Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Sebagai salah satu metode dalam geofisika, metode seismik banyak digunakan
dalam eksplorasi, terutama eksplorasi hidrokarbon. Keunggulan dari metode ini
dibanding dengan metode geofisika lain adalah tingkat akurasi, resolusi dan penetrasi
yang lebih tinggi. Metode ini sangat berkembang pesat disertai dengan teknologi tinggi
dalam hal akuisisi data, pemrosesan data seismik, sampai dengan interpretasi data
seismik.
Eksplorasi dengan menggunakan metode seismik ini sangat populer di dunia
industri perminyakan dikarenakan data hasil interpretasinya bersifat akurat, juga dapat
mendeskripsikan secara geologi tentang kondisi bawah permukaan bumi.
Secara umum ada tiga Metode seismik yang digunakan dalam eksplorasi
kegiatan besar dalam metode seismik agar dapat menghasilkan suatu informasi yang
benar benar bisa akurat dan bernilai ekonomis, yaitu :
1. Akuisisi Data Seismik
Akuisisi data merupakan pekerjaan bagian terdepan dari suatu
eksplorasi. Persiapan awal yang harus dilakukan adalah menentukan
parameter parameter lapangan yang cocok, dari suatu daerah yang hendak
disurvey. Penentuan parameter parameter ini sangat penting karena akan
menentukan kualitas data yang akan diperoleh. Maksud dari penentuan
parameter lapangan ini adalah untuk menetapkan parameter awal dalam
suatu rancangan survey (akuisisi data) yang dipilih sedemikian rupa
sehingga dalam pelaksanaan akan diperoleh informasi target selengkap
mungkin dengan noise serendah mungkin.
2. Pengolahan Data Seismik
Data seismik direkam ke dalam pita magnetik di lapangan. Setelah
itu data tersebut diproses di pusat pengolahan data seismik. Tujuan dari
pengolahan data seismik adalah menghasilkan penampang seismik dengan
S/N (signal to noise ratio) yang baik tanpa mengubah bentuk kenampakankenampakan refleksi, sehingga dapat diinterpretasikan keadaan dan bentuk
dari perlapisan di bawah permukaan bumi seperti apa adanya. Dengan
BAB III
METODE INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI
Metode Seismik refleksi merupakan jenis dari analisa gelombang seismik untuk
keperluan eksplorasi bawah permukaan secara dangkal
General Analysis
Wavelet Modeling
(Band Pass Filter)
Seismic Section on
Well Trace
Reflection
Coefficient
Synthetic Seismogram
Tying
Defined Seismic Section
Structural
Identification
Picking
Horizon
Trace
Posting
Mapping
Map Interpretation
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
I.2. Maksud dan Tujuan
Tujuan dan ruang lingkup pekerjaan interpretasi seismik refleksi sangat
bervariasi dari interpretasi regional daerah sampai pada detail informasi dalam studi
reservoir. Adapun tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah interpretasi lokal
pada lapangan X yang meliputi stratigrafi, dan identifikasi struktur dari horison
Basement dan unit Lower Zelda dalam daerah konsesi CNOOC SES B. V. Interpretasi
ini berdasarkan hasil analisa seluruh data yang tersedia.
Maksud dan tujuan dari kerja praktek ini adalah :
1. Mengenal, memahami dan mempraktekan tentang pengolahan data seismik.
2. Memberi pengalaman kerja yang sesungguhnya pada mahasiswa sebagai bekal
untuk terjun ke dunia kerja nanti.
3. Memenuhi salah satu mata kuliah wajib Program Studi Geofisika Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada.
BAB III
DASAR TEORI
III.1. TAHAPAN INTERPRETASI
a. Asumsi Geofisis Dasar
Interpretasi seismik umumnya menganggap bahwa :
1. Event event koheren pada rekaman seismik merupakan pantulan gelombang
seismik dari kontras impedansi akustik medium.
2. Kontras
impedansi
tersebut
diasosiasikan
sebagai
perlapisan
yang
sebagai zat cair normal dalam lingkungan itu. Air asin ini mengisi porositas batu
pasir, kemudian sebagian air asin digantikan tempatnya oleh gas, sehingga
kecepatan ( densitas ) atau akustik impedansinya menjadi berkurang. Jika
impedansi akustik batu lempung yang berada diatas batu pasir sudah lebih besar
dari pada keadaan normalnya ( batu pasir + air asin ), maka pada saat batu pasir
terisi gas impedansi akustiknya semakin bertambah besar.
c. Lapisan Karbonat
Pada umumnya, batuan karbonat berasosiasi dengan batu pasir dan atau batu
lempung. Biasanya ditemukan batuan karbonat mempunyai impedansi alamiah
yang lebih besar daripada lapisan lainnya. Koefisien pantulan pada lapisan
karbonat atas normalnya kuat dan positip, sering juga ditemukan bahwa batuan
karbonat cenderung kurang porus daripada batupasir dan batu lempung.
