Anda di halaman 1dari 31

1

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang

Coba kita perhatikan perilaku perilaku anak-anak zaman


sekarang. Dari gaya berbicara, sikap dan pemikiran
mereka.Memang sangat banyak di antara mereka yang kreatif dan
masih

menganut nilai-nilai positif. Namun ada pula di antara mereka yang


hanya menghabiskan waktu untuk bermain. Dan bahkan belajar
dengan terpaksa, malas dan semaunya.
Di Indonesia ini, anak-anak bagaikan incaran orang-orang
yang tidak bertanggung jawab, yang ingin merusak demi mereguk
keuntungan pribadi. Di antaranya adalah dengan mengajarkan
mereka untuk merokok, mencoba ganja, bahkan narkoba sekaligus.
Modus operandinya beraneka
ragam, dari cara yang halus sampai terang-terangan, seperti tipu
daya dengan sebuah permen yang sebenarnya adalah narkoba. Dan
pada akhirnya mereka kecanduan, sehingga ingin mencobanya lagi
dan lagi.
Di lain pihak, ketika banyak anak sekolah yang menyianyiakan kesempatan belajar, ternyata masih banyak sekali anak
Indonesia yang tidak bisa menikmati pendidikan formal.
Kebanyakan dari mereka adalah masyarakat yang tidak mampu,
dan berada di bawah garis kemiskinan. Jangankan untuk biaya
pendidikan, untuk membiayai kehidupan sehari-hari saja sangat
sulit. Di Indonesia tingkat kemiskinan masih sangat tinggi, dan
jumlah keluarga miskin semakin hari semakin bertambah.

Sesuatu hal yang dilematis, karena yang kita harapkan adalah


adanya perkembangan dari generasi penerus bangsa kita ini. Di
mana mereka bisa berperan optimal untuk masa depan bangsa kita
yang lebih baik di masa-masa mendatang.

B. Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, bahwa masih banyak anak


Indonesia yang tidak bersekolah atau menyia-nyiakan kesempatan
bersekolah dengan melakukan hal-hal yang tidak terpuji, maka timbul
berbagai masalah sbb :

1)
2)

Banyaknya anak Indonesia yang belum mendapatkan pendidikan.


Bagaimana tindakan yang dilakukan oleh sekolah dalam
menindak lanjuti kasus anak-anak yang sudah terkena
dampak lingkungan yang tidak sehat

3)Tindakan apa saja yang dilakukan Pemerintah dalam memajukan


pendidikan Indonesia?

C. Tujuan

Dari masalah di atas maka tujuan kita adalah membahas bagaimana


mengatasi masalah problematika pendidikan sebagaimana tersebut
di atas adalah :

1. Mengupayakan semaksimal mungkin anak Indonesia agar bisa


menikmati pendidikan.
2. Mempersiapkan tindakan preventif dan kuratif untuk mengurangi
dampak negatif lingkungan buruk yang
terjadi di sekolah..
3. Memberikan alternatif metode pendidikan yang efisien dan efektif
untuk kultur budaya Indonesia.

Lebih lanjut ketiga tujuan tersebut akan menjadi fondasi awal untuk
memperbaiki pendidikan di Indonesia yang akan menunjang upaya
mengatasi krisis multidimensi di Indonesia, berupa krisis ekonomi,

mental dan spiritual yang pada dasarnya bersumber dari tingkat


pendidikan yang tidak memadai.
D. Cara Pengumpulan Data
1. Membuat angket
2. Browsing Internet

B.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup karya tulis ini meliputi pengamatan lapangan,


penelaahan masalah melalui nara sumber dan referensi dari media,
buku dan internet. Kemudian juga pengambilan data primer melalui
questioner untuk kemudian diolah dalam pembahasan dan
kesimpulan.

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

Apakah yang dimaksud dengan Problematika Pendidikan?


