Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN KASUS
A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. P
Umur
: 76 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Banyubiru
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Status perkawinan
: Menikah
Pekerjaan
Tanggal masuk
: 26 November 2013
Tanggal Pemeriksaan
: 2 Desember 2013
Ruang Rawat
: Teratai
2. DATA DASAR
a.
b.
: disangkal
: disangkal
3) Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
8) Riwayat mondok
: disangkal
: disangkal
2) Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
2
6) Riwayat keganasan
: disangkal
3) Leher
4) Hidung
(-/-)
: leher cengeng (-)
: tersumbat (-), keluar darah (-), keluar lendir atau air
5) Telinga
6) Mulut
7) Tenggorokan :
8) Sistem respirasi
nafsu
makan
meningkat
(-),
nyeri
13) Ekstremitas
Atas
: luka (-/-), kesemutan (-/-), bergetar (-/-), ujung jari terasa dingin
(-/-), bengkak (-/-).
Bawah : luka (-/-), kesemutan (-/-), bergetar (-/-), ujung jari terasa dingin
(-/-), bengkak (-/-).
14) Sistem neuropsikiatri : gelisah (+), mengigau (-)
B. PEMERIKSAAN FISIK
A.
B.
Keadaan Umum
Status gizi
160 cm
C.
D.
E.
Kulit
Kepala
Suhu : 36,5 0C
Warna sawo matang, ikterik (-)
Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, tidak
Mata
mudah rontok
Konjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, refleks
cahaya (+/+)
F.
Mulut
G.
Leher
(+)
JVP (5+2), trakea di tengah, simetris, pembesaran
H.
Thorax
Auskultasi
dekstra
HR 100 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II
murni, intensitas normal reguler, Gallop (-),
Murmur (-)
Pulmo :
Inspeksi
Statis
Dinamis
Barrelchest, simetris
Pengembangan dada kanan = dada kiri, ukuran
dinding dada diameter antero - posterior dan
transversal sebanding (barrel chest), retraksi
intracosta (+), penggunaan otot bantu nafas
(+), pelebaran sela iga (+)
Pergerakan dada kanan = kiri, Fremitus taktil
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
K. Punggung
L. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
M. Genitourinaria
N. Ekstremitas
Superior dekstra
Superior sinistra
ikterik (-)
Pitting edema (-) spoon nail (-), kuku pucat (-),
clubing finger (-), palmar eritema (-), palmar
Inferior dekstra
ikterik (-)
Pitting edema (-), spoon nail (-) kuku pucat (-),
clubing finger (-), nyeri genu (-), oedem genu (-),
Inferior Sinistra
ASSESMENT
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
DD :
Asma bronkhial
Bronkopneumonia
Bronkiektasis
Tuberkulosis
PLANNING
NON-FARMAKOLOGI
Tirah baring
Edukasi ttg ppok
Nutrisi seimbang DL III
FARMAKOLOGI
Kanul nasal O2 3-5 liter/menit
Infus RL 18 tpm
Aminofilin 1 amp/8 jam
Dexamethasone 1 amp/8 jam
6
Ambroxol 3x1
Inj ceftriaxon 1 gr/12 jam
Pemeriksaan
Lab darah lengkap
Kimia darah
Spirometri
EKG
Foto Thorak
Analisis Gas Darah
Px sputum
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium (27 November 2013)
a. Laboratorium Darah
Darah lengkap
Hb
: 13.1 g/dl
12-16 g/dl
Ht
: 43.3 %
37-43 %
Eritrosit
: 4,26 x 10 /mm
4,2 5,4 x 10 / mm
Leukosit
: 17,2 x 10 /mm
4 - 10 x 10 / mm
Trombosit
: 235000 /ul
200000-400000/ mm
MCV
: 89,4 fl*
80-90 fl
MCH
: 28,9 pg*
27-34 pg
MCHC
: 32,3 g/dl
32-36 g/dl
PCT
: 0,21 %
0,2-0,5 %
PDW
: 13,6 %
10-18 %
% Lym
: 18,8
1.7-3.5
% Mon
: 0.9
0.2-0.6
% Gran
: 5,3
2.5-7
WBC flags
Leukositosis
Kimia Klinik
7
Glukosa Puasa
: 111 mg/dl
82-115 mg/dl
Glukosa 2 jam PP
: 131 mg/dl
82-115 mg/dl
Ureum
: 15 mg/dl
10-50 mg/dl
Kreatinin
: 0.71 mg/dl
0.45-0.75 mg/dl
Protein total
: 6.50 g/dl
6 8 g/dl
Albumin
: 3.07 g/dl
Globulin
: 3,42 g/dl
2 4 g/dl
SGOT
: 15 u/L
0-35 u/L
SGPT
: 13,7 u/L
0-35 u/L
Uric acid
: 8,34 g/dl
2-7 g/dl
Kolesterol
: 189 mg/dl
: 106 g/dl
70-140 g/dl
risiko tinggi
Triglycerid
SEROLOGI
HBsAg
Non Reaktif
D.
