Anda di halaman 1dari 8

Capsaicin CABAI PENINGKAT TERMODINAMIKA DAN KALOR

DALAM METABOLISME TUBUH


(MAKALAH)

Disusun oleh :
Hermanto ( G84100021)
Mustika Weni (G84100047)
Juniza F.S (G84100045)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai adalah tanaman yang termasuk ke dalam keluarga tanaman
Solanaceae. Tanaman yang berbuah pedas ini digunakan secara luas sebagai
bumbu masakan diseluruh dunia. Spesies tanaman ini yang paling sering
digunakan meliputi Capsicum annum, Capsicum frutescens, Capsicum
chinense, Capsicum pubescens, dan Capsicum baccatum (Tarigan dan
Wiryanta 2003).
Cabai mengandung senyawa kimia yang dinamakan capsaicin (8-methylN-vanillyl-6-nonenamide). Selain itu, terkandung juga berbagai senyawa yang
mirip dengan capsaicin, yang dinamakan capsaicinoids (Pitojo 2003). Ketika
dimakan, senyawa-senyawa capsaicinoids berikatan dengan reseptor nyeri di
mulut dan kerongkongan sehingga menyebabkan rasa pedas. Kemudian
reseptor ini akan mengirimkan sinyal ke otak yang mengatakan bahwa sesuatu
yang pedas telah dimakan. Otak merespon sinyal ini dengan menaikkan
denyut jantung, meningkatkan pengeluaran keringat, dan melepaskan hormon
endorfin. Jika dikaji lebih mendalam, proses penguraian cabai di dalam tubuh
ini merupakan salah satu prinsip Fisika yaitu Termodinamika dan kalor.

1.2 Tujuan
Menjelaskan pengaruh konsumsi cabai dalam metabolisme tubuh manusia
yang berkaitan dengan prinsip termodinamika dan kalor.

1.3 Ruang Lingkup Materi


Hukum Kekekalan Energi (Hukum I Termodinamika) berbunyi: Energi
dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tapi tidak bisa diciptakan
ataupun dimusnahkan (konversi energi).

BAB II. PEMBAHASAN


Lidah orang Indonesia kebanyakan menyukai makanan pedas. Tidak heran
jika kebiasaan memakan makanan pedas sulit untuk dihilangkan. Makanan pedas
bisa memberikan manfaat (dampak positif) bagi kesehatan juga memberikan
dampak negatif (Anonymus 2011).
Dampak positif makanan pedas :
1. Senyawa turmeric dalam makanan pedas memiliki kemampuan untuk
mengurangi peradangan sendi dan kerusakan tulang pada manusia,
sehingga bisa bermanfaat untuk orang dengan arthritis (peradangan sendi).
2. Beberapa penelitian menunjukkan konsumsi cabai secara teratur bisa
mengurangi risiko kanker. Senyawa capsaicin dalam cabai bisa
membunuh sel kanker dengan menyerang mitokondria tanpa merusak selsel yang sehat serta meringankan rasa sakit di mulut bagi penderita kanker.
3. Makanan pedas dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung serta
meningkatkan kemampuan tubuh untuk melarutkan bekuan darah.
4. Mengonsumsi makanan rempah seperti cabai bisa membuat seseorang
berkeringat sehingga mengurangi derita saat pilek dan flu.
5. Sebuah studi menetapkan makanan pedas bisa mempercepat metabolisme
dan membantu tubuh membakar kalori lebih cepat.
6. Konsumsi cabai bisa meningkatkan sirkulasi peredaran darah dan
menurunkan tekanan darah, serta tingginya kadar vitamin A dan C bisa
membantu memperkuat dinding pembuluh darah yang membuatnya
menjadi elastis dan lebih mampu menyesuaikan diri dengan perbedaan
tekanan darah.
7. Mengurangi rasa nyeri dan ketidaknyamanan, senyawa capsaicin diketahui
bisa mengurangi kadar dari zat P, yaitu suatu neurotransmiter dari sinyal
rasa sakit.

