Manajemen Elita
Manajemen Elita
PENDAHULUAN
sepanjang belum dimiliki / dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta
pihak-pihak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sejalan dengan pemberian urusan kepada daerah teramsuk sumber
keuangannya, maka dalam
bunyi
pasal
79 Undang-Undang Nomor 22 tahun
1999 dicantumkan sumber-sumber
pendapatan daerah terdiri atas :
a. Pendapatan asli daerah yaitu :
1. Hasil pajak daerah
2. Hasil retribusi daerah
3. Hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan
4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
b. Dana Perimbangan
c. Pinjaman daerah
d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Dalam pelaksanaan otonomi daerah, sumber keuangan yang berasal dari
pendapatan asli daerah lebih penting dibandingkan dengan sumber-sumber diluar
pendapatan asli daerah, karena pendapatan asli daerah dapat dipergunakan sesuai
dengan prakarsa dan inisiatif daerah sedangkan bentuk pemberian pemerintah (non
PAD) sifatnya lebih terikat.
Dengan penggalian dan peningkatan pendapatan asli daerah diharapkan
pemerintah
daerah
juga
mampu
meningkatkan
kemampuannya
dalam
penyelenggaraan urusan daerah.
II. PEMBAHASAN
Identifikasi Sumber Pendapatan Daerah
Menurut kamus ilmiah populer, identifikasi adalah pengenalan atau
pembuktian sama, jadi identifikasi sumber pendapatan asli daerah adalah : meneliti,
menentukan dan menetapkan mana sesungguhnya yang menjadi sumber
pendapatan asli daerah dengan cara meneliti dan mengusahakan serta mengelola
sumber pendapatan tersebut dengan benar sehingga memberikan hasil yang
maksimal.
Sedangkan pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari
sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintahan daerah.
Pada uraian terdahulu berdasarkan UU nomor 22 tahun 1999 pasal 79
disebutkan bahwa pendapatan asli daerah terdiri dari :
a. Hasil pajak daerah
b. Hasil retribusi daerah
c. Hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan milik daerah yang
dipisahkan dan
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
a. Pajak Daerah
Menurut Kaho pajak daerah adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat
kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan
untuk Public Investment.
Pajak daerah adalah punguttan daerah menurut peraturan yang ditetapakan
sebagai badan hukum publik dalam rangka membeiayai rumah tangganya. Denga
kata lain pajak daerah adalah : pajak yang wewenang pungutannya ada pada daerah
dan pembangunan daerah hal ini dikemukakan oleh Yasin. Selain itu Davey
mengemukakan pendapatnya tentang pajak daerah yaitu :
1. Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah sendiri
2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional tapi pendapatan tarifnya
dilakukan oleh Pemda.
c.
Memupuk pendapatan
2. Tujuan perusahaan daerah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah
khususnya dan pembangunan kebutuhan rakyat dengan menggutamakan
industrialisasi dan ketentraman serta ketenangan kerja menuju masyarakat yang
adil dan makmur.
3. Perusahaan daerah bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah
tangganya menurut perundang-undangan yang mengatur pokok-pokok
pemerintahan daerah.
4. Cabang-cabang produksi yang penting bagi daerah dan mengusai hajat hidup
orang banyak di daerah, yang modal untuk seluruhnya merupakan kekayaan
daerah yang dipisahkan.
d. Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Pendapatan asli daerah tidak seluruhnya memiliki kesamaan, terdapat pula
sumber-sumber pendapatan lainnya, yaitu penerimaan lain-lain yang sah, menurut
Devas bahwa : kelompok penerimaan lain-lain dalam pendapatan daerah Tingkat II
mencakup berbagai penerimaan kecil-kecil, seperti hasil penjualan alat berat dan
bahan jasa. Penerimaan dari saswa, bunga simpanan giro dan Bank serta
penerimaan dari denda kontraktor. Namun walaupun demikian sumber penerimaan
daerah sangt bergantung pada potensi daerah itu sendiri.
II. Otonomi Daerah
Daerah hukum pelaksanaan otonomi daerah Indonesia adalah pasal 18
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai berikut : pembagian daerah Indonesia atas
daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan
Undang-Undang dengan memandang dan mengingat dasar pemusyawaratan dalam
sistem pemerintahan negara dan hak-hak urus daerah yang bersifat istimewa.
