Anda di halaman 1dari 18

PENILAIAN OBLIGASI

1.1 Pengertian Obligasi


Obligasi (bond) merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk
membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga pinjaman dalam kurun waktu
tertentu yang sudah disepakati oleh pihak yang bersangkutan (Jogiyanto, 2003:11)
Menurut Moechdie dan Ramelan (2012:299), Obligasi adalah salah satu jenis utang. Secara
umum obligasi adalah surat tanda utang jangka panjang. Menurut konvensi yang berlaku di
Indonesia, surat utang dengan tenor di atas 5 (lima) tahun disebut obligasi, meskipun beberapa
surat hutang bertenor 3 (tiga) tahun yang diterbitkan perusahaan pembiayaan dipasarkan dan
dicatat sebagai obligasi. kebanyakan obligasi yang di Indonesia bertenor 5 (lima) tahun dan
paling panjang adalah 30 (tiga puluh) tahun.
Obligasi merupakan alternatif pendanaan melalui hutang yang menarik bagi
perusahaan atau pemerintah karena pada umumnya obligasi memiliki jatuh tempo yang
panjang dan relatif murah karena merupakan hutang yang secara langsung kepada masyarakat
(supplier modal). Obligasi yang baru diterbitkan biasanya dijual sama atau mendekati nilai
nominalnya. Hal ini disebabkan karena bunga obligasi yang diberikan hampir sama dengan
suku bunga yang berlaku di pasar yang maksudnya tingkat keuntungan yang diisyaratkan
investor pada suatu obligasi. Tinggi rendahnya tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh
investor pada obligasi ini bergantung pada risiko kegagalan obligasi yang diperkirakan oleh
investor. Jika bunga obligasi lebih tinggi dari tingkat bunga yang berlaku di pasar, harga
(nilai) obligasi lebih tinggi dari nilai nominalnya. Sebaliknya jika bunga obligasi lebih rendah
dari tingkat bunga yang berlaku di pasar saham, harga (nilai) obligasi lebih kecil dari nilai
nominalnya. Obligasi yang dijual dibawah nilai nominalnya disebut obligasi diskon (discount
bond) dan obligasi yang dijual diatas nilai nominalnya disebut obligasi premi (premium bond)
(Sjahrial, 2009:238)
1.2 Karakteristik Obligasi
Karakteristik umum suatu obligasi, meliputi:
1. Nilai Intrinsik (nilai teoritis), dipengaruhi oleh:
- kupon (Pembayaran bunga periodik)
- waktu jatuh tempo
- nilai par (nilai prinsipal)
2. Tipe penerbitannya:
- dengan jaminan vs. tanpa jaminan

- obligasi senior vs. obligasi yunior


Banyaknya dan waktu pembayaran kas yang diberikan pada pemegang obligasi, yaitu
pokokpinjaman dan kupon, telah ditetapkan ketika obligasi diterbitkan. Sedangkan banyaknya
dan waktu dividen yang dibayar kepada pemegang saham dapat berubah-ubah sepanjang
tahun. Obligasi perusahaan diterbitkan tanggal jatuh tempo, yang berarti investor mempunyai
batas waktu ketika memegangnya. Sedangkan saham biasa tidak mempunyai jatuh tempo
sehingga investor bisa memegangnya selama hidup perusahaan.
3. Bond indentures adalah dokumen legal yang memuat perjanjian tertulis antara perusahaan
penerbit obligasi dan pemegangnya. Salah satu isi penting dari bond indenture adalah call
provision.
4. Call provision memberikan hak kepadaperusahaan penerbitnya untuk membeli
kembali obligasi yang beredar dari para pemegangnya sebelum tanggal jatuh tempo.
Menurut Keown et al. (2011:236) beberapa karakteristik dari obligasi yang biasa
didengar adalah sebagai berikut:
1. Klaim Terhadap Aset-aset dan Penghasilan Perusahaan
Obligasi juga mempunyai klaim terhadap penghasilan yang akan datang atas saham
biasa dan saham preferen. Secara umum, jika bunga obligasi tidak dibayar, badan pengawas
obligasi dapat menggolongkan perusahaan tersebut sebagai perusahaan yang tidak mampu
membayar hutang dan terpaksa perusahaan tersebut menjadi bangkrut. Dengan demikian,
klaim pemegang obligasi terhadap penghasilan lebih cenderung dilunasi daripada saham biasa
dan saham preferen yang devidennya dibayar terserah pada manajemen perusahaan.
2. Nilai Nominal
Nilai nominal suatu obligasi adalah nilai yang tertera pada lembar obligasi yang akan
dikembalikan kepada pemegang obligasi pada saat jatuh tempo.
3. Suku Bunga Kupon
Suku bunga kupon pada obligasi menunjukkan besarnya persentase bunga terhadap
nilai nominal obligasi yang akan dibayar setiap tahun. Menurut Brigham dan Houston
(2006:347), Tingkat bunga kupon obligasi dapat dibedakan menjadi:
a. Obligasi dengan tingkat bunga kupon mengambang yaitu obligasi yang tingkat suku
bunganya turun dan naik dengan mengikuti perubahan yang terjadi pada tingkat suku
bunga secara umum.

