu dan nggemesi, sedangkan rahmah


adalah jenis cinta yang lembut, siap
berkorban dan siap melindungi
kepada yang dicintai. Mawaddah saja
kurang
menjamin
kelangsungan
rumah tangga, sebaliknya, rahmah,
lama
kelamaan
menumbuhkan
mawaddah.
Kedua,
hubungan
antara
suami isteri harus atas dasar saling
membutuhkan, seperti pakaian dan
yang memakainya (hunna libasun
lakum wa antum libasun lahunna) (Qs.
al-Baqarah [2]: 187). Fungsi pakaian
ada tiga, yaitu: (a) menutup aurat,
(b) melindungi diri dari panas
dingin, dan (c) sebagai perhiasan.
Suami terhadap isteri dan sebaliknya
harus menfungsikan diri dalam tiga
hal tersebut. Jika isteri mempunyai
suatu
kekurangan, suami tidak
menceriterakan kepada orang lain,
begitu juga sebaliknya. Jika isteri
sakit, suami segera mencari obat
atau membawa ke dokter, begitu
juga sebaliknya. Isteri harus selalu
tampil membanggakan suami, suami
juga harus tampil membanggakan
isteri, jangan terbalik di luaran tampil
menarik bagi orang banyak, di rumah
nglombrot menyebalkan.
Ketiga, suami isteri dalam
bergaul harus memperhatikan halhal yang secara sosial dianggap patut
(maruf), tidak asal benar dan hak,
waa syiruhunna bil maruf (Qs. anNisa [4]: 19). Besarnya mahar, nafkah,
cara bergaul dan sebagainya harus
memperhatikan nilai-nilai maruf. Hal
ini terutama harus diperhatikan oleh
suami isteri yang berasal dari kultur
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
yang menyolok perbedaannya.
Keempat, menurut hadis Nabi,
pilar keluarga sakinah itu ada empat,
yaitu: (a) memiliki kecenderungan
kepada agama, (b) yang muda
menghormati yang tua dan yang tua
menyayangi yang muda, (c) sederhana
dalam belanja, (d) santun dalam
bergaul, dan (e) selalu introspeksi.
Kelima, menurut hadis Nabi
juga, empat hal akan menjadi faktor
yang mendatangkan
kebahagiaan
keluarga, yaitu: (a) suami-isteri yang
setia, (b) anak-anak yang berbakti, (c)
lingkungan sosial yang sehat, dan (d)
dekat rezekinya.
Penutup
Keluarga yang broken home sangat
tidak diharapkan setiap orang, walau
pada kenyatannya
masih banyak
terjadi di masyarakat. Sebaliknya
keluarga sakinah, mawaddah, wa arrahmah sangat didambakan setiap
orang, walaupun begitu sulit untuk
mewujudkannya. Namun demikian,
semoga kita dapat merealisasikannya.
Amin.
Daftar Pustaka:
Bramlet, M. D. and W. D. Mosher, W.
D., First Marriage Dissolution,
Divorced and Remarriage, United
States:
Hyattsville,
MD.,
National Centre for Health
Statistic, 2001.
Broken Home is Not a Functional Term,
10 Oktober 2001 dalam Epinions.
com. Diakses 12 Juni 2013.
Chandra, Robby Ignatius, Konflik dalam
Hidup Sehari-hari,
Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 2002.
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Daradjat,
Zakiyah,
Psikologi
Perkembangan, Jakarta: Bulan
Bintang, 1997.
D. E. Papalia, S. W. Olds and R. D.
Feldman, Human Development,
New York: McGraw-Hill, 2004.
Hawari, Dadang, Membangun Keluarga
Sakinah, Jakarta: BP7, 1999.
Harvey, J. H. and B. G. Pauwels,
Recents Developments in CloseRelationships Theory, Current
Directions in Psychological
Science, 1999.
Jacobs, L.R., Your Home Is Not Broken.
Parents World, Sunday, July 10,
2011, diakses 12 Juni 2013.
Kurzman, Charles, Liberal Islam,
Oxford:
Oxford
University
Press, Inc., 1998.
Lauer, Robert H., Perspektif Tentang
Perubahan
Sosial, Jakarta:
Penerbit Bina Aksara, 1977.
Mohamed, Abdul Rahman, Panduan
Berilustrasi di dalam Kaedah
Mendidik Isteri dan Anak antara
Galakan dan Larangan Memukul
dalam Islam, Kuala Lumpur,
Telaga Biru Sdn. Bhd., 2008.
Turner, Bryan S,. Agama dan Teori
Sosial, Yogyakarta: Penerbit
IRCISoD, 2003.

45

Ar-Rusyd Utama

MENCIPTAKAN KELUARGA
SAKINAH, MAWWADAH,
WA AR-RAHMAH DENGAN
MENERAPKAN SYARIAH
ISLAM PADA KELUARGA
Oleh: Agus Retnanto
Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus
Keluarga adalah institusi dasar
yang memiliki multi fungsi. Sebagai
tempat bernaung dua insan, lakilaki dan perempuan untuk saling
menjaga kehormatan
yang syari
sesuai dengan landasan Islam. Meraih
kebahagiaan
dunia dan sekaligus
merancang kehidupan yang lurus di
jalan Allah untuk bekal kehidupan
yang ke dua di akhirat nanti. Sebagai
wahana reproduksi,
menciptakan
penerus keturunan (nashab). Sebagai
wadah pendidikan awal bagi anakanak, peletakan dasar aqidah islam
yang diteruskan dengan pembinaan
akhaqul kharimah pada anak-anak, agar
mereka senantiasa istiqamah di jalan
Islam setelah mereka dilepas menjadi
manusia dewasa nanti.
Melihat

betapa

diawali dari keluarga yang tangguh.


