UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. Tujuan Praktikum
TINJAUAN PUSTAKA
Berbeda dengan sel saraf dan sel otot rangka yang memiliki potensial
membrane istirahat yang mantap. Sel-sel khusus jantung tidak memiliki potensial
membrane istirahat. Sel-sel ini memperlihatkan aktivitas “pacemaker” (picu jantung),
berupa depolarisasi lambat yang diikuti oleh potensial aksi apabila potensial
membrane tersebut mencapai ambang tetap. Dengan demikian, timbulkah potensial
aksi secara berkala yang akan menyebar ke seluruh jantung dan menyebabkan
jantung berdenyut secara teratur tanpa adanya rangsangan melalui saraf.(4)
Resusitasi cardiopulmonary
CPR tidak mungkin untuk me-restart hati; tujuan utamanya adalah untuk
mempertahankan aliran darah yang mengandung oksigen ke otak dan hati, sehingga
jaringan menunda kematian dan memperpanjang jendela kesempatan singkat untuk
keberhasilan resusitasi tanpa kerusakan otak permanen. Kehidupan Advanced
dukungan dan defibrillation, administrasi suatu kejutan listrik ke jantung, biasanya
diperlukan untuk jantung untuk me-restart. (5)
Hal ini hanya bekerja untuk pasien dalam irama jantung tertentu, yaitu
ventrikular fibrilasi atau takikardia ventrikular pulseless, bukan 'garis datar' pasien
meskipun asystolic CPR dapat membantu menimbulkan shockable ritme dalam
ditangkap pasien. (5)
Jika pasien masih memiliki denyut nadi, tetapi tidak bernapas, ini disebut
pernapasan dan pernapasan buatan lebih tepat. Namun, karena orang sering
mengalami kesulitan mendeteksi denyut nadi, CPR dapat digunakan pada kedua
kasus, terutama bila diajarkan sebagai pertolongan pertama.(5)
Pada korban kecelakaan atau pasien yang sedang mengalami fibrilasi atau
yang jantungnya berhenti, curah jantung dan perfusi koroner dapat dipertahankan
sebagian oleh pijat jantung. Pijat yang efektif dapat dilakukan tanpa membuka
rongga dada. Langkah – langkah yang dapat dilakukan yaitu: (2)
1. Orang yang melakukan RKP meletakkan pangkal telapak tangan pada bagian
bawah sternum diatas prosesus sifoideus. Pangkal telapak tangan lainnya
diatas tangan yang pertama (gambar A).
CARA KERJA
1. Jalan Napas
Untuk menjamin jalan napas sangat penting dilakukan tindakan Safar Triple
Airway Manouevre yaitu:
a. Adakan ekstensi dari kepala
b. Sokonglah rahang (mandibula)
c. Buka kedua bibir
Bila korban telah bernapas dengan baik, maka korban dimiringkan ke posisi
lateral yang akan mempertahankan airway.
1. Pernapasan
Bila setelah tindakan pertama tadi (Safar) tidak tampak adanya pernapasan,
maka harus dilakukan pernapasan buatan:
a. Mulut ke mulut (Mouth to mouth = Experid Air Resuscitation)
Setelah melakukan tindakan pertama tadi, maka penolong menarik napas dan
meniupkan udara ekspirasi ke dalam mulut korban sambil memperhatikan
naiknya dada korban. Kemudian penolong melepaskan bibirnya dari bibir
korban untuk memastikan turunnya dada korban untuk memastikan
turunnnya dada korban dan merasakan hembusan udara ekspirasi korban.
Penolong harus memastikan naik turunnya dada pada setiap pernapasan.