b. Obligasi dengan kupon nol yaitu obligasi yang tidak membayarkan bunga tahunan
tetapi dijual dengan diskon dibawah harga yang ditetapkan, sehingga memberikan
keringanan kepada para investornya.
c. Obligasi dengan diskon penerbitan awal yaitu semua obligasi yang pada awalnya
ditawarkan dengan harga di bawah nilai parinya.
4. Batas Waktu (Maturity)
Batas waktu dari obligasi menunjukkan lamanya waktu sampai penerbit obligasi
mengembalikan nilai obligasi ke pemegang obligasi dan berakhirnya atau ditebusnya obligasi
tersebut.
5. Indenture
Indenture merupakan kesepakatan hukum antara perusahaan penerbit obligasi dan
perwalian obligasi yang mewakili pemegang obligasi. Surat perjanjian menyediakan term
spesifik mengenai persetujuan pinjaman, yang mencakup uraian dari obligasi, hak pemegang
obligasi, hak perusahaan penerbit obligasi, dan tanggung jawab perwalian.
6. Tingkat Penghasilan Lancar
Tingkat penghasilan lancar obligasi mengacu pada keuntungan yang diperoleh oleh
pihak yang membeli obligasi dari bunga yang telah ditetapkan terhadap harga obligasi di
pasaran.
7. Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi mencakup penilaian tentang potensi risiko masa depan dari suatu
obligasi.
2.3. Jenis-jenis Obligasi
Menurut Tandelilin (2010:247), ada beberapa jenis obligasi perusahaan dengan masingmasing karakteristik yang berbeda:
1. Obligasi Dengan Jaminan (mortgage bonds)
Obligasi dengan jaminan adalah obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dengan
menggunakan jaminan suatu aset real, sehingga jika perusahaan gagal memenuhi
kewajibannya maka pemegang obligasi berhak untuk mengambil alih aset tersebut.
2. Obligasi Tanpa Jaminan (debentures atau unsecured bond)
Obligasi tanpa jaminan dalah obligasi yang diterbitkan tanpa menggunakan suatu
jaminan aset real tertentu. Sama halnya dengan mortgage bond, perusahaan juga bisa
menerbitkan obligasi tanpa jaminan lagi setelah obligasi tanpa jaminan diterbitkan, atau
disebut sebagai subordinated (junior) debentures.

3. Obligasi Konversi
Obligasi konversi merupakan obligasi yang memberikan hak kepada pemegangnya
untuk menukar obligasi tersebut dengan sejumlah saham perusahaan pada harga yang telah
ditetapkan, sehingga pemegang obligasi mempunyai kesempatan untuk memperoleh
keuntungan dari selisih penjualan dan pembelian saham.
4. Obligasi yang disertai Warrant.
Obligasi yang disertai dengan adanya warrant berarti pemegang obligasi mempunyai
hak untuk membeli saham perusahaan pada harga yang telah ditentukan. Sama halnya dengan
obligasi konversi, pemegang obligasi dengan waran akan mempunyai kesempatan untuk
mendapatkan keuntungan jika harga saham mengalami kenaikan.
5. Obligasi Tanpa Kupon (zero coupon bond)
Obligasi tanpa kupon adalah obligasi yang tidak memberikan pembayaran bunga.
Obligasi tanpa kupon umumnya ditawarkan pada harga di bawah nilai parinya (ada discount),
sehingga investor memperoleh keuntungan dari nilai perbedaan harga pasar dan nilai par
obligasi pada saat obligasi tersebut dibeli.
6. Obligasi Dengan Tingkat Bunga Mengambang (Floating Rate Bond)
Obligasi dengan tingkat bunga mengambang adalah obligasi yang memberikan tingkat
bunga yang besarnya disesuaikan dengan fluktuasi tingkat bunga pasar yang berlaku.
Umumnya obligasi ditawarkan dengan menggunakan kupon sebesar persentase tertentu dari
suku bunga deposito atau bisa juga kombinasi dengan suku bunga tetap.
7. Putable Bond
Putable bond adalah obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk
menerima pelunasan obligasi sesuai dengan nilai par sebelum waktu jatuh tempo. Putable
bond akan melindungi pemegang obligasi terhadap fluktuasi. jika tingkat bunga pasar
mengalami kenaikan dan harga obligasi akan mengalami penurunan maka pemegang obligasi
mempunyai hak untuk meminta pelunasan perusahaan, sehingga pemegang obligasi tersebut
dapat menginvestasikan kembali dananya pada tingkat bunga yang sesuai dengan tingkat
bunga pasar yang berlaku.
8. Junk Bond
Junk bond adalah obligasi yang memberikan tingkat keuntungan (kupon) yang tinggi,
tetapi juga mengandung risiko yang sangat tinggi pula. Junk bond diterbitkan oleh
perusahaan-perusahaan yang berisiko tinggi atau oleh perusahaan yang ingin membiayai suatu
rencana merger atau akuisisi.