Sebelum kita membahas hal tersebut, terlebih dahulu kita akan
bahas apa yang dimaksud dengan pendidikan. Kata pendidikan
selalu dipakai dalam dua arti : ( education, opvoeding ). Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu

yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian


pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar
utama pendidikan adalah untuk mengejar kebudayaan mengejar
generasi. Lalu apakah yang dimaksud dengan problematika?
Problematika adalah masalah yang dihadapi. Sehingga Problematika
pendidikan adalah masalah yang dihadapi dalam suasana dan
proses pembelajaran dalam rangka pengembangan potensi
seseorang baik secara umum maupun khusus.

B. UPAYA MENYADARKAN PENTINGNYA PENDIDIKAN

Pada tahun 2007 ini semakin banyak anak yang tidak bisa
bersekolah. Dan hal tersebut terus meningkat dari waktu ke waktu.
Menyadari bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting ,
maka hal ini harus menjadi tanggung jawab bersama untuk diatasi.
Beberapa faktor yang menyebabkan anak-anak tidak bisa
mendapatkan kesempatan pendidikan adalah :

1. Faktor kemiskinan , yaitu kurangnya biaya untuk mecukupi


kebutuhan hidup, sehingga lebih diprioritaskan untuk kebutuhan
primer seperti makan, pakaian dan rumah.
2. Faktor budaya, di mana sebagian masyarakat kita, terutama di
daerah pedalaman, masih menganggap pendidikan sebagai sesuatu
yang tidak penting dan hanya membuang waktu dan tenaga serta
biaya. Lebih baik anak-anak bekerja untuk hasil yang lebih nyata.
3. Faktor gender, di mana sebagian masyarakat kita juga beranggapan
kalau perempuan tidak perlu mendapatkan pendidikan, karena
secara fungsional akan hanya berada di dalam rumah, mengurus
rumah tangga nantinya
4. Faktor fasilitas, terutama di daerah terpencil, khususnya tenaga
pengajar, yang ternyata masih sangat kurang bila dibandingkan
dengan jumlah anak yang harus belajar.

Hal-hal tersebut di atas yang harus membuka kesadaran kita,


sehingga dengan mengetahui penyebab mana yang lebih dominan,
akan memudahkan kita untuk mengambil jalan keluarnya.
Penyuluhan, penyebaran informasi, pendekatan kekeluargaan
sampai instruksi perlu diambil untuk memulai kesadaran tersebut
kepada masyarakat luas. Penyediaan fasilitas juga harus

dipertimbangkan, baik secara swadaya maupun bersama-sama


dengan pemerintah, ataupun pemanfaatan dari donasi maupun
zakat yang didapat dari orang-orang yang lebih mampu.

C. UPAYA PREVENTIF UNTUK MENGATASI PENGARUH BURUK


LINGKUNGAN DI SEKOLAH

Sekarang kita akan membahas mengenai pengaruh buruk


lingkungan di sekolah, sekaligus upaya untuk mengatasinya. Salah
satu pengaruh buruk dari lingkungan di sekolah yang menonjol
akhir-akhir ini adalah narkoba. Bisa bermula dari ajakan teman
ataupun paksaan dengan alasan mengikuti trend atau agar tidak
tersisih dari pergaulan. Pengaruh buruk lainnya adalah gaya hidup
materialistis, yang dipicu oleh tawaran-tawaran informasi yang
konsumtif serta keinginan untuk mendapat pujian . Pengaruh buruk
lainnya timbul dari dampak permainan masa kini, seperti games,
ps dan lain-lain yang lebih banyak mengajarkan anak untuk
bersikap egosentris. Dan yang paling mengerikan adalah juga
beredarnya informasi dari film dan majalah tanpa batasan yang
menyebabkan seorang anak bisa mengikuti pergaulan menyimpang.

