Anda di halaman 1dari 6

ZAT PSIKOTROPIKA

EDUKASI
Upaya pencegahan penyalahgunaan narkotika :
a. Bagi orang tua :
1.
2.
3.

Menyadarkan para orang tua bahwa penyalahgunaan narkotika bisa mengenai siapa saja, termasuk anakanaknya yang berprilaku manis.
Agar para orangtua waspada dan mampu mendeteksi secara dini perilaku anak-anaknya dengan mempelajari
gejala-gejala penyalahgunaan narkotika serta cara penanggulangannya.
Mengembangkan pola asuh otoritatif, menghormati anak-anak, menyayanginya, terbuka dan berkomunikasi
dengan anak, serta mengembangkan penalaran moral anak.

b. Bagi remaja :
1.
2.
3.

Hindari perbuatan, dan kebiasaan merokok, dan meminum minuman keras


Mengembangkan diri, harga diri dan kepercayaan diri
Mengembangkan cara berpikir alternative untuk meluruskan keyakinan yang salah

Keterampilan hidup berkaitan erat dengan situasi sosial dan budaya masyarakat setempat, merupakan keterampilan
dasar yang penting dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahtraan anak dan remaja. Keterampilan hidup adalah
keterampilan psikososial yang meliputi sejumlah keterampilan :
a. Pengambilan keputusan
b. Pemecahan masalah
c. Berpikir kritis
d. Berpikir kreatif
e. Berkomunikasi efektif
f. Hubungan antar pribadi
g. Kesadaran diri
h. Empati
i. Mengatasi emosi
J. Mengatasi stress
Berbagai ancaman terhadap kesehatan jasmani, rohani dan sosial anak adalah sebagai berikut :
a. Kebiasaan merokok, minum-minuman keras.
b. Tindak kekerasan fisik dan mental98
c. Perkosaan dan eksploitasi seksual
d. Konflik social
e. Ketimpangan sosial dan ketimpangan gender
f. Masalah lingkungan

g. Prilaku seks bebas


h. Masalah kesehatan reproduksi
i. Kehamilan remaja / kehamilan tak diharapkan dan aborsi
j. Penyakit menular seksual
Pendidikan keterampilan hidup sehat bermuatan pengetahuan sikap dan perilaku hidup sehat. Konsep dasar
keterampilan hidup sehat adalah sebagai berikut:
a. Demokrasi, penghargaan atas kebebasan, persamaan, dan perlindungan hak asasi manusia.
b. Tanggung jawab terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
c. Perlindungan terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Dalam menangani masalah penyalahgunaan maslaah napza ini diperlukan adanya kerjasama dari pihak pemerintah
dan masyarakat. Ada lima bentuk cara untuk menanggulangi penyalahgunaan napza. Cara tersebut antara lain:
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan represif.
Program promotif merupakan program pembinaan. Program ini dilakukan untuk masyarakat yang belum mengenal
narkoba. Bentuk program ini dapat dilakukan dengan jalan mengadakan pelatihan, kegiatan-kegiatan pembinaan,
pengembangan lingkungan masyarakat bebas narkoba, dialog interaktif, dan pengembangan pola hidup sehat yang
beriman dan berisi kegiatan positif, produktif, konstruktif, dan kreatif.
Program kuratif adalah program pengobatan. Program kuratif hanya ditujukan bagi pecandu narkoba yang akan
disembuhkan. Pengobatannya mempunyai metode khusus dan harus berdasarkan pengawasan medis.
Sedangkan program rehabilitatif merupakan program yang ditujukan kepada para pecandu napza yang telah
menjalani pengobatan medis (kuratif). Pada program ini pasien napza akan menjalani rehabilitasi. Pada masa
pengobatan ini, penyakit yang diidap akibat penyalahgunaan napza dapat diobati. Program represif berupa
penindakan hukum terhadap produsen, bandar, pengedar, dan pecandu berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.

1. Diskusikan bersama pasien tentang:

Dampak penggunaan zat (kesehatan, hubungan sosial, pendidikan / pekerjaan, ekonomi /


keuangan, hukum)

Cara meningkatkan motivasi berhenti

Cara menyelesaikan masalah yang sehat

Gaya hidup yang sehat

Diskusikan cara mengontrol keinginan:

Menghindar: (tidak pergi ke tempat-tempat yang ada pengedar, tidak bergabung / bergaul dengan
pengguna)

Mengalihkan: (menyibukkan diri dengan aktivitas yang padat dan menyenangkan)

Menolak: (mengatakan tidak, walaupun ditawarkan gratis dan tetap mengatakan tidak, walaupun
sekali saja)

2. Latih pasien:

Mengontrol keinginan menggunakan zat

Mengenali situasi yang berisiko tinggi

Kondisi emosi negatif, misalnya kesal, dituduh pakai lagi

Konflik dengan orang lain, misalnya bertengkar karena dilarang keluar rumah
atau dituduh mencuri

Tekanan sosial, misalnya dipaksa sebagai syarat untuk bergabung dengan


kelompok tertentu

Cara mengontrol keinginan menggunakan zat dengan cara:

Menghindar, misalnya: tidak pergi ke tempat-tempat yang ada pengedar, tidak bergabung / bergaul
dengan pengguna

Mengalihkan, misalnya: menyibukkan diri dengan aktivitas yang padat dan menyenangkan

Menolak, misalnya: mengatakan tidak, walaupun ditawarkan gratis dan tetap mengatakan tidak,
walaupun sekali saja.

