Anda di halaman 1dari 8

J. Sains MIPA, April 2018, Vol. 18, No. 1, Hal.

: 29 - 36
ISSN 1978-1873

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LINDI TEMPAT PEMBUANGAN


AKHIR SAMPAH, KELURAHAN BAKUNG, KECAMATAN TELUKBETUNG BARAT,
KOTA BANDAR LAMPUNG
Ahmat Wahyudi1,*, Udin Hasanudin2 dan Tanto Pratondo Utomo2
1Magister
2JurusanTeknologi

Ilmu Lingkungan, Universitas Lampung , Bandar Lampung, 35145


Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung, 35145
*E-mail: wahyudiahmat@yahoo.com

ABSTRAK
Pengolahan lindi yang tidak sesuai dapat menyebabkan kontaminasi terhadap air tanah, air
permukaan dan dapat menyebabkan efek negatif pada kesehatan umum. Instalasi pengolahan lindi (IPAL)
dievaluasi kinerjanya dan direkomendasikan teknologi yang sesuai untuk meningkatakan kinerjanya. Suhu,
pH, DO dan TDS diukur secara langsung di lapangan. BOD, COD, TSS, NH3 dan logam Pb diukur di
laboratorium. Pengukuran dilakukan sekali seminggu sebanayk 6 kali. Kinerjanya kemudian dibandingkan
dengan kualitas lindi standar dan kriteria yang didesain sesuai dengan linteratur. Hasil pengukuran
menujukan bahwa keluaran IPAL TSS 531,33 mg/L, TDS 4201,50 mg/L, BOD 194,08 mg/L, COD 423,33
mg/L, NH3 208, 27 mg/L melebihi batas standar yaitu berturut-turut 200 mg/L, 2000 mg/L, 50 mg/L, 100 mg/L
and 1 mg/L. Kinerja IPL pada penghilangan BOD pada kolam fakultatif sebesar 4,08%, BOD kolam
pematangan dan NH3 14,34% dan 12,7%, dan pada filtrasi kerikil TSS dan BOD nya berturut-turut 21,27%
dan 19,04% dan masih di bawah kriteria standar. Jeleknya kinerja IPAL disebabkan rendahnya DO karena
pembuangan yang berlebihan pada kolam fakultatif dan pematangan. Nisbah BOD/COD pada kisaran 0,48
sampai 0,51 menunjukkan bahwa lindi masih dapat diperlukakan secara aerob dengan sistem biologi yang
dimodifikasi.
Kata kunci: lindi, kolam stabilisasi, fakultatif, maturasi, penyaring kerikil

ABSTRACT
Inappropriate leachate treatment could cause contamination of groundwater, surface water, and can
have a negative impact on public health. The leachate treatment plant (LTP) was evaluated on the
performance and recommended the appropriate technology choices to improve its performance.
Temperature, pH, DO, TDS were field tested. BOD, COD, TSS, NH3 and Pb were tested in the laboratory. It
was tested once a week as much as 6 times. The performance then compared to the leachate quality
standards and design criteria based on the literature. The test results showed that LTPs outlet of TSS 531.33
mg/L, TDS 4201.50 mg/L, BOD 194.08 mg/L, COD 423.33 mg/L, NH3 208, 27 mg/L exceed the quality
standards of each 200 mg/L, 2000 mg/L, 50 mg/L, 100 mg/L and 1 mg/L. LTP performance on BOD removal
in facultative pond at 4.08%, maturation pond BOD and NH3 14.34% and 12.70%, on a rock filter TSS and
BOD 21.27% and 19.04%, respectively were bellow design criteria standards. The poor performance of LTP
was caused by low DO due to excessive loading on facultative and maturation ponds. The ratio of BOD/COD
from 0.48 to 0.51 indicates that leachate can still be treated by aerobic biological system with some
modifications.
Keywords: leachate, stabilization ponds, facultative, maturation, rock filter

1. PENDAHULUAN
Secara umum lindi mengandung zat organik dan anorganik dengan konsentrasi tinggi yang dicirikan
oleh BOD, COD, pH, NH3,TSS, TDS dan kandungan logam1). Untuk mengendalikan pencemaran air akibat
lindi yang timbul, TPA Bakung dilengkapi dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang terdiri dari bak
kontrol, bak fakultatif, bak maturasi dan bak filtrasi kerikil serta serta bak bioindikator.
Air lindi akan terus dihasilkan selama TPA beroperasi bahkan setelah TPA penuh dan ditutup pun lindi
masih terus dihasilkan sehingga potensi pencemaran terutama terhadap air tanah dan air permukaan akan
tetap terus berlangsung selama 30-50 tahun2).

