Anda di halaman 1dari 32

BAB I

LAPORAN KASUS
A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Tn. P

Umur

: 76 Tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Banyubiru

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Status perkawinan

: Menikah

Pekerjaan

: Buruh bangunan dan Petani

Tanggal masuk

: 26 November 2013

Tanggal Pemeriksaan

: 2 Desember 2013

Ruang Rawat

: Teratai

2. DATA DASAR
a.

Keluhan Utama: Batuk

b.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan batuk sejak 2 minggu SMRS, demam
dirasakan mendadak, batuk dirasakan terus menerus setiap saat, batuk berdahak
warna putih/bening 1 sendok makan, darah (-), busa (-), bau (-) sering sulit
untuk mengeluarkan dahaknya, batuk terutama saat kelelahan dan saat bekerja di
tempat bangunan, berkurang dengan mengatur nafas dalam dan beristirahat,
batuk semakin hari semakin memburuk dan sudah mengganggu aktivitas seharihari, batuk disertai sesak nafas tanpa demam.
Pasien juga mengeluhkan sesak nafas, sudah dirasakan sejak 6 bulan
dan memberat selama 2 minggu SMRS, sesak nafas hilang timbul, semakin
memberat dengan beraktivitas atau jika terkena debu bangunan dan berkurang
dengan beristirahat serta mengatur nafas dalam, sesak muncul saat berbaring
maupun duduk, dirasakan semakin lama semakin memberat hingga mengganggu
1

aktivitas, tidak terdengar bunyi mengi, pasien menyangkal pernah terbangun


dari tidur pada malam hari akibat sesak.
Pasien juga mengaku nafsu makan menurun selama 2 minggu
belakangan ini karenan merasa tenggorokannya tidak nyaman dengan adanya
dahak yg terkadang sulit dikeluarkan.
BAK normal dengan frekuensi 3-4x/hari, warna kuning jernih, nyeri saat
BAK (-), pasir (-), darah (-).
BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak berwarna kecoklatan, darah
(-), lendir (-), nyeri saat BAB (-).
Pasien mengaku semenjak 3 tahun terakhir ini sering mengalami batuk
yang hilang timbul, batuk berdahak warna

bening, terkadang sulit utk

mengeluarkan dahaknya, batuk tanpa disertai demam.


Sudah berobat ke dokter utk keluhan serupa, diberi obat dan diminum
berkurang keluhan kambuh lagi. Pasien sering minum obat batuk hitam
(OBH) utk batuknya. Riwayat mengkonsumsi obat herbal/jamu2an disangkal.
Riwayat alergi obat disangkal. Tidak menggunakan obat-obatan jangka panjang.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Riwayat hipertensi

: disangkal

2) Riwayat sakit maag

: disangkal

3) Riwayat DM

: disangkal

4) Riwayat sakit jantung

: disangkal

5) Riwayat alergi makanan

: disangkal

6) Riwayat sakit serupa

: sejak 3 tahun sering mengalami keluhan

batuk dan sesak


7) Riwayat DBD dan Tifoid

: disangkal

8) Riwayat mondok

: disangkal

d. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga


1) Riwayat hipertensi

: disangkal

2) Riwayat DM

: disangkal

3) Riwayat sesak nafas

: disangkal

4) Riwayat sakit serupa

: disangkal

5) Riwayat sakit kuning

: disangkal
2

6) Riwayat keganasan

: disangkal

e. Riwayat Pribadi Sosial Ekonomi


Penderita adalah seorang laki-laki berusia 76 tahun. Bekerja sebagai buruh
bangunan & petani. Pasien merokok 1-2 bungkus sehari, merokok sejak usia 20
tahun berhenti usia 70 tahun, alkohol (-), obat-obatan (-). Pasien berobat di
RSUD Ambarawa menggunakan fasilitas pembayaran Jamkesda.
.
f. Riwayat Gizi
Sebelum sakit, pasien terbiasa makan 2-3 kali sehari dengan nasi, sayur, tahu,
tempe, ikan, dan telur serta sering air putih.
g. Anamnesis Sistem
1) Kepala
2) Mata

: pusing (-), kepala terasa berat (-), mudah rontok (-)


: mata berkunang-kunang (-/-), kabur (-/-), gatal (-/-),
mata kuning (-/-), bengkak (-/-), bola mata menonjol

3) Leher
4) Hidung

(-/-)
: leher cengeng (-)
: tersumbat (-), keluar darah (-), keluar lendir atau air

5) Telinga

berlebihan (-), gatal (-)


: pendengaran berkurang (-/-), keluar cairan atau darah

6) Mulut

(-/-), pendengaran berdenging (-/-)


: sukar membuka mulut (-), bibir kering (-), gusi mudah
berdarah (-), papil lidah atrofi (-), menggunakan

7) Tenggorokan :

bantuan mulut utk bernafas (+)


rasa kering dan gatal (-), sakit tenggorokan (-), suara

8) Sistem respirasi

serak (-), sukar menelan (-)


: sesak (+), batuk (+), dahak (+), darah (-), nyeri dada

(-), mengi (-)


