Anda di halaman 1dari 20

Makalah Lengkap Dermatitis

dan Pengobatan
A.

Pengertian Dermatitis
Dermatitis merupakan epidermo-dermatitis dengan gejala subyektif pruritus.

Obyektif tampak inflamasi eritema, vesikula, eksudasi, dan pembentukan sisik. Tandatanda polimorfik tersebut tidak selalu timbul pada saat yang sama. Penyakit bertendensi
residif dan menjadi kronis. Sinonim dermatitis adalah eksem. Ada yang membedakan
antara dermatitis dan eksem, tetapi pada umumnya menganggap sama.
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana
kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang
paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering dijumpai
adalah eksim atopik atau dermatitis atopik. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa
anak anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim
akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan
menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat
dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka kekambuhan.

Dermatitis ada

yang

didasari

misalnya dermatitis atopik,dermatitis kontak,

dan

oleh

faktor

sebagainya.

Tetapi

endogen,
kebanyakan

penyebab dermatitis ini belum diketahui secara pasti. Sedangkan bila ditinjau dari jenis
kelainannya,

maka dermatitis atopik adalahdermatitis yang

paling

sering

dibahas,

mengingat insidensnya yang cenderung terus meningkat dan dampak yang dapat
ditimbulkannya pada kualitas hidup pasien maupun keluarganya.
Imunitas seluler menurun pada 80% penderita dermatitis alergi. Sehingga pada
umumnya penderita ini mudah mengalami infeksi. Oleh karena itu, sebaiknya penderita
menjaga kondisi tubuhnya agar selalu vit dengan berolah raga teratur, makan yang

bergizi (bisa ditambahkan madu), istirahat yang cukup serta yang terpenting menjauhi
stress emosional. Penderita juga sebaiknya jangan berdekatan dengan penderita cacar
air, herpes zoster atau penyakit kulit lainnya karena akan mudah tertular. Untuk
pemilihan obat dermatitis yang tepat sebaiknya anda periksakan diri dan konsultasi ke
dokter spesialis kulit.
B.

Penyebab Terjadinya Dermatitis


Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia,
fisik (contoh : sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen),
misalnya dermatitis atopik. Sebagian lain tidak diketahui pasti. Banyak macam
dermatitis yang belum diketahui patogenesisnya, terutama yang penyebabnya fakktor
endogen. Yang telah banyak dipelajari adalah tentang dermatitis kontak, baik yang tipe
alergik maupun iritan primer.
Pada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung
pada stadium penyakit, batasnya dapat tegas dapat pula tidak tegas, penyebarannya
dapat setempat, generalisata, bahkan universalis. Pada stadium akut kelainan kulit
berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah
(medidans). Stadium subakut, eritema berkurang, eksudat mengering menjadi krusta.
Sedang pada stadium kronis tampak lesi kronis, skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi,
dan papul, mungkin juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan. Stadium
tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis memberi
gambaran

klinis

berupa

kelainan

kulit

stadium

kronis.

Demikian

pula

jenis

efloresensinya tidak selalu harus polimorfi, mungkin hanya oligomorfi.


Tiap tiap orang mempunyai pencetus eksim yang berbeda beda. Ada orang yang
setelah memegang sabun atau deterjen akan merasakan gatal yang luar biasa, ada
pula yang disebabkan oleh bahan atau alat rumah tangga yang lain. Gejala yang timbul
pun bervariasi, ada yang gatalnya ringan tetapi rasa panas yang dominan, ada pula
yang sebaliknya. Infeksi saluran nafas bagian atas atau flu juga bisa menjadi pencetus

timbulnya eksim. Stress yang dialami penderita akan membuat gejala menjadi lebih
buruk.
Meskipun penyembuhan eksim sangat sulit dilakukan, namun pada banyak
kasus,

pasien

dapat

mengurangi

terjadinya

kekambuhan

dengan

melakukan

pengobatan yang tepat dan menghindari iritan/alergen yang menyebabkan eksim. Perlu
diingat, penyakit ini tidak menular dan tidak akan menyebar dari satu orang ke orang
yang lain.
Hingga kini belum ada kesepakatan internasional mengenai tatanaman dan
klasifikasi dermatitis, tidak hanya karena penyebabnya yang multi faktor, tetapi juga
karena seseorang dapat menderita lebih dari satu jenis dermatitis pada waktu yang
bersamaan atau bergantian. Ada yang memberi nama berdasarkan etiologi (contoh :
dermatitis kontak, radiodermatitis, dermatitis medikamentosa), morfologi (contoh :
dermatitis