2012 FMIPA Universitas Lampung

29

Ahmat Wahyudi dkk Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lindi Tempat Pembuangan Akhir

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengevaluasi dan
meningkatkan kinerja IPAL, merekomendasikan pemilihan alternatif teknologi dan penyempurnaan desain
IPAL agar kualitas air limbah dapat memenuhi baku mutu dengan mempertimbangkan biaya investasi dan
operasional yang murah, pengoperasian yang mudah, sistem yang handal dan berkelanjutan.

2. METODE PENELITIAN
2.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah : tongkat pengukur, stopwatch, botol sampel/jerigen, DO meter, pH meter,
TDS meter, botol pencuci, gayung, sepatu lapangan, pelampung, ember dan gelas ukur. Bahan yang
digunakan pada pengambilan sampel adalah aquadest, larutan standar/kalibrasi pH, larutan standar/kalibrasi
TDS, larutan kalibrasi DO meter, pengawet sampel (es batu, H2SO4 dan HNO3), kertas lakmus dan tissu.
2.2. Jenis Data yang Diambil
Data primer yang diambil dalam penelitian ini adalah kualitas air limbah (pH, suhu, DO, TDS, TSS, BOD,
COD, NH3, Pb) diambil setiap minggu sekali selama enam kali pengambilan pada tiap segmen IPAL, debit
lindi inlet , kedalaman sedimen dan kondisi eksisting IPAL. Parameter pH, DO, TDS, suhu diuji dilapangan
sedangkan TSS, BOD, COD, NH3, Pb diuji di laboratorium
Data sekunder yang diambil dalam penelitian ini adalah desain IPAL eksisting, curah hujan, data kualitas
limbah, geofrafi dan topografii TPA dan peta lokasi.
2.3. Analisis dan Pengolahan Data
Parameter Suhu diuji dengan metode elektrokimia, pH dengan metode elektrokimia, DO dengan
metode elektrokimia, TDS dengan metode elektrokimia, TSS dengan metode gravimetri, BOD dengan metode
volumetr), COD dengan metode volumetri, NH3 dengan metode spektrometri dan Pb dengan metode
spektrometri.
Analisis data kualitas limbah menggunakan grafik, tabulasi dan statistik sederhana berupa rata-rata
(mean), standar deviasi yang diolah menggunakan program Minitab versi 15.
Analisis efisiensi kinerja per unit alat menggunakan persen penghilangan (percent removal), beban
volumetri, beban organik dan waktu tinggal dibandingkan dengan tipikal desain dan operasi.
Perhitungan persen penghilangan pada tiap unit alat menggunakan rumus :
% removal = (Cin Cout) x 100%
Cin
dengan Cin : konsentrasi polutan masuk unit alat; Cout : konsentrasi polutan keluar unit alat
Rekomendasi pemilihan alternatif desain menggunakan metode deskriptif. Dari studi literatur dikaji dan
dibandingkan beberapa alternatif pengolahan lindi berdasarkan berdasarkan kriteria teknis, ekonomi dan
lingkungan. Kriteria teknis didasarkan pada kemampuan memenuhi baku mutu, kemudahan pengoperasian.
Kriteria ekonomi didasarkan pada biaya investasi dan operasional terendah. Sedangkan kriteria lingkungan
didasarkan pada prinsip teknologi yang dipilih tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Kondisi Eksisting TPA Bakung
Hasil pengamatan lapangan terhadap kondisi eksisting di TPA bakung adalah sebagai berikut :
1. Instalasi pengolahan lumpur tinja yang terletak di dekat area timbun (tidak terawat) sehingga tinja
dari mobil tangki penyedot tinja yang dicurahkan ke tangki imhoff langsung menggenang di tanah
tanpa pengolahan. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran air tanah dan meningkatkan
kandungan fecal coli dalam lindi yang diolah di IPAL
2. Sistem open dumping menyebabkan peningkatan volume lindi
3. Pohon tinggi disekeliling IPAL menghalangi penetrasi sinar matahari dan guguran daunnya yang
masuk ke IPAL menurunkan kinerja IPAL
4. Air lindi pada bak fakultatif dan maturasi berwarna kehitaman
5. Tercium bau amonia (pesing) terutama pada saat cuaca mendung. Hal ini mengidikasikan adaya
pelepasan (penguapan) amonia ke udara.
6. Penempatan saluran outlet dan inlet tidak secara diagonal sehingga memungkinkan terjadinya
short circuit serta terletak dipermukaan sehingga terjadi washout.
7. Hasil pengukuran debit lindi rata rata pada inlet adalah 263,952 m3/hari