9) Sistem kardiovaskuler
: sering pingsan (-), berdebar-debar (-), keringat
dingin (-), ulu hati terasa panas (-), denyut
10) Sistem gastrointestinal

jantung meningkat (-)


: mual (-), muntah (-), sebah (-), cepat kenyang
(-),

nafsu

makan

meningkat

(-),

nyeri

suprapubik (-), diare (-), sulit BAB (-), BAB


berdarah (-), perut nyeri setelah makan (-),
BAB warna seperti dempul (-), BAB warna
hitam (-).
3

11) Sistem muskuloskeletal

: lemas (+), kaku sendi (-), nyeri sendi lutut (-),

12) Sistem genitourinaria

bengkak sendi (-), nyeri otot (-)


: nyeri saat BAK (-), panas saat BAK (-), sering
buang air kecil (-), BAK keruh (-), air kencing
warna seperti teh (-), BAK darah (-), nanah (-),
rasa gatal pada saluran kencing (-).

13) Ekstremitas
Atas
: luka (-/-), kesemutan (-/-), bergetar (-/-), ujung jari terasa dingin
(-/-), bengkak (-/-).
Bawah : luka (-/-), kesemutan (-/-), bergetar (-/-), ujung jari terasa dingin
(-/-), bengkak (-/-).
14) Sistem neuropsikiatri : gelisah (+), mengigau (-)
B. PEMERIKSAAN FISIK
A.
B.

Keadaan Umum
Status gizi

Sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup


BB
55 kg
TB

160 cm

BMI 21,48 kg/ m2


Tanda Vital

Kesan : Status gizi normoweight


Tensi : 130/90 mmHg
Nadi : 100x/menit, reguler, kuat angkat cukup
Frekuensi Respirasi : 30 x/menit

C.
D.
E.

Kulit
Kepala

Suhu : 36,5 0C
Warna sawo matang, ikterik (-)
Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, tidak

Mata

mudah rontok
Konjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, refleks
cahaya (+/+)

F.

Mulut

sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-) pucat (-),


lidah kotor ditengah (-), tepi dan ujung merah
serta tremor (-), papil lidah atrofi (-) stomatitis (-),
luka pada sudut bibir (-), pursed-lips breathing

G.

Leher

(+)
JVP (5+2), trakea di tengah, simetris, pembesaran

H.

Thorax

tiroid (-), pembesaran limfonodi cervical (-)


Bentuk
barrelchest,
simetris,
retraksi
intercostal (+), pernafasan torakoabdominal
4

(+), sela iga melebar (+), pembesaran KGB


axilla (-/-)
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

Iktus kordis tak tampak di ICS V linea


midclavicularis sinistra
Iktus kordis tak teraba
Batas jantung kiri bawah : ICS V linea
midclavicularis sinistra
Batas jantung kiri atas : ICS II linea parasternalis
sinistra
Batas jantung kanan atas : ICS II linea
parasternalis dextra
Batas jantung kanan bawah : ICS V linea sternalis

Auskultasi

dekstra
HR 100 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II
murni, intensitas normal reguler, Gallop (-),
Murmur (-)

Pulmo :
Inspeksi

Statis
Dinamis

Barrelchest, simetris
Pengembangan dada kanan = dada kiri, ukuran
dinding dada diameter antero - posterior dan
transversal sebanding (barrel chest), retraksi
intracosta (+), penggunaan otot bantu nafas
(+), pelebaran sela iga (+)
Pergerakan dada kanan = kiri, Fremitus taktil

Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Kanan
Kiri
Kanan

kanan = kiri melemah, sela iga melebar (+)


hipersonor
hipersonor
Suara dasar vesikuler melemah (+/+), ekspirasi

Kiri

memanjang (+),rhonki (+/+), wheezing (-/-)


Suara dasar vesikuler melemah (+/+), ekspirasi

K. Punggung
L. Abdomen
Inspeksi

memanjang (+),rhonki (+/+), wheezing (-/-)


kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-)
Dinding perut sejajar dengan dinding thorax,

Auskultasi
Perkusi

venektasi (-), caput medusae (-)


Bising usus (+) normal 5x/menit
Timpani pekak sisi (-), pekak alih (-), tes

Palpasi

undulasi (-), area troube timpani, CVA (-/-)


Supel, hepar tak teraba, nyeri tekan suprapubik
5

M. Genitourinaria
N. Ekstremitas
Superior dekstra

(+), bruit (-), lien tidak teraba.


sekret (-), radang (-)
Pitting edema (-), spoon nail (-), kuku pucat (-),
clubing finger (-), palmar eritema (-), palmar

Superior sinistra

ikterik (-)
Pitting edema (-) spoon nail (-), kuku pucat (-),
clubing finger (-), palmar eritema (-), palmar

Inferior dekstra

ikterik (-)
Pitting edema (-), spoon nail (-) kuku pucat (-),
clubing finger (-), nyeri genu (-), oedem genu (-),

Inferior Sinistra

plantar pedis ikterik (-)


Pitting edema (-), spoon nail (-) kuku pucat (-),
clubing finger (-) ,nyeri genu (-), oedem genu (-),
plantar pedis ikterik (-)

ASSESMENT
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
DD :

