Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Pneumonia

FAKTOR PREDISPOSISI PERILAKU IBU TERHADAP PENCARIAN PENGOBATAN


PERTAMA BALITA PNEUMONIA DI KABUPATEN MAROS TAHUN 2009

Penulis
Norma, SKM, M.Kes
Prof.DR.Ridwan Amiruddin,SKM,M.Kes,M.Sc,PH
Prof.DR.drg.H.A.Arsunan Arsin,M.Kes

Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS


Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10
Tamalanrea
Makassar, 90245

Email : norma_epid@yahoo.co.id

Abstrak
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi,
tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Pneumonia di Indonesia, merupakan
penyebab kematian nomor tiga. Kejadian pneumonia di Kabupaten Maros pada tahun 2009
sebanyak 512 kasus atau 11,2 % dari jumlah balita yang menderita ISPA. Tujuan dari penelitian
ini adalah menganalisis faktor predisposisi perilaku Ibu terhadap pencarian pengobatan pertama
balita pneumonia di Kabupaten Maros tahun 2009.
Penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan studi kasus kontrol ( case control
study ). Subyek kasus adalah pengobatan pertama pada non tenaga kesehatan sedangkan subjek
kontrol adalah pengobatan pertama pada tenaga kesehatan.
Studi menunjukkan, hasil analisis yang signifikan terhadap variabel sikap OR = 5,392, (95
% CI = 2,734 - 10,636) , kepercayaan pengobatan OR = 7,865, (95 % CI = 3,856 - 16,04), dan
pengetahuan OR = 5,255, (95 % CI = 2,647 - 10,431). Variabel yang tidak signifikan adalah
pengalaman pengobatan dan pekerjaan. Variabel dukungan suami, keluarga atau orang lain,
bersifat protektif atau memberikan perlindungan pada ibu, untuk tidak mencari pengobatan
pertama ke non nakes. Variabel yang paling berpengaruh terhadap pencarian pengobatan pertama
balita pneumonia adalah pengetahuan.
Kata kunci : Pencarian pengobatan pertama, dan pneumonia.
Abstrac
Pneumonia was the world's health problem due the high death rate, not only in developing
countries but also in developed countries. Pneumonia in Indonesia, repesented the third cause of
death. The occurrence of pneumonia at Maros Regency in 2009 as many as 512 cases or 11.2%
out of the number of the children under five years old who suffered from respiratory infection. The
objective of this research was to analyse predisposing factors of mothers behaviours towards the
search of the first medication for the of children under five years old at Maros Regency in the year
2009.
This was an observational research with the case control study design. The case subjects were
of the non-paramedic personnel with the fist medication, while the control subjects were the
paramedic personnel with the first medication.
The result of the research shows that significant results of the analysis on the attitude variables
OR = 5.392, (95% CI = 2.734 to 10.636), the significant level of medication OR = 7.865, (95% CI
= 3.856 to 16.04), and knowledge OR = 5.255, (95 % CI = 2.647 to 10.431). The Insignificant
variable is the medication experience and vocation/occupation. The husbands support, relatives
or the other peoples variables are protective or give protection onr the mothers not to search the
first medication from non-paramedic personnel. The most influence variable on the search of the
first for the of the children under five years old is
knowledge.

Keywords : Searching the first treatment, and pneumonia.

Pendahuluan
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak
saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju seperti Amerika Serikat, Kananda, dan
negara-negara Eropa. Pneumonia di Indonesia, merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
kardiovaskuler dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Pada
tahun 2006 di Indonesia, WHO melaporkan sebanyak enam juta anak meninggal. Sehingga, untuk
negara-negara berkembang perlu mewaspadai, sebab hampir setiap harinya terdapat 300 anak yang
meregang nyawa karenanya (Siswono, 2006)1.
Angka kejadian pneumonia di Sulawesi - selatan pada tahun 2008 sebanyak 23,8 % dari
proporsi penyakit penyebab kematian bayi (Profil Propinsi SUL-SEL, 2009)2. Berdasarkan data
Dinas Kesehatan Kabupaten Maros tahun 2007, angka kejadian pneumonia pada balita sebanyak
408 kasus. Tahun 2008 mengalami peningkatan, sebanyak 843 kasus dan pada tahun 2009
mengalami penurunan dengan angka kejadian sebanyak 512 kasus atau 11,2 % dari jumlah balita
yang menderita ISPA (Dinkes Kabupaten Maros, 2009)3.
Bahan dan Metode
Lokasi, populasi dan sampel penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Maros tahun 2010, dari bulan maret sampai april
2010. Penelitian ini adalah observasi analitik dengan menggunakan rancangan case control study.
Populasi sampel adalah semua ibu yang memiliki anak balita (0 - < 5 tahun) dengan pneumonia di
Kabupaten Maros.
Sampel dalam penelitian ini dibagi dalam 2 kelompok : Kasus adalah ibu yang memiliki
anak balita (0 - < 5 tahun) menderita pneumonia yang mencari pengobatan pertama tidak pada