Jadi banteng pertahanan yang paling
mendasar adalah keluarga muslim
yang sakinah, mawwadah wa ar-rahmah.
Namun apa yang terjadi dengan
keluarga muslim di Indonesia saat
ini. Banyak keluarga yang rapuh.
Bagaimana dapat membina anakanak menjadi insan yang unggul, baik
secara akidah dan akhlak maupun
kecerdasan dan keterampilannya,
untuk mempertahankan pernikahan
membina keluarga bahagia saja tidak
mampu. Marilah kita telusuri kirakira apakah yang menjadi biang kerok
keluarga-keluarga kita di negeri kita
ini fenomenanya sangat rapuh dan
rentan untuk broken home.
Kapitalisme

pentingnya

multi-fungsi keluarga di atas, maka


keluarga menjadi dasar utama bagi
tegaknya keimanan umat maupun
bangsa ini. Keluarga jangan dianggap
sepele, karena umat Islam akan
menjadi umat yang tangguh, mulia

telah

membuat

kehidupan manusia sangat menderita.


Ekonomi kapitalis telah melahirkan
kemiskinan yang mengerikan. Karena
kemiskinan, banyak wanita terpaksa
bekerja dan meninggalkan peran
utamanya sebagai ibu. Akibatnya,
mereka banyak yang stres dan hilang

dan menjadi umat yang terbaik, maka


46

Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
naluri keibuannya. Tak sedikit ibu

HIV-AIDS yang mematikan (Data

yang melakukan

Indonesia: 300 ribu jiwa menderita

tindak

kekerasan

pada anak mereka karena stres.


Karena tekanan ini ada juga isteri
yang membunuh suaminya.
Karena
banyak

isteri

kemiskinan
menjadi

pula,
sasaran

kekerasan para suami. Akibatnya,


angka gugat cerai bertambah (63%
dari 131.518 kasus perceraian di tahun
2009). Disharmonisasi
keluarga ini
juga
mengakibatkan
penderitaan
pada anak-anak. Kebahagiaan hidup
dan harapan masa depan mereka
terenggut. Akibat kemiskinan pula
timbul kasus gizi buruk, utamanya
pada anak-anak;
wanita menjadi
tenaga kerja dan tidak sedikit dari
mereka menjadi korban perdagangan
wanita. Mereka dilacurkan karena
keadaan. Jumlah PSK tahun 2008,
yang dilansir website GP Anshor,
adalah sebanyak 270.000 dengan
pelanggannya berjumlah 10 juta orang
(www.hizbut tahrir.or.id, 2012).
Ide kebebasan (liberalisme) ala
kapitalisme
juga telah mengubah
perilaku
manusia
bak binatang.
Budaya
permisif
menumbuhsuburkan pornografi-pornoaksi yang
memicu adanya seks bebas. Seks bebas
kemudian menyebabkan banyak kasus
hamil tak diinginkan.
Akibatnya,
banyak remaja putri yang melakukan
aborsi (2,3 juta kasus per tahun). Seks
bebas juga menimbulkan penyakit
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

HIV/AIDS pada 32 propinsi atau 300


kabupaten/kota). Budaya ini telah
memunculkan komunitas manusia
menyimpang. Akhir-akhir ini muncul
kelompok LGBT (Lesbian-Gay-BiseksTransgender). Mereka memberanikan
diri untuk eksis dan mempengaruhi
masyarakat
agar
menerima
keberadaan mereka. Cerita-cerita
prestatif mereka dikemas sedemikian
rupa berharap adanya pengakuan.
Kisa-kisah sosial mereka diungkap
untuk mendapat simpati. Padahal
mereka inilah biang kerok penyakitpenyakit seksual yang mengerikan
(Dialog, 2005: 15).
Allah swt. telah menetapkan
dalam berbagai nas syariah bahwa
wanita adalah barang berharga yang
wajib dijaga. Hukum-hukum berikut
ditetapkan dengan maksud menjaga
kehormatan wanita. Pertama: syariah
Islam telah menjadikan dua kehidupan
bagi manusia, yaitu kehidupan khusus
di dalam rumah dan kehidupan umum
di luar rumah. Di dalam rumah wanita
hidup sehari-hari bersama mahram
dan saudara perempuan mereka.
Siapa saja yang hendak memasuki
kehidupan khusus orang lain wajib
meminta izin kepada pemilik rumah.
Ini dimaksudkan agar wanitayang
di dalamnya dibolehkan melepas
jilbabtidak terlihat auratnya oleh
47

Ar-Rusyd Utama
laki-laki

yang

bukan

mahramnya

dan kehormatan dirinya. Jadi jelas,

(Lihat: Qs. an-Nur [24]: 27). Dalam

kewajiban berkerudung dan berjilbab

kehidupan umum Islam mewajibkan


wanita untuk menggunakan pakaian

bagi wanita adalah agar mereka


terhindar dari orang-orang yang akan

khas luar rumah yang menutupi


seluruh tubuh wanita kecuali wajah

mengganggu atau menyakiti mereka.

dan dua telapak tangannya. Mereka


wajib mengenakan kerudung (Qs. an-

bepergian jauh seorang diri tanpa


ditemani mahram mereka. Rasulullah
saw. bersabda:

Nur [24]: 31) dan jilbab (Qs. al-Ahzab


[33]: 59).
Mari

kita

membandingkan

Islam dengan kapitalisme


yang
tidak mengatur kehidupan manusia
sebagaimana di atas. Siapa saja
boleh masuk ke dalam rumah orang
lain tanpa izin. Akibatnya, laki-laki
asing leluasa masuk dan merusak
kehormatan wanita. Sudah banyak
kasus keretakan rumah tangga karena
isteri memasukkan lelaki asing ke
dalam rumahnya. Banyak kasus
perzinaan remaja yang dilakukan di
dalam rumah saat orang tua mereka
tidak ada. Banyak peristiwa lain
sebagai akibat hukum pergaulan
khusus di
diterapkan.
Di

dalam
sisi

lain,

rumah

tidak

kapitalisme



wanita yang mengimani Allah
Tidakhalal
dan Hari Akhir melakukan perjalanan
sehari
semalam,
kecuali
bersama
mahramnya.
Sementara

itu

ide

barat

kapitalisme dengan dalih kebebasan


memperbolehkan wanita bepergian
menempuh perjalanan lebih dari
sehari semalam, berpetualang, tanpa
harus disertai oleh mahram. Tidak
jarang untuk itu wanita meninggalkan
keluarga yang dia cintai dan kewajiban
utamanya.
Sementara
sepanjang
perjalanan dan petualangan itu,
bahaya bisa saja mengancam wanita
itu setiap saat. Lantas siapa yang

memandang
pakaian
muslimah
(kerudung
dan
jilbab)
sebagai

akan melindungi dan membelanya


dalam kondisi seperti itu? Inikah yang

penghambatgerakwanita.Padahalapa
yang terjadi saat wanita mengumbar

disebut kebebasan bagi wanita?