Asma bronkhial

Bronkopneumonia

Bronkiektasis

Tuberkulosis

PLANNING
NON-FARMAKOLOGI
Tirah baring
Edukasi ttg ppok
Nutrisi seimbang DL III
FARMAKOLOGI
Kanul nasal O2 3-5 liter/menit
Infus RL 18 tpm
Aminofilin 1 amp/8 jam
Dexamethasone 1 amp/8 jam
6

Ambroxol 3x1
Inj ceftriaxon 1 gr/12 jam
Pemeriksaan
Lab darah lengkap
Kimia darah
Spirometri
EKG
Foto Thorak
Analisis Gas Darah
Px sputum
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium (27 November 2013)
a. Laboratorium Darah
Darah lengkap
Hb

: 13.1 g/dl

12-16 g/dl

Ht

: 43.3 %

37-43 %

Eritrosit

: 4,26 x 10 /mm

4,2 5,4 x 10 / mm

Leukosit

: 17,2 x 10 /mm

4 - 10 x 10 / mm

Trombosit

: 235000 /ul

200000-400000/ mm

MCV

: 89,4 fl*

80-90 fl

MCH

: 28,9 pg*

27-34 pg

MCHC

: 32,3 g/dl

32-36 g/dl

PCT

: 0,21 %

0,2-0,5 %

PDW

: 13,6 %

10-18 %

% Lym

: 18,8

1.7-3.5

% Mon

: 0.9

0.2-0.6

% Gran

: 5,3

2.5-7

WBC flags

Leukositosis
Kimia Klinik
7

Glukosa Puasa

: 111 mg/dl

82-115 mg/dl

Glukosa 2 jam PP

: 131 mg/dl

82-115 mg/dl

Ureum

: 15 mg/dl

10-50 mg/dl

Kreatinin

: 0.71 mg/dl

0.45-0.75 mg/dl

Protein total

: 6.50 g/dl

6 8 g/dl

Albumin

: 3.07 g/dl

3,4 4,8 g/dl

Globulin

: 3,42 g/dl

2 4 g/dl

SGOT

: 15 u/L

0-35 u/L

SGPT

: 13,7 u/L

0-35 u/L

Uric acid

: 8,34 g/dl

2-7 g/dl

Kolesterol

: 189 mg/dl

<200 dianjurkan, 200-240 risiko sedang, >240

: 106 g/dl

70-140 g/dl

risiko tinggi
Triglycerid
SEROLOGI
HBsAg

Non Reaktif

EKG NormalEKG Normal Sinus ritmis, HR 90x/menit, normoaxis


b. BTA (29 November 2013)
Sewaktu
: (-)
Pagi
: (-)
Sewaktu
: (-)
c. Rontgen Thorax (29 November 2013)

D.

RESUME
Batuk sejak 2 minggu SMRS terus meneru, berdahak warna putih/bening 1
sendok makan, sering sulit untuk mengeluarkan dahaknya, batuk terutama saat
kelelahan dan saat bekerja di tempat bangunan,berkurang dengan mengatur nafas
dalam dan beristirahat, batuk disertai sesak nafas.
Pasien juga mengeluhkan sesak nafas sejak 6 bulan dan memberat selama 2
minggu SMRS Sesak nafas hilang timbul, semakin memberat dengan beraktivitas atau
jika terkena debu bangunan dan berkurang dengan beristirahat serta mengatur nafas
dalam. sejak 3 tahun sering mengalami keluhan batuk dan sesak
Pada pemeriksaan fisik didapatkan : Frekuensi Respirasi : 30 x/menit, Pursedlips breathing, Thorax : ukuran dinding dada diameter antero - posterior dan
transversal sebanding (barrel chest), retraksi intracosta (+), penggunaan otot bantu
nafas (+), pelebaran sela iga (+),Fremitus taktil melemah Hipersonor. Suara dasar
vesikuler melemah (+/+), ekspirasi memanjang (+),Suara tambahan rhonki (+/+) .

FOLLOW UP
TANGGAL

O
Ku

skt

27

Batuk (+)

sedang, PPOK

November

Dahak (+) sulit terlihat sesak

13

dikeluarkan

Kesadaran : CM

Sesak (+)

Vital sign :

BAK (N)

TD : 120/100 mmHg

BAB 1x/hari

N : 88 x/menit

Kanul

DD :

nasal

O2
Asma
bronkhial

Bronkopneu
monia

RR : 26 x/menit

Bronkiektasis

T : 36,8 C

Tuberkulosis

3-5

liter/menit
Infus RL 18
tpm
Aminofilin 1
amp/12 jam
Dexamethaso

Thorax :

ne 1 amp/8

retraksi intracosta (+),

jam

penggunaan otot bantu


nafas

(+),

dasar

vesikuler melemah (+/


+),

ekspirasi
9

Ambroxol
3x1
Inj ceftriaxon
1 gr/12 jam

memanjang

(+),

rhonki (+/+)

28

Batuk (+)

Ku

skt

sedang, PPOK

November

Dahak (+) sulit terlihat sesak

13

dikeluarkan

Kesadaran : CM

Sesak (+)

Vital sign :

BAK (N)

TD : 115/100 mmHg

Bronkiektasis

BAB 1x/hari

N : 86x/menit

Tuberkulosis

DD :