papulosa,

dermatitis

vesikulosa,

dermatitis

medidasns,

dermatitis

eksfoliativa), bentuk (contoh : dermatitis numularis),lokalisasi (contoh : dermatitis


interdigitalis, dermatitis intertriginosa, dermatitis manus, dermatitis generalisata), dan
ada pula yang berdasarkan lama atau stadium penyakit (contoh : dermatitis akut,
dermatitis subakut, dermatitis kronis).
Perubahan histopatologi dermatitis terjadi pada epidermis dan dermis,
bergantung pada stadiumnya. Pada stadium akut kelainan di epidermis berupa vesikel
atau bula, spongiosis, edema intrasel, dan eksositosis, terutama sel mononuklear.
Dermis

sebab,

pembuluh

darah

melebar,

ditemukan

sebukan

terutama

sel

mononuklear; eosinofil kadang ditemukan, bergantung pada penyebab dermatitis.


Kelainan pada stadium subakut hampir seperti stadium akut, jumlah vesikel di
epidermis berkurang, spongiosis masih jelas, epidermis tertutup krusta, dan
parakeratosis; edema di dermis berkurang, vasodilatasi masih tampak jelas, demikian
pula sebukan sel radang.
Epidermis pada stadium kronis, hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, rete
ridgesmemanjang, kadang ditemukan spongiosis ringan; vesikel tidak ada lagi. Papila

dermis memanjang (papilamatosis), dinding pembuluh darah menebal, dermis terutama


di bagian atas bersebukan sel radang mononuklear, jumlah fibroblas dan kolagen
bertambah. Eksema dapat dipicu oleh beberapa hal, antara lain:
1. Keringnya kulit
2. Iritasi oleh sabun, detergen, pelembut pakaian, dan bahan kimia lain
3. Menciptakan kondisi yang terlalu hangat untuk anak, misalnya membungkus

anak dengan pakaian berlapis-lapis


4. Alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu
5. Alergi terhadap tungau debu, serbuk sari tanaman, atau bulu hewan
6. Virus dan infeksi lain
7. Perjalanan ke negara dengan iklim berbeda

C.

Gejala
Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak anak terutama saat mereka
berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan
bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya.
Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga
mengurangi angka kekambuhan.
Harus diperhatikan juga tentang gejala lainnya yang mungkin dapat membantu
mengenali dermatitis bila seseorang mengalaminya. Adapun gejala-gejalanya sebagai
berikut :

1.

Terdapat tanda-tanda infeksi, meliputi area yang besah atau adanya pus.

2.

Kulit terbuka, meradang atau sangat merah disertai rasa terbakar atau panas
disekitar daerah yang terinfeksi.

3.

Ruam menyebar dan mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berlangsung lebih dari
3 minggu.

4.

Timul vesikel (tonjolan kecil berisih cairan jernih).

5.

Terdapat bagian bersisik putih diarea terebut, atau sangat mengelupas.

6.

Kulit menjadi sangat kering, keras dan kaku.

7.
D.

Pasien adalah anak-anak atau usia lanjut.


Terapi, Pencegahan (Pengobatan) Dermatitis
Pada terapi ada beberapa anjuran yang harus dilakukuan guna penyembuhan
dermatitis itu sendiri dalam hal ini terdapat penjelasan dari setiap terapi, yaitu :

1.

Antihistamin dan Antialergi

Antihistamin memredakan dermatitis yang diinduksikan oleh alergi, bekerja terutama


pada reseptor histamin H.
Perhatikan bahwa beberapa antihistamin menyebabkan mengantuk. Tidak boleh
diberikan pada pasien yang mengemudi atau beroperasi mesin.

2.

Antihistamin/Antipruritus Topikal

Memberi tahu kepada pasien untuk menggunakan preparat anti gatal dengan tepat.
Beberapa produk harus digosokkan secara topikal, sedangkan yang lain digunakan
sewaktu mandi.
Hindari kontak dengan mata atau puting susu bila sedang masa menyusui. Anti-Infeksi
Topikal.
Beberapa anti-infeksi topikal mengandung antibiotik sehingga dapat digunakan untuk
mengobati dermatitis yang terinfeksi.

3.