9. Sovereign Bonds
Sovereign bonds adalah obligasi yang diterbitkan oleh suatu negara dalam mata
uangnya sendiri, tetapi dijual di negara lain dalam mata uang negara tersebut.
2.4. Imbal Hasil Obligasi (Yield Obligasi)
Imbal hasil obligasi merupakan pendapatan obligasi yang dapat diperoleh dari hasil
obligasi dan bunga obligasi. Analis dan investor menggunakan beberapa ukuran yield untuk
menentukan imbalan atas investasi obligasi. Menurut Tandelilin (2010:257) beberapa ukuran
yield obligasi yang dapat digunakan oleh investor, yaitu:
1. Nominal Yield dan Current Yield
Nominal yield atau lebih dikenal dengan sebutan tingkat kupon adalah penghasilan
bunga kupon tahunan yang dibayarkan pada pemegang obligasi. tingkat bunga kupon
dinyatakan sebagai persentase nilai nominal.
Tingkat Kupon = Penghasilan bunga tahunan
Nilai nominal
Current Yield ditunjukkan oleh rasio tingkat bunga obligasi terhadap harga pasar
obligasi..
Current Yield = Penghasilan bunga tahunan
Harga pasar obligasi
Contoh:
Jika seorang investor membeli sebuah obligasi dengan nilai nominal Rp1 juta
dan mempunyai tingkat kupon 10 persen.
Penghasilan bunga atau kupon per tahun pada investasi ini adalah 0,10 x Rp1 juta
= Rp100.000.
Sebuah obligasi mempunyai nilai nominal Rp1 juta dengan tingkat kupon 12 persen dibayar
dua kali setahun. Seorang investor membelinya pada harga 95,00 (artinya 95 persen dari nilai
nominal).
Current yield adalah (0.12 x Rp1 juta) / (0,95 x Rp1 juta) = 12,63 persen
2. Yield To Maturity (YTM)
Yield To Maturity bisa diartikan sebagai tingkat return majemuk yang akan diterima investor
jika pembeli obligasi pada harga pasar saat ini dan menahan obligasi tersebut hingga jatuh
tempo. yield to maturity merupakan ukuran yield yang banyak digunakan karena yield tersebut

mencerminkan return dengan tingkat bunga majemuk (compounded rate of return) yang
diharapkan investor, jika dua asumsi yang diisyaratkan itu bisa terpenuhi.

= Harga obligasi pada saat ini (t=0)

= Jumlah tahunan sampai dengan jatuh tempo obligasi

Ci

= Pembayaran kupon untuk obligasi i setiap tahunnya

YTM = Yield to maturity


Pp

= Nilai par dari obligasi


Yield to maturity adalah nilai yang dicari dengan menggunakan data harga obligasi

saat ini, waktu jatuh tempo, kupon dan nilai par obligasi yang diketahui dengan cara
mencoba-coba memasukkan nilai yang paling mendekati dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut (Tandelilin, 2010:260):