RR : 26 x/menit
T : 36,5 C
Thorax :
retraksi intracosta (+),
penggunaan otot bantu
nafas

(+),

dasar

vesikuler melemah (+/


+),

ekspirasi

memanjang
rhonki (+/+)

10

Terapi lanjut

(+),

Allupurinol
Bronkopneu

100mg

monia

Diet rendah purin

3x

29

Batuk (+)

November

Dahak (+) sudah Kesadaran : CM

13

dpt dikeluarkan
Sesak

Ku : skt sedang

PPOK

Terapi lanjut

DD :

Vital sign :

(+) TD : 115/100 mmHg

Bronkopneu
monia

berkurang

N : 86x/menit

Bronkiektasis

BAK (N)

RR : 26 x/menit

Tuberkulosis

BAB 1x/hari

T : 36,5 C
Thorax :
retraksi intracosta (+),
penggunaan otot bantu
nafas

(+),

dasar

vesikuler melemah (+/


+),

ekspirasi

memanjang

(+),

rhonki (+/+)
Ku : skt sedang

30

Batuk (+)

November

Dahak (+) sudah Kesadaran : CM

13

dpt dikeluarkan
Sesak

Vital sign :

(+) TD : 110/90 mmHg

berkurang

N : 90x/menit

BAK (N)

RR : 20 x/menit

BAB 1x/hari

T : 36,7 C
Thorax :
retraksi intracosta (+),
penggunaan otot bantu
nafas

(+),

dasar

vesikuler melemah (+/


+),

ekspirasi

memanjang

(+)

berkurang, rhonki (+/


+) berkurang

11

PPOK

Terapi lanjut

Susp Tymoma

Usul : CT scan

1 Desember Batuk (+)


13

Ku : skt sedang

Dahak (+) sudah Kesadaran : CM


dpt dikeluarkan
Sesak

Susp Tymoma

Vital sign :

berkurang

N : 90x/menit

BAK (N)

RR : 20 x/menit

BAB 1x/hari

T : 36,7 C

Ku : skt sedang

Dahak (+) sudah Kesadaran : CM


dpt dikeluarkan
Sesak

Terapi lanjut

(+) TD : 120/90 mmHg

2 Desember Batuk (+)


13

PPOK

Vital sign :

(+) TD : 110/90 mmHg

berkurang

N : 90x/menit

BAK (N)

RR : 20 x/menit

BAB 1x/hari

T : 36,7 C
Thorax :
retraksi intracosta (+),
penggunaan otot bantu
nafas

(+),

dasar

vesikuler melemah (+/


+),

ekspirasi

memanjang

(+)

berkurang, rhonki (+/


+) berkurang

12

PPOK

Terapi lanjut

Susp Tymoma

Rev

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai
oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau
reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
Bronkitis kronik
Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam
setahun,sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.
Emfisema
Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus
terminal,disertai kerusakan dinding alveoli.
Pada prakteknya cukup banyak penderita bronkitis kronik juga memperlihatkan tanda-tanda
emfisema, termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan napas yang tidak
reversibel penuh, dan memenuhi kriteria PPOK.
II. FAKTOR RISIKO
1. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting,
jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pencatatan riwayat merokok perlu
diperhatikan :
a. Riwayat merokok
- Perokok aktif
- Perokok pasif
- Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata
batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
- Ringan :

0-200

- Sedang : 200-600
- Berat :

>600

2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja


3. Hipereaktiviti bronkus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
5. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia
13

III. PATOGENESIS DAN PATOLOGI


Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel
goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis. Emfisema
ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding
alveoli. Secara anatomik dibedakan tiga jenis emfisema:
- Emfisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori dan meluas ke perifer, terutama
mengenai bagian atas paru sering akibat kebiasaan merokok lama
- Emfisema panasinar (panlobuler), melibatkan seluruh alveoli secara merata dan terbanyak
pada paru bagian bawah
- Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas distal, duktus dan
sakus alveoler. Proses terlokalisir di septa atau dekat pleura
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan
struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan
hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas.

IV. DIAGNOSIS
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan
hingga berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda inflasi paru
14

Diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan :


A. Gambaran klinis
a. Anamnesis
- Keluhan
- Riwayat penyakit
- Faktor predisposisi
b. Pemeriksaan fisis
B. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan rutin
b. Pemeriksaan khusus
A.

Gambaran Klinis

a. Anamnesis
- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
- Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
- Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
- Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah (BBLR),
infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
- Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
- Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
b. Pemeriksaan fisis
PPOK dini umumnya tidak ada kelainan
Inspeksi
- Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
- Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
- Penggunaan otot bantu napas
- Hipertropi otot bantu napas
- Pelebaran sela iga
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i leher dan edema
tungkai
- Penampilan pink puffer atau blue bloater
Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
Perkusi

15

Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar
terdorong ke bawah
Auskultasi
- suara napas vesikuler normal, atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
- ekspirasi memanjang
- bunyi jantung terdengar jauh
Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan
pursed - lips breathing
Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan
ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer
Pursed - lips breathing
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang
memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2
yang terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada
gagal napas kronik.
B.