30

2012 FMIPA Universitas Lampung

J. Sains MIPA, April 2018, Vol. 18, No. 1

8. Hasil pengukuran dimensi eksisting, kedalaman air dan sedimen pada masing masing bak adalah
sebagai berikut : Bak kontrol influen (PxLxT=1x1x2m, kedalaman air 30 cm), bak Fakultatif
(PxLxT=73x25x1,5m, freeboard 0,5 m, kedalaman air : 109,75 cm, kedalaman sedimen rata rata
40,25 cm), bak maturas (PxLxT=17,5x25x1m, freeboard 0,5 m, kedalaman air rata rata: 65,36 cm,
kedalaman sedimen rata rata 34,64 cm), bak filtrasi kerikil (PxLxT=30x25x0,9 m, media : kerikil 0,4
m, freeboard 0,7 m), bak bio indikator (PxLxT=5x5x1m, freeboard 0,5 m, kedalaman air rata rata 88
cm, kedalaman sedimen rata rata 12,00 cm).
3.2.

Karakteristik Lindi TPA Bakung


Ditinjau dari umurnya, TPA bakung tergolong TPA lama yang akan menghasilkan lindi berkarakter tua,
namun data pada Tabel 1 menunjukan bahwa parameter TSS 1169,330 mg/L , TDS 6512,500 mg/L, BOD
520,070 mg/L, COD 1071,330 mg/L dan rasio BOD/COD 0,485 mg/L menunjukan bahwa karakter lindi
menyerupai TPA usia sedang (intermediate). Hal tersebut terkait terjadinya pencampuran antara lindi muda
dengan lindi tua karena sistem penimbunan sampah di TPA bakung yang tidak menggunakan sistem sel
sehingga terjadi pencampuran antara lindi tua dengan lindi muda menghasilkan lindi dengan karakter antara
lindi muda dan lindi tua (intermediate). Rasio BOD/COD 0,485 menunjukan bahwa lindi masih dapat diolah
secara biologis aerobik3).
Perbandingan karakteristik lindi TPA Bakung sebelum diolah (Titik 1) dengan tipikal lindi secara umum
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan karakteristik lindi TPA Bakung dengan tipikal lindi secara umum
Parameter

TPA Bakung (17 Tahun)

(oC)

Suhu
pH
DO (mg/L)
TSS (mg/L)
TDS (mg/L)
BOD (mg/L)
COD (mg/L)
NH3 (mg/L)
Pb (mg/L)
Rasio BOD/COD

35,59
8,51
0,04
1169,33
6512,50
520,07
1071,33
390,85
0,03
0,49

TPA Baru (<2 tahun)

TPA Lama (>10 tahun)

5-64)
200-20004)
8.000-50.0005)
2.000-30.0004)
3.000-60.0004)
500-15006)

6,6-7,54)
100-4004)
1.000-3.0005)
100-2004)
100-5004)
50-2006)

>0,37)

<0,17)