Siklus pernapasan harus diulangi sebanyak 12 kali per menit, yaitudatu kali
setiap 5 detik.
b. Metode NIELSEN
Korban ditelengkupkan dengan kepala dipalingkan ke samping beralaskan
kedua punggung tangannnya. Penolong berlutut di depan kepala korban dan
kedua tangan ditempatkan pada kedua lengan atas korban tepat di atas
sikunya. Penolong menarik dan mengangkat kedua lengan korban kea rah
dirinya dengan mengayunkan badan ke belakang sampai terasa suatu
perlawanan yang kuat. Kemudian kembalikan lengan pada sikap semula dan
kedua tangan penolong dipindahkan ke sisi punggung dengan jari-jari
direnggangkan serta ibu jari di atas tulang belikat. Dengan kedua lengan
diluruskan penolong mengayunkan badannya ke depan sehingga terjadi
tekanan vertical ke bawah pada dada korban.
c. Metode SILVESTER
Korban dibaringkan terlentang dan tempatkan bantalan pakaian di bawah
pertengahan punggung. Penolong berlutut di depan kepala korban dan
menghadap kea rah korban. Peganglah pergelangan tangan korban dan
dengan mengayunkan tubuh ke belakang tariklah kedua tangan korban ke
atas melewati kepala sampai kedua tangan korban ke atas melewati kepala
sampai kedua tangan terletak di atas tanah/lantai. Dengan demikian terjadi
inspirasi oleh karena otot-otot dada menarik iga-iga bagian atas dada.
Kemudian penolong menekankan kedua tangan korban di atas dadanya
dalam vertical ke bawah. Tindakan ini dilakukan setiap lima detik.
1. Sirkulasi
Bila setelah tindakan 1 dan 2 (memperbaiki jalan napas dan pernapasan),
denyut nadi tidak teraba yang berarti terjadi kegagalan sirkulasi maka haruslah
dilakukan Kompresi Jantung Luar (External Cardiac Compression = ECC).
Tanda-tanda Cardiac Arrest adalah kehilangan kesadaran, apnea dan denyut
nadi tidak teraba. ECC berupa menggerakkan bagian bawah sternum ke bawah
dengan tangan. Pada orang dewasa penekanan sternum dilakukan sebesar 3 – 5
cm sebanyak 60 kali per menit. Ini tidak usah dilakukan pada percobaan ini oleh
karena cara ini tidak boleh dipraktekkan pada orang sehat.
Sangat penting menentukan lebih dahulu setengah bagian bawah sternum yaitu
dengan menjalankan jari-jari pada iga bagian bawah sampai bertemu di anterior
dan tandailah dengan jari. Tandailah lekuk suprasternal dengan jari lain sehingga
dapat diperkirakan titik tengah sternum. Pangkal telapak tangan diletakkan pada
bagian bawah sternum dan tangan yang lainnya diletakkan di atasnya. Dengan
lengan tetap lurus, tangan ditekan ke bawah kemudian dibiarkan naik
kembalisekali setiap detik.
Pada anak-anak sternum ditekan dengan satu tangan sejauh 2-4 cm, sedang pada
bayi digunakan dua jari untuk menekan sejauh 1 cm.
Pada Cardiac Arrest selain pernapasan berhenti juga nadi menghilang. Bila
hanya satu orang penolong maka lakukan dua pernapasan dan 15 kompressi
setiap 15 detik, yaitu 2 banting 15 siklus dengan 4 siklus permenit. Bila tersedia
dua penolong makka dilakukan teknik 1 banding 5 yaitu 1 pernapasan dengan 5
kompressi dalam 5 detik yang dilakukan secara kombinasi. Pernapasan
dilakukan diantara 2 kompressi. Teknik kombinasi ini yang dikenal dengan
RKP. Setelah satu menit tindakan ini dihentikan dan rabalah denyut nadi, bila
belum teraba ulangi RKP dan periksalah denyut nadi setiap 5 menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan berhentinya napas, maka oksigen akan tidak ada sama sekali di dalam
tubuh sehingga jantung tidak dapat berkontraksi dan akibatnya henti jantung
(cardiac arrest).