Anti-infeksi Topikal dengan korfikosteroid


Kortikosteroid yang terkandung dalam preparat mi digunakan untuk menekan
peradangan akibat dermatitis. Obat tersebut berguna pada berbagai tipe dermatitis
yang terinfeksi.

4.

Kortikosteroid topikal

Obat-obat seperti steroid sebaiknya digunakan hanya pada daerah yang meradang.

Tidak dianjurkan untuk menggunakan preparat mi pada luka terbuka atau pada wajah.

5.

Pelindung kulit

Beberapa bahan yang terkandung dalam pelembab dan emolien dapat memperburuk
kondisi kulit.
Pelembab sebaiknya dioleskan sesering mungkin untuk menghindari kekeringan kulit
yang meluas.

6.

Preparat Psoriasis, Seboroik dan Iktiosis


Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini digunakan untuk mengobati kondisi
dermatitis seboroik.

7.

Suplemen
The Marigold, Minyak Evening, Primrose Marine E, Latio Calamin, Baking Soda,
Multivitamin dan Mineral, Vitamin A, C, dan E dan Zing, Ekstrak Kulit Kayu Cemara.
Pengobatan

yang

tepat

didasarkan

atas

kausa,

yaitu

menyingkirkan

penyebabnya. Tetapi, seperti diketahui penyebab dermatitis multi faktor, kadang juga
tidak

diketahui

pasti,

maka

pengobatan

bersifat

simtomatis,

yaitu

dengan

menghilangkan/mengurangi keluhan dan menekan peradangan.


Tujuan utama dari pengobatan adalah menghilangkan rasa gatal untuk
mencegah terjadinya infeksi. Ketika kulit terasa sangat kering dan gatal, lotion dan krim
pelembab sangat dianjurkan untuk membuat kulit menjadi lebih lembab. Tindakan ini
biasanya dilakukan saat kulit masih sedikit basah, seperti saat habis mandi sehingga
lotion yang dioleskan akan mempertahankan kelembaban kulit. Kompres dingin juga
diduga dapat mengurangi rasa gatal yang terjadi.
Salep atau krim yang mengandung kortikosteroid seperti hydrokortison diberikan
untuk mengurangi proses inflamasi atau keradangan. Untuk kasus kasus yang berat,
dokter akan memberikan tablet kortikosteroid dan apabila pada daerah eksim telah
terinfeksi maka bisa diberikan antibiotika untuk membunuh bakteri penyebab infeksi.

Obat lain yang dibutuhkan adalah antihistamin untuk mengurangi rasa gatal yang terlalu
berat, dan cyclosporin untuk penderita yang tidak berespon terhadap semua jenis
pengobatan yang diberikan.
Pada kasus ringan dapat diberikan antihistamin, atau antihistamin dikombinasi
dengan antiserotonin, antibradikinin, anti-SRA, dan sebagainya. Pada kasus akut dan
berat dapat diberi kortikosteroid. Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini:
1.

Dermatitis akut/basah (medidans) harus diobati secara basah (kompres terbuka).


Bila subakut, diberi losio (bedak kocok), krim, pasta, atau linimentum (pasta pendingin).
Krim diberikan pada daerah yang berambut, sedang pasta pada daerah yang tidak
berambut. Bila kronik, diberi salap.

2.

Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah persentase obat spesifik.
Ada juga cara lain yaitu mencegah terjadinya dermatitis, seperti yang dijelaskan
di atas yaitu terapi dan pengobatan. Salah satu cara tersebut dengan mencegah dan
mempunyai tahap-tahapnya. Munculnya eksim dapat dihindari dengan melakukan
beberapa tips dibawah ini :

Jaga kelembaban kulit.


Hindari perubahan suhu dan kelembaban yang mendadak.
Hindari berkeringat terlalu banyak atau kepanasan.
Kurangi Stress.
Hindari pakaian yang menggunakan bahan yang menggaruk seperti wool dan lain lain.
Hindari sabun dengan bahan yang terlalu keras, deterjen dan larutan lainnya.
Hindari faktor lingkungan lain yang dapat mencetuskan alergi seperti serbuk bunga,
debu, bulu binatang dan lain lain.
Hati-hati dalam memilih makanan yang bisa menyebabkan alergi.
E.

Macam-Macam Dermatitis

1.

Dermatitis Kontak
Terdapat beberapa uraian pada Dermatitis Kontak secara umum yang bisa di lihat
di bawah ini yaitu :

Timbul akibat kontak langsung dengan iritan.