auratnya? Mereka menjadi korban


pelecehan seksual dan objek industri

menghabiskan
waktu
24
jam
perjalanannya,
maka
ia
wajib
ditemani oleh mahram mereka. Inilah
bentuk penjagaan Islam terhadap

pornografi-pornoaksi
yang nyatanyata
membahayakan
kesucian
48

Kedua, Islam melarang wanita

Dalam

Islam,

andai

wanita

Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

kehormatan dan keselamatan wanita

menjami

dalam perjalanan. Bagaimana dengan

n kehor

kapitalisme? Tidak peduli sama sekali


dengan keselamatan wanita.

matan w

Ketiga, Islam melarang wanita


berdua-duaan dengan laki-laki yang
bukan mahram-nya. Rasulullah saw.
bersabda,




Janganlah

seorang

pria

berkhalwat

(berduaan
dengan
wanita),
kecuali
wanita itu disertai mahram-nya, karena
sesungguhnya yang ketiga adalah setan
(HR. Muslim).
Kebebasan

berperilaku

yang
dibanggakan
kapitalisme
memberikan keleluasaan bagi wanita
dan pria bergaul bebas. Banyaknya
kasus hamil di luar nikah dan
kehamilan tak diinginkan membuat
hidup wanita tak bahagia. Wanita
yang kegadisannya sudah direnggut
tidak akan pernah hidup tenang.
Belum lagi bila mereka memilih
untuk menggugurkan kehamilannya
akan menghadapi risiko kematian.
Kebebasan ini membawa keresahan
dalam kehidupan masyarakat. Karena
itulah,
Islam melarang
aktivitas
apapun yang mengarah pada zina.
Salah
satunya
adalah
larangan
ber-khalwat ini, dan bila dilanggar
maka pintu zina terbuka lebar. Jadi,
sesungguhnya

larangan

khalwat

ini

anita.
Ke
empat, Isla
m melara
ng wanita

menampa
kkan k
ecantikan
mereka
(tabarruj)
di depa
n laki-la
ki asing
(Qs al-Ah
zab [33]:
33). Saat
ini tidak
sedikit
wanita
berprofesi
sebagai
model b
erjalan b
erlenggak
-lenggok
demi
me-launch
ing style
pakaian
terbaru.
Pengorba
nan yan
g merek
a
berikan

untuk menjadi model amat


besar. Mereka harus menjaga ketat
makanan supaya berat badan tidak
naik. Mereka rela mengeluarkan
uang untuk merawat kebugaran dan
kecantikan. Jadi sebenarnya siapa
yang mengekang wanita? Padahal
keuntungan besar tidak didapat oleh
mereka, karena sesungguhnya model
wanita hanyalah menjadi alat Barat
kapitalis untuk memupuk keuntungan
dan self interest mereka.
Kelima, Islam melarang wanita
berinteraksi bebas dan bercampurbaur dengan laki-laki bukan mahram,
seperti tamasya bersama, makan dan
ngobrol bersama, dan sejenisnya.
Dampak dari dilalaikannya hukum
ini adalah maraknya pergaulan bebas.
Jelas sudah, tuduhan yang dilontarkan
kepada Islam adalah salah alamat.
Sejatinya orang-orang yang berpikiran
Kapitalisme
sekular
itu
telah
menunjuk hidung mereka sendiri. Jika
kemudian mereka memastikan bahwa
hukum-hukum di atas menyebabkan
penderitaan bagi wanita, itu salah

49

Ar-Rusyd Utama
besar. Jika wanita menaati perintah

besar dianiaya. Sebab, isteri berhak

dan larangan tadi maka ia tidak akan

mendapatkan perlakuan baik dari

punya kesempatan hidup layak, tidak


bisa memiliki uang, tidak bisa meraih

suaminya dan kehidupan yang tenang.


Islam menetapkan bahwa pergaulan

prestasi, tidak akan mendapatkan


kemuliaan di tengah masyarakat,

suami-isteri
adalah
pergaulan
persahabatan. Satu sama lain berhak

maka anggapan ini salah besar juga.


Mengapa? Karena Allah swt. telah

mendapatkan
ketenteraman
dan
ketenangan. Kewajiban nafkah ada

memberi kedudukan
mulia bagi
wanita dengan menetapkan mereka

di pundak suami, yang bila dipenuhi


akan menumbuhkan ketaatan pada

menjadi seorang ibu dan pengatur


rumah tangga. Itulah posisi terbaik

diri isteri. Pelaksanaan hak dan


kewajiban suami-isteri inilah yang

bagi wanita, karena Allah Pencipta


segenap makhluk sangat mengetahui

menciptakan mawaddah wa ar-rahmah


dalam keluarga. Jadi, tidak benar bila

apa yang terbaik bagi mereka. Karena


kewajiban utamanya menjadi ibu
dan pengatur rumah tangga, maka
Islam memberi hak bagi wanita untuk
mendapatkan nafkah dari suaminya.
Mereka tinggal di dalam rumah, tetapi
mendapat
pemenuhan
kebutuhan
hidupnya secara makruf (Lihat: Qs. alBaqarah [2]: 223).
Wanita
keluar

tidak

rumah

harus
dan

bekerja

mendapat

perlakuan keji. Mereka tidak perlu


berpayah-payah mendapatkan uang

isteri tidak bekerja akan mendapatkan

karena telah dipenuhi oleh suaminya.