Dimana:
YTM* = Nilai yield to maturity (YTM) yang mendekati
P = Harga obligasi pada saat ini
n = Jumlah tahunan sampai dengan jatuh tempo obligasi
Ci = Pembayaran kupon untuk obligasi i setiap tahunnya
Pp = Nilai par dari obligasi
Contoh:
Sebuah obligasi yang tidak callable akan jatuh tempo 10 tahun lagi, nilai parnya Rp 1000 dan
tingkat kuponnya adalah 18%. Diasumsikan obligasi tersebut saat ini dijual dengan harga di
bawah par yaitu Rp 917,69. Dengan menggunakan nilai YTM adalah:

3. Yield To Call (YTC)


Yield to call (YTC) adalah yield yang diperoleh pada obligasi yang bisa dibeli kembali
(callable). Obligasi yang callable berarti bahwa emiten bisa melunasi atau membeli kembali
obligasi yang telah diterbitkannya dari tangan investor yang memegang obligasi tersebut,
sebelum jatuh tempo. Umumnya obligasi yang mempunyai peluang besar untuk dilunasi
sebelum jatuh tempo adalah obligasi-obligasi yang dijual pada harga premi (misalnya obligasi
yang kuponnya tinggi dan mempunyai harga pasar diatas nilai parinya). Untuk menghitung
yield to call digunakan persamaan sebagai berikut (Tandelilin, 2010:265):

Dimana:
P = Harga pasar obligasi saat ini
YTC = Yield to call
Ci = Pendapatan kupon per tahun
c = Periode sampai dengan saat obligasi dilunasi (first call date)
Pp = Call price obligasi

Yield to call (YTC) dihitung sama dengan menghitung Yield To Maturity (YTM) hanya saja
variabel nilai pari diganti dengan call price sehingga terbentuk persamaan sebagai berikut
(Tandelilin, 2010:266):

Dimana:
YTC* = Nilai yield to call (YTC) yang mendekati
P = Harga obligasi pada saat ini (t=0)
n = Jumlah tahun sampai dengan yield to call yang terdekat
Ci = Pendapatan kupon per tahun
Pc = Call price obligasi
Contoh:
Sebuah obligasi yang callable jatuh tempo 20 tahun lagi dengan kupon sebesar 18%. Nilai par
obligasi tersebut adalah Rp 1000 dan saat ini dijual pada
harga Rp 1419,5. Kemungkinan obligasi tersebut akan dilunasi oleh emiten 5 tahun lagi
dengan call price sebesar Rp 1180.

4. Realized (horizon) Yield


Realized (horizon) yield Atau yield yang terealisasi (horizon) adalah tingkat return harapan
investor dari sebuah obligasi, jika obligasi tersebut dijual kembali oleh investor sebelum
waktu jatuh temponya. Di samping itu, yield yang teralisasi (horizon) dapat juga digunakan
untuk mengestimasi tingkat return yang dapat diperoleh investor dengan menggunakan
strategi perdagangan tertentu. Untuk menghitung yield yang teralisasi digunakan persamaan
sebagai berikut (Tandelilin, 2010:267):

Dimana:
P = Harga pasar obligasi pada saat ini
RY = Yield yang terealisasi (horizon)
Ci = Pendapatan kupon per tahun
h = Periode investasi obligasi (dalam tahun)
Pf = Harga jual obligasi di masa yang akan datang
Menghitung realized (horizon) Yield yang mendekati juga digunakan perhitungan
sama seperti untuk menghitung perkiraan yield to call dan yield to maturity yaitu dengan
persamaan sebagai berikut (Tandelilin, 2010:268):

Dimana:
RY* = Nilai yield yang terealisasi (horizon) yang mendekati

P = Harga obligasi pada saat ini (t=0)


h = Periode investasi obligasi (dalam tahun)
Ci = Pendapatan kupon obligasi per tahun
Pf = Harga jual obligasi dimasa yang akan dating
Contoh:
Sebuah obligasi, nominal Rp1000, umur 20 tahun dan kupon 16%, dijual
pada harga Rp750. Investor mengestimasi bahwa dalam dua tahun
mendatang suku bunga yang berlaku akan turun, sehingga diperkirakan
harga obligasi akan naik. Estimasi harga obligasi pada dua tahun
mendatang pada saat suku bunga turun adalah Rp 900 .

Kegunaan masing-masing yield

Kegunaan

obligasi. Ukuran yield


Nominal Yield
Current Yield
Yield To Maturity (YTM)

Mengukur tingkat kupon


Mengukur tingkat pendapatan sekarang
Mengukur tingkat return harapan jika obligasi disimpan

Yield To Call (YTC)

sampai waktu jatuh temponya


Mengukur tingkat return harapan untuk dilunasi (call)

Realized (horizon) Yield

sebelum jatuh tempo


Mengukur tingkat return harapan untuk obligasi yang akan
dijual sebelum jatuh tempo.