10

Coba bayangkan kalau beribu-ribu anak terkena dampak buruk


lingkungan di sekolah tersebut.
Dari suatu perbuatan yang tercela, maka akan ada akibatnya. Dari
dampak buruknya lingkungan sekolah bisa merusak diri sendiri,
merusak nama baik keluarga, dan segalanya. Lihat saja, banyak
sekali anak sekarang yang di DO ( Drop Out ) karena masalahmasalah akibat buruknya lingkungan sekolah. Ada juga diantara
mereka yang sampai harus dipenjara karena mengkonsumsi
narkoba. Padahal mereka masih belum cukup umur untuk memikul
beban berat tersebut dengan berjuang hidup di dalam penjara, di
mana tidak saja terputus kesempatan bersekolah, tetapi juga akan
lebih banyak menghadapi pengaruh buruk lainnya. Tetapi setiap
perbuatan buruk pasti ada akibatnya.
Sejauh ini upaya preventif lebih penting untuk dilakukan, karena
bersifat mencegah sebelum kejadian buruk menimpa kehidupan
anak. Upaya-upaya preventif yang harus dilakukan adalah :

1. Pendidikan agama yang kuat sejak dini : Jadi anak harus diajarkan
pendidikan agama yang kuat mulai dari kecil. Ajarkan untuk
beribadah, membaca kitab suci, dan yang lainnya. Usaha ini

11

sangatlah penting bagi seorang anak. Karena agama adalah sebuah


pedoman bagi hidup kita dan akan lebih efektif bila dimulai sedini
mungkin, sebelum anak banyak mengenal hal-hal lain di
lingkungannya.
2. Hubungan yang baik dengan keluarga : Yang dimaksud adalah
seorang anak harus terbuka untuk mencurahkan hatinya kepada
anggota keluarganya. Dan tidak segan untuk diskusi tentang hal-hal
yang harus diketahui. Baik tentang tanda-tanda pubertas,
kejanggalan-kejanggalan dari peristiwa sehari-hari, bahkan
membahas tentang tayangan buruk yang sering ada di media.
Orang tua juga sebaiknya menjadi contoh atau role model untuk
hal-hal positif, karena pada dasarnya seorang anak akan lebih
mudah meniru dan melihat contoh nyata.
3. Perluasan informasi melalui media : Seperti yang sudah kita lihat di
televisi, radio, dan alat media yang lain ada banyak iklan layanan
masyarakat tentang pendidikan, baik formal maupun tentang etika,
sopan santun maupun menghindari kejahatan narkoba. Usaha ini
juga sangat baik, karena informasi media sangat mudah didapat
dan dicerna oleh anak.

12

D. UPAYA KURATIF UNTUK MENGATASI DAMPAK BURUK LINGKUNGAN


DI SEKOLAH

Selain ada upaya preventif, kita juga memiliki upaya kuratif. Usaha
ini dilakukan apabila dampak buruk lingkungan sudah
mempengaruhi atau sudah terjadi. Bisa dikatakan upaya ini adalah
penanggulangan perbuatan seorang anak akibat kurangnya upaya
preventif yang dilakukan . Upaya kuratif diantaranya:

1. Rehabilitasi Terarah : Upaya untuk merubah sifat anak menjadi lebih


baik. Rehabilitasi juga bisa dilakukan terhadap anak yang sudah
terkena narkoba. Rehabilitasi adalah upaya yang relatif sulit, karena
tidak mudah untuk merubah hal yang buruk menjadi baik. Ibaratnya
tidaklah semudah mambalikkan telapak tangan . Kecuali itu,
rehabilitasi juga memerlukan kerjasama komprehensip dari semua
pihak. Rehabilitasi ini tidak saja melibatkan tenaga medis, tetapi
juga memerlukan pendampingan dan pengawasan orang tua serta
bimbingan dari pemuka agama, sebagai pembimbing spiritual,
bahkan motivasi positif dari teman dan lingkungan.

13

2. Mengutamakan kepentingan pendidikan anak : Usaha ini bisa


dilakukan dengan cara memperingan hukuman tahanan dan
berupaya untuk tetap lebih banyak memberikan fasilitas
pendidikan. Jangan sampai anak mengalami putus sekolah,karena
akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dan
informasi. Pada akhirnya anak akan lebih terpuruk, tidak saja oleh
hal negatif yang telah dia lakukan tetapi juga tidak mampu bersaing
dengan teman-temannya untuk berprestasi.