Islam akan menindak suami yang tidak

perlakuan yang tidak menyenangkan.

memenuhi kebutuhan keluarganya


dengan baik melalui penguasa kaum

mulia wanita ini, Islam menjauhkan


wanita
dari
lingkup
tanggung

Muslim, yaitu khalifah.

jawab berat yang ada pada urusan


pemerintahan. Hal ini tentunya

Meski

wanita

tidak

bekerja

dan mempunyai uang, kedudukan


mereka tidak menjadi
depan suaminya dan
50

Ide kebebasan (liberalisme)


ala kapitalisme juga
telah mengubah perilaku
manusia bak binatang.
Budaya permisif
menumbuh-suburkan
pornografi-pornoaksi yang
memicu adanya seks
bebas.

rendah di
berpeluang

Demi

menjamin

kedudukan

untuk menjaga kedudukan utamanya


sebagai ibu generasi. Bisa dibayangkan
bila perempuan menjadi penguasa,
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
pengatur

urusan

rakyat

yang

diiringi

derai

tawa

orang-orang

demikian banyak dan kompleksnya,

Yahudi di sekitarnya. Wanita tersebut

maka urusan rumah dan anak-anak


mereka akan terabaikan. Begitu pula
untuk menjamin kelangsungan fungsi
ibu, Islam membebaskan kewajiban
saum Ramadan bagi mereka saat hamil
dan menyusui, juga membebaskan
kewajiban salat saat mereka haid.

berteriak. Kemudian salah seorang


sahabat
datang
menolong
dan
langsung membunuh pelakunya.
Namun
kemudian,
orang-orang
Yahudi mengeroyok dan membunuh
sahabat tersebut. Ketika berita ini
sampai kepada Nabi Muhammad
saw., beliau langsung mengumpulkan
tentaranya. Pasukan Rasulullah saw.
mengepung mereka dengan rapat
selama 15 hari hingga akhirnya Bani
Qainuqa menyerah karena ketakutan
(Abdulrahman, 2000: 36)

Islam

mewajibkan

kepada

pihak-pihak yang bertanggung jawab


terhadap wanita untuk memenuhi hak
mereka dengan baik, termasuk negara.
Negara wajib menyediakan lapangan
kerja bagi laki-laki agar dapat memberi
nafkah pada keluarga mereka. Negara
juga wajib menyediakan
fasilitas
yang diperlukan, khususnya oleh
wanita, seperti fasilitas kesehatan
dan pendidikan yang baik agar para
wanita bisa menjalankan perannya
yang mulia dengan baik pula. Negara
wajib menjamin keamanan dalam
kehidupan publik agar saat wanita
keluar rumah untuk menunaikan
kewajiban yang dibebankan padanya
mereka mendapat ketenangan.
Perlindungan dan pemenuhan
kebutuhan wanita oleh negara telah
banyak dibuktikan dalam sejarah
pemerintahan
Islam. Misal, saat
seorang muslimah
berbelanja
di
pasar Bani Qainuqa, seorang Yahudi
mengikat ujung pakaiannya tanpa
dia ketahui sehingga ketika berdiri
aurat wanita tersebut tersingkap
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Kemudian kisah pada masa


Khalifah al-Mutashim Billah berkaitan
dengan pembelaan Khalifah terhadap
kehormatan wanita. Ketika seorang
wanita menjerit di Negeri Amuria
karena dianiaya dan dia memanggil
nama
Al-Mutashim,
jeritannya
didengar dan diperhatikan. Dengan
serta-merta Khalifah al-Mutashim
mengirim surat untuk Raja Amuria
Dari al-Mutashim Billah kepada Raja
Amuria. Lepaskan wanita itu atau kamu
akan berhadapan dengan pasukan yang
kepalanya sudah di tempatmu sedang
ekornya masih di negeriku. Mereka
mencintai mati syahid seperti kalian
menyukai khamar!. Singgasana Raja
Amuria bergetar ketika membaca
surat itu. Lalu wanita itu pun segera
dibebaskan.
Kemudian
Amuria
ditaklukan oleh tentara kaum Muslim.
51

Ar-Rusyd Utama
Pada

masa

bin al-Khattab

Khalifah

Umar

ia biasa melakukan

ronda keliling rumah penduduk


setiap malamnya. Satu malam dia
mendengar suara tangisan anakanak dari satu rumah yang ternyata
menangis karena kelaparan. Ibu anakanak itu tengah memasak batu yang
tentunya tidak akan pernah kunjung
matang. Melihat itu, Khalifah Umar
bersegara
mengambil
sekarung
gandum yang beliau bawa sendiri dan
diberikan kepada ibu tersebut.
Pada

satu

malam

lainnya,

ia mendengar
keluhan
seorang
perempuan melalui senandung syair
yang rindu akan suaminya yang
tengah menjalankan tugas di medan
pertempuran. Lalu Khalifah Umar
r.a. bergegas mendatangi putrinya,
Hafshah, untuk bertanya berapa lama
seorang wanita tahan menunggu
suaminya. Dari jawaban Hafshah,
Khalifah Umar mengirimkan perintah
kepada para panglima perang yang

Daftar Pustaka:
Abdulkadir

Kurdi,

Abdulrahman,

Tatanan sosial Islam (Studi


Berdasarkan
al-Quran
dan
Sunnah) Penerjemah: Ilamuddin
Mamur, Cairo: Dar As-Salam,
2000.
Departemen Agama RI, Al Quran &
Terjemahannya. Surabaya: Mekar
Danarkarya, 2004.
Departemen Agama RI, Al Quran &
Terjemahannya, Jakarta: Proyek
Penggadaan Kitab Suci AlQuran Departemen Agama RI.
Pelita IV Tahun II. PT. Intermasa,
1986.
Dialog,

Asas

Pendidikan

Islam.