3.4 Kinerja IPAL


Tabel 2. Nilai rata rata parameter efluen akhir lindi
Parameter
Efluen akhir (Titik 5)
Baku Mutu Limbah (BM8) )
Rasio Efluen/ BML
o
Suhu ( C)
32,92
38,00
0,87
pH
8,20
6-9
DO (mg/L)
1,63
TSS (mg/L)
531,33
200
2,66
TDS (mg/L)
4201,50
2000
2,10
BOD (mg/L)
194,08
50
3,88
COD (mg/L)
423,33
100
4,23
NH3 (mg/L)
208,27
1
208,27
Pb (mg/L)
0,02
0,1
0,16
Nisbah BOD/COD
0,46
Tabel 2 menunjukan bahwa parameter efluen akhir pada outlet IPAL (titik 5) untuk suhu, Pb, pH
memenuhi baku mutu 6-9. Parameter DO tidak dipersyaratkan dalam baku mutu. TSS 531,33 mg/L
melampaui baku mutu 2,66 kali, TDS 4201,50 mg/L melampaui baku mutu 2,10 kali, BOD 194,08 mg/L
melampaui baku mutu 3,88 kali, COD 423, 330 mg/L melampaui baku mutu 4,23 kali dan NH3 208,27 mg/L
melampaui baku mutu (208,27 kali BML. Dari data tersebut nampak bahwa kinerja IPAL tidak mampu
memenuhi BML sesuai Peraturan Gubernur Lampung Nomor 7 Tahun 20108).. Hasil rata rata analisis
parameter lindi efluen akhir dari outlet IPAL (titik 5) dapat dilihat pada Tabel 2.

2012 FMIPA Universitas Lampung

31

Ahmat Wahyudi dkk Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lindi Tempat Pembuangan Akhir

Tinjauan terhadap kecenderungan rerata perubahan parameter lindi pada tiap segmen IPAL dapat
dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kecenderungan rerata perubahan parameter lindi tiap segmen IPAL


Gambar 1 menunjukan kecenderungan peningkatan DO diikuti penurunan nilai pH, TSS, TDS, BOD,
COD, NH3 dan Pb. Hal tersebut menunjukan bahwa DO merupakan parameter kunci. Hasil evaluasi terhadap
parameter desain dan operasi IPAL dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

32

2012 FMIPA Universitas Lampung

J. Sains MIPA, April 2018, Vol. 18, No. 1

Tabel 3. Evaluasi parameter desain dan operasi IPAL


Parameter Desain & Operasi
a)
Bak 1 (fakultatif)
Panjang : Lebar
Kedalaman air
Freeboard
Posisi inlet/outlet
Scum box inlet/outlet
Posisi takeoff outlet

Kondisi Eksisting

Kriteria Desain & Operasi

Keterangan

73 :25
1,5 m
0,5
multipoint sejajar
tidak ada
Dipermukaan

(2-3):19)
1-29)
0,5-1 m9)
singlepoint diagonal9)
perlu scum bo(9)
60 cm dibawah
permukaan9)
350 kg BOD/Ha.hari9)
Minimal 4 hari9)
70-80%9)
37,72%10)
8-911)
>2 mg/11)

Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Tidak memenuhi
Tidak memenuhi
Tidak memenuhi

(2-3):1, bila
memungkinkan 10 : 19)
1-1,59)
0,5-1 m9)
singlepoint diagonal9)
perlu scum box9)
60 cm dibawah
permukaan9)
280 kg BOD/Ha.hari9)

Tidak memenuhi

Minimal 4 hari9)
25%9)
90%(11)
8-9(11)
>2 mg/11)

Tidak memenuhi
Tidak memenuhi
Tidak memenuhi
Memenuhi
Tidak memenuhi

1,0 m3/m3 bed.hari10)


1,5-2 m(10)
50-70% (10)
50-70% (10)
0,5-1 m(9)

Tidak memenuhi
Tidak memenuhi
Tidak memenuhi
Tidak memenuhi
Tidak memenuhi

Beban permukaan BOD


HRT ()
Penghilangan BOD
Penghilangan NH3
pH
DO
b)
Bak 2 (Maturasi)
Panjang : Lebar

753,095 kg BOD/Ha.hari
7,589 hari
4,08%
5,59%
8,40-8,51
0,04-0,07 mg/L

Kedalaman air
Freeboard
Posisi inlet/outlet
Scum box inlet/outlet
Posisi takeoff outlet

1m
0,5
multipoint sejajar
tidak ada
Dipermukaan

Beban permukaan BOD

2813,475 kg
BOD/Ha.hari
1,083 hari
14,34%
12,70%
8,36-8,40
0,07-0,990 mg/L

HRT ()
Pengilangan BOD
Penghilangan NH3
pH
DO
c)
Bak 3 Filtrasi kerikil
Pembebanan lindi
Kedalaman bed
Penghilangan TSS
Penghilangan BOD
Kedalaman air limbah