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan rutin
1. Faal paru
Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP
- Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP ( % ).
Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 %
-VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan
memantau perjalanan penyakit.
-Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupun
kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan
sore, tidak lebih dari 20%
Uji bronkodilator
- Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter.
-Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit kemudian
dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan <
200 ml
16

- Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil


2. Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
3. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain
Pada emfisema terlihat gambaran :
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Ruang retrosternal melebar
- Diafragma mendatar
- Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop appearance)
Pada bronkitis kronik :
Normal
Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus
b. Pemeriksaan khusus (tidak rutin)
1. Faal paru
-Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional (KRF), Kapasiti Paru Total (KPT),
VR/KRF, VR/KPT meningkat
- DLCO menurun pada emfisema
- Raw meningkat pada bronkitis kronik
- Sgaw meningkat
- Variabiliti Harian APE kurang dari 20 %
2. Uji latih kardiopulmoner
- Sepeda statis (ergocycle)
- Jentera (treadmill)
- Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal
3. Uji provokasi bronkus
Untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil PPOK terdapat
hipereaktiviti bronkus derajat ringan
4. Uji coba kortikosteroid
Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral (prednison atau
metilprednisolon) sebanyak 30 - 50 mg per hari selama 2minggu yaitu peningkatan VEP1
pascabronkodilator > 20 % dan minimal 250 ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat
kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid
17

5. Analisis gas darah


Terutama untuk menilai :
- Gagal napas kronik stabil
- Gagal napas akut pada gagal napas kronik
6. Radiologi
- CT - Scan resolusi tinggi
- Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau bula yang tidak
terdeteksi oleh foto toraks polos
- Scan ventilasi perfusiMengetahui fungsi respirasi paru
7. Elektrokardiografi
Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi ventrikel
kanan.
8. Ekokardiografi
Menilai funfsi jantung kanan
9. bakteriologi
Pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi diperlukan untuk
mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas
berulang merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK di Indonesia.
10. Kadar alfa-1 antitripsin
Kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema herediter (emfisema pada usia muda),
defisiensi antitripsin alfa-1 jarang ditemukan di Indonesia.
V. DIAGNOSIS BANDING
Asma
SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis)
Adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita pascatuberculosis
dengan lesi paru yang minimal.

18

Pneumotoraks
Gagal jantung kronik
Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis, destroyed lung.
Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering ditemukan di
Indonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus ditegakkan karena terapi dan prognosisnya
berbeda.
VI. KLASIFIKASI
Terdapat ketidak sesuaian antara nilai VEP1 dan gejala penderita, oleh sebab itu perlu
diperhatikan kondisi lain. Gejala sesak napas mungkin tidak bisa diprediksi dengan VEP1

19

VII. PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan umum PPOK
Tujuan penatalaksanaan :
- Mengurangi gejala
- Mencegah eksaserbasi berulang
- Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
- Meningkatkan kualiti hidup penderita
Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :
1. Edukasi
2. Obat - obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
PPOK merupakan penyakit paru kronik progresif dan nonreversibel, sehingga
penatalaksanaan PPOK terbagi atas (1) penatalaksanaan pada keadaan stabil dan (2)
penatalaksanaan pada eksaserbasi akut.
20

1. Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil.
Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena PPOK adalah penyakit
kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan
aktiviti dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru. Berbeda dengan asma yang masih
bersifat reversibel, menghindari pencetus dan memperbaiki derajat adalah inti dari edukasi
atau tujuan pengobatan dari asma.
Tujuan edukasi pada pasien PPOK :
1. Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan
2. Melaksanakan pengobatan yang maksimal
3. Mencapai aktiviti optimal
4. Meningkatkan kualiti hidup
Edukasi PPOK diberikan sejak ditentukan diagnosis dan berlanjut secara berulang
pada setiap kunjungan, baik bagi penderita sendiri maupun bagi keluarganya. Edukasi dapat
diberikan di poliklinik, ruang rawat, bahkan di unit gawat darurat ataupun di ICU dan di
rumah. Secara intensif edukasi diberikan di klinik rehabilitasi atau klinik konseling, karena
memerlukan waktu yang khusus dan memerlukan alat peraga. Edukasi yang tepat diharapkan
dapat mengurangi kecemasan pasien PPOK, memberikan semangat hidup walaupun dengan
keterbatasan aktiviti. Penyesuaian aktiviti dan pola hidup merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kualiti hidup pasien PPOK. Bahan dan cara pemberian edukasi harus
disesuaikan dengan derajat berat penyakit, tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kultural dan
kondisi ekonomi penderita.
Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah
1. Pengetahuan dasar tentang PPOK
2. Obat - obatan, manfaat dan efek sampingnya
3. Cara pencegahan perburukan penyakit
4. Menghindari pencetus (berhenti merokok)
5. Penyesuaian aktiviti
Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan ditentukan skala prioriti
bahan edukasi sebagai berikut :
1. Berhenti merokok
Disampaikan pertama kali kepada penderita pada waktu diagnosis PPOK ditegakkan
2. Pengunaan obat - obatan
- Macam obat dan jenisnya
21

- Cara penggunaannya yang benar ( oral, MDI atau nebuliser )