Majalah Pustaka Istac, No.


095234200030, pp. 15-16, 2005.
www.hizbuttahrir.or.id Hanya Islam
Yang Memuliakan Perempuan,
oleh: Ratu Erma Rahmayanti, di
unduh 12 Mei 2012.

berada di medan pertempuran, agar


tidak membiarkan seorang pun dari
tentaranya meninggalkan keluarganya
lebih dari empat bulan. Banyak kisah
lainnya
negara

yang menunjukkan bahwa


mempunyai
kewajiban

untuk memenuhi kebutuhan wanita.


Sayangnya, saat ini Negara Islam
(Khilafah) yang menerapkan hukumhukum tersebut tidak ada.

52

Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama

Mengatasi Broken
Home?
Oleh: Kisbiyanto
Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus
karena orang tua tidak sepenuhnya

Masalah Keluarga
Konsep

berkeluarga

dalam

sakinah,

mawaddah

perhatian

dan

pendidikan yang cukup kepada anak.

Islam banyak dikenal dengan istilah


keluarga

memberikan

wa

Ada juga karena hubungan suami-

rahmah. Keluarga yang penuh dengan

isteri yang tidak lagi berjalan dengan

ketenteraman, cinta dan kasih sayang

baik. Sebab lain mungkin juga timbul

orang-orang di dalamnya. Keluarga

karena hubungan orang tua dan anak

muslim yang ideal itu, dalam istilah

yang tidak serasi. Masalah-masalah

Rasulullah

baitiy

seperti itu, bisa memicu anggota

surgaku.

keluarga untuk keluar dari dalam

jannatiy,

disebut
rumahku

sebagai
adalah

Situasi dan kondisi rumah tangga yang


harmonis

dan bahagia

diibaratkan

rumah, disebutlah broken home.


Broken

home

bukan

saja

sebagai surga. Surga merupakan kata

menjadi masalah orang dewasa,

yang tepat untuk simbol kenikmatan

tetapi juga bisa menjangkit anak-

dan

anak manakala situasi rumah sudah

kebahagiaan

bagi

manusia.

Dalam doa, orang muslim meminta

tidak lagi menjadi rujukan bagi

untuk

tempat yang nyaman untuk berteduh,

dimasukkan

surga bersama

orang-orang yang baik. Waadkhilnal

bertempat tinggal, dan membangun

jannata maal abrar. Gambaran surga

persaudaraan sekeluarga. Tentunya,

itu dinisbatkan pada keluarga yang

jumlah orang yang tidak broken home

bahagia.

jauh lebih banyak dari pada yang

Namun, dalam kenyataannya


ada perbedaan

antara

dengan

terjadi.

yang

punya masalah itu. Namun, yang

yang ideal

sedikit itu menjadi masalah sosial bagi

Keluarga-

keluarga dan masyarakat. Sedikit tapi

keluarga tertentu mengalami cobaan

bermasalah harus mendapat perhatian

dan

khusus agar tidak berkembang

ketidakharmonisan

berbagai

sebab.

Salah

Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

karena
satunya

menjadi masalah bagi komunitas yang


53

Ar-Rusyd Utama
lebih besar, misalnya menjadi masalah

yang hanif, melalui akidah dan syariat

negara.

yang diajarkan Rasullah kepada


umatnya hingga sekarang. Tidak
tanggung-tanggung,

Peran Dakwah

sebagai utusan Allah adalah untuk

Broken home sebagai masalah


sosial, menjadi tanggung jawab sosial
pula untuk mengatasinya. Meskipun
berawal
broken

dari
home

masalah
dalam

keluarga,
skala

lebih besar akan menjadi

yang

masalah

masyakat terkait dengan pendidikan,


keamanan,

ekonomi,

budaya,

dan

politik. Sekiranya ada anak-anak


yang broken home, enggan dan tidak
nyaman lagi tinggal di rumahnya,
maka

konsep

agama Islam

yang

bertumpu pada al-Quran dan sunah


itu harus hadir menjadi juru dakwah
yang mengayomi mereka.
Dalam hal ini, Islam mengajak
kepada umat untuk berdakwah secara
hikmah dan hasanah. Sekiranya perlu
mendebat atau berbeda pandangan,
harus pula disampaikan dengan cara
yang terbaik. Rasulullah Muhammad
saw. dalam sirahnya
diriwayatkan
sopan,

halus,

sudah sering

sebagai
dan

tokoh

yang

berkepribadian

dalam mengajak orang-orang. Dengan


caranya itu, semakin banyak orang
yang

tertarik

dengan

ajakannya,

bahkan hingga saat ini, diperkirakan


2,1 milyar
Allah

manusia

dan Rasulullah

beriman

pada

Muhammad

saw. Mereka memeluk agama Islam


54

keberadaannya

menyempurnakan akhlak manusia.


Innama buitstu liutammima makarimal
akhlaq.

Jadi,

Islam

adalah

agama

akhlak.

Broken home bukan saja


menjadi masalah orang
dewasa, tetapi juga bisa
menjangkit anak-anak
manakala situasi rumah
sudah tidak lagi menjadi
rujukan bagi tempat yang
nyaman untuk berteduh,
bertempat tinggal, dan
membangun persaudaraan
sekeluarga
Suatu
masalah
selalu
membutuhkan solusi atau jalan
keluar. Solusi merupakan hasil dari
jalan keluar atas permasalahan yang
memerlukan

berbagai

alternatif

upaya. Solusi dalam agama tidak


tunggal. Ibaratnya,

6 suatu hasil,

maka proses menjadi 6 itu bisa dari


beberapa cara, misalnya 0+6, atau 1x6,
atau 1+5, atau 2x3, atau 2+4, atau 3+3.
Pendekatan agama itu bisa bermacamVol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
macam cara menurut

induk

ilmu

dengan tetap menjaga sikap berserah

yang dipelajari dan dikembangkan.