tenaga kesehatan (mengobati sendiri, ke dukun) di wilayah Kabupaten Maros (7 puskesmas) tahun
2009. Kontrol adalah . ibu yang memiliki anak balita (0 - < 5 tahun) menderita pneumonia yang
mencari pengobatan pertama pada tenaga kesehatan di wilayan Kabupaten Maros (7 puskesmas)
tahun 2009.
Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan wawancara langsung dengan responden yakni ibu, baik pada
kelompok kasus maupun maupun kelompok kontrol dengan menggunakan kuesioner sebagai alat
ukur.
Analisis Data
Analisis dapat dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu analisis univariat. Analisis univariat
dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel
yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan melihat gambaran distribusi frekuensinya dalam
bentuk tabel dan narasi. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat faktor risiko antara variabel
bebas terhadap variabel terikat. Karena rancangan penelitian ini adalah studi kasus kontrol, maka
dilakukan perhitungan Odds Ratio (OR). Dengan mengetahui besarnya OR, dapat diestimasi
pengaruh dari setiap faktor yang diteliti dan analisis multivariate. Pada analisis ini dilakukan
ujicoba bersama-sama, sehingga dapat dilihat variabel mana yang paling berpengaruh terhadap
pencarian pengobatan pertama balita pneumonia, karena variabel independen merupakan variabel
dikotomi, yaitu pengobatan pertama pada non tenaga kesehatan (kasus) dan pengobatan pertama
tenaga kesehatan (kontrol), maka analisis yang digunakan adalah analisis logistik regresi.

Hasil Penelitian
Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diteliti dapat dilihat pada tabel 1. Terlihat bahwa distribusi
responden menurut kelompok umur menunjukkan bahwa kelompok umur, responden dengan umur

termuda adalah berusia 18 tahun dan yang tertua adalah 38 tahun. Karakteristik responden menurut
pendidikan menunjukkan bahwa sebagaian besar responden berpendidikan SLTA yakni 47,0 %.
Hasil analisis bivariat menunjukkan, signifikan terhadap variabel sikap, OR = 5,392, (95
% CI = 2,734 - 10,636) , kepercayaan pengobatan, OR = 7,865, (95 % CI = 3,856 - 16,04), dan
pengetahuan, OR = 5,255, (95 % CI = 2,647 - 10,431). Variabel yang tidak signifikan adalah
pengalaman pengobatan, OR = 1,467 (95 % CI = 0,725 - 2,966) dan pekerjaan, OR = 2,391 (95
% CI = 0,921-6,209). Variabel dukungan suami, keluarga atau orang lain, bersifat protektif atau
memberikan perlindungan pada ibu, untuk tidak mencari pengobatan pertama ke non nakes, OR =
0,180 (95 % CI = 0,077-0,422). Setelah dilakukan analisis multivariat terhadap variabel-variabel
yang layak uji dengan mengunakan uji regresi logistic (sikap, kepercayaan pengobatan,
pengetahuan, pekerjaan, dukungan suami, keluarga atau orang lain). Hasil analisis mnunjukkan
bahwa variabel pengetahuan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap pencarian
pengobatan pertama balita pneumonia dibanding dengan variabel lainnya, dimana Exp (B) adalah
5,965 (tabel 2).

