NAMA
: PAMELA
NIM
: F05112029
KELOMPOK
: TIGA (3)
PRAKTIKUM 11
EVAPORIMETER, DRY AND WET THERMOMETER DAN PENANGKAR
HUJAN
A. PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
2.
Dasar Teori
Cuaca Dan Iklim Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di
wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka waktu yang singkat. Cuaca
terbentuk dari gabungan unsure cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya
beberapa jam saja. Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu
tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama ( minimal 30
tahun) dan meliputi wilayah yang luas (Sari, dkk,__).
Kelembaban Udara
Kelembaban udara yaitu banyaknya kadar uap air yang ada di udara,
dalam kelembaban kita mengenal beberapa istilah yaitu:
a. Kelembaban mutlak : massa uap air yang berada dalam satu satuan udara
yang dinyatakan dalam gram/m3.
b. Kelembaban spesifik : perbandingan jumlah uap air di udara denagn satuan
massa udara yang dinyatakan dalam gram /kg
c. Kelembaban relatif : merupakan perbandingan jumlah uap air di udara
dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung panas dan temperatur
tertentu yang dinyatakan dalam % (Gunarsih, 2001).
Kelembaban udara merupakan uap air (gas) yang tidak dapat dilihat,
yang merupakan salah satu bagian dari atmosfer. Banyaknya uap air yang
dikandung oleh hawa tergantung pada temperatur. Makin tinggi temperatur
makin banyak uap air yang dapat dikandung oleh hawa (Soekirno, 2010).
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara.
Kandungan uap air di udara dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak,
kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Udara dengan
mudah menyerap kelengasan dalam bentuk uap air. Banyaknya bergantung
pada suhu udara dan suhu air. Makin tinggi suhu udara, makin banyak uap air
yang dapat dikandungnya (Wilson, 1993).
Kelembaban nisbi suatu tempat tergantung pada suhu yang menentukan
kapasitas udara untuk menampung uap air serta kandungan uap air aktual di
tempat tersebut. Kandungan uap air aktual ini ditentukan oleh ketersediaan air
ditempat tersebut serta energi untuk menguapkannya (Handoko, 1993).
Kelembaban udara dapat dinyatakan oleh tekanan uap air oleh koefisien
hygrometrik/kelembaban relatif atau temperatur titik embun sebab
sesungguhnya tekanan uap tidaklah cukup mencirikan kelembaban sebenarnya.
Ada banyak hal yang menunjukkan akan kelembaban itu sendiri. Namun,
secara umum semakin bertambah ketinggian maka kelembaban udara juga
akan semakin tinggi (Martha, 1993).
Curah Hujan
Hujan merupakan susunan kimia yang cukup kompleks serta bervariasi
dari tempat yang satu ke tempat yang lain, dari musim ke musim pada tempat
yang sama dan dari waktu hujan berbeda. Air hujan terdiri atas: ion-ion
natrium, kalium, kalsium, khlor, karbonat dan sulfat yang merupakan jumlah
yang besar bersama-sama (Soekardi, 1986).
Selain suhu, faktor yang penting dari iklim adalah curah hujan yang
disebut pula presipitasi.Sebenarnya sebutan ini lebih luas cakupannya.
Cakupannnya meliputi endapan air, salju, salju keras, butiran es sampai batu
es, akan tetapi juga endapan kabut dan embun (Darldjoeni, 2000)
methanol and 78% distilled water by weight, which does not freeze until about
0 F. The liquid is fed to the evaporimeter by suction. This evaporimeter has
proved to be well suited for use during the growing season at locations difficult
of
access,
in
northern
areas,
and
at
high
elevations
(Wilcoxs,1967).
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum ini di lakukan dengan tujuan agar mahasiswa mengetahui
cara pemasangan evaporimeter, dry and wet thermometer dan penakar hujan,
serta mengetahui cara penggunaan dan penghitungan dari alat evaporimeter,
dry and wet thermometer dan penangkar hujan.
C. METODOLOGI
Praktikum mata kuliah teknik laboratorium acara 11 yaitu pengamatan
terhadap Evaporimeter, Dry and wet Thermometer dan penangkar hujan ini
dilaksanakan pada hari kamis 16 mei 2013 pada jam 15:00-17:00 di lapangan
laboratorimu pendidikan Biologi FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak.
Alat dan bahan yang digunakan yaitu alat pengukur penguapan yaitu
evaporimeter, alat pengukur kelembaban yaitu dry and wet Thermometer serta
alat penangkar hujan.
Adapun prosedur kerja yang dilakukan yaitu praktikan mendengarkan
asisten menjelaskan cara pemasangan alat, menjelaskan fungsi dari alat-alat
tersebut serta cara pengukuran ketiga alat tersebut. Kemudian praktikan
melakukan pengamatan dan penghitungan terhadap penguapan pada
evaporimeter, kelmbaban pada alat dry and wwet thermometer dan pada
penangkar hujan selama 5 hari berturut-turut pada jam 17:00 sertiap harinya.