E. ALTERNATIF METODE PENDIDIKAN YANG EFEKTIF DAN EFISIEN

Dari semua masalah-masalah pendidikan di Indonesia, pasti ada


alternatif metode pendidikan yang efektif dan efisien. Pendidikan
formal masih tetap menjadi prioritas. Karena bagaimanapun
pendidikan formal lebih terarah, memiliki system yang jelas. Tetapi
apabila tidak memungkinkan, karena berbagai alasan seperti
misalnya keterbatasan biaya, maka harus diupayakan agar setiap
anak bisa mendapatkan pendidikan. Beberapa cara yang bisa
ditempuh di antaranya adalah :
1. Usaha kolektif dari kita, sebagai siswa yang berkesempatan
menikmati pendidikan formal untuk bersama-sama memberikan

14

pembelajaran gratis dan meminjamkan buku-buku di sela waktu


senggang kita. Bisa pula dilakukan di hari libur, agar liburan kita
lebih
Bermanfaat. Selain semakin bisa memahami pelajaran juga
beribadah membantu mereka. Usaha ini juga murah meriah dan
dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat sekitar untuk
melakukan hal yang sama.
2. Bekerja sama dengan LSM (Lembaga Sumberdaya Masyarakat)
untuk mendapatkan metode pembelajaran yang lebih efektif.
Apalagi bila LSM tersebut cukup mendapat dukungan materiil dan
spirituil dari Pemerintah Luar maupun dalam negeri.
3. Perpustakaan keliling, berupa mobil keliling yang memuat bukubuku pelajaran untuk dibaca siapa saja dan di mana saja. Upaya ini
akan serius dilakukan pemerintah , di mana sejak tahun 2006, Ibu
Soesilo Bambang Yudhoyono sudah mulai merintis usaha ini,
walaupun belum maksimal menyentuh semua lapisan masyarakat.
4. Taman Bacaan : adalah kegiatan megumpulkan buku-buku bekas
untuk dipinjamkan. Usaha ini juga bisa melibatkan kita, para
pelajar, agar bisa menyimpan buku dengan baik dan sekaligus
bermanfaat bagi yang membutuhkan.

15

15
5. Pemberian beasiswa oleh Pemerintah , yang juga dapat
bekerjasama dengan Pemerintah negara lain untuk anak-anak yang
berpotensi tetapi kurang mampu.
6. Kesadaran pihak swasta untuk ikut serta berkontribusi dengan
memberikan bea siswa sekaligus lapanganpekerjaan bagi anak yang
berprestasi.

Akhir-akhir ini ada alasan lain yang menyebabkan seorang anak


tidak mungkin menempuh pendidikan formal , karena kesibukan
aktifitas atau karena keterbatasan waktu ataupun kemampuan
untuk langsung menuju pada bidang spesialis yang fokus. Program
Home Schooling akan menjadi alternatif yang baik untuk hal
tersebut.
Jika masih ada kekhawatiran tentang dampak buruknya
lingkungan sekolah maka anak bisa diikutkan program tersebut.
Metode pembelajaran tersebut lebih mendekatkan anak dengan
alam, dan lingkungan rumah. Tetapi adapula dampak buruknya.
Dampak buruknya adalah kurangnya sifat sosialisasi seorang anak