- Waktu penggunaan yang tepat ( rutin dengan selangwaku tertentu atau kalau perlu
saja )
- Dosis obat yang tepat dan efek sampingnya
3. Penggunaan oksigen
- Kapan oksigen harus digunakan
- Berapa dosisnya
- Mengetahui efek samping kelebihan dosis oksigen
4. Mengenal dan mengatasi efek samping obat atau terapi oksigen
5. Penilaian dini eksaserbasi akut dan pengelolaannya
Tanda eksaserbasi :
- Batuk atau sesak bertambah
- Sputum bertambah
- Sputum berubah warna
6. Mendeteksi dan menghindari pencetus eksaserbasi
7. Menyesuaikan kebiasaan hidup dengan keterbatasan aktiviti
Edukasi diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah diterima, langsung ke
pokok permasalahan yang ditemukan pada waktu itu. Pemberian edukasi sebaiknya diberikan
berulang dengan bahan edukasi yang tidak terlalu banyak pada setiap kali pertemuan.
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil, karena
PPOK merupakan penyakit kronik progresif yang ireversibel
Pemberian edukasi berdasar derajat penyakit :
Ringan
- Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel
- Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara lain berhenti
merokok
- Segera berobat bila timbul gejala
Sedang
- Menggunakan obat dengan tepat
- Mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini
- Program latihan fisik dan pernapasan
Berat
- Informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi
- Penyesuaian aktiviti dengan keterbatasan
22

- Penggunaan oksigen di rumah


2. Obat - obatan
a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikan
dengan klasifikasi derajat berat penyakit ( lihat tabel 2 ). Pemilihan bentuk obat diutamakan
inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat
diutamakan pemberian obat lepas lambat ( slow release ) atau obat berefek panjang ( long
acting ).
Macam - macam bronkodilator :
- Golongan antikolinergik
Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator juga
mengurangi sekresi lendir ( maksimal 4 kali perhari ).
- Golongan agonis beta - 2
Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah penggunaan dapat
sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat pemeliharaan sebaiknya digunakan
bentuk tablet yang berefek panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi
eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang.
Bentuk injeksi subkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat.
- Kombinasi antikolinergik dan agonis beta 2
Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi, karena keduanya
mempunyai tempat kerja yang berbeda. Disamping itu penggunaan obat kombinasi lebih
sederhana dan mempermudah penderita.
- Golongan xantin
Dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang, terutama pada
derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak ( pelega napas
), bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut. Penggunaan jangka
panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah.
b. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena, berfungsi
menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk
inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu
terdapat perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.
c. Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :
23

- Lini I : amoksisilin
makrolid
- Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat
sefalosporin
kuinolon
makrolid baru
Perawatan di Rumah Sakit : dapat dipilih
- Amoksilin dan klavulanat
- Sefalosporin generasi II & III injeksi
- Kuinolon per oral
ditambah dengan yang anti pseudomonas
- Aminoglikose per injeksi
- Kuinolon per injeksi
- Sefalosporin generasi IV per injeksi
d. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N - asetilsistein.
Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai
pemberian yang rutin
e. Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan
eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi
eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.
f. Antitusif
Diberikan dengan hati hati
3. Terapi Oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan
sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ organ lainnya.
Manfaat oksigen
- Mengurangi sesak
- Memperbaiki aktiviti
- Mengurangi hipertensi pulmonal
- Mengurangi vasokonstriksi
24

- Mengurangi hematokrit
- Memperbaiki fungsi neuropsikiatri
- Meningkatkan kualiti hidup
ndikasi
- Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%
- Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor Pulmonal, perubahan P
pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda gagal jantung kanan, sleep apnea, penyakit paru lain
4. Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagal
napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat dengan napas
kronik. Ventilasi mekanik dapat digunakan di rumah sakit di ruang ICU atau di rumah.
5. Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya kebutuhan energi
akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni
menyebabkan terjadi hipermetabolisme. Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK
karena berkolerasi dengan derajat penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah
Malnutrisi dapat dievaluasi dengan :
- Penurunan berat badan
- Kadar albumin darah
- Antropometri
- Pengukuran kekuatan otot (MVV, tekanan diafragma, kekuatan otot pipi)
- Hasil metabolisme (hiperkapni dan hipoksia)
Mengatasi malnutrisi dengan pemberian makanan yang agresis tidak akan mengatasi
masalah, karena gangguan ventilasi pada PPOK tidak dapat mengeluarkan CO2 yang terjadi
akibat metabolisme karbohidrat. Diperlukan keseimbangan antara kalori yang masuk denagn
kalori yang dibutuhkan, bila perlu nutrisi dapat diberikan secara terus menerus (nocturnal
feedings) dengan pipa nasogaster.
Komposisi nutrisi yang seimbang dapat berupa tinggi lemak rendah karbohidrat. Kebutuhan
protein seperti pada umumnya, protein dapat meningkatkan ventilasi semenit oxigen
comsumption dan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapni. Tetapi pada PPOK
dengan gagal napas kelebihan pemasukan protein dapat menyebabkan kelelahan.
6. Rehabilitasi PPOK

25

Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki kualiti
hidup penderita PPOK. Penderita yang dimasukkan ke dalam program rehabilitasi adalah
mereka yang telah mendapatkan pengobatan optimal yang disertai :
- Simptom pernapasan berat
- Beberapa kali masuk ruang gawat darurat
- Kualiti hidup yang menurun
Program dilaksanakan di dalam maupun diluar rumah sakit oleh suatu tim multidisiplin yang
terdiri dari dokter, ahli gizi, respiratori terapis dan psikolog. Program rehabilitiasi terdiri dari
3 komponen yaitu : latihan fisis, psikososial dan latihan pernapasan.