Terbatas pada daerah kontak.
Berkembang lambat dan paparan yang bersifat kronik.
Akibat kontak kulit dengan iritan kimiawi seperti pewarna rambut, perhiasan dan nikel,
plester, parfum, tanaman.
Disertai rasa sangat gatal, merah dan kemudian mejadi bilur.

Dalam dermatitis kontak terbagi dua yang mana masing-masing mempunyai cara
pencegah, pengobatan, definisi dan lain-lain. Adapun kedua dermatitis kontak yaitu :
a.

Dermatitis Kontak Iritan

Epidemiologi
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur,
ras, dan jenis kelamin. Jumlah penderita dermatitis kontak iritan diperkirakan cukup
banyak, namun angkanya secara tepat sulit diketahui. Hal ini disebabkan antara lain
oleh banyak penderita dengan kelainan ringan tidak datang berobat.

Etiologi
Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya
bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit
yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, kohikulum,
serta suhu bahan iritan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang
dimaksud yaitu : lama kontak, kekerapan (terus-menerus atau berselang) adanya oklusi
menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian juga gesekan dan trauma fisis. Suhu dan
kelembaban lingkungan juga ikut berperan.
Faktor individu juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan
ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak
di bawah umur 8 tahun lebih mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan dari pada kulit
putih); jenis kelamin (insidens dermatitis kontak iritan lebih tinggi pada wanita); penyakit

kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan turun),
misalnya dermatitis atopik.

Patogenesis
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui
kerja kimiawi maupun fisik. Bahan irisan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadan ini akan
merusak sel epidermis.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan
menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang
iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulangulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi,
mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.

Gejala Klinis
Sebagaimana disebabkan diatas bahwa ada dua jenis bahan iritan, maka dermatitis
kontak iritan juga ada dua macam yaitu dermatitis kontak iritan akut dan dermatitis
kontak iritan kronis.

Dermatititis kontak iritan akut


Penyebabnya iritan kuat, biasanya karena kecelakaan. Kulit terasa pedih atau panas,
eritema, vesikel, atau bula. Luas kelainan umumnya sebatas daerah yang terkena,
berbatas tegas. Pada umumnya kelainan kulit muncul segera, tetapi ada segera, tetapi
ada sejumlah bahan kimia yang menimbulkan reaksi akut lambat misalnya podofilin,
antralin, asam fluorohidrogenat, sehingga dermatitis kontak iritan akut lambat. Kelainan
kulit baru terlihat setelah 12-24 jam atau lebih. Contohnya ialah dermatitis yang
disebabkan oleh bulu serangga yang terbang pada malam hari (dermatitis venenata);
penderita baru merasa pedih setelah esok harinya, pada awalnya terlihat eritema dan
sorenya sudah menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.

Dermatitis kontak iritan kronis


Nama lain ialah dermatitis iritan kumulatif, disebabkan oleh kontak dengan iritan lembah
yang berulang-ulang (oleh faktor fisik, misalnya gesekan, trauma mikro, kelembaban
rendah, panas atau dingin; juga bahan contohnya detergen, sabun, pelarut, tanah,
bahkan juga air). Dermatitis kontak iritan kronis mungkin terjadi oleh karena kerjasama
berbagai faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan
dermatitis iritan, tetapi bila bergabung dengan faktor lain baru mampu. Kelainan baru
nyata setelah berhari-hari, berminggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun
kemudian. Sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting.
Dermatitis iritan kumulatif ini merupakan dermatitis kontak iritan yang paling sering
ditemukan.
Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal
(hiperkeratosis) dan likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus
berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur), misalnya pada kulit tumit
tukang cuci yang mengalami kontak terus menerus dengan deterjen. Ada kalanya
kelainan hanya berupa kulit kering atau skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh
penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian. Banyak
pekerjaan yang beresiko tinggi yang memungkinkan terjadinya dermatitis kontak iritan
kumulatif, misalnya : mencuci, memasak, membersihkan lantai, kerja bangunan, kerja
di bengkel dan berkebun.

Histopatologi
Gambaran histopatologik dermatitis kontak iritan tidak karakteristik. Pada dermatitis
kontak iritan akut (oleh iritan primer), dalam dermatitis terjadi vasodilatasi dan sebukan
sel mononuklear dan determis bagian atas. Eksositosis di epidermis disertai spongiosis
dan edema intrasel, dan akhirnya terjadi nekrosis epidermal. Pada keadaan berat,
kerusakan epidermis ini dapat menimbulkan bula subepidermal.