RESUME
Batuk sejak 2 minggu SMRS terus meneru, berdahak warna putih/bening 1
sendok makan, sering sulit untuk mengeluarkan dahaknya, batuk terutama saat
kelelahan dan saat bekerja di tempat bangunan,berkurang dengan mengatur nafas
dalam dan beristirahat, batuk disertai sesak nafas.
Pasien juga mengeluhkan sesak nafas sejak 6 bulan dan memberat selama 2
minggu SMRS Sesak nafas hilang timbul, semakin memberat dengan beraktivitas atau
jika terkena debu bangunan dan berkurang dengan beristirahat serta mengatur nafas
dalam. sejak 3 tahun sering mengalami keluhan batuk dan sesak
Pada pemeriksaan fisik didapatkan : Frekuensi Respirasi : 30 x/menit, Pursedlips breathing, Thorax : ukuran dinding dada diameter antero - posterior dan
transversal sebanding (barrel chest), retraksi intracosta (+), penggunaan otot bantu
nafas (+), pelebaran sela iga (+),Fremitus taktil melemah Hipersonor. Suara dasar
vesikuler melemah (+/+), ekspirasi memanjang (+),Suara tambahan rhonki (+/+) .
FOLLOW UP
TANGGAL
O
Ku
skt
27
Batuk (+)
sedang, PPOK
November
13
dikeluarkan
Kesadaran : CM
Sesak (+)
Vital sign :
BAK (N)
TD : 120/100 mmHg
BAB 1x/hari
N : 88 x/menit
Kanul
DD :
nasal
O2
Asma
bronkhial
Bronkopneu
monia
RR : 26 x/menit
Bronkiektasis
T : 36,8 C
Tuberkulosis
3-5
liter/menit
Infus RL 18
tpm
Aminofilin 1
amp/12 jam
Dexamethaso
Thorax :
ne 1 amp/8
jam
(+),
dasar
ekspirasi
9
Ambroxol
3x1
Inj ceftriaxon
1 gr/12 jam
memanjang
(+),
rhonki (+/+)
28
Batuk (+)
Ku
skt
sedang, PPOK
November
13
dikeluarkan
Kesadaran : CM
Sesak (+)
Vital sign :
BAK (N)
TD : 115/100 mmHg
Bronkiektasis
BAB 1x/hari
N : 86x/menit
Tuberkulosis
DD :
RR : 26 x/menit
T : 36,5 C
Thorax :
retraksi intracosta (+),
penggunaan otot bantu
nafas
(+),
dasar
ekspirasi
memanjang
rhonki (+/+)
10
Terapi lanjut
(+),
Allupurinol
Bronkopneu
100mg
monia
3x
29
Batuk (+)
November
13
dpt dikeluarkan
Sesak
Ku : skt sedang
PPOK
Terapi lanjut
DD :
Vital sign :
Bronkopneu
monia
berkurang
N : 86x/menit
Bronkiektasis
BAK (N)
RR : 26 x/menit
Tuberkulosis
BAB 1x/hari
T : 36,5 C
Thorax :
retraksi intracosta (+),
penggunaan otot bantu
nafas
(+),
dasar
ekspirasi
memanjang
(+),
rhonki (+/+)
Ku : skt sedang
30
Batuk (+)
November
13
dpt dikeluarkan
Sesak
Vital sign :
berkurang
N : 90x/menit
BAK (N)
RR : 20 x/menit
BAB 1x/hari
T : 36,7 C
Thorax :
retraksi intracosta (+),
penggunaan otot bantu
nafas
(+),
dasar
ekspirasi
memanjang
(+)
11
PPOK
Terapi lanjut
Susp Tymoma
Usul : CT scan
Ku : skt sedang
Susp Tymoma
Vital sign :
berkurang
N : 90x/menit
BAK (N)
RR : 20 x/menit
BAB 1x/hari
T : 36,7 C
Ku : skt sedang
Terapi lanjut
PPOK
Vital sign :
berkurang
N : 90x/menit
BAK (N)
RR : 20 x/menit
BAB 1x/hari
T : 36,7 C
Thorax :
retraksi intracosta (+),
penggunaan otot bantu
nafas
(+),
dasar
ekspirasi
memanjang
(+)
12
PPOK
Terapi lanjut
Susp Tymoma
Rev
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai
oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau
reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
Bronkitis kronik
Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam
setahun,sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.
