EVALUASI GIZI
Disusun Oleh
Kelompok :
Paramita Ruth Shella
Nila Nor Hidayah
Ryza Yunis Puspitasari
Yuli Astuti
Muthmainnah
Melinda Kristianty Yoenarto
Kabul Setiawan
Maryam
Indrawan Nurhadi
RA Koos Dewi Maharani D.P.
Mitra Jati Kinasih
Anisah Ida Raswati
Agung Widodo
A1M011059
A1M012006
A1M012012
A1M012019
A1M012025
A1M012032
A1M012047
A1M012039
A1M012054
A1M012060
A1M012066
A1M012073
A1M012080
RINGKASAN
pengaruh
serat
pangan
pada
jambu
biji
terhadap
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di masa sekarang ini telah terjadi pergeseran atau perubahan pola penyakit
penyebab mortalitas dan morbiditas di kalangan masyarakat ditandai dengan
perubahan pola penyakit-penyakit infeksi menjadi penyakit-penyakit degeneratif
dan metabolik. Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar
dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Jumlah penderita diabetes di
Indonesia pada tahun 2005 mencapai 24 juta orang. Jumlah ini diperkirakan akan
terus meningkat pada tahun yang akan datang (Soegondo, 2008). Sementara itu,
pada tahun 2002 dilaporkan angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vitamin
Vitamin merupakan nutrisi tanpa kalori yang penting dan dibutuhkan
untuk metabolisme tubuh manusia. Vitamin tidak dapat diproduksi oleh tubuh
manusia, tetapi diperoleh dari makanan sehari-hari. Fungsi khusus vitamin adalah
sebagai kofaktor (elemen pembantu) untuk reaksi enzimatik (Stryer, 1995).
Vitamin menurut Dorland (2009) adalah suatu senyawa organik yang terdapat di
dalam makanan dalam jumlah yang sedikit, dan dibutuhkan dalam jumlah yang
besar untuk fungsi metabolisme yang normal. Vitamin dapat larut di dalam air dan
lemak. Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K, dan yang
larut dalam air adalah vitamin B dan C.
Vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi,
pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau
sebagai bagian dari enzim. Sebagian besar koenzim terdapat dalam bentuk
apoenzim, yaitu vitamin yang terikat dengan protein. Hingga sekarang fungsi
biokimia beberapa jenis vitamin belum diketahui dengan pasti (Almatsier, 2001).
Vitamin digolongkan menjadi 2 bagian yaitu vitamin yang larut air dan
vitamin yang larut lemak. Vitamin yang larut air yaitu Vitamin B dan C
sedangkan Vitamin yang larut Lemak yaitu Vitamin A,D,E dan K. Setiap vitamin
larut lemak A, D, E dan K mempunyai peranan faali tertentu di dalam
tubuh.Sebagian besar vitamin larut lemak diabsorpsi bersama lipida lain. Absorpsi
membutuhkan cairan empedu dan pancreas. Vitamin larut lemak diangkut kehati
melalui system limfe sebagai bagian dari lipoprotein, disimpan di berbagai
jaringan tubuh dan biasanya tidak dikeluarkan melalui urin.Vitamin ada 2 macam
yaitu larut dalam lemak (A, D, E dan K) serta vitamin yang larut dalam air (B
kompleks dan C) yang masing-masing memiliki peranan penting. Buah-buahan
dan sayuran terkenal memiliki kandungan vitamin yang tinggi dan hal tersebut
sangatlah
baik
untuk
tubuh.
Asupan
vitamin
lain
dapat
diperoleh
pada usus halus dengan fermentasi lengkap atau partial pada usus besar (Joseph,
2012). Serat makanan (dietary fiber) menurut Tirtawinata (2006) adalah
polisakarida yang tidak dapat dicerna. Walaupun tidak dapat dicerna dan tidak
menghasilkan energi, namun mempunyai fungsi yang bermanfaat.
Anjuran kebutuhan serat yang ditetapkan bertujuan untuk mencegah
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif. United State Food Dietary Analysis
menyatakan anjuran untuk total dietary fiber adalah 25g 2000 kalori atau 30 g
2500 kalori. American Diabetic Assosiation menetapkan kebutuhan serat 2550g/hari untuk pencegahan penyakit diabetes. Pada sensus nasional pengelolaan
diabetes di Indonesia menyarankan konsumsi serat sebanyak 25g/hari walaupun
sudah ada ketetapan tersebut tetapi harus diperhtikan kebiasaan makan, penyakit
yang diderita dan keluhan-keluhan lainnya (Lestiani & Aisyah, 2011).
Penggolongan serat pangan menurut Lestiani dan Aisyah (2011) terbagi
menjadi dua yaitu: 1) Serat tidak larut (tidak larut air) terdiri dari karbohidrat yang
mengandung selulosa, hemiselulosa dan non karbohidrat yang mengandung
lignin; 2) Serat larut (larut dalam air) terdiri dari pektin, gum, B-glukan dan
psylium seed husk (PSH). PSH adalah serat larut yang banyak terdapat pada
tanaman plantago ovate.
Komponen serat pangan dalam buah-buahan tertama terdapat dalam
jaringan parenkim komponen serat yang terkandung didalamnya yaitu selulosa,
substansi pektat, hemiselulosa dan beberapa glikoprotein. Serat dalam buahbuahan juga terdapat dalam beberapa jaringan terlignifikasi. Komponen yang
terkandung didalamnya yaitu selulosa, lignin, hemiselulosa, dan beberapa jenis
gliko protein (Santoso, 2011).