Diagnosis
Diagnosis dermatitis kontak iritan didasarkan atas anamnesis yang cermat dan
pengamatan gambaran klinis. Dermatitis kontak iritan akut lebih mudah diketahui
karena munculnya lebih cepat sehingga penderita pada umumnya masih ingat apa
yang menjadi penyebabnya. Sebaliknya, dermatitis kontak irita kronis, timbulnya lambat
serta mempunyai variasi gambaran klinis yang luas, sehingga adakalanya sulit
dibedakan dengan dermatitis kontak alergi. Untuk ini diperlukan uji tempel dengan
bahan yang dicurigai.
Pengobatan
Upaya pengobatan dermatitis kontak iritan yang terpenting adalah menyingkirkan
pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisik maupun kimiawi. Bila hal ini
dapat dilaksanakan dengan sempurna, dan tidak terjadi komplikasi, maka dermatitis
iritan tersebut akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan topikal, mungkin
cukup dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering. Apabila diperlukan, untuk
mengatasi peradangan dapat diberikan kortikosteroid topikal, misalnya hidrokortison,
atau untuk kelainan yang kronis bisa diawali dengan kortikosteroid yang lebih kuat.
Pemakaian alat pelindung yang adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan
bahan iritan, untuk mencegah kontak dengan bahan tersebut.

Prognosis
Bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan dengan
sempurna, maka prognosisnya kurang baik. Keadaan ini sering terjadi pada dermatitis
kontak iritan kronis yang penyebabnya multi faktor.
b.

Dermatitis Kontak Alergik

Epidemiologi
Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak
alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka

(hipersensitif). Namun sedikit sekali informasi mengenai prevalensi dermatitis ini di


masyarakat.

Etiologi
Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia
dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia
sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat
pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit.

Patogenesis
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi adalah mengikuti
respons imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune respons) atau reaksi
tipe IV. Reaksi hipersensitivitas di kulit timbulnya lambat (delayed hypersensitivit),
umumnya dalam waktu 24 jam setelah terpajan dengan alergen. Sebelum seorang
pertama kali menderita dermatitis kontak alergik, terlebih dahulu mendapatkan
perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya. Perubahan ini terjadi karena adanya
kontak dengan bahan kimia sederhana yang disebut hapten yang akan terikat dengan
protein, membentuk antigen lengkap. Antigen ini ditangkap dan diproses leh makrofag
dan sel Langerhans, selanjutnya dipresentasikan ke sel T. Setelah kontak dengan yang
telah diproses ini, sel T menuju ke kelenjar getah bening regional untuk berdeferensiasi
dan berproliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel
memori. Sel-sel ini kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem
limfoid, sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.
Fase saat kontak pertama alergen sampai kulit menjadi sensitif disebut fase induksi
atau fase sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu. Pada

umumnya reaksi sensitisasi ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu, sifat
sensitisasi alergen (sensitizer), jumlah alergen, dan konsentrasi. Sensitizer kuat
mempunyai fase yang lebih pendek, sebaliknya sensitizer lembah seperti bahan-bahan
yang dijumpai pada kehidupan sehari-hari pada umumnya kelainan kulit pertama
muncul setelah lama kontak dengan bahan tersebut, bisa bulanan atau tahunan.
Sedangkan periode saat terjadinya pajanan ulang dengan alergen yang sama atau
serupa sampai timbulnya gejala klinis disebut fase elisitasi, umumnya berlangsung
antara 24-48 jam.
Gejala Klinis
Penderita pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan
dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas jelas, kemudian
diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah
menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Pada yang kronis terlihat kulit kering,
berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan ini
sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis; mungkin penyebabnya juga
campuran.
Berbagai lokalisasi terjadinya dermatitis kontak :
Tangan. Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling sering di tangan,
misalnya pada ibu rumah tangga. Demikian pula kebanyakan dermatitis kontak akibat
kerja ditemukan di tangan. Sebagian besar memang oleh karena bahan iritan. Bahan
penyebabnya misalnya deterjen, antiseptik, getah sayuran/tanaman, semen, dan
pestisida.
Lengan. Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan
(nikel), sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman. Di aksila umumnya oleh bahan
pengharum.
Wajah. Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan oleh bahan kosmetik, obat
topikal, alergen yang di udara, nekel (tangkai kaca mata). Bila di bibir atau sekitarnya