Emfisema
Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus
terminal,disertai kerusakan dinding alveoli.
Pada prakteknya cukup banyak penderita bronkitis kronik juga memperlihatkan tanda-tanda
emfisema, termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan napas yang tidak
reversibel penuh, dan memenuhi kriteria PPOK.
II. FAKTOR RISIKO
1. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting,
jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pencatatan riwayat merokok perlu
diperhatikan :
a. Riwayat merokok
- Perokok aktif
- Perokok pasif
- Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata
batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
- Ringan :
0-200
- Sedang : 200-600
- Berat :
>600
IV. DIAGNOSIS
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan
hingga berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda inflasi paru
14
Gambaran Klinis
a. Anamnesis
- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
- Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
- Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
- Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah (BBLR),
infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
- Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
- Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
b. Pemeriksaan fisis
PPOK dini umumnya tidak ada kelainan
Inspeksi
- Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
- Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
- Penggunaan otot bantu napas
- Hipertropi otot bantu napas
- Pelebaran sela iga
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i leher dan edema
tungkai
- Penampilan pink puffer atau blue bloater
Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
Perkusi
15
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar
terdorong ke bawah
Auskultasi
- suara napas vesikuler normal, atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
- ekspirasi memanjang
- bunyi jantung terdengar jauh
Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan
pursed - lips breathing
Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan
ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer
Pursed - lips breathing
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang
memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2
yang terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi pada
gagal napas kronik.
B.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rutin
1. Faal paru
Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP
- Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP ( % ).
Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 %
-VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan
memantau perjalanan penyakit.
-Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupun
kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan
sore, tidak lebih dari 20%
Uji bronkodilator
- Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter.
-Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit kemudian
dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan <
200 ml
16
18
Pneumotoraks
Gagal jantung kronik
Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis, destroyed lung.
Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering ditemukan di
Indonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus ditegakkan karena terapi dan prognosisnya
berbeda.
VI. KLASIFIKASI
Terdapat ketidak sesuaian antara nilai VEP1 dan gejala penderita, oleh sebab itu perlu
diperhatikan kondisi lain. Gejala sesak napas mungkin tidak bisa diprediksi dengan VEP1
19
VII. PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan umum PPOK
Tujuan penatalaksanaan :
- Mengurangi gejala
- Mencegah eksaserbasi berulang
- Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
- Meningkatkan kualiti hidup penderita
Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :
1. Edukasi
2. Obat - obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
PPOK merupakan penyakit paru kronik progresif dan nonreversibel, sehingga
penatalaksanaan PPOK terbagi atas (1) penatalaksanaan pada keadaan stabil dan (2)
penatalaksanaan pada eksaserbasi akut.
20
1. Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil.
Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena PPOK adalah penyakit
kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan
aktiviti dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru. Berbeda dengan asma yang masih
bersifat reversibel, menghindari pencetus dan memperbaiki derajat adalah inti dari edukasi
atau tujuan pengobatan dari asma.