diri

Misalnya

Allah itu. Karena itu agama Islam

pendekatan

akidah

atau

dan

menerima

pemberian

ketuhanan, pendekatan syariat atau

mengajarkan keikhlasan, kesabaran,

fiqhiyyah,

tasawuf atau

dan ketawakkalan. Broken home yang

sejarah,

dialami seseorang bisa jadi karena

akhlak,

pendekatan
pendekatan

dan

bagian dari situasi dan kondisi yang

sebagainya.

harus dijalani, sehingga penyadaran


akan keadaan itu menjadi bagian

Pendekatan Keagamaan
Pertama,

pendekatan

ketuhanan berarti orang atau anak


yang mempunyai masalah, termasuk
masalah rumah tangga itu didekati
secara hakikat. Mereka manusia biasa
yang mempunyai dua sisi sebagaimana

awal agar dia tidak terlalu stress dan


meratapi nasibnya. Dorongan dan
harapan untuk bangkit dari masalah
akan lebih mudah dimunculkan jika
seseorang menyadari bahwa nasih itu
ada yang membuat, yaitu Allah swt.
Kedua, pendekatan syariat

manusi lain. Ada senang dan sedih,


ada mudah dan sulit, ada cepat dan

yang

lambat, ada harmoni dan disharmoni,

ilmu fikih. Terkait dengan broken

ada

home, fikih mengedepanankan aspek

ketenangan

dan

ada kebersamaan

kegaduhan,

dan kesendirian,

biasanya

mengedepankan

kemanusiaan sebagai salah satu

ada pertemuan dan perpisahan, dan

maqashid syariah, yaitu hifdzuddin,

semacamnya. Semua itu merupakan

hifdzun nafs, hifdzun nasl, hifdzul aql,

situasi yang sudah dikehendaki Allah

dan hifdzul mal. Seseorang, terutama

sebagai Tuhan Pencipta manusia dan

anak-anak yang mengalami masalah

hal-hal yang dilakukan manusia.

keluarga, sehingga mereka lari dari

Wallahu khalaqakum wa ma tamalun,

keluarganya dengan hidup di luar

Allah menciptakanmu dan apa-apa

tanpa kontrol akan sangat rawan

yang kamu lakukan.

dalam kelima hal yang menjadi tujuan

Percaya
merupakan
dari

percaya

menjadikan

rukun

kepada

takdir

iman.

Hikmah

kepada

takdir

seseorang

akan
merasa

ikhlas dan tawakal jika menghadapi


problematika.

Tentu,

dia

akan

berusaha keras untuk mengatasinya,


Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

utama syariat Islam. Perlindungan


kepada mereka terkait dengan ajaran
agama, jiwa, keturunan, kecerdasan,
dan

harta

benar-benar

rawan.

Lembaga keagamaan benar-benar


ahrus ambil posisi terdepan untuk
mengurusi anak-anak pelarian dari
55

Ar-Rusyd Utama
rumah itu, sebagaimana Islam juga

mumayyiz, dan beranjak dewasa,

mengajarkan untuk memelihara anak

maka mereka bisa memilih untuk ikut

yatim dan anak-anak fakir dan miskin.

bapak atau ibunya. Jangan sampai

Perlindungan
meraka

menjadi

keagamaan
prioritas

utama.

Pelarian yang sesak dengan masalah

furqah atau perceraian menjadikan


pengasuhan anak terbengkelai. Itulah
ajaran agama Islam yang sempurna.
Ketiga, Pendekatan akhlak,

itu ditangkap dengan jejaring agama.


Dalam skala ringan, anak-anak bosan
di

rumah

dijemput

pendidikan

bisa
dengan

kegiatan-kegiatan
keagamaan
masjid,

biasanya melalui pendidikan, baik

di
musala,

TPQ,

dan

madrasah.

Dalam

skala besar, anakanak

pelarian

bisa

ditampung

dan

dididik

di

panti

asuhan,

di

pondok pesantren,
s e k u r a n g
kurangnya

rumah

singgah

yang

Fikih mengajarkan tentang


hadanah, yaitu jika ada
suami dan istri bercerai,
maka hak pengasuhan
anak juga harus disepakati
oleh kedua pihak.
Biasanya hak pengasuhan
diberikan kepada istri
sebagai ibu dari anak
yang masih kanak-kanak.
Jika anak sudah balig,
mumayyiz, dan beranjak
dewasa, maka mereka
bisa memilih untuk ikut
bapak atau ibunya.

formal di sekolah,
pendidikan
informal

di

keluarga, maupun
pendidikan
nonformal

di

masyarakat.
Keluarga
maupun
besar

inti
keluarga
akan

lebih bagus jika


mempunyai suatu
tradisi

tertentu

untuk

bertemu

setiap bulan atau


setiap minggu, atau

mengajarkan
ilmu

agama.

Islam benar-benar

memprioritaskan

pertemuan keluarga. Bisa dikemas

pengasuhan anak. Fikih mengajarkan

dengan

tentang

khataman al-Quran, semacam arisan

suami

hadanah,
dan

istri

hak pengasuhan

56

secara berkala ada

yaitu

jika

bercerai,
anak

juga

ada

acara

pengajian

keluarga,

maka

keluarga, namun anak-anak dan

harus

anggota keluarga diajak semua. Dalam

disepakati oleh kedua pihak. Biasanya

pertemuan keluarga itu, interaksi satu

hak pengasuhan

dengan yang lain akan menjadi sistem

diberikan

kepada

istri sebagai ibu dari anak yang masih

kontrol sosial, terutama anak-anak

kanak-kanak. Jika anak sudah balig,

akan saling bertukar pengalaman,


Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Ar-Rusyd Utama
prestasi,
mereka.

