Anda di halaman 1dari 8

MAXILLO FACIAL TRAUMA (TRAUMA WAJAH)

22.23 KESEHATAN No comments

Trauma pada struktur anatomi maxillofacial sangat membutuhkan perahatian khusus.


Hal ini dikarenakan muka mendukung beberapa fungsi tubuh yang vital,seperti melihat,
mendengar, membau, bernafas, makan,berbicara.Regio maxillofacial dibagi menjadi 3
bagian :

Upper face : fraktur (patah tulang) mencngkup os frontal dan sinus frontal

Midface : midface dibagi menjadi 2 bagian

Upper

part,

terdiriatas

os

nasal,

os

zygomaticus,

os

ethmoid,bagian os axilla yang tidak ada gigi nya. Pada bagian ini terjadi fraktur
os maxilla tipe Le Fort II dan Le Fort II, yang mencangkup fraktur pada os nasal,
komplek nasoethmoidal atau kompleks Zygomaticomaxillari dan dinding orbital

Lower midface : trdiri dari alveolus maxilla, gigi, dan terjadi frkatur
maxilla tipe Le Fort I

Lower face : Terdiri dari mandibula

Frekuensi
Lebih dari 3 juta orang di amerika mengalami trauma / cidera seperti ini.

Etiologi
Facial trauma pada daerah urban disebabkan oleh perkelahian, kecelakaan kendaraan
bermotor, dan kecelakaan industry. Penyebab lain yan penting meliputi, trauma
penetrasi (luka pisau atau luka tembak), domestic violence, dan kekerasan pada anak
dan orang tua
Os nasal, mandibula, dan zygoma, merupakan tulang yang paling sering mengalami
frakturselama

perkelahian.

Patofisiologi
Gaya yang menyebabkan cidera dapat dibedakan jadi 2, yaitu high impact atau low
impact. Keduanya dibedakan apakah lebih besar atau lebih kecil dari 50 kali gaya

gravitasi. Setiap region pada wajah membutuhkan gaya tertentu hingga menyebabkan
kerusakan dan masing masing region berbeda beda. Margo Supraorbital, maxilla, dan
mandibula (bagian syimphisis dan angulus) dan frontal membutuhkan gaya yang high
impact agar bias mengalami kerusakan. Sedangkan os zygoma dan os nasal dapat
mngalami kerusakan hanya dengan terkena gaya yang low impact.
Berikut ini masing masing penyebab fraktur pada maxilla facial trauma :

Fraktur os frontal : Disebabkan oleh pukulan yang keras pada bagian dahi.
Mencangkup Tabula anterior dan tabula posterior sinus frontalis. Apabila tabula
posterior mengalami fraktur, diperkirakan akan menyebabka luka pada dura mater
(meninges). Selain itu sering juga terjadi kerusakan duktus naso frontal

Fraktur dinding bawah / lantai orbita : cidera pada lantai orbita dapat terjadi
sebagai fraktur yang sendiri, namun dapat juga menyebabkan fraktur dinding
medial. Adanya fraktur tersebut menyebabkan adanya peningkatan tekanan pada
intraorbita yang dapat merusak aspek terlemah dari dinding orbit, yaitu dinding
medial dan lantai. AKibatnya herniasi dari struktur yang terdapat didalam orbita ke
dalam sinus maxillary dapat terjadi dan insidensi yang tinggi pada cidera mata,
namun bulbus oculi jarang sapai rupture.

Fraktur nasal : disebabkan oleh gaya yang ditransmisikan oleh trauma


langsung

Fraktur nasoethmoidal : perluasan dari tulang nasal hingg tulang etmoid dan
dapat mnyebabka kerusakan canthus medial mata, apparatus lacrimal ata ductus
nasofronta lis. Dapat juga menyebabkan laserasi pada lamina cribrosa os frontal

Fraktur arcus zygomaticus : disebabkan karena pukulan langsung pada


arcus zygomaticus dapat mnyebabkan fraktur pada sutura zygomaticotemporal

Fraktur kompleks zygomaticomaxilla : fraktur ini disebabkan oleh trauma


langsung.

Garis

fraktur

meluas

melalui

sutura

zygomaticotemporal,

zygomaticofrontal, zygomaticomaxlla dan artikulasi dengan ala magna os sphenoid.


Garis fraktur biasanya meluas hingga foramen intraorbita dan lantai orbita. Cidera
ocular yang bersamaan juga sering terjadi.

Fraktur maxilla : Diklasifikasikan menjadi Le Fort I, II atau III

Fraktur Le Fort I merupakan fraktur maxilla horizontal yang


menyilangi aspek inferior maxilla dan memisahkan procesus alveolar yang
mengandung gigi maxilla dan palatum durum dari bagian lain maxilla. Fraktur
meluas melalui 1/3 bawah septum dan mecangkup sinus maxilla medial dan
lateral meluas ke os alatum dal pterigoid

Fraktur Le Fort II merupakan fraktur pyramidal yang dimulai dari


os nasal dan meluas melalui os etmoid dan os lacrimal, turun kebawah melalui
sutura zygomaticofacial, berlanjut ke posterior dan lateral melalui maxilla,
dibawah zygomaticus dan kedalam pterigoid

Fraktur Le Fort III atau disebut juga craniofacial dysjunction


merupakan terpisahnya semua tulang muka dari basis crania dengan fraktus
simultan zygoma, maxilla, dan os nasal. Garis fraktur meluas ke posterolateral
melaui os etmoid, orbits, dan sutura pterygomaxilla samapi kedalam fossa
sphenopalatina.