Tujuan edukasi pada pasien PPOK :
1. Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan
2. Melaksanakan pengobatan yang maksimal
3. Mencapai aktiviti optimal
4. Meningkatkan kualiti hidup
Edukasi PPOK diberikan sejak ditentukan diagnosis dan berlanjut secara berulang
pada setiap kunjungan, baik bagi penderita sendiri maupun bagi keluarganya. Edukasi dapat
diberikan di poliklinik, ruang rawat, bahkan di unit gawat darurat ataupun di ICU dan di
rumah. Secara intensif edukasi diberikan di klinik rehabilitasi atau klinik konseling, karena
memerlukan waktu yang khusus dan memerlukan alat peraga. Edukasi yang tepat diharapkan
dapat mengurangi kecemasan pasien PPOK, memberikan semangat hidup walaupun dengan
keterbatasan aktiviti. Penyesuaian aktiviti dan pola hidup merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kualiti hidup pasien PPOK. Bahan dan cara pemberian edukasi harus
disesuaikan dengan derajat berat penyakit, tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kultural dan
kondisi ekonomi penderita.
Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah
1. Pengetahuan dasar tentang PPOK
2. Obat - obatan, manfaat dan efek sampingnya
3. Cara pencegahan perburukan penyakit
4. Menghindari pencetus (berhenti merokok)
5. Penyesuaian aktiviti
Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan ditentukan skala prioriti
bahan edukasi sebagai berikut :
1. Berhenti merokok
Disampaikan pertama kali kepada penderita pada waktu diagnosis PPOK ditegakkan
2. Pengunaan obat - obatan
- Macam obat dan jenisnya
21
- Lini I : amoksisilin
makrolid
- Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat
sefalosporin
kuinolon
makrolid baru
Perawatan di Rumah Sakit : dapat dipilih
- Amoksilin dan klavulanat
- Sefalosporin generasi II & III injeksi
- Kuinolon per oral
ditambah dengan yang anti pseudomonas
- Aminoglikose per injeksi
- Kuinolon per injeksi
- Sefalosporin generasi IV per injeksi
d. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N - asetilsistein.
Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai
pemberian yang rutin
e. Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan
eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi
eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.
f. Antitusif
Diberikan dengan hati hati
3. Terapi Oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan
sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ organ lainnya.
Manfaat oksigen
- Mengurangi sesak
- Memperbaiki aktiviti
- Mengurangi hipertensi pulmonal
- Mengurangi vasokonstriksi
24
- Mengurangi hematokrit
- Memperbaiki fungsi neuropsikiatri
- Meningkatkan kualiti hidup
ndikasi
- Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%
- Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor Pulmonal, perubahan P
pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda gagal jantung kanan, sleep apnea, penyakit paru lain
4. Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagal
napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat dengan napas
kronik. Ventilasi mekanik dapat digunakan di rumah sakit di ruang ICU atau di rumah.
5. Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya kebutuhan energi
akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni
menyebabkan terjadi hipermetabolisme. Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK
karena berkolerasi dengan derajat penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah
Malnutrisi dapat dievaluasi dengan :
- Penurunan berat badan
- Kadar albumin darah
- Antropometri
- Pengukuran kekuatan otot (MVV, tekanan diafragma, kekuatan otot pipi)
- Hasil metabolisme (hiperkapni dan hipoksia)
Mengatasi malnutrisi dengan pemberian makanan yang agresis tidak akan mengatasi
masalah, karena gangguan ventilasi pada PPOK tidak dapat mengeluarkan CO2 yang terjadi
akibat metabolisme karbohidrat. Diperlukan keseimbangan antara kalori yang masuk denagn
kalori yang dibutuhkan, bila perlu nutrisi dapat diberikan secara terus menerus (nocturnal
feedings) dengan pipa nasogaster.
Komposisi nutrisi yang seimbang dapat berupa tinggi lemak rendah karbohidrat. Kebutuhan
protein seperti pada umumnya, protein dapat meningkatkan ventilasi semenit oxigen
comsumption dan respons ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapni. Tetapi pada PPOK
dengan gagal napas kelebihan pemasukan protein dapat menyebabkan kelelahan.
6. Rehabilitasi PPOK
25
Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki kualiti
hidup penderita PPOK. Penderita yang dimasukkan ke dalam program rehabilitasi adalah
mereka yang telah mendapatkan pengobatan optimal yang disertai :
- Simptom pernapasan berat
- Beberapa kali masuk ruang gawat darurat
- Kualiti hidup yang menurun
Program dilaksanakan di dalam maupun diluar rumah sakit oleh suatu tim multidisiplin yang
terdiri dari dokter, ahli gizi, respiratori terapis dan psikolog. Program rehabilitiasi terdiri dari
3 komponen yaitu : latihan fisis, psikososial dan latihan pernapasan.