Dampak negatif makanan pedas:


1. Mengonsumsi

makanan

pedas

bisa

menimbulkan

iritasi

dengan

membentuk pola aneh (mengubah geografis) dari lidah.


2. Terlalu sering mengonsumsi makanan yang pedas bisa mengurangi lapisan
yang berfungsi melindungi lambung. Jika terlalu sering maka lapisan ini
akan semakin menipis yang membuat lambung rentan terkena infeksi.
3. Pada beberapa orang, makanan pedas bisa mengganggu produksi asam
lambung sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman di perut.
4. Makanan pedas bisa memberikan pengaruh buruk terhadap kualitas tidur
atau menyebabkan insomnia. Hal ini karena makanan pedas meningkatkan
suhu tubuh dan siklus pertama dari tahapan tidur sangat sensitif terhadap
makanan yang pedas. Untuk itu sebaiknya hindari mengonsumsi makanan
pedas di malam hari.
5. Terus menerus mengonsumsi makanan pedas bisa mengurangi sensasi rasa
di lidah sehingga seseorang menjadi kurang bisa mengenali rasa dari
makanan atau minuman yang dikonsumsinya.
Tubuh kita dijaga agar berada pada suhu yang konstan alias tetap. Tubuh
kita memang sudah dirancang oleh Sang Pencipta, untuk mengendalikan suhu-nya
sendiri. Biasanya tubuh kita mengeluarkan keringat kalau tubuh terasa panas. Ini
adalah salah satu cara tubuh mengendalikan suhu-nya. Makanan merupakan salah
satu pengendali suhu tubuh agar tetap berada pada suhu normal. Makanan
mempunyai hubungan dengan aktifitas kelenjar keringat, selain faktor lingkungan
lainnya atau aktifitas kelenjar keringat yang berbeda bagi setiap orang, makanan
merupakan sebuah faktor yang sangat berperan sebagai pemicu keringat. Bukan
hanya sekedar makanan pedas yang sudah lazim membuat individu yang
mengonsumsinya menjadi gampang berkeringat, namun lebih keproses terjadinya
pemicu itu terhadap metabolisme tubuh. Pada sebagian orang yang gemar
memakan makanan pedas ataupun panas, proses itu tak selamanya terjadi.
Salah satu komponen yang ada dalam cabai dikenal dengan nama
capsaicin. Komponen kimiawi dalam makanan tersebut bersifat merangsang atau

menstimulasi reseptor saraf di mulut manusia dan mempengaruhi proses


persarafan berikutnya dengan informasi kimiawi bahwa tubuh berada dalam
keadaan panas. Hal tersebut selanjutnya akan membuat tubuh seakan berada
ditengah panas matahari terik dan pengatur suhu alami tubuh kemudian akan
dipicu untuk bereaksi melalui sinyal tubuh untuk mengaktifasi kelenjar keringat.
Kulit kemudian akan berkeringat sebagai reaksi lebih lanjut yang juga dikenal
sebagai efek diaforetik atau meluruhkan keringat termasuk sisa-sisa metabolisme
tubuh.
Makanan yang masuk ke dalam darah mempengaruhi proses metabolisme
sel tubuh. Proses tersebut bisa berlangsung cepat jika makanan yang masuk
tergolong merangsang. Misalnya, makanan pedas atau makanan bersuhu tinggi.
Jika proses metabolisme sel tubuh berlangsung cepat, suhu tubuh meningkat.
Sitokin (salah satu protein) pun terpicu muncul. Salah satu bahan yang tergolong
sitokin adalah kalikrein (Hendaryono dan Wijayani 1994). Bahan itu berpengaruh
terhadap pelebaran pembuluh darah yang menuju kelenjar keringat di kulit.
Dampaknya, keringat mengucur keluar.
Pengendalian suhu tubuh pada manusia terletak di hypotalamus (salah satu
bagian otak). Bila hypotalamus dirangsang bahan tertentu, termostat di
hypotalamus bisa naik atau malah turun. Contohnya, toksin kuman akan
meningkatkan set poin sehingga tubuh menjadi demam (fever atau febris).
Sebaliknya, parasetamol, sitokin dan antiprostaglandin bisa menurunkan set poin
di hypotalamus. Akibatnya, tubuh berkeringat dan suhu tubuh turun. Keringat
mengucur lebih banyak jika seseorang makan pada lingkungan dengan suhu udara
serta kelembapan yang tinggi. Termasuk, melahap makanan atau minuman hangat
yang suhunya lebih tinggi daripada suhu tubuh. Makanan pedas atau makanan
yang mengandung bahan pemacu metabolisme akan membuat tubuh bereaksi.
Maksudnya, tubuh menetralisasi kondisi yang berubah dengan cepat tersebut.
Salah satu sifat fisik dan kimia dari capsain adalah mudah larut dalam
eter, benzen, kloroform dan air panas. Capsaisin (8-metil-N-vanilil-6nonenamida) sebagai salah satu senyawa kimia yang terkandung di dalam cabai