Fungsi dari serat sangat bervariasi tergantung dari sifat fisik jenis serat
yang dikonsumsi (Tala, 2009) antara lain: 1) Kelarutan dalam air; 2) Kemampuan
menahan air dan viskositas; 3) Absorbsi dan binding ability; 4) Degradability/
Fermentability.
III.
3.1.
PEMBAHASAN
Pure
135
37,84
446,76
94,51
-
Pasta
169
4,58
386,61
92,86
66,15
Pada Tabel 3.1 daya antioksidan pada pure tomat adalah 446,76 ppm
sedangkan pada pasta tomat yaitu 386,61 ppm. Dari hasil yang didapatkan terjadi
penurunan daya antioksidan pada pengolahan pure tomat menjadi pasta tomat. Hal
ini disebabkan karena adanya proses pemanasan yang mengakibatkan terjadinya
proses
degradasi
senyawa-senyawa
yang
berperan
sebagai
antioksidan.
386,61 ppm. Dari hasil yang didapatkan terjadi penurunan daya antioksidan pada
pengolahan pure tomat menjadi pasta tomat. Hal ini disebabkan karena adanya
proses pemanasan yang mengakibatkan terjadinya proses degradasi senyawasenyawa yang berperan sebagai antioksidan.
Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menangkal radikal
bebas selama proses metabolisme tubuh. Beberapa senyawa yang berperan
sebagai antioksidan pada buah tomat yaitu vitamin C dan likopen yang merupakan
betakaroten. Menurut Tranggono et al. (1988) tomat merupakan sumber vitamin
B, C, E, dan betakaroten. Prakash et al. (2001) menambahkan, antioksidan dapat
diperoleh dari asupan penyakit-penyakit di dalam metabolisme tubuh, yang
bersifat degeneratif, salah satunyaadalah diabetes.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan ada hubungan antara
konsentrasi pasta tomat yang diberikan terhadap kadar gula darah mencit. Pada
penderita diabetes melitus, stres oksidatif akan menghambat pengambilanglukosa
di sel otot dan sel lemak sertapenurunan sekresi insulin oleh sel- dipankreas.
Stres oksidatif secara langsungmempengaruhi dinding vaskular, sehinggaberperan
penting dalam patofisiologi terjadinya komplikasi diabetes tipe 2 (Soetedjo,
2009).
3.2. Jambu Biji Merah Terhadap Produksi Scfa Dan Kolesterol Dalam
Caecum Tikus Hiperkolesterolemia
Selain kandungan vitamin, buah-buahan juga mengandung zat nongizi
berupa dietary fiber (serat pangan), enzim, pigmen, dan zat minor lainnya.
Kandungan dietary fiber pada buah-buahan berkisar antara 0,5-5 gram dalam 100
gram berat buah. Pada orang dewasa dan manula. ADA (American Dietetic
Association), National
Cancer
Society
Seperti yang telah dijelaskan dalam tinjauan pustaka, serat pangan dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu serat tidak larut air dan serat larut air. Masingmasing serat mempunyai peran yang signifikan pada metabolisme zat gizi di
dalam tubuh manusia. Menurut Olwin Nainggolan dan Cornelis Adimunca
(2007), jumlah serat per 100 gram pada buah strawberry dan jambu biji
menempati posisi dua tertinggi dibandingkan dengan jenis buah-buahan lainnya
yang diuji. Kandungan serat yang tinggi itu pasti mempunyai pengaruh yang
spesifik terhadap aspek kesehatan.
Maryanto dkk (2013) menyatakan bahwa buah jambu biji merah juga
dipercayai dapat membantu penyembuhan demam berdarah dengue (DBD). Buah
jambu biji mengandung serat tinggi khususnya serat larut air (pektin), selain
vitamin C sebesar dua kali lipat dibanding buah jeruk manis. Vitamin C ini sangat
baik sebagai zat antioksidan. Kandungan serat dalam buah jambu biji tertinggi
diantara buah tropikal lain dan lebih tinggi dibandingkan kandungan serat
serealia.
Hal yang menarik dari fungsi serat pangan terutama serat larut air ini
(dalam hal ini yang dimaksud pektin) di dalam tubuh bersifat hipokolesterolemik
yang mempunyai efek perlawanan terhadap penyakit jantung koroner melalui
penurunan kolesterol. Pengaruh manfaat serat pada jambu merah ini diujicobakan
pada tikus yang mengalami hiperkolesterolemia atau suatu kondisi yang ditandai
dengan tingkat kolesterol yang sangat tinggi dalam darah. Tujuan penelitiannya
yakni mengkaji mekanisme penurunan kolesterol sebagai akibat dari pemberian
buah jambu biji merah pada pada tikus Sprague Dawley hiperkolesterolemia
dengan faktor yang diteliti adalah produksi SCFA (Short Chain Fatty Acid) dalam
caecum tikus.
Setelah dilakukan penelitian terbukti bahwa buah jambu biji merah
menghasilkan SCFA dan kolesterol digesta caecum lebih tinggi dibanding pektin.
Produksi asam propionat dan ekskresi kolesterol caecum dapat mengakibatkan
penurunan kolesterol serum. Serat yang mendominasi mendukung peran ini
adalah serat yang tidak larut dalam air. Mekanisme penurunan kolesterol terjadi
melalui penghambatan sintesis kolesterol oleh SCFA propionat hasil fermentasi
serat larut air dalam buah jambu biji merah oleh bakteri di dalam kolon.
Mekanisme penurunan kolesterol lain adalah melalui peningkatan ekskresi
kolesterol hasil pengikatan oleh serat larut air dalam buah jambu biji merah.
(Maryanto dkk, 2013).
IV.
PENUTUP
Serat
larut
air
ini
(pektin)
di
dalam
tubuh
bersifat
DAFTAR PUSTAKA