Cara menyelesaikan masalah yang sehat

Cara / gaya hidup yang sehat

Mengevaluasi pasien

Pasien mampu:

Menyebutkan dampak penggunaan zat

Menggunakan cara-cara:

Mengontrol keinginan untuk menggunakan zat

Menyelesaikan masalah yang sehat

Menerapkan gaya hidup yang sehat

Berhenti menggunakan zat

ASPEK HUKUM ZAT PSIKOTROPIKA


Menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (UU 5/1997),
pengertian psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
Tindak Pidana Psikotropika dan Zat Adiktif :
1.

UNDANG-UNDANG No.8 TAHUN 1996 TENTANG RATIFIKASI Convention On Psichotropic


Substances 1971 (Konvensi Tentang Psikotropika 1971)

2.

UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN.

3.

UNDANG_UNDANG NO. 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA.

4.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN No. 124/MENKES/Pen/II/ 1993, TANGGAL 8 PEBRUARI


1993 TENTANG OBAT KERAS TERTENTU.

UU Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.


Pasal 1 ayat (1) Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Pasal 3 ayat (1) Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah menjamin ketersediaan
psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan;
Ayat (2) mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika;
Ayat (3) memberantas peredaran gelap psikotropika;
Pasal 4 ayat (1) Psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan/atau ilmu pengetahuan.
Ayat (2) Psikotropika golongan I hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan.
Ayat (3) Selain penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), psikotropika golongan I
dinyatakan sebagai barang terlarang.
Bagi pelaku delik psikotropika, dalam UU No. 5 tahun 1997, Bab XIV tentang Ketentuan Pidana, Pasal 59-72, dapat
dikenai hukuman pidana penjara sampai 20 tahun dan denda sampai Rp. 750 juta.
Dalam mengatur mengenai sanksi pidana terhadap pengguna narkotika dan psikotropika Pemerintah Republik
Indonesia telah mengundangkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang menggantikan dua
undang-undang sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dan UndangUndang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, sudah dinyatakan tidak berlaku lagi atau sudah dicabut melalui
Pasal 153 dan 155 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika tertanggal 12 Oktober 2009.
Perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan sertamempunyai efek stimulasi (merangsang)
bagi para pemakainya. Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan
dan pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk,
tidak
saja
menyebabkan
ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai macam penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai,
tidak jarang bahkan menimbulkan kematian. Hasil penelusuran Badan POM menunjukkan adanya
peningkatan penyimpangan peredaran psikotropika, antara lain penyerahan psikotropika tanparesep di beberapa
apotek, resep palsu, poli farmasi, apotek panel dan lain-lain.Penyimpangan ini perlu segera ditangani agar tidak
semakin meluas. Penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika, Psikotropika saat ini telah mencapai situasi yang
mengkhawatirkan. Pengaruh arus globalisasi dibidanginformasi, transportasi dan modernisasi merupakan faktor
pendorong
terhadap
maraknya
peredaran
gelap
Narkotika
dan
Psikotropika.
Berbagai
upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan dan peredaran Narkotika dan Psikotropika telah dilakukan antara lain
dengan
pengawasan
yang
ketat
sejak
pengadaan
bahan baku sampai dengan penggunaannya. Namun demikian peredaran gelap yang berkembang saat ini tidak hanya
narkotika dan psikotropika, tetapi sudah merambah kepada bahan yang digunakan untuk membuat Narkotika dan
Psikotropika yang lazimnya disebut precursor. Sebagian dari kita mungkin banyak yang belum mengetahui dan
mengenal apa yang dimaksud dengan prekursor, baik dalam artiannya dan kegunaannya.
Peraturan perundangan-undangan terkait psikotropika :
1.
2.
3.

UU No 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika


UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (pasal 153, 155);
Permenkes RI No 688/Menkes/PER/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropik

4.
5.
6.
7.