mungkin disebabkan oleh lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan. Dermatitis di kelopak
mata dapat disebabkan oleh cat kuku, cat rambut,eyeshadows, dan obat mata.
Telinga. Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis kontak pada
cuping telinga. Penyebab lain, misalnya obat topikal, tangkai kaca mata, cat
rambut, hearing-aids.
Leher. Penyebanya kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung jari), parfum,
alergen di udara, zat warna pakaian.
Badan. Dermatitis kontak di badan dapat disebabkan oleh pakaian, zat warna, kancing
logam, karet (elastis, busa), plastik, dan detergen.
Genitalia. Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut wanita,
dan alergen yang ada di tangan.
Paha dan tungkai bawah. Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan oleh pakaian,
dompet, kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat topikal (misalnya anestesi lokal,
neomisin, etilendiamin), semen, dan sepatu.

Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan klinis yang
teliti. Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai didasarkan kelainan kulit yang
ditemukan. Misalnya, ada kelainan kulit berupa lesi numular di sekitar umbilikus berupa
hiperpigmentasi, likenifikasi, dengan papul dan erosi, maka perlu ditanyakan apakah
penderita memakai kancing celana atau kepala ikat pinggang yang terbuat dari logam
(nikel). Data yang berasal dari anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat
topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang diketahui
menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami, serta penyakit kulit pada
keluarganya (misalnya dermatitis atopik, psoriasis). Pemeriksaan fisis sangat penting,
karena dengan melihat lokalisasi dan pola kelainan kulit seringkali dapat diketahui
kemungkinan penyebabnya. Misalnya, di ketiak oleh deodoran, di pergelangan tangan

oleh jam tangan, dan di kedua kaki oleh sepatu. Pemeriksaan hendaknya dilakukan
pada seluruh permukaan kulit, untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena
sebab-sebab endogen.

Diagnosis Banding
Kelainan kulit dermatitis kontak alergik sering tidak menunjukkan gambaran morfologik
yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermatitis
seboroik, atau psoriasis. Diagnosis banding yang terutama ialah dengan dermatitus
kontak iritan. Dalam keadaan ini pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan untuk
menentukan, apakah dermatitis tersebut karena kontak alergi.

Uji Tempel
Pelaksanaan uji tempel dilakukan setelah dermatitisnya sembuh (tenang), bila mungkin
setelah 3 minggu. Tempat melakukan uji tempel biasanya di punggung, dapat pula di
bagian luar lengan atas. Bahan uji diletakkan pada sepotong kain atau kertas,
ditempelkan pada kulit yang utuh, ditutup dengan bahan impermeabel, kemudian
direkat dengan plester. Setelah 48 jam dibuka. Reaksi dibaca setelah 48 jam (pada
waktu dibuka), 72 jam dan atau 96 jam. Untuk bahan tertentu bahkan baru memberi
reaksi setelah satu minggu. Hasil positif dapat berupa eritema dengan urtika sampai
vesikel atau bula. Penting dibedakan, apakah reaksi karena alergi kontak atau karena
iritasi, sehubungan dengan konsentrasi bahan uji terlalu tinggi. Bila oleh karena iritasi,
reaksi akan menurun setelah 48 jam (reaksi tipedecresendo), sedangkan reaksi alergi
kontak makin meningkat (reaksi tipecresendo).

Pengobatan
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya
pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan
kelainan kulit yang timbul.

Kortikosteoroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi peradangan


pada dermatitis kontak alergi akut yang ditandai dengan eritema, edema, bula atau
vesikel, serta eksufatif (madidans), misalnya prednison 30 mg/hari. Umumnya kelainan
kulit akan mereda setelah beberapa hari. Kelainan kulitnya cukup dikompres dengan
larutan garam faal.
Untuk dermatitis kontak alergik yang ringan, atau dermatitis akut yang telah mereda
(setelah mendapat pengobatan kortikosteroid sistemik), cukup diberikan kortikosteroid
topikal.
Prognosis
Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontaktannya dapat
disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis, bila bersamaan dengan
dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis),
atau pajanan dengan bahan iritan yang tidak mungkin dihindari.

2.

Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik atau eksema adalah peradangan kronik kulit yang kering dan
gatal yang umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak. Eksema dapat
menyebabkan gatal yang tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur. Penyakit
ini dialami sekitar 10-20% anak. Umumnya episode pertama terjadi sebelum usia 12
bulan dan episode-episode selanjutnya akan hilang timbul hingga anak melewati masa
tertentu. Sebagian besar anak akan sembuh dari eksema sebelum usia 5 tahun.
Sebagian kecil anak akan terus mengalami eksema hingga dewasa. Eksema tidak
menular. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, namun penanganan yang tepat akan
mencegah dampak negatif penyakit ini terhadap anak yang mengalami eksema dan
keluarganya.

Penyebab
Penyebab eksema tidak diketahui, namun jika salah satu atau lebih anggota keluarga
mengalami eksema, asma, atau rinitis alergika, maka anak Anda memiliki kemungkinan

lebih besar untuk mengalami eksema dibanding populasi umum. Sebagian anak
dengan eksema juga mengalami asma atau rinitis alergika.
Eksema dapat dipicu oleh beberapa hal, antara lain:
1.

Keringnya kulit

2.

Iritasi oleh sabun, detergen, pelembut pakaian, dan bahan kimia lain

3.

Menciptakan kondisi yang terlalu hangat untuk anak, misalnya membungkus anak
dengan pakaian berlapis-lapis

4.

Alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu

5.

Alergi terhadap tungau debu, serbuk sari tanaman, atau bulu hewan

6.

Virus dan infeksi lain

7.

Perjalanan ke negara dengan iklim berbeda

Diagnosis
Eksema dapat memberikan gambaran yang sedikit berbeda sesuai usia. Pada bayi,
eksema umumnya berupa ruam merah yang sangat gatal di wajah, kulit kepala,
belakang telinga, badan, atau lengan dan tungkai. Pada anak balita, ruam sering kali
ditemukan di lipatan kulit sekitar lutut, siku, pergelangan tangan, dan pergelangan kaki.
Eksema merupakan penyakit episodik, kadang kulit anak akan membaik, dan kemudian
memburuk lagi. Hal ini tidak berarti Anda melakukan kesalahan dalam penanganannya.
Kriteria diagnostik untuk eksema adalah sebagai berikut :
1.

Harus mengalami gatal

2.

Dan 3 atau lebih dari gejala berikut:

3.

Riwayat keterlibatan lipatan kulit

4.

Riwayat asma atau hay fever pada anak tersebut, atau riwayat penyakit atopik pada
keluarga dekat jika anak berusia kurang dari 4 tahun

5.

Riwayat kulit kering di tahun sebelumnya

6.

Munculnya gejala sebelum usia 2 tahun

7.

Eksema di bagian fleksor tubuh (lipatan siku, lutut, pergelangan tangan)

Penilaian eksema harus dilakukan oleh tenaga medis untuk menentukan derajat
keparahan serta ada tidaknya infeksi yang menyertai. Sistem SCORAD dapat
digunakan untuk penilaian eksema. Dari penilaian tersebut, eksema digolongkan
menjadi :
1.

Eksema ringan (skor SCORAD < 15): perubahan warna kulit menjadi kemerahan,
kulit kering yang ringan, gatal ringan, tidak ada infeksi sekunder

2.

Eksema sedang (skor SCORAD antara 15 40): kulit kemerahan, infeksi kulit ringan
atau sedang, gatal, gangguan tidur, dan likenifikasi

3.

Eksema berat (skor SCORAD > 40): kemerahan kulit, gatal, likenifikasi, gangguan
tidur, dan infeksi kulit yang semuanya berat.
Kulit yang mengalami eksema lebih rentan terhadap infeksi sekunder oleh bakteri atau
virus. Infeksi harus dipertimbangkan jika eksema bertambah parah atau tidak memberi
respon terhadap pengobatan. Eksema yang terinfeksi didiagnosis jika ditemukan
eksema yang mengalami ekskoriasi, basah, dan membentuk kerak.