1.5 Penilaian Obligasi


Nilai intrinsik suatu obligasi akan sama dengan nilai sekarang dari aliran kas yang
diharapkan dari obligasi tersebut. Perhitungan nilai atau harga obligasi dapat menggunakan
persamaan berikut: (asumsi: waktu pembayaran kupon adalah 2 kali setahun)

Pp
Ci/2

t
(1 r/2)2n
t1 (1 r/2)
2n

Perhitungan penilaian obligasi umumnya menggunakan YTM (yield to maturity), yaitu


tingkat return yang disyaratkan dengan asumsi bahwa obligasi akan dipertahankan sampai
waktu jatuh tempo. Dengan mengetahui besar dan waktu pembayaran kupon, nilai par serta
tingkat bunga disyaratkan, maka nilai atau harga obligasi bisa ditentukan dengan cara:
1. Menentukan nilai sekarang dari pendapatan kupon yang diperoleh setiap tahun,
2. Menentukan nilai sekarang dari nilai par yang akan diperoleh pada saat obligasi jatuh
tempo,
3. Menjumlahkan nilai sekarang dari pendapatan kupon (1) dan nilai par (2).

Jika tingkat bunga yang disyaratkan lebih kecil dari tingkat kupon yang dibayarkan
obligasi, maka obligasi dijual pada harga premi (lebih tinggi dari nilai par-nya). Jika terjadi
sebaliknya, yaitu tingkat bunga yang disyaratkan lebih besar dari tingkat kupon obligasi,
maka obligasi akan ditawarkan pada harga diskon (lebih rendah dari nilai par).
Sebagai contoh, obligasi XYZ akan jatuh tempo pada 20 tahun mendatang. Obligasi
tersebut mempunyai nilai par sebesar Rp. 1.000 dan memberikan kupon sebesar 16% per
tahun (pembayarannya dilakukan 2 kali dalam setahun). Jika diasumsikan bahwa tingkat
bunga pasar juga sebesar 16%, maka harga obligasi tersebut adalah:
40 160/2
1000
P

t
t1(1 0.16/2) (1 0.16 /2)40

= Rp 954 + Rp 46 = Rp 1.000
1.6 Tingkat Bunga dan Harga Obligasi
Hubungan antara harga obligasi dan yield-nya akan terlihat seperti pada tabel dan
gambar berikut ini:
Tabel hubungan harga dan yield obligasi, untuk obligasi dengan umur 20 tahun dan
kupon sebesar 16%

Gambar hubungan harga dan bunga untuk obligasi dengan umur 20 tahun dan kupon
sebesar 16%

Dari gambar di atas, selain menunjukkan adanya hubungan yang terbalik antara yield
dengan harga obligasi, gambar tersebut juga mencerminkan adanya empat hal penting lainnya,
yaitu:
1. Jika yield di bawah tingkat kupon, harga
dibanding
2.

jual

obligasi

akan

lebih

tinggi

nilai parnya (harga premi),

Jika yield di atas tingkat kupon, maka

harga obligasi akan lebih rendah dari

nilai parnya (harga diskon),


3. Jika yield sama dengan tingkat kupon yang diberikan maka harga obligasi tersebut
akan sama dengan nilai parnya.

4. Hubungan antara harga-yield tidak berbentuk garis lurus tetapi membentuk sebuah
kurva cekung. Jika yield turun maka harga akan meningkat dengan

kenaikan

marginal yang semakin kecil, dan sebaliknya.