Permenkes RI No 10/MENKES/PER/2013 Tentang Impor Dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, Prekusor


Farmasi;
Permenkes RI No 10/MENKES/PER/2013 Tentang Impor Dan Ekspor Narkotika, Psikotropika, Prekusor
Farmasi
Peraturan mentri sosial republik indonesia nomor 26 tahun 2012 tentangrehabilitasi sosial korban
penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zatadiktif lainnya
UU. No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

ASPEK SOSIAL ZAT PSIKOTROPIKA

Dampak sosial yang dapat ditimbulkan akibat penggunaan zat adiktif dan psikotropika oleh manusia.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Susah dalam bersosialisasi.


Tidak percaya diri.
Sulit pengendalian diri.
Susah menyambung pembicaraan.
Berpikiran negatif pada diri sendiri.
Bergembira secara berlebihan.
Lebih banyak berdiam diri.
Dikucilkan dalam masyarakat dan pergaulan orang baik-baik. Selain itu biasanya tukang candu narkoba akan
bersikap anti sosial. keluarga akan malu besar karena punya anggota keluarga yang memakai zat terlarang.
Kesempatan belajar hilang dan mungkin dapat dikeluarkan dari sekolah atau perguruan tinggi alias DO / drop
out.
Tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya pecandu narkoba akan gemar berbohong dan melakukan
tindak kriminal.
Dosa akan terus bertambah karena lupa akan kewajiban Tuhan serta menjalani kehidupan yang dilarang oleh
ajaran agamanya.
Bisa dijebloskan ke dalam tembok derita / penjara yang sangat menyiksa lahir batin.
Mendorong pemakainya untuk melakukan tindak kriminal karena harganya mahal dan sudah ketergantungan
terhadap obat itu, sehingga pemakai akan memaksakan diri untuk mengkonsumsi obat itu.

ASPEK ISLAM TERHADAP ZAT PSIKOTROPIKA


Agama islam memiliki pertimbangan akan penggunaan narkoba, sepanjang narkoba dipergunakan di jalan benar,
maka Islam masih memberikan toleransi. Artinya narkoba dalam hal-hal tertentu boleh dipergunakan, khususnya
pada kepentingan medis pada tingkat tingkat tertentu:
a.
Pada tingkat darurat. Yaitu pada aktifitas pembedahan atau operasi besar, yakni operasi pada organ-organ
tubuh yang vital seperti hati, jantung, dan lain-lain. Yang apabila dilaksanakan tanpa diadakan pembiusan total,
kemungkinan besar si pasien akan mengalami kematian.
b.
Pada tingkat kebutuhan atau hajat. Yaitu pada aktifitas pembedahan yang apabila tidak menggunakan
pembiusan, pasien akan merasakan sangat kesakitan, tetapi pada akhirnya akan mengganggu jalanya pembedahan.
Walaupun tidak sampai pada kekhawatiran matinya si pasien.
c.
Tingkatan bukan darurat dan bukan hajat. Yaitu tingkatan pada aktifitas pembedahan ringan yakni
pembedahan paada organ tubuh yang apabila tidak dilakukan pembiusan, tidak apa-apa. Seperti pencabutan gigi,
kuku, dan sebagainya. Namun pasien akan merasakan kesakitan juga. Setelah melalui proses diskusi dan perdebatan
panjang, akhirnya para ulama sampai pada kesepakatan bahwa narkoba adlaah haram, karena pada narkoba terdapat
illat (sifat) memabukkan sebagaimana pada khamer, sekalipun mekanisme hukumanya berbeda.

Di dalam agama Islam, terdapat beberapa ayat al-Quran dan hadits yang melarang manusia untuk mengkonsumsi
minuman keras dan hal-hal yang memabukkan. Di era Rasulullah, zat berbahaya yang paling populer memang baru
minuman keras (khamar). Kemudian pada zaman modern seperti sekarang ini, Narkoba juga dapat dianalogikan
sebagai hal-hal yang memabukkan.
Dalam al-Quran surat Al-Maidah ayat 90 dijelaskan :
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi
nasib panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. ( QS Al-Maidah : 90)
Kemudian pada ayat yang selanjutnya dijelaskan :
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran
(meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang, maka
berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (QS Al-Maidah : 91)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/regulasi/uu/UU_No._5_Th_1997_ttg_Psikotropika.pdf
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/erfan-priyambodo-msi/narkoba-ditinjau-dari-sisi-berbagaiagama-di-indonesia.pdf
http://law.uii.ac.id/images/stories/dmdocuments/FH-UII-Sanksi-Pidana-Penjara-Terhadap-Pengguna-NarotikaDitinjau-Dari-Tujuan-Pemidanaan.pdf
http://id.portalgaruda.org/download/article.php?article=178634&val=5893&title=Narkoba%20Dalam%20Perspektif
%20Hukum%20Islam%20Dan%20Hukum%20Positif:%20Sebuah%20Studi%20Perbandingan
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-419-1292725440-tesisku.pdf

Anda mungkin juga menyukai