dan

semacam membuat pilot project atau

kebaikan-kebaikan

Pendidikan

nonformal

di

program percontohan untuk tindakan

masyarakat bisa dengan memfasilitasi

bimbingan dan konseling religi bagi

anak-anak dan remaja untuk kursus,

anak-anak jalanan, anak-anak putus

kegiatan remaja masjid, bakti sosial,

sekolah, anak-anak yatim, anak-

dan semacamnya. Pendidikan sekolah

anak fakir-miskin, dan semacamnya.

memfungsikan

Leading sektor program ini bisa

bimbingan

dan

dikomandani oleh mahasiswa dan

konseling bagi anak-anak bermasalah,


termasuk

masalah

yang terjadi

di

dosen di Jurusan Dakwah STAIN

keluarga mereka. Pendekatan akhlak

Kudus. Namun, dalam perjalanan

ini lebih tepat sebagai tindakan

program, bisa saja melibatkan berbagai

antisipasi atau pencegahan. Dengan

jurusan dan program studi lain yang

tindakan

itu,

anak-anak

merasa

relevan, misalnya jika membutuhkan

nyaman

bukan

hanya

rumah

pelatihan

lingkungan

kecilnya,

di
tetapi

juga

kewirausahaan,

kursus

bahasa asing, pendidikan kerja paket

nyaman di lingkungan sekitar dan

A, B, C, dan sebagainya. STAIN Kudus

sekolahnya.

Sekiranya

tentu akan sangat sempurna jika

kebosanan

dan

rumah,

mereka

mereka

ada

problematika

di

bisa

melakukan

semakin hari semakin menguatkan


program-program

pendidikannya,

pelarian ke komunitas luar namun

penelitiannya, dan jangan lupa juga

tetap positif.

meningkatkan pengabdiannya pada


masyarakat. Dosen dan mahasiswa
mempunyai tugas yang sama dalam

Inovasi Kampus
Problematika

pelarian

dari

rumah dengan berbagai macam sebab

ketiga dharma dalam tri dharma


perguruan tinggi. Wallahu alam.

dan akibat itu menjadi inspirasi bagi


kaum cerdik pandai, terutama para
mahasiswa dan dosen di kampus.
Sekiranya STAIN Kudus mempunyai
mandat

besar untuk

meneliti,
keagamaan

dan

mengajarkan,

mengabdikan
kepada

ilmu

masyarakat,

maka saatnya pula insan akademis


mengambil terobosan baru.
Terobosan dimaksud
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

adalah
57

Prodi Bimbingan dan Konseling Islam Jurusan Dakwah pada


bulan April hingga Juni ini memiliki seabrek kegiatan yang
beraneka ragam, seperti mengadakan MOU dengan radio
PAS FM Pati, sosialisasi di SMK Diponegoro Juwana Pati,
rapat koordinasi Jurnal Konseling Religi, kegiatan praktikum
profesi di masyarakat, workshop kurikulum Prodi BKI dan
kegiatan lainnya. Berikut beberapa album kegiatan BKI:

Penandatangan MOU antara Radio PAS FM Pati yang diwakili oleh Bapak H. Ahmad Cholidi
dengan Jurusan Dakwah STAIN Kudus yang diwakili oleh Ibu Farida, M.Si. Penandantangan
MOU bertempat di Kantor PT. Radio Pati Adi Suara.

58

Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Album BKI

Ketua Jurusan Dakwah, Farida, M.Si. didampingi beberapa dosen sedang melakukan kegiatan
sosialisasi Jurusan Dakwah pada siswa dan siswi kelas XII di SMK Diponegoro Juwana Pati.

Farida, M.Si. selaku Ketua Jurusan Dakwah sedang memimpin rapat koordinasi Jurnal
Konseling Religi Prodi Bimbingan dan Konseling Islam Jurusan Dakwah. Rapat yang bertempat
di Perpustakaan Baca Jurusan Dakwah ini membahas tema-tema yang akan diterbitkan dalam
edisi Januari Juni 2013.

Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

59

Album BKI

Farida, M.Si. selaku Ketua Jurusan Dakwah sedang memimpin rapat koordinasi Jurnal
Konseling Religi Prodi Bimbingan dan Konseling Islam Jurusan Dakwah. Rapat ini membahas
penyamaan persepsi tema-tema yang akan diterbitkan dalam edisi Januari Juni 2013.

Farida, M.Si. selaku Ketua Jurusan Dakwah beserta beberapa Dosen Jurusan Dakwah serta
mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) mendampingi dalam kegiatan
Praktikum Profesi di masyarakat Argopuro

60

Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Album BKI

Farida, M.Si. Ketua Jurusan Dakwah beserta beberapa mahasiswa Prodi Bimbingan
dan Konseling Islam (BKI) sedang mengikuti kegiatan Praktikum Profesi di masyarakat
Argopuro

Ketua Jurusan Dakwah, Farida, M.Si. sedang memberikan sambutan dalam acara Workshop
Pengembangan Kurikulum Prodi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) Jurusan Dakwah.
Workshop tersebut dilaksanakan selama dua hari. Nara sumber hari pertama, 25 Juni 2013 adalah
Dr. Anwar Sutoyo, M.Pd. dari Unnes, sedangkan Drs. Ali Murtadho, M.Pd. dari IAIN Walisongo
Semarang sebagai nara sumber kedua yang dilaksanakan pada 26 Juni 2013.

Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

61

Album BKI

Kesibukan pengelola Jurusan Dakwah ketika mengadakan acara Workshop


Pengembangan Kurikulum Prodi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) Jurusan
Dakwah. Workshop tersebut dilaksanakan selama dua hari yaitu tanggal 25 hingga 26
Juni 2013.

Peserta Workshop Pengembangan Kurikulum Prodi Bimbingan dan Konseling Islam


(BKI) Jurusan Dakwah sedang menyimak paparan materi dari nara sumber. Workshop
tersebut dilaksanakan selama dua hari yaitu tanggal 25 hingga 26 Juni 2013.