d. Kontak Zatcair
Kenampakan data seismik nonstruktural lainnya adalah batas kontak antara
akumulasi gas minyak atau minyak air. Kontak antara akumulasi gas dengan
zat cair di bawahnya secara normal akan nampak datar ( flat ). Zat cair ini
biasanya minyak dan air garam. Batas kontak pantulannya mempunyai polaritas
selalu positip.
e. Keterbatasan
Ketebalan lapisan tertentu akan mengalami interaksi antara dua pemantul,
terutama bila tebal lapisan disekitar panjang gelombangya, sehingga dua
sinyal pantulan seismik bergabung menyatu hingga saling memperkuat yang
tampak seperti brightspot, dua hal ini sering disebut sebagai tuning effect.
f. Efek Multiple
Multiple adalah even yang mengalami pemantulan lebih dari satu kali ( berulang
ulang ) sebelum kembali ke permukaan. Ciri dari even multiple mempunyai
periode waktu yang tetap, amplitudo mengecil, kandungan frekuensi relatif
sama, pada umumnya terjadi pembalikan phase dari even sebelumnya, dan
mempunyai slope yang lebih tajam dari pada even primernya. Multiple
tergolong noise di dalam seismik refleksi, sehingga ia harus di hilangkan dengan
filter filter tertentu yang tepat desainnya untuk jenis multiple tersebut.
g. Efek Difraksi
Efek difraksi muncul akibat adanya suatu perubahan permukaan subsurface yang
cukup tajam seperti sesar, dan pembajian. Ujung permukaan yang relatif tajam
2. IDENTIFIKASI STRUKTUR
Suatu wilayah yang mengalami tegasan atau tekanan ( stress ) dapat
diidentifikasi tipe dan orientasi strukturnya dari kenampakan struktur yang ada, yang
dikenal sebagai structural style. Medan tegasan tersebut dapat berubah dari waktu ke
waktu sehingga dari satu tempat ke tempat lain, akan terjadi perbedaan structural style,
atau saling tumpang tindih satu sama lain.
Structural style tergantung pada kedudukan tektonik, khususnya pada daerah daerah
batas lempengan dan tipe batasnya.
3. SEISMIK STRATIGRAFI
Di dalam melakukan interpretasi seismik seseorang sering menggunakan
konsep seismik stratigrafi ( strata atau perlapisan berdasarkan sifat gelombang seismik ).
Konsep ini merupakan disiplin ilmu yang berkaitan dengan penentuan hubungan
hubungan lithologi dan stratigrafi bawah permukaan dengan menggunakan data seismik
refleksi. Sedangkan litho dan stratigrafi atau lithostratigrafi adalah stratigrafi fisis yang
melulu berdasarkan pada tipe batuan, bukan pada fosil atau paleomagnetik ataupun pada
penentuan umur dan sesungguhnya.
Sekuen stratigrafi merupakan suatu strategi yang berorientasi proses yang
menggunakan proses proses pengendapan untuk menjelaskan atau memprediksi
kejadian ( occurance ), penyebaran ( extent ), dan geometri sedimentasi fasies.
4. GARIS KONTUR
Interpretasi struktur dalam irisan data seismik melibatkan interpolasi tiga
dimensi data sepanjang lintasan pada setiap bidang luasan daerah eksplorasi. Hasilnya
berupa luasan permukaan yang disebut horizon . Pada umumnya horizon ditampilkan
dengan menggunakan peta kontur. Peta kontur yang disajikan biasanya berupa peta
struktur daerah prospek dan peta ketebalan. Horizon dapat pula disajikan dalam bentuk
penampang geologi atau diagram fence.
III.1.1. Demultipexing
Apabila pada perekaman di lapangan data tersimpan secara multiplex, maka
untuk pengolahan selanjutnya data perlu diurutkan kembali berdasarkan urutan data dari
stasiun penerimanya (trace). Pengurutan data menjadi berdasarkan stasiun penerima ini
disebut sebagai demultiplexing.
Gelombang seismik yang terpantul besarta noise dan gelombang lainnya
diterima oleh geophone masih berupa analog. data tersebut dapat direkam pada pita
magnetik seperti catridge, exabyte, tape, dan piringan pita. Gelombang analog ini
dicuplik menjadi digital dengan menggunakan multipxer pada interval tertentu saat
perekaman.
Setiap sampel, setelah dikonversikan menjadi bilangan-bilangan, ditulis pada
pita magnetik tanpa diatur kembali menurut data aslinya. Dapat dikatakan bahwa data
seismik pada pita magnetik dari lapangan ditulis menurut kelompok sampel, bukan
menurut kelompok kanal atau trace. Oleh sebab itulah perlu dilakukan demultiplexing,
yaitu mengatur kembali urutan sampel tersebut berdasarkan kelompok kanal atau tracenya, dan mengubah multiplexed trace menjadi seismic trace dalam deret waktu. Saat ini
telah terdapat proses perekaman data seismik dalam bentuk demultiplex yang lebih
mudah dan lebih hemat dari segi biaya pada waktu pengambilan data seismik refleksi.