Data yang di dapat kemudia di masukkan dalam bentuk tabel dan grafik.
D. HASIL PENGAMATAN
1. Table hasil pengamatan
a. Tabel evaporimeter
Harike
Volume evaporimeter
1
8,3
2
4,6
3
7,3
4
8,4
5
11,4
(ml)
8
8
8
8
8
25
27
23
26
21
24
23
25
23
27,5
Kelembaban
(%)
84
67
c. Tabelpenangkarhujan
Harike
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
Tinggicurahhujan
(mm)
1
80
60
40
Y-Values
20
0
0
3
Hari ke
12
10
8
6
Y-Values
4
2
0
0
Hari ke
Grafik evaporimeter
1.2
1
0.8
0.6
Y-Values
0.4
0.2
0
0
Hari ke
E. PEMBAHASAN
1. Evaporimeter
Evaporimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan
penguapan air dalam udara pada lingkungan tertentu dan waktu tertentu. Hasil
pembacaannya sangat tergantung terhadap angin, iklim dan debu.
Prinsip Kerja:
Pipa gelas yang panjangnya + 20 cm dan garis tengahnya + 1,5 cm.
Pada pipa gelas terdapat skala, yang menyatakan volume air dalam Cm3
atau persepuluhnya. Ujung bawah pipa gelas terbuka dan ujung atasnya
2. Penakar hujan
Penakar hujan merupakan alat untuk mengukur curah hujan. Ada 2 jenis
panakar hujan yaitu penakar hujan rekam (recording) dan penakar hujan non
rekam (non recording). Pemasangan alat ini bertujuan mendapatkan data
jumlah curah hujan yang jatuh pada periode dan tempat-tempat tertentu.
Salah satunya yaitu penakar hujan Janis hellman. Alat ini termasuk jenis
alat penakar hujan rekording atau alat yang dapat mencatat sendiri. Alat ini
telah dikenal lama, dan sering dipakai observer untuk melakukan observasi/
pengamatan curah hujan.
Pemasangan alat ini sama dengan penakan hujan lainnya. Jenis penakar
hujan ini berbentuk silinder dengan tinggi 115 cm serta luas permukan corong
200 cm2 serta mempunyai berat 14 Kg. Pada bagian depan alat ini terdapat
sebuah pintu dalam keadaan tertutup. Apabila pintu dalam keadaan terbuka,
maka bagian-baian alat ini akan terlihat seperti gambar 1 dibawah ini
Penakar hujan ini termasuk jenis penakar hujan non-recording atau tidak
dapat mencatat sendiri. Bentuknya sederhana, terdiri dari :
Sebuah corong yang dapat dilepas dari bagian badan alat.
Bak tempat penampungan air hujan.
Kaki yang berbentuk tabung silinder.
Gelas penakar hujan.
3.
dengan
tingginya
suhu
udara
akan
terjadi
presipitasi
(pengembunan) molekul air yang dikandung udara sehingga muatan air dalam
udara menurun.
F. KESIMPULAN
Evaporimeter merupakan alat pengukur penguapan (Evapory), sedangkan
dry and wet thermometer merupakan alat pengukur kelembaban dan penagkar
hujan adalah alat yang sering digunakan untuk mengukur curah hujan.
DAFTAR PUSTAKA
Balbach,M & L.C.Bliss. 1996. A Laboratory manual For Botany. New York:
Saunders collage publishing.
Darldjoeni. 2000. Prinsip Kerja Peralatan Klimatologi. Jakarta: UT.
Gunarsih.2001. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman.
Jakarata: BinaAksara.
Guslim, O.K Nazaruddin H, Roeswandi, A. Hamdan, dan Rosmayati. 1987.
Klimatologi Pertanian. Medan: USU Press.
Handoko. 1993. Klimatologi Dasar. Bogor: Pustaka Jaya.
Handoko. 1995. Klimatologi Dasar Edisi 2. Bogor : Pustaka Jaya.
Hutabarat. 1986. Manfaat Klimatologi Bagi Pertanian. Surabaya: Bumi Penerbit.
Herlina. 2003. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati. Malang: Universitas Brawijaya.
Martha W.J. 1993. Mengenal DasarDasar Hidrologi. Bandung: Nova.
Sari, Nur Endah dan Sukirman, Edi.___. Prediksi Cuaca Berbasis Logika Fuzzy
Untuk Rekomendasi Penerbangan Di Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah.
Volume:1,2-15
Wilcox, J. C.1967. A simple evaporimeter for use in cold areas. Volume : 3, Issue
2, pages 433436
Soekardi. 1986. Persaingan dalam bercocok tanam jagung (Zea Mays). Jurnal
Budidaya Pertanian. Volume :12 (1) : 13-19.
Soekirno. 2010. Ilmu Iklim dan Pengairan. Bandung: Bina Cipta.
Soewandi, A. 2005. Prosedur dan Pengambilan Contoh Analisa Tanaman.
Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UGM. Yogjakarta.
Wilson, E.M. 1993. Hidrologi Teknik. Bandung: ITB.