Pembahasan
sikap
Sikap muncul dari berbagai bentuk penilaian. Sikap dikembangkan dalam tiga model, yaitu
afeksi, kecenderungan perilaku, dan kognisi. Respon afektif adalah respon fisiologis yang
mengekspresikan kesukaan individu pada sesuatu. Kecenderungan perilaku adalah indikasi verbal

dari maksud seorang individu. Respon kognitif adalah pengevaluasian secara kognitif terhadap
suatu objek sikap. Kebanyakan sikap individu adalah hasil belajar sosial dari lingkungannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sikap signifikan terhadap pencarian
pengobatan pertama balita pneumonia, untuk ibu yang bersikap negatif berisiko sebesar 5,392 kali
untuk mencari pengobatan pertama pada non tenaga kesehatan dibandingkan dengan ibu yang
bersikap positif.
Hal ini sesuai dengan teori Green (1980) dalam Muzaham (2007)4 bahwa sikap
berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok dalam melakukan sesuatu, dengan
demikian sikap positif akan memotivasi individu untuk mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan,
sebaliknya sikap negatif akan memotivasi individu untuk mencari pengobatan ke non nakes..
Variabel sikap merupakan variabel yang layak uji multivariat dimana nilai p value = 0,000
< 0,25. Hasil analisis, menunjukkan bahwa variabel sikap signifikan terhadap pencarian
pengobatan pertama balita pneumonia, nilai Exp (B) = 3,648, Confidence Interval = 1,553 - 8,556,
tetapi bukan merupakan variabel yang paling dominan terhadap pencarian pengobatan pertama
balita pneumonia.
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan Purwanti (2004)5, hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa sikap mempunyai hubungan yang bermakna dengan pencarian
pengobatan pertama balita pneumonia, untuk ibu yang bersikap negatif berpeluang 2,16 kali untuk
mencari pengobatan ke non nakes.
Pengalaman Pengobatan
Pengalaman seseorang mengenai penyakit akan mempengaruhi persepsinya mengenai
penyakit tersebut. Persepsi yang akan ditimbulkan akan bersifat positif dalam artian mendukung
pelayanan kesehatan yang dikelolah oleh tenaga kesehatan atau akan besifat negatif yang

mendukung pengobatan pada non tenaga kesehatan. Seseorang yang memiliki pengalaman yang
menjumpai kasus pneumonia yang pengobatanya dilakukan pada tenaga kesehatan berpeluang
untuk menggunakan sarana pelayanan kesehatan apabila menjumpai kasus yang sama berikutnya
(pengalaman positif).
Setelah dilakukan analisis bivariat, variabel pengalaman pengobatan memiliki nilai OR
sebesar 1,467, dengan nilai Confidence Interval 0,725 2,966. Hal ini berarti bahwa ibu yang tidak
ada pengalaman berisiko sebesar 1,467 kali untuk mencari pengobatan pada non tenaga kesehatan
dibandingkan ibu yang ada pengalaman. Secara Statistik variabel pengalaman pengobatan tidak
signifikan terhadap pencarian pengobatan pertama. Variabel pengalaman pengobatan tidak layak
uji multivariat, dimana nilai p value = 0,285 > 0,25.
Notoadmodjo (1993)6, menjelaskan bahwa proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh
beberapa faktor berasal dari dalam dan luar individu antara lain susunan saraf pusat, persepsi,
motivasi, proses belajar, lingkungan dan sebagainya. Hal ini berarti bahwa, suatu pengalaman
menjumpai kasus pneumonia tidak menjamin untuk membawa anaknya pada tenaga kesehatan
melainkan harus disenergiskan terlebih dahulu dengan faktor-faktor lain yang turut mengambil
peranan dalam pembentukan suatu perilaku.
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakuka Hendrawan (2003)7, menunjukkan
bahwa variabel pengalaman pengobatan tidak bermakna secara statistik, nilai OR sebesar 1,221.
Menurut Rosenstock dalam sumber yang sama, menyatakan bahwa sikap dan kepercayaan
mengenai institusi dan penyediaan pelayanan medis berguna didalam memahami perawatan
kesehatan pencegahan. Tingkat penggunaan pelayanan kesehatan yang rendah berada pada
kelompok etnis tertentu yang pesimis (skepticism) terhadap manfaat pelayanan kesehatan modern.
Kepercayaan Pengobatan

Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh OR sebesar 7.865 dengan Confidence Interval
3.856 16.042. Variabel kepercayaan pengobatan signifikan terhadap pencarian pengobatan
pertama balita pneumonia. Hal ini berarti bahwa Ibu yang mempunyai kepercayaan pengobatan
tradisional berisiko sebesar 7.865 kali untuk mencari pengobatan pertama pada non tenaga
kesehatan dibandingkan ibu yang memiliki kepercayaan pengobatan modern. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan Marat (1981)8 yang menyatakan bahwa kepercayaan (belief)
merupakan komponen kongnisi dari sikap. Kepercayaan berkembang dari adanya persepsi yang
dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan, dimana faktor
pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat
sedangkan faktor pengetahuan dan cakrawalanya memberikan arti dalam obyek tersebut.
Selanjutnya komponen sikap yang lain, yakni komponen afeksi memberikan evaluasi emosional
berupa senang atau tidak senang terhadap obyek dan kemudian komponen konasi menentukan
kesiapan tindakan terhadap obyek. Sebagai hasil dari proses ini, tindakan bisa bersifat positif atau
negatif.
Pengetahuan
Suchmn dalam purwanti (2004), menyebutkan bahwa pengetahuan mengenai penyakit dan
gejalanya kemungkinan dapat menjelaskan mengapa kelompok etnis tertentu menggunakan
beberapa sarana pelayanan kesehatan. Asumsi yang umum adalah masyarakat akan lebih
menggunakan sarana pelayanan kesehatan apabila mereka mengetahui lebih banyak mengenai
penyakit dan gejalanya.
Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh OR sebesar 5.255 dengan Confidence Interval
2.647 10.431. Hal ini berarti bahwa Ada hubungan bermakna antara variabel pengetahuan
dengan pencarian pengobatan pertama balita pneumonia, Ibu yang mempunyai pengetahuan

kurang berisiko sebesar 5.255 kali untuk mencari pengobatan pertama pada non tenaga kesehatan
dibandingkan ibu yang memiliki pengetahuan baik. Variabel pengetahuan juga merupakan
variabel yang layak uji multivariat, dimana nilai p value = 0,000 < 0,25. Setelah dilakukan analisis
diperoleh nilai Exp (B) = 5,885, dengan Confidence Interval 2,464 14,058, variabel pengetahuan
merupakan variabel yang paling dominan terhadap pencarian pengobatan pertama balita
pneumonia.
Hal ini sesuai dengan hipotesis Health belief models Resenstock, (1974) dalam Muzaham
(2007), mengemukakan bahwa orang tidak akan mencari pertolongan medis atau pencegahan
penyakit bila mereka kurang mempunyai pengetahuan dan motivasi minimal yang relavan dengan
kesehatan, bila mereka memandang keadaan tidak cukup berbahaya, bila tidak yakin terhadap
keberhasilan suatu intervensi medis, dan bila mereka melihat adanya beberapa kesulitan dalam
melaksanakan perilaku kesehatan yang disarankan.
Pekerjaan
Ibu yang bekerja diasumsikan memiliki informasi yang lebih mengenai penyakit
pneumonia. Disamping itu juga, dengan potensi pergaulan yang lebih luas, membuat ibu-ibu yang
bekerja memiliki cakrawala pandangan yang lebih baik mengenai kesehatan sehingga dapat
memberikan upaya pengobatan yang tepat bagi anaknya yang sakit pneumonia. Ibu yang bekerja,
juga mandiri secara ekonomi sehingga ia dapat memilih pengobatan yang baik pada balitanya.
Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh nilai OR sebesar 2,391 dengan Confidence
Interval 0,921 6,209. Hal ini berarti bahwa Ibu yang tidak bekerja berisiko sebesar 2,391 kali
untuk mencari pengobatan pertama pada non tenaga kesehatan dibandingkan ibu yang bekerja.
Variabel pekerjaan tidak signifikan terhadap pencarian pengobatan pertama balita
pneumonia. Hal ini diasumsikan bahwa ibu yang bekerja memiliki mobilitas yang tinggi. Berbagai

aktivitas dan kesibukan Ibu yang bekerja dapat menghambat pencarian pengobatan pertama pada
pelayanan kesehatan. Disisi lain ibu yang tidak bekerja memiliki waktu untuk lebih sering kontak
dengan anaknya sehingga dapat lebih sering memperhatikan keadaan anak, dan perubahan yang
terjadi pada anaknya. Ibu yang tidak bekerja juga memiliki keleluasaan waktu untuk mencari
pengobatan pada fasilitas kesehatan.