26

BAB III
AFTER CARE PATIENT
III.1. Definisi After Care Patient (ACP)
After Care Patient (ACP) adalah pelayanan rumah sakit untuk memberikan
pelayanan yang terintegritas dengan meninjau ke lingkungan demi menjamin
kesembuhan pasien dengan melihat permasalahan yang ada pada pasien dan
mengidentifikasi secara fungsi dalam anggota keluarga serta memberikan edukasi
kepada pasien agar dapat belajar hidup sehat.
III.2. Tujuan After Care Patient (ACP)
Tujuan untuk dilakukan after care patient selain untuk melihat perkembangan
pasien dalam pengelolaan pengobatan pasien dan kesembuhan pasien. Peneliti
bertujuan untuk memberikan edukasi pada pasien ini berupa :
1. Mengedukasi pasien agar istirahat yang cukup
2. Mengedukasi pasien agar makan makanan yang bergizi dan bernutrisi
3. Mengedukasi pasien agar pasien menjalankan jadwal makan yang teratur
4. Mengedukasi pasien agar berhenti merokok
5. Mengedukasi pasien agar mengetahui Pengetahuan dasar tentang PPOK
6. Mengedukasi pasien agar mengetahui mengenai macam obat - obatan,
manfaat, cara penggunaan dan efek sampingnya
III.3. Permasalahan Pasien
III.3.1. Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologis dan Reproduksi
Dari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa saat ini semua
anggota keluarga kecuali pasien dalam keadaan sehat. Anggota keluarga lain
seperti Ibu pasien sudah meninggal karena sakit jantung, sedangkan ayah
pasien meninggal karena penyakit paru-paru. Pasien adalah seorang laki-laki
berusia 76 tahun dan sudah menikah. Saat ini pasien tinggal bersama satu
orang istri, 2 orang anak, 2 orang mantu, dan 2 orang cucu.
b. Fungsi Psikologis
27

Pasien tinggal bersama istri, anak, mantu dan cucunya. Hubungan pasien
dengan anggota keluarganya baik. Pekerjaan pasien adalah buruh bangunan
dan petani. Aktivitas pasien satiap paginya ke sawah untuk bertani padi dan
sayuran kemudian siang hari menjadi buruh bangunan rumah.
c. Fungsi Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah lulusan SD.
d. Fungsi Sosial
Pasien tinggal di kawasan perkampungan yang padat penduduk.
Pergaulan umumnya berasal dari kalangan menengah kebawah dan hubungan
sosial dengan warga cukup baik. Pasien cukup dikenal dilingkungan rumahnya
cukup aktif dalam kegiatan bermasyarakat namun 4 tahun ini sudah mulai
tidak aktif berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat karena kondisi kesehatan
yang menurun.
e. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Sumber penghasilan didapatkan dari hasil bertani dan buruh bangunan.
Penghasilan per bulan pasien tidak menentu, rata-rata sekitar Rp 500.000,00
per bulan, tambahan biaya hidup dari anak pasien sekitar Rp. 400.000.
Penghasilan tersebut digunakan untuk pemenuhan kebutuhan primer dan
sekunder pasien. Biaya pelayanan kesehatan untuk keluarga pasien dapatkan
dari Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah).
f. Fungsi Religius
Agama yang dianut pasien adalah Islam. Pasien sering melakukan
kegiatan ibadah di masjid di dekat rumah pasien.
III.3.2. Pola Konsumsi Makan Pasien dan Keluarga
Frekuensi makan pasien dan keluarga biasanya 2 atau 3x sehari, tidak
teratur. Pasien kadang membawa makanan sendiri ke sawah. Pasien terbiasa
makan nasi, sayur dengan lauk tempe atau telor.
III.3.3. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan
a. Faktor Perilaku
Pasien kurang menyadari tentang perilaku hidup bersih dan sehat serta
tidak mengetahui apapun tentang penyakit yang dideritanya sebelum mendapat
penjelasan dari dokter maupun tenaga kesehatan lain yang ikut serta merawat
pasien. Pasien memiliki kebiasaan makan tidak teratur dengan gizi tidak
seimbang. Sebelumnya pasien merupakan seorang
28