16

untuk bermain bersama anak-anak. Jadi kurang bersosialisasi. Tetapi


anak lebih didekatkan dengan perkembangan tekhnologi.
Dalam rangka untuk mendapatkan data dari sisi yang berbeda,
saya melakukan reset kecil dengan metode pengambilan data
kuantitatif dari kuesioner.
Jumlah responden adalah 45, tetapi tidak semua kuesioner kembali
atau terisi dengan sempurna. Reset ini hanya ingin memberikan
gambaran ringkas tentang kondisi serta keinginan anak-anak
sekarang dalam menempuh pendidikan.
Responden yang terlibat dalam reset ini adalah anak-anak kelas
VIII SMP Labschool Rawamangun, Jakarta. Dari data yang masuk,
bahwa sebagian besar anak memiliki orang tua dengan pendidikan
yang memadai. Sekitar 99,99% memiliki bapak yang memiliki
pendidikan minimum S1. Demikian juga dengan ibu, minimum
96,14% memiliki pendidikan S1.
Sehingga bisa diharapkan anak-anaknya juga memiliki aspirasi yang
tinggi terhadap pendidikan. Untuk selengkapnya dapat dilihat di
tabel 2.1

TABEL 2.1 PENDIDIKAN ORANG TUA SISWA


TINGKAT
PENDIDIKAN

AYAH

IBU

17

S1

51,85 %

65,38 %

S2

33,33 %

26,92 %

S3

14,81 %

3,84 %

D3

0%

3,84 %

Hal tersebut terlihat jelas dengan data berikutnya, yang


sebagian besar, sejumlah 61.1% responden menganggap faktor
pendidikan sangat penting. Tidak ada satu pun responden yang
menganggap kurang dan tidak penting, tetapi ada 5.55% yang
menyatakan pendidikan sebagai hal yang biasa saja. Pada kelompok
ini harus digali apa penyebabnya dan harus terus mendapatkan
motivasi untuk tidak drop atau mengalami penurunan intensitas
tentang pentingnya pendidikan. Pendekatan persuasif akan banyak
bermanfaat, apalgi mereka berada di lingkungan positif yang sangat
menghargai pentingnya bersekolah. Lebih jelas data dapat dilihat di
Tabel 2.2

TABEL 2.2 PERSEPSI SISWA TERHADAP PENTINGNYA


PENDIDIKAN

Sangat
Penting

Kurang
Penting Biasa Penting

61,1 %

33,33 %

5,55 %

0%

Tidak
Penting
0%

18

Intensitas siswa menempuh pendidikan dengan baik juga tercermin


di data berikutnya yang menanyakan sampai tingkat pendidikan
mana mereka akan menimba ilmu. Ternyata sebagian besar ingin
mencapai tingkat S3 sebesar hamper 57%. Dan minimum mereka
mencanangkan di tingkat S1. D3 sama sekali tidak menarik untuk
kelompok responden ini. Yang menarik adalah ketika ditanyakan
pertanyaan yang sama tetapi dengan kondisi berbeda antara :
apabila mampu dan yang sesungguhnya diinginkan, jawaban yang

19

diperoleh nyaris sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk


responden ini tidak memiliki masalah serius tentang biaya
pendidikan, mereka fokus untuk belajar, menyadari betul arti
pendidikan untuk masa depan dan mereka telah memiliki rencana
yang cukup jelas untuk masa depan .

TABEL 2.3 TINGKAT PENDIDIKAN YANG DIHARAPKAN


SISWA

SM
A
0%

D3

S1
0%

8.10%

S2
35.13
%

S3
56.75
%

19
Pada saat ditanyakan tipe atau jenis pendidikan yang lebih
diinginkan siswa, pendekatan guru atau pengajar yang nyaman,
akrab dan bersahabat menempati urutan pertama dengan nilai
45.83%. Bersahabat dengan alam menduduki peringkat 2 dengan
20.83% dan kecanggihan peralatan di posisi 3 dengan 16.67%. Hal
tersebut menunjukkan type responden sebagai siswa masa kini

20

yang sangat open mind, canggih, tidak gagap teknologi. Yang


agak memprihatinkan di mana tipe pendidikan yang agamis sangat
tidak diminati (paling rendah dengan nilai 4.17%). Hal ini perlu
diwaspadi, karena bagaimanapun kecanggihan teknologi harus
diimbangi dengan dasar agama yang cukup dan penghargaan
budaya yang baik. Karena agama dan budaya akan lebih banyak
membentuk akhlak, perilaku dan ketahanan dalam menghadapi
berbagai masalah. Harapannya adalah pihak sekolah bisa
memberikan alternatif pendidikan agama dengan lebih menarik dan
mengikuti gaya komunikasi anak-anak masa kini.