26
BAB III
AFTER CARE PATIENT
III.1. Definisi After Care Patient (ACP)
After Care Patient (ACP) adalah pelayanan rumah sakit untuk memberikan
pelayanan yang terintegritas dengan meninjau ke lingkungan demi menjamin
kesembuhan pasien dengan melihat permasalahan yang ada pada pasien dan
mengidentifikasi secara fungsi dalam anggota keluarga serta memberikan edukasi
kepada pasien agar dapat belajar hidup sehat.
III.2. Tujuan After Care Patient (ACP)
Tujuan untuk dilakukan after care patient selain untuk melihat perkembangan
pasien dalam pengelolaan pengobatan pasien dan kesembuhan pasien. Peneliti
bertujuan untuk memberikan edukasi pada pasien ini berupa :
1. Mengedukasi pasien agar istirahat yang cukup
2. Mengedukasi pasien agar makan makanan yang bergizi dan bernutrisi
3. Mengedukasi pasien agar pasien menjalankan jadwal makan yang teratur
4. Mengedukasi pasien agar berhenti merokok
5. Mengedukasi pasien agar mengetahui Pengetahuan dasar tentang PPOK
6. Mengedukasi pasien agar mengetahui mengenai macam obat - obatan,
manfaat, cara penggunaan dan efek sampingnya
III.3. Permasalahan Pasien
III.3.1. Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologis dan Reproduksi
Dari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa saat ini semua
anggota keluarga kecuali pasien dalam keadaan sehat. Anggota keluarga lain
seperti Ibu pasien sudah meninggal karena sakit jantung, sedangkan ayah
pasien meninggal karena penyakit paru-paru. Pasien adalah seorang laki-laki
berusia 76 tahun dan sudah menikah. Saat ini pasien tinggal bersama satu
orang istri, 2 orang anak, 2 orang mantu, dan 2 orang cucu.
b. Fungsi Psikologis
27
Pasien tinggal bersama istri, anak, mantu dan cucunya. Hubungan pasien
dengan anggota keluarganya baik. Pekerjaan pasien adalah buruh bangunan
dan petani. Aktivitas pasien satiap paginya ke sawah untuk bertani padi dan
sayuran kemudian siang hari menjadi buruh bangunan rumah.
c. Fungsi Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah lulusan SD.
d. Fungsi Sosial
Pasien tinggal di kawasan perkampungan yang padat penduduk.
Pergaulan umumnya berasal dari kalangan menengah kebawah dan hubungan
sosial dengan warga cukup baik. Pasien cukup dikenal dilingkungan rumahnya
cukup aktif dalam kegiatan bermasyarakat namun 4 tahun ini sudah mulai
tidak aktif berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat karena kondisi kesehatan
yang menurun.
e. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Sumber penghasilan didapatkan dari hasil bertani dan buruh bangunan.
Penghasilan per bulan pasien tidak menentu, rata-rata sekitar Rp 500.000,00
per bulan, tambahan biaya hidup dari anak pasien sekitar Rp. 400.000.
Penghasilan tersebut digunakan untuk pemenuhan kebutuhan primer dan
sekunder pasien. Biaya pelayanan kesehatan untuk keluarga pasien dapatkan
dari Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah).
f. Fungsi Religius
Agama yang dianut pasien adalah Islam. Pasien sering melakukan
kegiatan ibadah di masjid di dekat rumah pasien.
III.3.2. Pola Konsumsi Makan Pasien dan Keluarga
Frekuensi makan pasien dan keluarga biasanya 2 atau 3x sehari, tidak
teratur. Pasien kadang membawa makanan sendiri ke sawah. Pasien terbiasa
makan nasi, sayur dengan lauk tempe atau telor.