Dukungan suami, keluarga atau orang lain


Beberapa studi menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara upaya pencarian pengobatan
dengan pengaruh dari orang lain. Freidson dalam Hendrawan (2003), mengamati bahwa sebelum
mencari pengobatan profesional, seseorang umumnya meminta pertimbangan dari keluarga atau
teman mengenai apa yang seharusnya mereka perbuat ketika menghadapi gejala penyakit tersebut.
Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh OR sebesar 0,180 dengan Confidence Interval
0.077 0,422. Hal ini berarti bahwa ibu yang tidak ada dukungan suami, keluarga atau orang lain
dalam menentukan pengobatan, tidak akan mencari pengobatan pertama pada non tenaga
kesehatan. Variabel dukungan suami, keluarga atau orang lain signifikan terhadap pencarian
pengobatan pertama balita pneumonia, Confidence Interval tidak mencakup nilai 1.
Variabel dukungan suami, keluarga, atau orang lain dalam penelitian ini bersifat protektif
terhadap pencarian pengobatan pertama balita pneumonia. Diasumsikan bahwa tidak ada adanya
dukungan suami, keluarga, atau orang lain dalam memberi akses ibu untuk mencari pengobatan
ke non nakes seperti : informasi pengobatan atau biaya, ibu tidak akan membawa balitanya berobat
ke non nakes.

Berkaitan dengan biaya pengobatan, pelayanan kesehatan saat ini sudah tidak
membebankan biaya pada pasien. Dibandingkan dengan pengobatan sendiri misalnya yang mesti
mengeluarkan biaya dengan membeli obat sendiri, apalagi pengobatan pada dukun yang mesti
memberikan upah atas jasa penyembuhan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 5 variabel yang layak uji multivariat, variabel
pengetahuan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap pencarian pengobatan
pertama balita pneumonia.
Bloom, (1965) dalam Ngatimin, (2005)9 mengemukakan bahwa pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Penelitian Rogers dalam Ashari (1990)10, mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : Tahap
pertama adalah awarness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). Tahap kedua adalah interest (merasa tertarik) terhadap
stimulus atau objek tersebut, disini sikap subjek mulai timbul. Tahap ketiga adalah evaluation
(menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti
sikap responden lebih baik lagi. Tahap keempat adalah trial, di mana subjek telah berperilaku baru
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. Tahap kelima adalah adoption, dimana subjek
telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Rogers dalam sumber yang sama menyatakan bahwa apabila perilaku baru atau adopsi
perilaku disadari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka sikap tersebut akan
bersikap langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak disadari oleh pengetahuan
dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan memberi kontribusi yang besar terhadap
perubahan perilaku. Perubahan sikap, kepercayaan, seseorang dapat memiliki profesi pekerjaan
yang baikpun harus menempuh pendidikan. Pendidikan ini merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan. Pengetahuan juga mempengaruhi dukungan sosial, ketika
lingkungan sosial dengan tingkat pengetahuan kurang maka diasumsikan dukungan sosial akan
berimplikasi pada perilaku negatif. Sebaliknya jika lingkungan sosial dengan tingkat pengetahuan
baik maka akan berimplikasi pada perilaku positif.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Maros, pada pelaksanaan penelitian beberapa
puskesmas dikeluarkan dari sampel penelitian sehingga terjadi perubahan pada proporsi sampel
ditiap puskesmas, semula 10 puskesmas menjadi 7 puskesmas karena pertimbangan
kelengakapan pencatatan. Bias seleksi kemungkinan besar terjadi, karena diagnosa dari
pneumonia ini hanya dilihat dari gejala klinisnya saja, dan diagnosa dipuskesmas mungkin saja
dilakukan bukan oleh dokter. Bias informasi dapat saja terjadi dalam penelitian ini, mengingat
inti dari penelitian ini adalah kemampuan responden untuk mengingat kembali kejadian
pneumonia pada anak balitanya pada tahun 2009, terutama dalam pertanyaan mengenai sikap
dan pengetahuan responden terhadap pencarian pengobatan pertama. Bias howthorme dapat juga
terjadi dalam penelitian ini, mengingat bahwa responden mengetahui bahwa dirinya sedang
diamati sehingga dikhawatirkan jawaban yang diberikan tidak obyektif dan memiliki
kecedrungan menyenangkan peneliti.
Saran
Perlunya ibu meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit pneumonia,. Ibu yang tidak
bekerja, aktivitas kesehariannya dirumah sebaiknya tetap mencari informasi mengenai penyakit
pneumonia. Sedangkan ibu yang bekerja sebaiknya tetap mempunyai waktu luang untuk
balitanya. Dukungan sosial memegang peranan penting dalam menentukan pengambilan
keputusan, sebaiknya selain ibu, keluarga dan masyarakat juga perlu pengetahuan tentang
penyakit pneumonia, sehingga pola pikir mereka berimplikasi positif.

