Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah

Energi merupakan salah satu hal yang sangat dibutuhkan oleh manusia, baik di
Indonesia maupun negara-negara lain di dunia. Energi dapat mejadi pondasi
kelangsungan hidup setiap manusia dan merupakan salah satu aspek penting bagi
masyarakat. Kerena itu keberadaan energi akan selalu dicari apalagi dalam
kondisinya saat ini dimana keberadaan energi sudah minim dan langka.
Kelangkaan yang terjadi tersebut menyebabkan harga energi semakin
melambung tinggi. Apalagi ditambah dengan munculnya krisis ekonomi global
yang terjadi akhir-akhir ini, dimana kurs rupiah tidak stabil bahkan cenderung
terus melemah terhadap dolar. Hal tersebut akan semakin menyulitkan masyarakat
untuk memenuhi semua kebutuhannya termasuk kebutuhan terhadap energi.
Apabila hal ini terus terjadi maka perekonomian di Indonesia akan semakin tidak
stabil. Kemiskinan akan semakin merajalela karena masyarakat tidak bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada akhirnya kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat yang dicita-citakan dan menjadi tujuan dari perekonomian
Indonesiapun tidak tercapai.
Karena itu penting untuk merenungkan tindakan-tindakan apa saja yang
dapat diupayakan agar kebutuhan masyarakat terhadap energi dan kebutuhan
lainnya dapat terpenuhi dengan baik. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan
adalah dengan cara melakukan pengelolaan energi secara tepat. Karena
merupakan suatu keharusan, negara yang merdeka mengelola semua potensi yang
dimilikinya secara mandiri dan efisien agar dapat digunakan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Yang dimaksud secara tepat disini adalah bahwa
pengelolaan energi harus sesuai dengan tujuan pengelolaan energi yang tercantum
dalam pasal 2 dan pasal 3 Undang-Undang nomor 30 tahun 2007 tentang energi.
Mengingat bahwa pengelolaan energi di Indonesia dirasa masih belum optimal.

Salah satu azas yang terdapat dalam Undang-Undang tersebut adalah azas
kemanfaatan. Azas kemanfaatan adalah azas dalam pengelolaan energi yang harus
memenuhi kebutuhan masyarakat. Artinya bahwa setiap kegiatan pengelolaan
energi hendaknya membuahkan hasil yang dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan. Namun sepertinya hal tersebut belum
tercapai dengan baik. Karena fakta dilapangan saat ini membuktikan bahwa
kebutuhan masyarakat akan energi belum terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari
sulitnya Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar. Pemerintah mengklaim bahwa
pasokan BBM ke daerah sudah sesuai dengan kebutuhan, tapi kenyataannya BBM
jenis solar susah di temukan di berbagai daerah sehingga pelaku usaha banyak
membeli di eceran yang harganya lebih mahal demi kelancaran pendistribusian
barang dagangan mereka. Dan itu akan mempengaruhi harga kebutuhan dipasaran.
Pemerintah mempunyai fungsi dan peranan penting dalam pengelolaan
energi. Peranan pemerintah dalam fungsi pembinaan dan fungsi pengawasan
sangat diperlukan. Dengan adanya fungsi pembinaan dan pengawasan ini
pemerintah dapat mengarahkan dan mengawasi setiap tindakan pengelolaan
energi seperti eksploitasi dan ekplorasi yang berlebih. Pada akhirnya masyarakat
tidak akan menjadi korban dari setiap kondisi perekonomian negara mereka
sendiri dan stabilitas ekonomipun dapat meningkat serta kemakmuran
masyarakatpun dapat tercapai.
1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang masalah ini, maka rumusan masalah

dari makalah ini adalah bagaimanakah dampak dari kelangkaan BBM jenis solar
terhadap harga kebutuhan di pasaran.
1.3

Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui

pengaruh kelangkaan BBM jenis solar terhadap harga kebutuhan pokok di


pasaran.

1.4

Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dan kegunaan yang diharapkan dalam penulisan ini

adalah:
1. Untuk penulis
Untuk melengkapi tugas mata kuliah Statistika Dasar
2. Bagi obyek penelitian atau pihak lain
Merupakan sumbangan informasi bagi masyarakat yang berguna sebagai
bahan acuan untuk menjadi masyarakat yang lebih mandiri.
Diharapkan menjadi sumbangan informasi positif bagi pemerintah terkait.

BAB II
PENGOLAHAN DATA
2.1. Landasan Teori
2.1.1

Pengertian Uji Tanda

Uji tanda merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui ada-tidaknya


perbedaan (tanpa memandang besar-kecilnya perbedaan tersebut) dari data
ordinal pasangan yang diperoleh dari subjek yang sama atau subjek yang
berpasangan (sampel saling terikat). Uji tanda ini didasari atas tanda
negatif atau positif + dari perbedaan antara pasangan data ordinal
tersebut. Dengan demikian, statistik uji yang digunakan adalah jumlah
tanda positif atau jumlah tanda negatif ( Harimunaldi : 2000)

2.1.2

Langkah-langkah Pengujian

Secara umum prosedur uji tanda terdiri dari langkah-langkah:


1. Pernyataan hipotesis nol dan hipotesis alternatif:
Pernyataan hipotesis nol dan hipotesis alternatif dari uji tanda ini
tergantung dari jenis uji yang akan dilakukan, apakah akan merupakan uji
satu sisi atau uji dua sisi.
Penetapan Penetapan

dan

Terdapat 3 alternatif

dan

:
:

a.
Uji satu arah dengan daerah penolakan
b.
Uji satu arah dengan daerah penolakan

c.
4

Uji dua arah dengan daerah penolakan

2. Pemilihan tingkat kepercayaan (Level of Significance),


Tingkat signifikansi dan nilai-nilai kritis dapat diperoleh dari tabel luas
area kurva normal (Lampiran I)
3. Pencacahan tanda dari perbedaan antara hasil pengamatan yang
berpasangan.
Yaitu dengan mengurangi nilai pengamatan dari pengamatan lainnya.
4. Penentuan distribusi pengujian yang digunakan.
Meskipun metode non-parametrik tidak menggunakan asumsi mengenai
bentuk

distribusi

populasinya,

perhitungan

dengan

metode

ini

mensyaratkan penggunaan distribusi binomial jika sampel berukuran kecil


( 30) atau pendekatan distribusi normal (distribusi z) terhadap distribusi
binomial jika sampel besar (> 30).
5. Pernyataan aturan keputusan
Perhitungan data keputusan menggunakan nilai Z
(

Dimana:
z

: Nilai kritis
: Jumlah tanda positif
: Probabilitas

: Standar Deviasi

: Mean

6. Pengambilan keputusan secara statistik.

2.2.Pembahasan
Wakil ketua komis IV DPR RI Ibnu Multazam mengatakan kelangkaan solar
akan berpengaruh pada sistem swasembada pangan dan akan berujung pada
kenaikan harga kebutuhan di pasaran (kompas.com).
Untuk menguji pernyataan wakil ketua komis IV DPR RI tersebut, di
lakukanlah Uji Tanda dengan sampel acak yang diambil dari pasar tradisonal X.
H0 = Ada pengaruh kelangkaan solar terhadap harga kebutuhan pokok.
H1 = Tidak ada pengaruh kelangkaan solar tehadap harga kebutuhan pokok.
Table 2.1 Harga kebutuhan pokok di pasar tradisional X
No
1

Nama Barang/Kg
Bawang Merah

Harga Sebelum
56000

Harga Sesudah
35000

Beras Ramos

9500

9000

Tepung Terigu

8000

8000

Gula Pasir

14000

14500

Mentega

6000

6000

Bawang Putih

23000

20000

Cabe Merah Keriting

30000

35000

Cabe Hijau Keriting

23000

20000

Ubi Kayu

2500

3000

10

Ikan Asin

8000

11000

11

Daging Ayam

25000

25000

12

Telus Ayam Eropa

800

850

13

Telur Ayam Kampung

2000

2000

14

Kacang Tanah

3000

3000

15

Minyak goreng

11000

11000

16

Telur Itik

2000

2000

17

Gula Merah

20000

20000

18

Cabe Rawit

28000

30000

19

Kentang

8000

10000

Tanda
-

20

Wortel

5000

5000

21

Paprika Merah

37000

40000

22

Paprika Hijau

20000

22000

23

Timun

4000

5000

24

Bengkoang

5000

6000

25

Jeruk Peras

12000

12000

26

Jeruk Manis

23000

25000

27

Daun Bawang

33500

35000

28

Terung Belanda

16000

16000

29

Alpukat

8000

9000

30

Bawang Bombay

28000

30000

31

Tomat

7000

7500

32

Kunyit

10000

10000

33

Kunini

15000

17000

34

Jahe

12000

12000

35

Kentang Kecil

5000

5000

36

Daun Seledri

13000

14000

37

Pete

12000

12000

38

Bawang Prei

15000

16000

39

Nenas

16000

16000

40

Daging Sapi

80000

70000

a. Dengan menggunakan uji dua sisi pada taraf signifikansi 0,05 dan
probabilitas tanda positif dan tanda negatif adalah 0,5, maka dari 40 jenis
barang kebutuhan akan memiliki Mean dan Standar Deviasi sebagai
berikut:
H0 : P = 0,5
H1 : P 0,5

)(

Daerah Tolak

Daerah Tolak

-1,96

1,96
Gambar 2.1

b. Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,01


(

)(

Daerah Tolak

Daerah Tolak

-2,58

2,58
Gambar 2.2

c. Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,005


(

)(

(
(

)
)

Daerah Tolak

Daerah Tolak

-2,81

2,81
Gambar 2.3

10

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan penghitungan dengan menggunakan uji tanda
yang penulis lakukan maka penulis mengambil beberapa kesimpulan.
1. Pada tingkat signifikansi 0,05 dan 0,01, H0 ditolak. Artinya tidak ada pengaruh
kelangkaan solar terhadap harga kebutuhan dipasaran.
2. Pada tingkat signifikansi 0,005, H0 di terima. Artinya ada pengaruh kelangkaan
solar terhadap harga dipasaran.

3.2 Saran
Penulis mecoba memberikan beberapa saran pada pemerintah yang
bertanggung jawab terhadap masalah ini.
1. Sebaiknya

pemerintah

meningkatkan

pengawasan

terhadap

pendistribusian solar.
2. Sebaiknya pemerintah mengatur kembali pasokan solar untuk setiap
daerah.

11

DAFTAR PUSTAKA
Djarwanto. 2000. Statistika Non Parametrik. BPFE. Yogyakarta.
G.Marchal, William. 2001. Statistical Techniques in Business & Economic-11th
ed. McGraw-Hill. New York
Harinaldi. 2005. Prinsip-prinsip Statistik Untuk Sains dan Teknik. Erlangga.
Jakarta.
P.Sprent. 1991. Metode Statistik Nonparametrik terapan. UI Press. Jakarta.
R.Spiegel, Murray dan Larry.J.Stephens. 2007. Statistik Edisi Ketiga. Erlangga.
Jakarta.
Sugiono. 2001. Statistik Non Parametrik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Sujdana. 1985. Metoda Stasistika. Transito. Bandung.

12

13

Anda mungkin juga menyukai