Dari keempat hal tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa harga obligasi akan
berubah jika ada perubahan pada tingkat bunga pasar dan yield yang disyaratkan oleh investor
dengan arah yang berlawanan.
1.7 Pengelolaan Portofolio Obligasi
Menurut Eduardus tendelin (2010;170) Pasar obligasi umumnya akan menarik bila
kondisi ekonomi cenderung menurun. Dalam pertumbuhan ekonomi yang lambat, tingkat
bunga akan cenderung turun dan harga obligasi akan naik.
Dalam kondisi ekonomi yang mengalami peningkatan inflasi, suku bunga akan
cenderung mengalami peningkatan. Tingkat inflasi nantinya akan mempengaruhi tingkat
bunga pasar dan selanjutnya tingkat bunga tersebut akan mempengaruhi harga dan yield
obligasi.
Pasar obligasi lebih menguntungkan ketika kondisi ekonomi sedang menurun, karena
pasar obligasi tidak menyukai adanya peningkatan inflasi yang dapat memberikan dampak
negative terhadap nilai rill dari pendapatan tetap yang diperoleh dari obligasi.
Menurut Eduardus tendelin (2010;170-173) Struktur tingkat bunga adalah hubungan
antara waktu jatuh tempo dengan yield untuk suatu kategori obligasi tertentu pada waktu
tertentu. Semakin lama jangka waktu obligsi, maka resiko ketidakpastian juga akan semakin
tinggi, sehingga tingkat bunga yang diharapkan juga akan saemakin tinggi.
Ada tiga teori struktur tingkat bunga yaitu :
1.

Teori harapan

Dalam teori ini tingkat bunga obligasi jangka panjang selama periode akan sama dengan nilai
rata-rata bunga jangka pendek dari obligasi tersebut periode yang sama. Misalnya jika seorang
investor memegang obligasi selama 5 tahun, maka tingkat bunga jangka panjang yang
diharapkan akan sama dengan nilai rata-rata bunga tahunan obligasi tersebut selama 5 tahun.
Dengan demikian struktur tingkat bunga akan melibatkan penentuan tingkat bunga yang akan
diterima kemudian dan tingkat bunga sekarang.
2.

Teori preferensi likuiditas

Teori ini menyatakan bahwa tingkat bunga akan mencerminkanjumlah tingkat bunga sekarang
dan tingkat bunga jangka pendek yang diharapkan (sama dengan teori harapan) ditambah
dengan premi likuiditas (resiko). Semakin lama waktu jatuh tempo suatu obligasi, semakin

besar tingkat ketidakpastian yang harus dihadapi investor obligasi. Dengan demikian investor
akan lebih menyukai investasi jangka pendek. Sebaliknya perusahaan yang memerlukan dana,
lebih menyukai dana pinjaman jangka panjang.
Perebedaan antara teori perferensi likuiditas dengan teori harapan adalah ketidakpastian
tingkat bunga yang diharapkan dimasa yang akan datang, forward rate dan estimasi tingkat
bunga adalah dua hal yang berbeda karena adanya perbedaan jumlah premi likuiditas yang
diberikan.
3.

Teori Preferensi habitat

Teori ini menyebutkan bahwa investor mempunyaipreferensi terhadap sektor maturitas


tertentu dan mereka akan beralih ke maturitas lain jika terdapat imbalan yang memadai. Teori
preferensi hampir sama dengan teori struktur bunga lainnya yaitu teori segmentasi pasar.
Perbedaan teori segmentasi menganggap bahwa investor tidak akan beralih ke sektor
maturitas lain meskipun return yang diperoleh relatif lebih besar. Sebagai contoh bank-bank
komersial akan cenderung menyalurkan dana pinjaman dalam jangka pendek. Sedangkan
perusahaan dan lembaga pengelolaan dana pensiun akan lebih menyukai invesasi surat-surat
berharga dalam jangka panjang.
Yield dari obligasi
Menurut Frank J.Fabozi (1999;214) yield (hasil serahan) dari invesasi dalam obligasi
harus mencerminkan bunga kupon yang akan dihasilkan ditambah (dikurangi) capital gain
(capital loss) yang akan direalisasikan dari kepemilikan obligasi hingga jatuh tempo.
Yield to maturity (hasil serahan pada saat jatuh tempo) adalah ukuran formal yang dipakai
secara luas untuk mengukur tingkat pengembalian obligasi. Seperti yang didefinisikan yield to
maturity dari obligasi memasukkan bunga kupon dan capital gain atau capital loss, jika
obligasi dipegang hingga jatuh tempo. Yield to maturity didefinisikan sebagai suku bunga
yang membuat present value dari arus kas suatu obligsasi sama dengan harga obligasi.
Struktur resiko tingkat bunga
Menurut Eduardus tendelin (2010;174-175) Struktur resiko tingkat bunga biasanya
disebut dengan yield spread, yang diartikan sebagai hubungan antara yield obligasi dengan
karakteristik tetentu yang dimiliki obligasi, seperti kualitas, callability, kupon dan mudah
tidaknya obligasi diperjualbelikan (marketability). Dengan demikian, adanya struktur risiko
tingkat bunga akan menjelaskan mengapa ada perbedaan tingkat yield obligasi dari emiten
yang berbeda-beda. Besarnya yield spread dipengaruhi faktor-faktor berikut ini :