Fraktur Mandibula : Dapat terjadi pada banyak lokasi disebabkan bentuknya


yang seperti huruf U dan lemahnya condylar neck. Fraktur dapat terjadi bilateral
pada tepat yang terpisah dari tempat mengalami trauma langsung.

Fraktur Alveolar : dapat terjadi akibat gaya Low impact atau dapat
disebabkan dari perluasan garis fraktur melalui porsio alveolar dari maxilla dan
mandibula

Fraktur panfacial : biasanya disebabkan akibat mekanisme yang high impact


yang menyebabkan cedera pada wajah bagian atas, mid face, dan lower face.
Farktur ini dapat teriri dari 3 dari 4 unit facial.

Presentasi klinis
Fraktur os frontal
Presentasi : gangguan atau adanya krepitasi pada margo supraorbita, emphsema
subcutan dan parestesia nervus supraorbita dan nervus supratrochlear. Pada pasien
yang sadar, nyeri wajah merupakan gejala yang lazim. Laserasi, kontusio atau heatoma
pada dahi merupakan tanda cidera sinus frontal. Depresi yang tampak pada dahi
merupakan tanda yang penting, namun dapat dengan mudah tidak teramati pda
presentasi akut karena berkaitandengan edema jaringan luna. CSF (Cerebrospinal fluid)
rhinorrhea. Halo sign atau B2 transferring untuk konfimasi kebocoran
Fraktur lantai orbita
Presentasi : edemaperiorbita, crepitasi, ecch mosis, enophtalmos dan cidera ocular.
Nervus infraorbita sering juga mengalami kerusaka kerusakan nervus infraorbita dapat
mnyebabkan paresthesia atau anesthesia pada sisi lateral hidung, bibir bagian atas dan
g inggiva maxilla pada sisi yang terkena. Adanya disfungsi pergerakan bola mata ke
atas dank e arah lateral akibat terjebaknya musculus rectus inferior. Apabila entrapment
nervus terjadi, intervensi surgical emergency harus segera dilakuakan, untuk mencegah
atrofi m.rectus inferior.

Fraktur nasal
Presentasi : hidung mengalami edema dan nyeri tekan, terdapat displacement, crepitasi
dan epitaxis. Inspeksi septum untuk ekslusi septal hematomayang terjadi pada anak.
Fraktur Nasoethmoidal
Presentasi : Telecathus (peningkatan jarak antara canthus medial kedua mata), epitaxis,
cerebrospinal fluid rhinorrhea, dan epiphora yang disebabkan oleh terhalangnya ductus
naso

lacrimal

Fraktur arcus zygomaticum


Presentasi : nyeri saat palpasi dan keterbatasan gerak mandibula disebabkan
interferensi pergerakan processus coronoideus mandibula pada pemeriksaan fisik
Fraktur kompleks zygomaticomaxilla
Presentasi : depersi malar, pendataran tulang pipi, nyeri tekan penonjolan zygoma.
Flame sign : jerusakan dan depresi tendon canthal lateral, pendarahan sub conjunctival,
paresthesi pada sisi lateral hidung dan bibir bagian atas, diplopia akibat m. rectus
inferior, intraoral ecchimosis

Faktur maxilla
Presentasi :
Le Fort I : edema facial dan mobilitas padi palatum durum dan alveolus maxilla dan gigi
Le Fort II : Edem Facial, Tele canthus, pendarahan subconjunctival, mobilitas maxilla,
pada sutura nasofrontal,epitaxis, dan kemungkinan rhinorrea CSF
Le Fort III : Edema massive, dengan wajah tampak membulat, memanjang da mendatar,
Epitaxis, rhinorrea CSF, dan pergerakan tulang wajah akibat manipulasi gigi, dan
palatum durum

Fraktur Alveolus
Presentasi : pendarahan gingival, mobilitas alveolus, dan longgarnya gigi

Fraktur Mandibula

Presentasi : Fraktur Condilus (tampak nyeri saat palpasi anterior Meatus acusticus
externa), COnylus yang fraktur gak akan bergerak ketika mandibula membuka atau
menutup. Fitur yang lazim: nyeri saat menggerakan rahang, malocculusi gigi, dan
ketidak mampuan membuka mulut, mobilitas dan crepitasi pada symphisis,angulus atau
corpus.

Intraoral

edema,

ecchymosis,

pendarahan

gusi.

Kerusakan

nervus

alveolar,mencangkup rus mental dapat menyebabkan paresthesia atau anesthesia


setengah dar bibir bagian bawah, gigi dan gusi.
Referensi :

http://emedicine.medscape.com/article/434875-overview#a1

Anda mungkin juga menyukai