perokok aktif

namun

selama 2 tahun terakhir ini pasien telah berhenti merokok. Pasien jarang
sekali melakukan olahraga secara rutin. Jika ada anggota keluarga yang sakit,
pasien dan keluarga lebih sering berobat puskesmas.
b. Faktor Non Perilaku
Sarana kesehatan di sekitar rumah cukup jauh. Puskesmas dapat
ditempuh dengan kendaraan dan rumah sakit dapat ditempuh dengan angkutan
umum.
III.3.4. Identifikasi Lingkungan Rumah
Pasien tinggal di kawasan pemukiman penduduk yang padat. Pasien
tinggal bersama istri, 2 orang anak, 2 menantu dan 2 cucu. Dinding rumah
pasien terbuat dari batu bata dengan lantai semen permukaan yang tidak rata,
atap genteng. Memiliki 4 kamar tidur, satu ruang tamu, dapur dengan kompor
tungku kayu bakar dan 1 kamar mandi.
Ventilasi relatif cukup banyak dan banyak jendela besar yang
terbuka,jadi udara maupun polusi udara dapat masuk karena dekat dengan
jalan yang dikendarai motor dan mobil. Kebersihan dan kerapian rumah
kurang bersih. Sumber air minum, air untuk mencuci dan masak didapat dari
air sumur timba. Di dalam kamar mandi terdapat sebuah jamban jongkok dan
bak mandi, air dan kotoran dari jamban ditampung di septic tank.
III.3.5. Diagnosis Fungsi-Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologis
Pasien laki-laki usia 76 tahun menderita PPOK dengan keluhan sesak
nafas dan batuk berdahak.
b. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga cukup baik.
c. Fungsi sosial dan budaya
Dapat bersosialisasi terhadap lingkungan sekitar dengan baik.
d. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
Perekonomian pasien cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
e. Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi
Masalah yang berhubungan dalam keluarga dibicarakan dengan secara
musyawarah.
f. Faktor perilaku
1. Pasien memiliki kebiasaan makan tidak teratur dengan gizi tidak
seimbang.
29

2. Sebelumnya pasien merupakan seorang perokok aktif, namun 2 tahun


terakhir pasien sudah berhenti konsumsi merokok.
3. Pasien tidak memiliki kebiasaan berolahraga.
g. Faktor nonperilaku
Sarana pelayanan kesehatan agak jauh dari rumah.
III.6. Diagram Realita yang Ada Pada Keluarga

Lingkungan
Ventilasi dan pecahayaan rumah cukup
Kebersihan dan kerapian rumah cukup

Yankes

Derajat kesehatan

Genetik

Pelayanan
kesehatan
terjangkau

Tn. P

Ibu: Riwayat Jantung


Bapak : Riw. Penyakit Paru

Penderita
PPOK

Perilaku
Merokok 60 tahun
Penderita memiliki kebiasaan makan tidak teratur.
Pasien jarang berolah raga rutin

III.3.7. Risiko, Permasalahan dan Rencana Pembinaan Kesehatan Keluarga


Risiko dan Masalah
Kesehatan
PPOK

Rencana pembinaan
Edukasi dan konseling tentang PPOK.

Sasaran
Keluarga
dan Pasien

III.3.8. Pembinaan
Tanggal

Keluarga

Kegiatan yang dilakukan

Hasil kegiatan

yang terlibat
3 Desember Penyuluhan tentang PPOK mulai Pasien

Pengetahuan

2013

dari penyebab, tanda dan gejala

tentang PPOK

serta

dan bahaya

pencegahan
30

dan

Tanggal

Kegiatan yang dilakukan

Keluarga
yang terlibat

pengobatannya dan akibat dari


merokok
8 Desember Memantau
2013

Hasil kegiatan
merokok
meningkat
Pasien mulai

perkembangan Pasien

intervensi yang telah diberikan

menjalani pola

kepada pasien

hidup sehat,
lingkungan
yang cukup
sehat.

III.3.9. Hasil Kegiatan


Tanggal
3/09/2013

Subjektif
Batuk
TD:
berdahak

Objektif
Assesment
120/90 mmHg PPOK

N: 86 x/menit, RR: 16

aktivitas

x/menit, S: 36.5 oC.

menghindari

Ronkhi -/-, Wheezing

kendaraan

-/-

8/09/2013

Planning
Edukasi: mengurangi
berat,
asap
maupun

rokok.
Kontrol jika
mengalami keluhan

Batuk(-)

TD:

130/90

mmHg PPOK

Sesak (-)

N: 80 x/menit, RR: 20
o

x/menit, S: 36.8 C

Edukasi:
jika

beristirahat

sudah

bekerja,

lelah

meminum

obat yang diberikan


oleh

dokter

secara

teratur, mengatur pola


makan yang seimbang
dan hindari merokok
Kontrol
jika
mengalami keluhan
III.3.10. Kesimpulan Pembinaan Keluarga
1.

Tingkat pemahaman
Pemahaman terhadap edukasi yang dilakukan cukup baik,namun pasien tidak
kontrol ke dokter.
31

2.

Faktor penyulit
Pasien menganggap sudah sehat, sehingga menolak untuk kontrol ke dokter.

3.

Indikator keberhasilan
a.

Pengetahuan pasien tentang asma meningkat sehingga dapat membantu


kesembuhan pasien.

b. Jadwal makan dan variasi jenis makanan bergizi seimbang mulai dijalani
pasien.
c.

Kebersihan ingkungan rumah mulai dipertimbangkan pasien.

d. Keinginan kuat untuk tidak merokok sudah dijalani pasien dengan baik.

32

Anda mungkin juga menyukai