1. Perbedaan kualitas. Untuk mengetahui

kualitas obligasi, kita bisa melihat rating

kualitas obligasi yang disusun berdasarkan besarnya resiko kegagalan pembayaran


(risk of default).
2. Perbedaan dalam bentuk call provision. Obligasi yang callable akan memberikan
YTM yang lebih tinggi dari obligasi moncallable.
3. Perbedaan tingkat kupon yang diberikan. Obligasi yang memberikan kupon yang
relatif lebih kecil akan cenderung memberikan return berbentuk capital gain yang
lebih besar.
4. Perbedaan kemudahan diperdagangkan. Ada beberapa obligasiyang dianggap lebih
mudah diperdagangkan dibandingkan dengan obligasi lain sehingga obligasi tersebut
mempunyai likuiditas yang relatif lebih baik.
1.8 Strategi Pengelolaan Obligasi
Menurut Eduardus tendelin (2010;176) Dalam pengelolaan portofolio obligasi ada tiga
pendekatan, yaitu pasif, aktif dan kombinasi dari kedua pendekatan tersebut atau strategi
imunisasi. Pemilihan strategi yang akan digunakan sangat tegantung kepada preferensi risiko,
pengetahuan tentang pasar obligasi dan tujuan dari investasi yang ingin dicapai oleh investor.
1.

Strategi Pengelolaan pasif


Menurut William F.sharpe (1997;1) Metode yang termasuk kategori pasif berdasar

pada asumsi bahwa pasar obligasi berbentuk efisiensi semi kuat jadi harga obligasi
sekarang, dipandang merefleksikan semua informasi yang tersedia untuk publik secara kuat.
Jadi obligasi dirasakan memiliki nilai yang layak di pasar, memberikan return (hasil) yang
setaraf dengan risiko yang terlibat. Sebagai tambahan kepercayaan bahwa obligasi individu
tidak salah dihargai (mispriced), investor pasif juga percaya bahwa usaha untuk meramalkan
tingkat bunga , secara umum tidak berguna.
Menurut Eduardus tendelin (2010;176-177) Strategi pasif didasari pemikiran bahwa
pasar dalam kondisi yang efisien, sehingga harga-harga sekuritas di pasar sudah ditentukan
secara tepat sesuai dengan nilai instrinsiknya. Investor yang menganut strategi pasif, tidak
secara aktif mencari kemungkinan-kemungkinan strategi perdagangan tertentu yang bisa
menghasilkan return abnormal. Oleh karena strategi pasif didasari oleh asumsi bahwa harga
obligasi sudah ditentukan secara fair maka strategi pasif menggunkan informasi-informasi
yang ada sekarang, bukan informasi-informasi yang bersifat estimasi.

Strategi yang termasuk pendekatan pasif dalam pengelolaan portofolio obligasi adalah
strategi beli dan simpan dan strategi mengikuti indeks (indexing) pasar.
1. Beli dan simpan. Investor yang mengikuti strategi beli dan simpan, berarti ia berniat
untuk tidak aktif melakukan perdagangan. Investor tersebut secara hati-hati memilih
obligasi yang akan dibentuk dalam portofolionya dan investor tidak berusaha
memperdagangkan obligasi tersebut untuk mendapatkan return yang lebih tinggi,
sehingga factor penting dalam strategi beli dan simpan adalah pemilihan obligasi yang
sesuai dengan kebutuhan investor.
2. Mengikuti indeks pasar. Investor tidak akan mampu memperoleh keuntungan
abnormal karena harga obligasi sudah mencerminkan semua informasi yang ada.
Kondisi tersebut menyebabkan tidak ada satupun investor mampu mendapatkan return
yang lebih besar dari return pasar, sehingga investor akan membentuk porofolio yang
sesuai dengan kinerja pasar.
2. Strategi Imunisasi
Menurut Eduardus tendelin (2010;177-178) Strategi imunisasi adalah strategi yang
berusaha untuk melindungi portofolio terhadap risiko tingkat bunga dengan cara saling
meniadakan pengaruh dua komponen risiko tingkat bunga, yaitu risiko harga dan risiko
reinvestasi. Risiko harga merupakan risiko yang berasal dari hubungan yang terbalik antara
harga obligasi dengan tingkat bunga. Artinya semakin rendah tingkat bunga maka harga
obligasi akan semakin tinggi. Sedangkan risiko riinvestasi merupakan risiko yang berasal dari
ketidakpastian mengenai tingkat investasi terhadap kupon yang akan diterima dimasa yang
akan datang.
Investasi obligasi dapat diimunisasi dengan cara menyamakan durasi obligasi dengan
horizon investasi. Horizon investasi adalah lamanya waktu yang diinginkan investor untuk
tetap mempertahankan investasi obligasinya.
Ada beberapa variasi strategi imunisasi antara lain strategi durasi dan strategi
manuritas. Perbedaan kedua strategi tersebut terletak pada waktu manuritasnya. Strategi
manuritas akan berusaha menyamakan waktu manuritas dengan horizon investasi. Sedangkan
strategi durasi tidak memperhatikan waktu manuritas tetapi hanya akan berusaha
menyamakan durasi dengan horizon investasi. Kedua strategi tersebut sering disebut dengan
strategi penyesuaian horizon.
Menurut william F.Sharpe (1997 ; 12) Imunisasi dilakukan dengan menghitung durasi
arus keluar yang dijanjikan dan kemudian menginvestasikan portofolio