TABEL 2.4. TYPE PENDIDIKAN YANG DIINGINKAN SISWA

Tipe Pendidikan
Keagamaan

Prosentase
4.17%

Kecanggihan Peralatan

16.67%

Pendekatan Guru

45.83%

Kedisiplinan yang Tinggi

6.25%

Mahal

6.25%

Bersahabat dengan Alam

20.83%

21

Pertanyaan berikutnya mengarah pada hal-hal apa saja yang amsih


perlu ditingkatkan dalam system pendidikan yang sekarang
diperoleh para siswa. Hasilnya adalah sebagian besar : 27.5%
menyatakan mutu pelajaran umum yang masih perlu ditingkatkan.
Sosialisai dan eskul dan kemandirian menempati ranking berikutnya
dengan 25%, 20% dan 17.5%. keempatnya cukup rata diinginkan
siswa untuk ditingkatkan. Tetapi pendidikan agama yang di atas
telah dibahas cukup minim diminati, ternyata dianggap juga tidak
terlalu bermasalah, sehingga intensitas mereka untuk
meningkatkan faktor ini sangat rendah : 10%. Kembali ini harus
menjadi bahan diskusi kita, di mana tampaknya faktor agama tidak
cukup penting bagi sebagian responden dan harus diupayakan
untuk menjadi lebih penting di masa mendatang.
PENDIDIKAN YANG PERLU DITINGKATKAN
TABEL 2.5 FAKTOR

22

Jenis Pendidikan
Agama
Umum
Ekskul
Kemandirian
Sosialisasi

Prosentas
e
10%
27.50%
20%
17.50%
25%

F. UPAYA PEMERINTAH DALAM MENANGANI KASUS PENDIDIKAN


INDONESIA

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberlakukan program


sekolah gratis yang merupakan program Departemen Pendidikan
Nasional. Program itu hanya berlaku untuk sekolah dasar negeri.
Bedasarkan berita dari TEMPO Interaktif, Kepala Suku Dinas
Pendidikan Dasar Jakarta Barat, Saefullah mengatakan,Tetapi tidak
berlaku untuk SDN percontohan dan SDN inti, begitu ungkapnya.
Jadi program sekolah gratis tidak diberlakukan untuk sekolah
percontohan dan inti. Biasanya program ini diberlakukan di sekolahsekolah pedalaman. Jumlah maksimum yang ditetapkan pemerintah
hanya 480 siswa per sekolah, karena jumlah tersebut merupakan
daya tampung maksimal sekolah dalam mencapai keefektifan
belajar. Saefullah menambahkan, kendala yang dihadapi di

23

lapangan adalah adanya sekolah yang menampung 600 sampai 700


siswa, seperti di Kecamatan Cengkareng. Penyebaran yang tidak
merata ini membuat pola belajar siswa tidak efektif, sehingga yang
seharusnya satu kelas maksimum menampung 40 siswa, bisa
mencapai 60 siswa. Oleh karena itu, kata Saefullah, Rancangan
Anggaran Pendapatan Dana Sekolah (RAPDS) harus dikalkulasi
sesuai dengan jumlah subsidi yang diberikan kepada 480 siswa
untuk masing-masing sekolah. RAPDS ini nantinya disetujui oleh
Kepala Seksi Pendidikan Dasar Tingkat Kecamatan menjadi APDS.

Begitulah salah satu upaya pemerintah dalam menangani kasus


pendidikan di Indonesia. Begitu susahnya untuk menangani hal itu.
Karena banyak sekali anak Indonesia yang tidak mempunyai biaya
untuk sekolah. Jadi untuk menyekolahkan mereka semua secara
gratis, itu bukanlah hal yang mudah. Karena ada berbagai faktor
penyebabnya. Diantaranya adalah kurangnya SDM untuk menjadi
guru bagi mereka semua . Lalu banyaknya jumlah anak yang tidak
bersekolah, yang tidak sebanding dengan kapasitas dan fasilitas
yang tersedia. Akibatnya tidak semua diantara mereka yang
mendapat kesempatan untuk bersekolah. Karena kurangnya tempat
atau kursi bagi mereka.