1.
2.
3.
4.
5.

Daftar Pustaka
Siswono, 2006, 1,8 Juta Anak Balita Meninggal Akibat Pneumonia dan Meningitis,
http://www.mediaindo.co.id. Tanggal 4 April 2006.
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan. 2009. Profil Kesehatan Tahun 2008. SUL-SEL.
Dinkes Kabupaten Maros, data pneumonia balita tahun 2009.
Muzham, Fauzi. 1995. Sosiologi Kesehatan. UI Press. Jakarta.
Purwanti, Isti Endah. 2004. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pencarian Pengobatan
Pertama Penderita Pneumonia pada Balita di Kabupaten Majalengka Tahun 2003. Tesis FKM
UI.

6. Notoatmodjo, 1993. Pengantar Ilmu Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan. Andi Offset.
Yogyakarta.
7. Hendrawan, Harimat. 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu Balita Dalam
Pencarian Pengobatan pada Kasus-kasus Balita dengan Gejala Pneumonia di Kabupaten
Serang Banten Tahun 2003. Tesis FKM UI.
8. Marat. 1984. Sikap Manusia Perubahan dan Pengukurannya, Galia. Jakarta.
9. Ngatimin, Rusli. 2005. Ilmu Perilaku Kesehatan. Yayasan PK-3. Makassar.
10. Ashari, 1990. Domain Pengetahuan Terhadap Perilaku. http://id.shvoong.com. Tanggal 15 April
2010.
Lampiran
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden di Kabupaten Maros Tahun 2009
Kelompok Umur

4
64
50
36
14
14

2,4
38,1
29,8
21,4
8,3
8,3

8
45
8
79
28
168

4,8
26,8
4,8
47,0
16,7
100

(Tahun)
18 20
21 23
24 26
30 32
33 35
36 38
Pendidikan
Tidak Sekolah
SD
SLTP
SLTA
Diploma / PT
Jumlah
Sumber : Data Primer 2009

Tabel. 2. Analisis Model Variabel Bebas (Pencarian Pengobatan pertama balita pneumonia) dengan variabel
terikat faktor predisposisi perilaku ibu (Sikap, Kepercayaan pengobatan, Pengetahuan, Pekerjaan,
dan Dukungan suami, keluarga, atau orang) di Kabupaten Maros Tahun 2009
B

Sikap

1,295

Kepercayaan
1,736
pengetahuan
1,786
pekerjaan
0,667
Dukungan
-1,908
Constant
-10,908
Sumber : Data Primer

S.E

df

Sig

Exp(B)

0,436

0,003

3,648

0,442
0,445
0,621
0,532
1,732

1
1
1
1
1

0,000
0,000
0,283
0,000
0,000

5,675
5,965
1,948
0,148
0,000

95.0
%.C.I.
for
Exp(B)
Lower
Upper
1,553
8,566
2,388
2,493
0,576
0,052

13,488
14,270
6,585
0,421

Anda mungkin juga menyukai