Dalam penjelasan pasal tersebut dirumuskan: Daerah Indonesia akan dibagi
dalam daerah propinsi dan propinsi akan dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil.
Daerah-daerah itu bersifat otonom atau bersifat daerah administrasi belaka,
semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan dengan Undang-Undang.
Secara etimologis kata otonomi berasal dari bahasa Latin, Autosyang berarti
sendiri dan Nomos aturan. Amran Muslimin mengatakan otonomi itu termasuk
salah satu sari azas-azas pemerintahan negara, dimana pemerintah suatu negara
dalam pelaksanaan kepentingan umum untuk mencapai tujuan. Disamping itu, Ateng
Syafruddin mengemukakan bahwa otonomi mempunyai makna kebebasan atas
kemandirian tetapi bukan kemerdekaan. Kemerdekaan terbatas atau kemandirian itu
adalah wujud pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.
Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk penyelenggaraan
pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang luar negeri, pertahanan,
keamanan, peradilan moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lainnya
yang akan ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Selain itu keleluasaan otonomi
mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya mulai
dari perencanaan, penggerakan da evaluasi.
Otonomi nyata merupakan keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan
kewenangan pemerintahan dibidang tertentu yang hidup dan berkembang didaerah.
Sedang otonomi yang bertanggungjawab maksudnya ialah : berupa perwujudan
pertanggungjawaban sebagai konsekwensi pemberian hak dan kewenangan kepada
daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh daerah dalam
mencapai tujuan pemberian otonomi, adalah berupa peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi
keadilan dan pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat
dan keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia.
daerah
didasarkan
pada
otonomi
luas
dan
3. Pelaksanaan otonomi yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan
daerah kota, sedang otonomi daerah propinsi merupakan otonomi yang terbatas.
4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga
tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah, serta antar
daerah.
5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah
otonomi da karenanya dalam daerah kabupaten dan daerah kota tidak ada lagi
wilayah administratif.
6. Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibangun oleh pemerintah atau
pihak lain, seperti badan otorita, kawasan industri, kawasan perumahan,
kawasan pertambangan, kawasan kehutanan, kawasan perkotaan baru, kawasan
pariwisata, dan semacamnya berlaku ketentuan daerah otonomi.
7. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi
badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislatif, fungsi pengawasan maupun
fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintahan daerah.
8. Pelaksanaan asas desentralisasi diletakkan pada daerah propinsi dalam
kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan
sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan pemerintahan tertentu yang
dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah.
9. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya dari pemerintah
kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang
disertai dengan pembiayaan sarana dan prasarana, serta sumberdaya manusia
dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan pertanggungjawaban kepada
yang menugaskan.
Agar pelaksanaan tugas otonomi dapat berjalan dengan baik perlu
memperhatikan : sumber pendapatan daerah, teknologi, struktur organisasi
pemerintah daerah, dukungan hukum, perilaku masyarakat, faktor kemimpinan.
Disamping itu
hal-hal
yang
mempengaruhi
pengembangan otonomi daerah menurut Yosef Riwu Kaho sebagai berikut :
1. Faktor manusia pelaksana yang baik
2. Faktor keuangan daerah yang cukup dan baik
3. Faktor peralatan yang cukup dan baik
4. Faktor organisasi dan manajemen yang baik
III. Pelaksanaan Otonomi Daerah
Sebagaimana diketahui, selama ini khususnya daerah kabupaten banyak
bergantung pada pemerintah pusat, karena terbatasnya jumlah dana yang berkaitan
dengan sumber dana yang telah diatur oleh pemerintah pusat. Dengan
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Beberapa Pemikiran Tentang Otonomi Daerah, msp, Jakarta
1987
Darumurti, Krishna, D, Otonomi Daerah Perkembangan Pemikiran dan
Pelaksanaan, Citra Aditya Bakti, Bandung 2000
Hasibuan, Nurimansyah, Otonomi dan Desentralisasi Keuangan Daerah,
Prisma,
Jakarta, 1991.
Kristadi JB, Masalah Sekitar Peningkatan Pendapatan Asli Daerah, Alumni,
Bandung, 1986
Riwu Kaho, Yosef, Analisa Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di
Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, 1985.
----------------- Otonomi Daerah dan Titik Beratnya di letakkan pada Daerah
Tingkat II, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1991