24

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan
Jadi yang bisa kita simpulkan adalah pendidikan di negara kita ini
harus lebih ditingkatkan lagi. Masih banyak faktor yang harus
ditingkatkan, terutama tentang pentingnya kesadaran bersekolah.
Menghadapi beberapa kendala untuk mendapatkan pendidikan
layak, segenap lapisan masyarakat harus mengupayakan secara
bersama , di samping juga usaha nyata dari pemerintah. Pendidikan
kita masih jauh jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya.
Masa depan Indonesia bergantung kepada generasi penerus. Jika
masih banyak problematik pendidikan di Indonesia, dan jika tidak
sedikitpun ada usaha dari setiap diri kita untuk berkontribusi, kita
akan merasa khawatir akan masa depan bangsa Indonesia. Sekecil
apapun usaha kita, kalau banyak di antara kita melakukannya,
Insya Allah akan menjadi manfaat yang besar. Pemahaman agama
dan akar budaya perlu ditingkatkan di kalangan siswa untuk
penyempurnaan akhlak, perilaku dan tameng dalam menghadapi
berbagai hal negatif dalam kehidupan.
B. Saran

25

Saran yang bisa saya berikan kepada pemerintah adalah


pemerintah harus lebih mementingkan pendidikan anak-anak. Dan
harus menyekolahkan semua anak Indonesia bagaimanapun juga.
Dan saya juga mengingatkan kepada anak-anak Indonesia, agar
tetap belajar dan belajar. DEMI BANGSA INDONESIA!!

DAFTAR PUSTAKA

Daliyo, Marian May, Philip Guest, Riwanto Tirtosudarmo. 1998.


Pekerja Anak Dan Perencanaan Pendidikan di Nusa Tenggara Barat
Dan Nusa Tenggara Timur. Policy Paper No. 7: Indonesia-Australia

Pontianak Post. 23 Maret 2008. Pertama dan Terutama di Kalimantan:


Singkawang, India

Ami Afriatni. 7 September 2004. get the first but first get the truth.
Tempo Interaktif : Jakarta, Indonesia

Sugiharto. 14 Februari 2008. Lengkap dan Terpercaya : Jakarta,


Indonesia

26

Vitri. November 2004. Ajang Informasi Psikologi Anak dan Keluarga. Blog.com :
Indonesia

Kaspul Anwar. 14 Februari 2008. Hampir empat ribu anak SD terkena narkoba.
Kompas.com : Banjarmasin-Indonesia

25

Lampiran
DKI Berlakukan Program Sekolah Gratis
Selasa, 07 September 2004 | 17:13 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberlakukan
program sekolah gratis yang merupakan program Departemen Pendidikan
Nasional. Program itu hanya berlaku untuk sekolah dasar negeri.
"Tetapi tidak berlaku untuk SDN percontohan dan SDN inti," ujar Kepala Suku
Dinas Pendidikan Dasar Jakarta Barat Saefullah di Jakarta, Selasa (7/9).
Di Jakarta Barat sendiri program ini membebaskan sebanyak 480 siswa
dalam satu SD dari biaya SPP sebesar Rp 20 ribu per bulan. Subsidi ini,
menurut Saefullah, berasal dari APBN. "Jumlah maksimum yang ditetapkan
pemerintah hanya 480 siswa per sekolah, karena jumlah tersebut merupakan
daya tampung maksimal sekolah dalam mencapai keefektifan belajar,"
katanya.
Saefullah menambahkan, kendala yang dihadapi di lapangan adalah adanya
sekolah yang menampung 600 sampai 700 siswa, seperti di Kecamatan
Cengkareng. Penyebaran yang tidak merata ini membuat pola belajar siswa
tidak efektif, sehingga yang seharusnya satu kelas maksimum menampung
40
siswa,
bisa
mencapai
60
siswa.