17,5 :25

1,759 m3/m3bed.hari
0,4 m
21,27%
19,04%
0,4 m

Tidak memenuhi
Memenuhi
Tidak memenuhi
Tidak memenuhi
Memenuhi
Tidak memenuhi

Memenuhi
Memenuhi
Tidak memenuhi
Tidak memenuhi

Tidak memenuhi

3.5

Alternatif Perbaikan Kinerja IPAL


Untuk negara berkembang bak stabilisasi paling cocok12,13). Tabel perbandingan beberapa sistem
pengolahan limbah dapat dilihat pada Tabel 4.
Pengolahan lindi TPA Bakung menggunakan sistem bak stabilisasi ditinjau dari aspek finansial
(ekonomi), teknologi dan dampak lingkungan merupakan pilihan yang terbaik. Permasalahannya adalah
adanya beberapa kelemahan desain atau modifikasi dari desain awal yang kurang tepat, pengoperasian dan
pemeliharaan yang kurang (termasuk pengoperasian area secara open dumping). Alternatif 1 (redesain IPAL
eksisting) dapat dilihat pada Tabel 5

2012 FMIPA Universitas Lampung

33

Ahmat Wahyudi dkk Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lindi Tempat Pembuangan Akhir

Tabel 4. Perbandingan sistem pengolahan limbah

Plant
performance

Economic
factors

Kriteria
BOD removal
FC Removal
SS removal
Helminth removal
Virus removal
Simple and cheap construction
Simple operation
Land requirement
Maintenance costs
Energy demand
Sludge removal costs

1
F
P
F
P
P
P
P
G
P
P
P

2
F
P
G
F
F
P
P
G
P
P
F

3
F
F
G
P
P
P
P
G
P
P
F

4
F
P
G
P
P
P
F
G
F
F
F

5
G
F
G
F
F
F
F
G
P
P
P

6
G
G
F
F
G
F
P
F
P
P
F

7
G
G
F
G
G
G
G
P
G
G
G

Keterangan :
FC = Fecal coliforms, P = Poor, G = Good, F= Fair, SS = Suspended solids, 1 : Package plant, 2 : Activated sludge
plant, 3: Extended aeration activate sludge, 4 : Biological filter, 5 : Oxidation ditch, 6 : Aeration lagoon, 7 : Waste
stabilization pond system

Tabel 5. Hasil perhitungan redesain IPAL


Parameter Desain
Bak 1 (fakultatif)
Panjang : Lebar
Kedalaman air
Freeboard
Posisi inlet/outlet
Scum box inlet/outlet
Posisi takeoff outlet
Beban permukaan BOD
HRT ()
b.
Bak 2 (Maturasi)
Panjang : Lebar
Kedalaman air
Freeboard
Posisi inlet/outlet
Scum box inlet/outlet
Posisi takeoff outlet
Beban permukaan BOD
HRT ()
c.
Bak 3 (Filtrasi )kerikil
Panjang : Lebar
Kedalaman bed
Kedalaman air
Pembebanan lindi

Kondisi Eksisting

Alternatif 1 (redesain)

73 :25
1,5 m
0,5m
multipoint sejajar
tidak ada
Dipermukaan
753,095 kg BOD/Ha.hari
7,589 hari

109: 36 m
1,5
0,5 m
singlepoint diagonal
Dibuat scumbox/weir
60 cm dibawah permukaan
350 kg BOD/Ha.hari
22,29 hari

17,5 :25 m
1m
0,5
multipoint sejajar
tidak ada
Dipermukaan
2813,475 kg BOD/Ha.hari
1,083 hari

110 : 11 m
1m
0,5-1 m
singlepoint diagonal
perlu scum box
60 cm dibawah permukaan
280 kg BOD/Ha.hari
4,64 hari

30 : 25
0,4 m
0,4
1,759 m3/m3bed.hari

122: 22 m
1,5 m
0,75 m
0,375 m3/m3 bed.hari

a.