obligasi yang

memiliki durasi yang sama. Dalam melakukan hal tersebut, teknik ini memanfaatkan

pengamatan bahwa durasi portofolio obligasi sama dengan rata-rata tertimbang durasi
obligasi individu di portofolio.
Masalah dengan imunisasi yaitu :
1. Risiko default dan call yaitu imunisasi didasarkan pada asumsi bahwa obligasi tidak
akan default dan di call sebelum jatuh tempo jadi obligasi diasumsikan bebas risiko
call dan default. Konsekuensinya, jika obligasi portofolio menjadi default stau di call,
portofolio tidak akan kebal.
2. Pergeseran tidak paralel berganda di kurva yield yang tidak horizontal yaitu imunisasi
(dan durasi) juga didasarkan pada asumsi bahwa kurva yield horzontal dan tiap
pergeserannya adalah paralel dan akan terjadi sebelum pembayaran diterima dari
obligasi yang di beli.
3. Penyeimbangan ulang yaitu merujuk pada penjualan sebagian sekuritas yang dimiliki
dan menggantinya dengan sekuritas lain sehingga durasi portofolio sesuai dengan
durasi arus kas keluar yang dijanjikan.
3.

Strategi aktif
Menurut William F.sharpe (1997;1) Metode aktif manajemen portofolio obligasi

didasarkan pada asumsi bahwa pasar obligasi sangat tidak efisien , oleh karena itu memberi
investor peluang untuk memperoleh return di atas rata-rata. Jadi manajemen aktif didasarkan
pada kemampuan manajer portofolio untuk mengidentifikasi obligasi yang salah dihargai atau
menentukan saat yang tepat untuk membeli atau menjual di pasar obligasi dengan
meramalkan tingkat bunga secara akurat.
Menurut Eduardus tendelin (2010;178-179) Perbedaan antara strategi pasif dan aktif
dapat dilihat dari data yang diperlukan. Jika pada strategi pasif, data yang diperlukan sudah
diketahui pada saat melakukan analisis (tingkat bunga, maturitas, kualitas, dan YTM) tetapi
pada strategi aktif data diperlukan belum diketahui dengan pasti karena sifatnya masih
estimasi.
1. Mengestimasi perubahan tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi
harga obligasi denga arah terbalik , artinya jika tingkat bunga mengalami kenaikan
maka harga obligasi akan mengalami penurunan. Begitu juga sebaliknya, jika terjadi
penurunan tingkat bunga maka harga obligasi akan naik.
2. Mengidentifikasi adanya kesalahan harga pada suatu obligasi. Manajer portofolio
obligasi berusaha menyesuaikan perubahan lingkungan yang terjadi dengan
melaksanakan apa yang disebut dengan bond swaps, yaitu suatu strategi pengelolaan

aktif yang berusaha untuk meningkat tingkat return portofolio obligasi dengan cara
mengidentifikasi adanya kesalahan penetapan harga pada suatu obligasi di pasar.
Oleh karena perkembangan pasar modal yang sedemikian pesat maka banyak teknikteknik pengelolaan portfolio obligasi aktif baru juga bermunculan seperti misalnya interest
rate swaps, yaitu sebuah kontrak antara dua pihak untuk saling menukarkan aliran kas
berdasarkan sekuritas yang bebeda.

Anda mungkin juga menyukai