Hal pertama yang kita lakukan jika menemukan korban yang memerlukan
RKP yaitu meminta bantuan dan menganalisa keadaan diri sendiri serta keadaan
sekitar korban. Permintaan bantuan dapat dilakukan dengan memanggil orang lain
untuk bersama-sama melakukan pertolongan. Penolong harus memastikan dirinya
aman untuk melakukan pertolongan dan korban harus jugadalam kondisi aman untuk
ditolong. Semua benda-benda yang membahayakan baik penolong maupun korban
harus disingkirkan. Proteksi diri terhadap kemungkinan terjangkit penyakit harus
diingat.
Hal pertama yang dilakukan jika korban tidak sadarkan diri yaitu membuka
dan membersihkan jalan nafas.Airway (jalan nafas) adalah organ vital yang harus
dinilai pada korban gawat darurat. Penilaian jalan nafas dapat dilakukan dengan :
- Look (Lihat)
Melihat langsung ke rongga mulut ada atau tidaknya sumbatan pada jalan nafas,
melihat dada tidaknya ekspansi dada.
- Listen (Dengar)
- Feel (Rasakan)
Merasakan dengan pipi atau punggung tangan adanaya hembusan nafas dari
korban.
Dengan menekan kepala (dahi) ke bawah, maka jalan nafas akan berada
dalam posisi yang lurus dan terbuka.
1. Finger Sweap
Teknik sapuan jari biasanya dilakukan pada korban yang tidak sadar. Penolong
menggunakan jarinya untuk membuang benda padat atau cairan yang
mengganggu jalan nafas.
2. Suction
Posisi ini dapat digunakan untuk membuang cairan dari rongga mulut atau jalan
nafas.
Usaha-usaha untuk membebaskan jalan nafas dar isumbatan total akibat benda
asing dapat dilakukan dengan :
Tepukan pada punggung di antara kedua scapula (tulang belikat), dengan tujuan
memberikan tekanan yang besar pada rongga dada, dapat dilakukan pada semua
usia korban.
2. Abdominal thrust
Tekanan pada perut digunakan untuk memberikan tekanan pada rongga dada.
Tekanan dilakukan di daerah epigastrium (daerah anatara pusat dan tajuk
pedang/xipoideus).
3. Chest Thrust
Tekanan pada dada dilakukan dengan memberikan tekanan di daerah 2/3 sternum
(tulang pedang). Pada orang dewasa tekanan diberikan dengan bantuan berat
badan penolong – sama dengan pijatan jantung luar. Sedangkan pada bayi,
tekanan cukup dilakukan dengan dua jari.
Setelah itu, penolong mengecek apakah sudah ada nafas, jika belum ada,
maka penolong memeriksa pernafasan korban (breathing). Jalan nafas yang baik
tidak menjamin ventilasi yang baik. ventilasi yang baik meliputi fungsi baik dari
paru, dinding thoraks (dada), dan diafragma. Pakaian yang menutupi dada korban
harus dibuka untuk melihat pernafasan korban. Pemeriksaan fisik pada pernafasan
dapat dilakukan dengan :
Jika denyut belum ada atau terjadi henti jantung, maka lakukan resusitasi
kardiopulmonar (RKP). Penolong mengambil posisi di samping lengan atas dengan
cara berlutut secara tegak lurus, diusahakan lutut menyentuh brachialis. Letakkan
tangan dua jari diatas procesus Xiphoideus, kemudian dorong dengan berat badan,
perbandingannya 30 : 2 dalam satu kali siklus. Kemudian periksa denytu nadi, jika
tidak ada, lakukan RKP lagi. Jika nadi sudah ada, tetapi nafas tidak ada, maka
dilakukan nafas buatan, jika tidak ada lagi nafas, lakukan RKP lagi, tetapi jika sudah
dilakukan RKP ternyata ada snoring/choking, maka diulang dari awal.
Tanda-tanda syok :
d. Akral dingin
e. Pucat
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan ini sebagai berikut :
A. SARAN
Sebaiknya disediakan boneka sebagai alat coba agar praktikan lebih mudah
mengerti tentang hal yang dipraktikumkan.
DAFTAR PUSTAKA