Penanganan
1)

Penanganan sehari-hari
Penanganan sehari-hari dilakukan baik saat dalam episode eksema maupun di luar
episode. Menghindari faktor-faktor di lingkungan yang memicu atau memperparah
eksema, misalnya :

a)

Mainan, air liur, atau makanan di sekitar mulut

b)

Bahan seperti wol atau pelapis car seat

c)

Detergen, sabun, bubble baths, antiseptik

d)

Kontak dengan bulu hewan

e)

Menggunakan krim pelembab (moisturiser)

f)

Krim pelembab dapat digunakan sesering mungkin. Gunakan obat, krim, dan salep
sesuai instruksi dokter

g)

Menggunakan moisturiser atau bath oil untuk mandi

h)

Kortikosteroid topikal jika gatal dan kemerahan masih menetap setelah menghindari
pencetus eksema. Jika digunakan sesuai instruksi, obat ini aman dan efektif untuk
mengatasi eksema

i)

Kadang dokter meresepkan satu salep untuk daerah yang paling teriritasi dan salep
lain yang lebih lemah untuk daerah yang hanya mengalami eksema ringan dan daerah
peka seperti wajah

j)

Mengatasi gatal

k)

Garukan akan memperparah eksema dan berisiko menyebabkan infeksi. Beberapa


cara untuk mengatasi gatal dan garukan adalah:

l)

Mengalihkan perhatian anak saat ia menggaruk

m)

Menghindari kondisi yang terlalu hangat untuk anak

n)

Menggunakan krim pelembab (yang ditaruh di kulkas sebelumnya) sebelum tidur

o)

Memakaikan sarung tangan pada anak saat tidur

p)

Jika perlu, berikan obat yang diresepkan dokter untuk mengurangi gatal di malam
hari

q)

Selalu memotong pendek kuku anak

r)

Jika gatal sangat berat, kompres dingin dan teknik balut basah dapat digunakan
untuk membantu anak tidur

2)

Penanganan akut
Hal ini dilakukan segera saat ada kemerahan kulit dan gatal, dan dihentikan setelah
gejala terkontrol.

1.

Kortikosteroid topikal

2.

Krim tar untuk likenifikasi

3.

Antibiotik atau antiviral jika ada infeksi sekunder

4.

Teknik balut basah, dalam 2 hari setelah kortikosteroid topikal diberikan jika eksema
belum membaik

5.

Kompres dingin untuk mengatasi gatal

Komplikasi
Eksema yang terinfeksi oleh bakteri adalah komplikasi yang umum terjadi. Hal ini harus
dicurigai jika ada eksema yang berkerak, basah berair, kemerahan, pecah-pecah,
mengeluarkan nanah, atau mengalami ekskoriasi. Bakteri penyebab infeksi pada
keadaan ini umumnya adalah Staphylococcus aureus. Selain oleh bakteri, eksema juga
dapat terinfeksi oleh virus. Infeksi virus Herpes Simplex 1 (HSV 1) ditandai dengan
munculnya bintik-bintik kecil yang berkelompok secara tiba-tiba, berisi cairan bening
atau putih, nyeri, dan gatal. Bintik-bintik ini kemudian dapat bernanah atau terkikis.
Penanganan eksema yang terinfeksi
Hal berikut harus dilakukan sebelum mengoleskan krim lainnya: Kerak harus
dibuang dan bagian basah berair harus dibersihkan sebelum mengoleskan pelembab,
kortikosteroid, atau balutan basah. Buang dan bersihkan bagian-bagian tersebut saat
anak dimandikan.
Jika infeksi disebabkan oleh bakteri, antibiotik dapat diberikan secara oral (lewat
mulut). Pilihan antibiotik yang dapat digunakan adalah cephalexin atau flucloxacillin, 4
kali per hari selama 10 hari. Untuk infeksi yang berat, bayi di bawah usia 6 bulan,
kekhawatiran akan keterlibatan mata, atau anak yang demam dan tampak sakit berat,
flucloxacillin digunakan lewat jalan infus. Setelah kondisi membaik, pengobatan
kemudian

diteruskan

dengan

flucloxacillin

oral

hingga

total

10

hari.

Bath oil antiseptik mungkin diperlukan jika anak terus mengalami infeksi berulang pada
eksemanya.
Jika infeksi yang terjadi adalah infeksi oleh HSV 1, acyclovir oral diberikan 5 kali
per hari selama 10 hari. Untuk infeksi berat atau anak yang tampak sakit berat dan
demam, acyclovir dapat diberikan lewat jalan infus. Setelah kondisi membaik,
pengobatan diteruskan dengan acyclovir oral hingga total 10 hari. Perlu diperhatikan
bahwa anak dengan eksema yang terinfeksi oleh virus sering kali juga terinfeksi oleh
bakteri.

Anda mungkin juga menyukai