27

"Untuk menutupi dana subsidi yang tidak mencukupi, kepala sekolah diberi
kebebasan untuk menghimpun dana dari masyarakat lewat dewan komite
sekolah. Sehingga tidak ada anak yang dikeluarkan (DO) akibat tidak bisa
bayar
SPP,"
katanya.
Oleh karena itu, kata Saefullah, Rancangan Anggaran Pendapatan Dana
Sekolah (RAPDS) harus dikalkulasi sesuai dengan jumlah subsidi yang
diberikan kepada 480 siswa untuk masing-masing sekolah. RAPDS ini
nantinya disetujui oleh Kepala Seksi Pendidikan Dasar Tingkat Kecamatan
menjadi APDS.

26

Angket Pendidikan

b.
c.
d.
e.

Responden :
Nama :
Usia :
Kelas :
Pendidikan ayah : SMA/D3/S1/S2/S3
Pendidikan Ibu: SMA/D3/S1/S2/S3
1. Setujukah anda pendidikan penting
a. Sangat penting
penting
biasa
kurang penting
tidak penting

1.

Kalau anda mampu, ingin melanjutkan pendidikan sampai :


a. SMA
a.
D3
b.
S1
c.
S2
d.
S3
2. Anda sendiri ingin melanjutkan pendidikan sampai :
a.
SMP
b.
SMA
c.
D3
d.
S1
e.
S2
f.
S3

28

3. System pendidikan seperti apa yang Anda inginkan :


a.
Sangat kuat unsur agamanya
b.
Modern dengan peralatan-peralatan canggih
c.
Guru dan pendekatan seperti bermain dan berteman
d.
Sangat disiplin dan ketat
e.
Mahal, keren
f.
Bersahabat dengan alam
4. Menurut anda apa saja yang masih perlu diperbaiki dalam system pendidikan yang telah anda
terima selama ini :
a.
pendidikan agamanya
b.
pendidikan umumnya
c.
ekstra kurikuler sebagai penunjang ketrampilan
d.
kemandirian dan kepemimpinan
e. sikap sosial terhadap sekitar
27
Dua

Juta Anak Masih Belum Bersekolah


Padang-RoL -- Sekitar dua juta anak Indonesia sampai saat ini belum bisa
mengenyam pendidikan, terutama anak dalam rentang usia 13 sampai 15
tahun.
Direktur Kesetaraan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah
Departemen
Pendidikan Nasional, Elly Yulaelawati, kepada wartawan di Padang, Rabu,
menyebutkan, kelompok masyarakat yang belum dapat mengenyam
pendidikan tersebut
harus diurus secara serius. "Kelompok marjinal yang tidak bisa mengenyam
pendidikan wajib sembilan tahun di sekolah-sekolah formal harus diurus
secara
serius dan sungguh-sungguh," katanya.
Menurut dia, diperlukan strategi untuk itu karena adakalanya sekolah formal
tidak sesuai dengan tingkat usia mereka mengingat ada diantara sekolah
yang
menerapkan batasan usia dalam penerimaan siswa.
Disebutkan, kelompok marjinal berusia 13 sampai 15 tahun dan seharusnya
duduk
di bangku SLTP jumlahnya sekitar 13 juta. Dari jumlah tersebut baru sekitar
82
persen tertampung di sejumlah sekolah. "Artinya masih ada lebih dari dua
juta

29

anak yang masih belum bersekolah," jelas Elly dengan menambahkan


mereka yang
belum bersekolah tersebut bisa masuk ke sekolah terbuka.
Ia juga menyambut baik keinginan Pemprov Sumbar yang akan memberikan
kesempatan
belajar bagi siswa yang belum mengenyam pendidikan dasar sembilan
tahun dan
anak putus sekolah. ant/pur

30

31

Anda mungkin juga menyukai