62

Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Album BKI

Kegalauan Anak Broken Home


Ayah, Bunda
Aku rindu hangatnya kasih sayang
keluarga
Yang dulu pernah kurasakan, tapi sekarang
semua menghilang
Terima kasih atas materi yang engkau
berikan
Materi yang berlimpah untukku
Namun yang aku inginkan bukan hanya
sekedar hal material
Tapi juga kasih sayang yang lebih dari
kalian
Bukan keributan yang terjadi di rumah,
yang seharusnya rumah menjadi surga
untukku
Ayah, Bunda
Aku ingin.. ingin sekali kembali merasakan
hangatnya rumah surge ku
Bukanlah keramaian, keributan yang selalu
ku dengarkan
Kembalikan, kembalikan rumah surga ku
Rumah yang indah dan nyaman untuk ku
Rumah yang selama ini aku idamkan
Bukan rumah yang mewah dan megah
Tapi rumah yang damai karena keadaan
yang nyaman
Dengarkan, dengarkan suara kegalauan
hatiku
Aku butuh ayah dan bunda untuk
menemani ku
Aku butuh dukungan dan dorongan engkau
Kembalilah.. kembalilah menjadi keluarga
yang indah seperti dahulu

By: Nur Ahmad

Ke-Haru-an
Hidup di jalanan tanpa ikatan
Tiada kejelasan tujuan
Kebersamaan yang mudah rapuh
Karena bukan sebuah keluarga utuh
Kembali wahai anakku
Ibu menunggu penuh rindu
Siap menjadi tempat mengadu
Untuk kebaikan masa depanmu

Teruntuk Ayahku
Dikala aku bersedih,
Engkau mampu membuat tawaku
bersemi kembali
Disaat air mataku metetes
Engkau bisa menghapus kesedihanku
dengan canda dan tawamu
Tapi kini
Hanya satu yang mampu ku katakan
Ayah, adalah pahlawanku
Menemaniku mengejar mimpi
Dan mendorongku untuk menjadi yang
lebih baik
Dahulu
Aku hanya menagis jika ayah
memarahiku
Balik aku memarahi, ketika ayah keras
padaku
Tapi, kini hanya sebuah masa lalu
Aku ingin hidup bahagia bersama ayah
Dan bersamanya di masa depan nanti
Entah sudah terlambat atau tidak
Dan masihkah ada waktu untuk
Ku minta kata Maaf dan Terima Kasih
pada ayah ku tercinta
By: Nur Ahmad

Ke-Rugi-an
Rumahku adalah surgaku di dunia
Tempat tumbuh kembang menjadi
dewasa
Bertanggung jawab membanggakan
keluarga
Dengan prestasi yang berharga
Namun, jika tak pahami itu semua
Pergi meninggalkannya
Tak akan mendapatkan apa-apa
Hanya sesal menyesakkan dada
By TOFAPUSTAKA@yahoo.com

By TOFAPUSTAKA@yahoo.com
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

63

Resensi

Judul buku : Bimbingan dan


Penyuluhan
Pengarang
: Hamdani
Penerbit
: Pustaka Setia
Tahun terbit : 2012
Tebal buku : 312 hlm.
Buku dengan judul Bimbingan dan
Penyuluhan yang ditulis oleh Hamdani
pada bab pertama menjelaskan kerja
sama antara guru dan orang tua,
peranan guru dalam pelayanan
BK,
dan peningkatan profesionalisme guru
pembimbing. Bab kedua membahas
pengertian bimbingan dan penyuluhan,
sejarah
munculnya
bimbingan
dan
penyuluhan, landasan bimbingan dan
konseling, baik itu landansan historis
bimbingan
dan konseling,
landasan
religious, landasan filosofis, landasan
psikologis,
landasan
sosial-budaya,
dan landasan ilmu pengetahuan dan
teknologi,
serta membahas
hakikat
bimbingan dan konseling di SD.
Bab ketiga berbicara
tentang
tujuan
bimbingan
dan
konseling
di sekolah, fungsi bimbingan dan
konseling
di sekolah. Fungsi disini
mencakup fungsi penyaluran, fungsi

64

penyesuaian, fungsi pengadaptasian,


fungsi pemahaman, fungsi preventif,
dan sebagainya. Teknik bimbingan dan
konseling juga di bahas dalam bab ini.
Adapun pada bab keempat
Hamdanimenjelaskansasarandanruang
lingkup bimbingan dan penyuluhan
di sekolah. Pada prinsipnya, tugas
konselor adalah menyelenggarakan
layanan kemanusiaan pada kawasan
layanan, yang bertujuan memandirikan
individu dalam member arahan
perjalanan
hidupnya
melalui
pengambilan
keputusan
tentang
pendidikan, pilihan dan pemeliharaan
karier untuk mewujudkan kehidupan
yang produktif dan sejahtera, serta
untuk menjadi warga masyarakat yang
peduli terhadap kemashlahatan umum,
melalui pendidikan (Hamdani, 2012:
143).
Pada bab kelima dibahas jenisjenis masalah murid SD/MI dan
usaha penanganannya. Ada tiga
macam dimensi yang digunakan
untuk
mengelompokkan
masalah,
yaitu: dimensi keindividuan, dimensi
kesosialan, dan dimensi kesusilaan.
(Hamdani,
2012:
178).
Adapun
upaya
untuk
menangani
siswa
yang bermasalah, khususnya yang
terkait dengan pelanggaran disiplin
sekolah dapat dilakukan melalui dua
pendekatan, yaitu: pendekatan disiplin
dan pendekatan bimbingan dan
konseling (Hamdani, 2012: 214).
Dan
selanjutnya
bentuk
pelayanan dan bimbingan dalam agama
Islam dibahas pada bab terakhir. Bab
ini menguraikan pengertian kesehatan
mental,
peranan
agama
dalam
bimbingan penyuluhan, pengertian
bimbingan konseling Islam, layanan
bimbingan konseling Islam, serta
peranan bimbingan belajar bagi siswa
SD/MI.
Vol. I, No. 2, April - Juni 2013

Anda mungkin juga menyukai