selain dapat memicu keluarnya keringat, senyawa ini juga dapat menyebabkan
iritasi pada lidah berupa rasa panas. Inilah apa yang kita sebut sebagai rasa
panas. Skala Scoville adalah skala yang diciptakan sebagai ukuran tingkat
kepedasan suatu senyawa yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi.
Struktur senyawa capsain itu sendiri :

(Brown, Christopher, Brent, Eric 1976)


Dilihat dari bentuk senyawanya, meski terdapat beberapa gugus yang
dapat menimbulkan ikatan hidrogen intermolekular, karena rantai karbon dan
adanya gugus benzena yang menjadi dominan dari senyawa ini, senyawa
capsaisin tidak mudah larut dalam air, melainkan dalam pelarut non polar.
Itulah sebabnya jika merasa pedas, meminum air putih tidak dapat banyak
membantu untuk menghilangkan rasa pedas ini. Larutan yang paling tepat untuk
melarutkan senyawa ini pada tubuh manusia adalah larutan yang dapat diterima
oleh tubuh berupa emulsi asosiatif. Contoh dari zat ini adalah susu, dimana susu
mengandung Kasein yang larut dalam air maupun senyawa non polar.

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Makanan mempunyai hubungan dengan aktifitas kelenjar keringat,
makanan merupakan sebuah faktor yang sangat berperan sebagai pemicu keringat.
Makanan yang masuk ke dalam darah mempengaruhi proses metabolisme sel
tubuh. Proses tersebut bisa berlangsung cepat jika makanan yang masuk tergolong
merangsang. Misalnya, makanan pedas atau makanan bersuhu tinggi. Cabai
adalah tanaman yang digunakan secara luas sebagai bumbu masakan diseluruh
dunia, cabai mengandung senyawa capsaicin yang dapat memicu keluarnya
keringat. proses penguraian cabai didalam metabolisme tubuh ini merupakan
prinsip ilmu fisika yaitu Termodinamika dan kalor.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymus. 2011. Efek negatif sensasi cabai iritasi lidah dengan pola aneh (terhubung
berkala) http://www.poltekkes-pontianak.ac.id/~artikel/kuliner/efek-negatifsensasi-cabai-iritasi-lidah-dengan-pola-aneh?page=0%2C0%2C0
(15 Oktober 2011)
Brown, H. William, Christopher, S. Foote, Brent L. Iverson, Eric V. 1976. Organic
Chemistry sixth edition. USA: PreMediaGlobal
Hendaryono, Daisy P. Sriyanti dan Wijayani Ari. 1994. Teknik Kultur Jaringan.
Yogyakarta: Konisius
Pitojo, Setijo. 2003. Benih Cabai. Yogyakarta: Konisus
Tarigan, S. dan Wahyu Wiryanta. 2003. Bertanam Cabai Hibrida Secara Intensif.
Jakarta: Agro Media Pustaka

Anda mungkin juga menyukai