III.1.3.Trace Gathering
Untuk memudahkan analisis dan mempercepat pemrosesan data seismik maka
dilakukan trace gathering. Trace Gathering yaitu proses penggabungan atau
pengelompokan berdasarkan beberapa kesamaan dari masing-masing trace yang berupa
Comon Source Point (CSP), Common Depth Point (CDP), Common Offset (CO),
Common Receiver (CR) disebut trace gathering.
Fungsi gain recovery diterapkan pada data untuk mengkoreksi efek divergensi
amplitudo wavefront (spherical). Dalam penerapan spreading geometri, yang tergantung
pada travel time dan rerata primary velocity yang tergabung dengan refleksi di dalam
areal survey. Sebagai tambahan exponential gain fucntion mungkin digunakan untuk
menkompensasi atenuasi. Lebih baik apabila dilakukan filter data dengan band-pass
filter yang lebar sebelum dekonvolusi.
Gain (penguatan) yang dikenakan pada trace seismik di lapangan berbentuk
suatu fungsi yang tidak smooth, karena harganya bisa naik atau turun secara otomatis
(instanteneous floating point) maka mengakibatkan distorsi. tetapi fungsi gain tersebut
ikut terekam di dalam pita magnetik. Saat pengolahan data, fungsi gain tadi ditiadakan
dengan cara mengalikan harga-harga trace seismik dengan kebalikan dari fungsi gain,
kemudian dihitung harga rata-rata amplitudo trace seismik tersebut menurut fungsi
waktu. Dari sini bisa ditentukan parameter-parameter fungsi gain yang baru sedemikian
rupa sehingga fungsi gain yang dipergunakan menjadi smooth. Fungsi gain yang benar
akan menghasilkan trace seismik dengan perbandingan amplitudo-amplitudo sesuai
dengan perbandingan dari masing-masing koefisien refleksinya.
III.2.1.2.Koreksi Ketinggian
Efek topografi terhadap waktu rambat gelombang refleksi dapat dihilangkan
dengan koreksi elevasinya, yaitu dengan membawa (seolah-olah) sumber dan geophone
kepada datum (E=0)
maksimal. Akhirnya CMP stack didapat dengan menjumlah offset. Koreksi NMO
disebut juga koreksi dinamik (non-statik).
record yang penyusun CDP tersebut. Penyortiran trace-trace ini disebut dengan CDP
gathering dan hasilnya disebut dengan CDP gather atau CMP gather.
Untuk memperoleh CDP gather yang benar kita harus mengetahui trace-trace
yang menyusun suatu CDP tertentu, yang dapat diketahui dari stacking diagram.
stacking diagram bisa dibuat berdasarkan parameter lapangan yang biasanya dicatat
pada kertas dan sebagian dimasukkan pada header data pada tape. Parameter lapangan
ini adalah bentuk spread, interval shot point, interval receiver, coverage, perpindahan
shot point (spread roll-up), elevasi station, kedalaman sumber, uphole time dan yang
penting juga diperhatikan adalah satuan yang dipakai apakah dalam meter atau feet.
III.3.5. Equalization
Adalah proses untuk menaikkan atau menurunkan harga amplitudo tanpa
merubah perbandingan amplitudo refleksi-refleksinya. Dalam hal ini digunakan window
yang panjang,
setelah
dalam window
tersebut lalu
dicari faktor
skalanya atau faktor pengali sedemikian rupa sehingga harga rata-rata itu menjadi
suatu
harga yang dikehendaki (2). Faktor skala yang diperoleh, dipergunakan untuk
mengalikan semua amplitudo trade tersebut. Bila digunakan banyak window
(overlap/baku tindih 50 %) maka faktor skala setiap window dikalikan pada amplitudo
trace di windownya masing-masing. Pada daerah baku tindih dilakukan interpolasi.
III.3.6. Plotting
Pengolahan data dianggap selesai kalau hasil pengolahan telah diplot pada film.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada plot film adalah :
a. Skala horizontal (trace/mm atau trace/inch) dan skala vertikal (detik/cm)
b. Bias, dinyatakan dalam % yaitu tebal garis trace terhadap jarak antara dua trace
c. Display mode, bisa wiggle saja, wiggle variable area atau wiggle variable saja
d. Polaritas (normal/reverse) dan garis waktu (timing line)
e. Informasi pada film (titik perpotongan lintasan, sumur, dll)
f. Arah plot, harus sesuai dengan arah penembakan lintasan
Gain, fokus, sambungan film (bila perlu penyambungan) harus sama densitasnya
LEMBAR PENGESAHAN
Penyusun
Arisman
98 / 120735 / PA / 07421
Dosen Pembimbing
FMIPA UGM
Dr. Waluyo
Dr. Waluyo
NIP : 130515737
NIP : 130515737