III.3.3. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan
a. Faktor Perilaku
Pasien kurang menyadari tentang perilaku hidup bersih dan sehat serta
tidak mengetahui apapun tentang penyakit yang dideritanya sebelum mendapat
penjelasan dari dokter maupun tenaga kesehatan lain yang ikut serta merawat
pasien. Pasien memiliki kebiasaan makan tidak teratur dengan gizi tidak
seimbang. Sebelumnya pasien merupakan seorang
28
perokok aktif
namun
selama 2 tahun terakhir ini pasien telah berhenti merokok. Pasien jarang
sekali melakukan olahraga secara rutin. Jika ada anggota keluarga yang sakit,
pasien dan keluarga lebih sering berobat puskesmas.
b. Faktor Non Perilaku
Sarana kesehatan di sekitar rumah cukup jauh. Puskesmas dapat
ditempuh dengan kendaraan dan rumah sakit dapat ditempuh dengan angkutan
umum.
III.3.4. Identifikasi Lingkungan Rumah
Pasien tinggal di kawasan pemukiman penduduk yang padat. Pasien
tinggal bersama istri, 2 orang anak, 2 menantu dan 2 cucu. Dinding rumah
pasien terbuat dari batu bata dengan lantai semen permukaan yang tidak rata,
atap genteng. Memiliki 4 kamar tidur, satu ruang tamu, dapur dengan kompor
tungku kayu bakar dan 1 kamar mandi.
Ventilasi relatif cukup banyak dan banyak jendela besar yang
terbuka,jadi udara maupun polusi udara dapat masuk karena dekat dengan
jalan yang dikendarai motor dan mobil. Kebersihan dan kerapian rumah
kurang bersih. Sumber air minum, air untuk mencuci dan masak didapat dari
air sumur timba. Di dalam kamar mandi terdapat sebuah jamban jongkok dan
bak mandi, air dan kotoran dari jamban ditampung di septic tank.
III.3.5. Diagnosis Fungsi-Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologis
Pasien laki-laki usia 76 tahun menderita PPOK dengan keluhan sesak
nafas dan batuk berdahak.
b. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga cukup baik.
c. Fungsi sosial dan budaya
Dapat bersosialisasi terhadap lingkungan sekitar dengan baik.
d. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
Perekonomian pasien cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
e. Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi
Masalah yang berhubungan dalam keluarga dibicarakan dengan secara
musyawarah.
f. Faktor perilaku
1. Pasien memiliki kebiasaan makan tidak teratur dengan gizi tidak
seimbang.
29
Lingkungan
Ventilasi dan pecahayaan rumah cukup
Kebersihan dan kerapian rumah cukup
Yankes
Derajat kesehatan
Genetik
Pelayanan
kesehatan
terjangkau
Tn. P
Penderita
PPOK
Perilaku
Merokok 60 tahun
Penderita memiliki kebiasaan makan tidak teratur.
Pasien jarang berolah raga rutin
Rencana pembinaan
Edukasi dan konseling tentang PPOK.
Sasaran
Keluarga
dan Pasien
III.3.8. Pembinaan
Tanggal
Keluarga
Hasil kegiatan
yang terlibat
3 Desember Penyuluhan tentang PPOK mulai Pasien
Pengetahuan
2013
tentang PPOK
serta
dan bahaya
pencegahan
30
dan
Tanggal
Keluarga
yang terlibat
Hasil kegiatan
merokok
meningkat
Pasien mulai
perkembangan Pasien
menjalani pola
kepada pasien
hidup sehat,
lingkungan
yang cukup
sehat.
Subjektif
Batuk
TD:
berdahak
Objektif
Assesment
120/90 mmHg PPOK
N: 86 x/menit, RR: 16
aktivitas
menghindari
kendaraan
-/-
8/09/2013
Planning
Edukasi: mengurangi
berat,
asap
maupun
rokok.
Kontrol jika
mengalami keluhan
Batuk(-)
TD:
130/90
mmHg PPOK
Sesak (-)
N: 80 x/menit, RR: 20
o
x/menit, S: 36.8 C
Edukasi:
jika
beristirahat
sudah
bekerja,
lelah
meminum
dokter
secara
Tingkat pemahaman
Pemahaman terhadap edukasi yang dilakukan cukup baik,namun pasien tidak
kontrol ke dokter.
31
2.
Faktor penyulit
Pasien menganggap sudah sehat, sehingga menolak untuk kontrol ke dokter.
3.
Indikator keberhasilan
a.
b. Jadwal makan dan variasi jenis makanan bergizi seimbang mulai dijalani
pasien.
c.
d. Keinginan kuat untuk tidak merokok sudah dijalani pasien dengan baik.
32