Dari Tabel 5 diatas nampak bahwa perlu perubahan dimensi IPAL yang cukup signifikan bila
dibandingkan desain eksisting. Model IPAL kolam stabilisasi ini keuntunganya adalah pengoperasianya
mudah, murah dan sederhana serta tahan shock loading. Kerugianya lahan yang dibutuhkan cukup luas.
Dari lahan yang ada nampaknya masih memungkinkan untuk dilakukan perubahan tetapi diperlukan banyak
perubahan (pembongkaran bangunan eksisting)
Alternatif kedua yang diusulkan untuk memperbaiki kinerja IPAL adalah merubah IPAL menjadi sistem
aerated lagoon. Sedapat mungkin bangunan yang ada dipertahankan atau diadakan perombakan seminimal
mungkin. Usulan desaian aerated lagoon (Alternatif 2) dapat dilihat pada Tabel 6.
34

2012 FMIPA Universitas Lampung

J. Sains MIPA, April 2018, Vol. 18, No. 1

Tabel 6. Usulan desain alternatif 2 (aerated lagoon)


Parameter Desain
Bak 1 (bak aerasi)
Panjang : Lebar
Kedalaman air
Freeboard
Posisi inlet/outlet
Kebutuhan suplai oksigen
Kebutuhan listrik untuk aerasi
HRT ()
b)
Bak 2 (Bak pengendap)
Panjang : Lebar
Kedalaman air
Freeboard
Posisi inlet/outlet
Kecepatan overflow
Kecepatan horizontal
HRT ()
c)
Bak 3 (SSF wetland)
Panjang : Lebar
Kedalaman bed efektif
Kedalaman air

Usulan desain (alternatif 2)

Kriteria desain

73 : 25
4m
0,5m
multipoint sejajar
29,193 kg/jam
467,088 KWH/hari
26,7 hari

(2-3):1
1,5-6 m
0,5-1 m

17,5 :25 m
1m
0,5
multipoint sejajar
0,6 m3/m2.hari
0,44 m/jam
1,6 hari

(2-3):1

<30 m3/m2.hari
<1,5 m/jam
2 jam

75 : 25m
0,6 m
0,4

(5-3) :1
0,45-0,75 m
0,1-1 m

7,039 g BOD/m2.hari

<7,5 g BOD/m2.hari

a)

Pembebanan lindi

0,5-1 m

Dari Tabel 6 nampak bahwa pada Alternatif 2 secara fisik tidak terlalu banyak perubahan pada desain
IPAL eksisting kecuali penambahan kedalaman pada bak aerasi agar waktu tinggal mencukupi, penambahan
aerator dan perubahan kolam filtrasi kerikil menjadi sub surface wetland. Penambahan aerator akan lebih
menjamin berlangsungnya proses nitrikasi pada bak aerasi karena suplai oksigen tidak tergantung cuaca.
Proses denitrikasi berlangsung di bak subsurface wetland atau dengan me-recycle sebagian lindi yang telah
diaerasi ke saluran inlet
Dari kedua alternatif diatas disarankan untuk dipilih Alternatif 2 karena lebih menjamin pasokan oksigen
yang merupakan faktor pembatas meskipun biaya operasi dan pemeliharaanya lebih tinggi

4. KE SIMPULAN DAN SARAN


4.1. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijelaskan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Kinerja IPAL
tidak optimal karena karena DO terlalu rendah dan beban BOD pada kolam akultatif (f ) 753,095 kg
BOD/ha.hari (melebihi standar 350 kg BOD/ha.hari), beban BOD pada kolam maturasi (m) 2813,475 kg
BOD/Ha.hari (melebihi standar 280 kg BOD/ha.hari) tidak mendukung kondisi aerobik ; (2) Parameter TSS
531,330 mg/L, TDS 4201,500 mg/L, BOD 194,080 mg/L, COD 423,330 mg/L, NH3 208, 270 mg/L melampaui
baku mutu masing masing 200 mg/L, 2000 mg/L, 50 mg/L, 100 mg/L dan 1 mg/L; (3) Penghilangan BOD pada
pada bak fakultatif 10,44% tidak memenuhi kriteria operasi 70-80%; (4) Penghilangan BOD pada bak
maturasi 6,58% dan NH3 12,70% tidak memenuhi kriteria 25% dan 90%; (4) Penghilangan TSS & BOD pada
bak filtrasi kerikil 21,27% & 19,04% tidak memenuhi kriteria 50-70%; (5) Sedimentasi pada bak fakultatif dan
maturasi mengurangi volume dan waktu tinggal lindi dalam IPAL; (6) Pohon disekitar IPAL menghalangi sinar
matahari dan guguran daunnya menyebabkan pengotoran IPAL ; (7) Desain dan peletakan inlet dan outlet
pada bak fakultatif dan maturasi tidak tepat karena berupa multi poin, sejajar dan terletak dipermukaan
mengakibatkan short circuit dan terjadinya washout algae; (8) Rasio BOD/COD 0,485 mg/L sehingga pilihan
teknologi pengolahan lindi terbaik adalah biologis-aerobik; (9) Operasi TPA dengan sistem open dumping
berpotensi meningkatan kuantitas lindi dan kadar polutan.

2012 FMIPA Universitas Lampung

35

Ahmat Wahyudi dkk Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lindi Tempat Pembuangan Akhir

4.2. Saran
Agar lebih baik dalam pengolahan pada TPA Bakung, kamu menyaranka: (1) Perlu dilakukan
penelitian karakteristik lindi, jenis mikroba dengan data time series yang cukup panjang; (2) Perlu dilakukan
perubahan operasi TPA dari sistem open dumping menjadi santary landfill; (3) Alternatif 1 redesain eksisiting
IPAL berupa perubahan dimensi bak fakultatif menjadi 109 x 36 x 1,5 m, bak maturasi 110 x 11 x 1 m, dan
bak filtrasi kerikil 22 x 22 x 1,5 m; (4) Alternatif 2, upgrading IPAL menjadi aerated lagoon berupa
penambahan kedalaman bak fakultatif eksisting menjadi 4 m dan ditambah aerator, perubahan bak maturasi
menjadi bak pengendap serta perubahan bak filtrasi kerikil menjadi sub surface wetland dengan ukuran 75 x
25 x 0,6 m; (5) Perlu adanya operator khusus yang menangani dan merawat IPAL

DAFTAR PUSTAKA
1.

Pearson, H.W. 2002. Impact of Landfill Closure Design on Long Term Natural Attenuation of
Chlorinated Hydrocarbon, Environmental Security Technology Certification Program. Arlington

2.

Tcobanoglous, G. 1993. Integrated Solid Waste Management Engineering Principles and Management
Issues. New york. McGraw Hill Inc..

3.

McBean, E.A., Rover, F. & Farquhar, G.J. 1995. Solid Waste Landfill Engineering and Design. Prentice
Hall PTR, Englewood Cliff, New Jersey.

4.

Glynn Henry, J. & Heinke, G.W. 1996. Environmental Science and Engineering

5.

Crawford, J.F. & Smith, P.G. 1985. Landfill Technology. British Publishing, UK.

6.

El-Fadel, M., Alayli, B., Bou-Zeid, E. & Chahine, W. 2001. Temporal Variation of Leachate Quality From
Pre-Sorted and Baled Municipal Solid Waste With High Organic and Moisture Content. Waste
Management, 22 (1): 269 282.

7. Renou, S., Poulain, S., Givaudan, J. & Moulin, P. 2008. Treatment process adapted to stabilization
leachates : Lime precepitation-prefiltration-reverse osmosis. J. Membr. Sci., 313: 9-22.
8. Peraturan Gubernur Lampung 07 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah di Provinsi Lampung
9. Mara, D.D., Pearson, H.W., Oragui, J.I., Arridge, H. & Silva, S.A. 1997. Development of a New Approach
to Waste Stabilization Pond Design. TPHE Research Monograph No. 5, Leeds, England: University of
Leeds. Department of Civil Engineering.
10. Pano, A. & Middlebrooks, E.J. 1982. Ammonia nitrogen removal in facultative wastewater stabilization
ponds. J. Water Pollut. Control Fed., 54(4): 344-351.
11. Novotny, V. & Olem, H. 1994. Water Quality, Presention, Identification, and Management of Diffuse
Pollution. Van Nostrand Reinhold. Pp.1054.
12. Marais, G.V.R. 1974. Faecal Bacterial kinetics in waste stabilization pond. J. Environmen. Eng., 115
(1):.119-139.
13. Arthur, J.P. 1983. Notes on the design and operation of waste stabilization ponds in warm climates of
developing countries, Urban Development Technical Paper No. 6, World Bank, Washington DC, Pp.106.

36

2012 FMIPA Universitas Lampung

Anda mungkin juga menyukai