Anda di halaman 1dari 17

I.

PENGENALAN SISTEM HIDROPONIK

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Hidroponik dapat diartikan sebagai sistem budidaya pertanian
tanpa menggunakan tanah tetapi menggunakan air yang berisi larutan
nutrient. Sistem mempunyai bebrapa keunggulan, yaitu kepadatan tanaman
per satuan luas dapat dilipatgandakan sehingga menghemat penggunaan
lahan, mutu produk (bentuk, ukuran, rasa, warna, kebersihan/higiene)
dapat dijamin karena kebutuhan nutrient tanaman dipasok secara
terkendali di dalam rumah kaca dan tidak tergantung musim/waktu tanam
dan panen dapat diatur sesuai dengan kebutuhan pasar.
Hidroponik merupakan penanaman tanaman dengan menggunakan
nutrisi mineral berbentuk larutan dalam air, tanpa tanah. Tanaman daratan
dapat tumbuh dengan akar mereka dalam larutan mineral nutrisi atau
dalam media inert, seperti perlit, kerikil, wol mineral, atau sabut kelapa.
Budidaya hidroponik biasanya dilaksanakan di dalam rumah kaca
(greenhouse) untuk menjaga supaya pertumbuhan tanaman secara optimal
dan benar-benar terlindung dari pengaruh unsur luar seperti hujan, hama
penyakit, iklim.
Hidroponik, budidaya tanaman tanpa tanah, telah berkembang sejak
pertama kali dilakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan
penemuan unsur-unsur hara esensial yang diperlukan bagi pertumbuhan
tanaman. Penelitian tentang unsur-unsur penyusun tanaman ini telah
dimulai pada tahun 1600-an. Akan tetapi budidaya tanaman tanpa tanah ini
telah dipraktekkan lebih awal dari tahun tersebut, terbukti dengan adanya
taman gantung (Hanging Gardens) di Babylon, taman terapung (Floating
Gardens) dari suku Aztecs, Mexico dan Cina.
Budidaya tanaman secara hidroponik memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan dengan budidaya secara konvensional, yaitu pertumbuhan
tanaman dapat di kontrol, tanaman dapat berproduksi dengan kualitas dan

kuantitas yang tinggi, tanaman jarang terserang hama penyakit karena


terlindungi, pemberian air irirgasi dan larutan hara lebih efisien dan
efektif, dapat diusahakan terus menerus tanpa tergantung oleh musim, dan
dapat diterapkan pada lahan yang sempit. Salah satunya dengan
menggunakan sistem DFT. Sistem ini sama dengan rakit apung hanya
adanya

penambahan

modifikasi

resirkulasi

aerasi

yaitu

dengan

penambahan udara ke dalam bak nutrisi. Penambahan ini menggunakan


alat yang berfungsi untuk mensirkulasi udara didalam nutrisi dengan alat
aerator.
Saat ini, teknologi hidroponik telah banyak diadopsi oleh petani di
Indonesia terutama untuk produksi sayuran, bunga potong, dantanaman
hias. Namun demikian operasi teknologi hidroponik di Indonesia
hampir seluruhnya menggunakan sistem substrat dengan irigasi tetes (Drip
Irrigation). Sistem ini sangat tergantung terhadap ketersediaan energi
listrik untuk pompa karena adanya sirkulasi dan distribusi larutan hara
tanaman.
Praktikum Acara I Pengenalan Sistem Hidroponik ini memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa tentang teknik budidaya hidroponik.
Mahasiswa belajar secara langsung cara budidaya secara hidroponik.
Mahasiswa juga akan mengetahui kendala yang sering dihadapi oleh
petani hidroponik.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Acara I Pengenalan Sistem Hidroponik kali ini
adalah untuk member pengalamn belajar kepada mahasiswa sehingga
mampu:
a. Mengidentifikasi komponen dan instalasi beberapa macam sistem
hidroponik, meliputi: Floating hydroponic system (FHS) atau rakit
apung, Nutrient Film Technique (NFT), substrat dalam kolom bertingkat,
ebb and flow atau penggenangan dan pengatusan, serta aeroponik.
b. Merinci kelebihan dan kekurangan tiap-tiap jenis sistem.

c. Menjelaskan contoh aplikasi jenis-jenis sistem hidroponik untuk


budidaya tanaman sayuran.
d. Mencontohkan foto/visualisasi modifikasi aplikasi jenis-jenis sistem
hidroponik untuk budidaya tanaman sayuran.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Kegiatan praktikum pengenalan sistem hidroponik dilaksanakan pada
Rabu

Oktober 2013. Berlokasi di Rumah kaca Hidroponik, Fakultas

Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.


B. Tinjauan Pustaka
1. Hidroponik NFT
Perkembangan ilmu bidan pertanian saat ini berkembang pesat, hal
ini dikarenakan semakin sempitnya lahan pertanian, sehingga manusia
mulai mencari cara yang lebih efisien dalam mengembangkan bidang
pertanian walaupun lahannya semakin sempit. Perkembangan ini dapat
dilihat dengan adanya metode pertanian yang baru, salah satunya yang
dikenal sebagai budi daya sistem hidroponik. Hidroponik berasal dari kata
hidro yang berarti air dan ponus yang berarti daya. Dengan demikian,
hidroponik dapat berarti memberdayakan air, yaitu kegunaan air sebagai
dasar pembangunan tubuh tanaman dan berperan dalam proses fisiologi
tanaman (Hadian et al. 2006).
Hidroponik berasal dari bahasa yunani yaitu, Hydroponic yang
mana hidro berarti air dan ponus berarti kerja. Hidroponik merupakan
teknologi bercocok tanam yang menggunakan media air, nutrisi dan
oksigen. Hidroponik adalah sebuah sistem/teknologi dimana tanaman
ditumbuhkan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam, karena itu
hidroponik juga disebut sebagai budidaya tanam tanpa tanah atau soilless
culture. Arti harafiah dari hidroponik adalah bekerja dengan air.hidroponik
merupakan suatu sistem budidaya tanaman pada media yang tidak
menyediakan unsur hara, dan unsur hara esensial yang diperlukan tanaman
disediakan dalam bentuk larutan/nutrisi. Tanaman yang dibudidayakan
secara hidroponik meliputi golongan tanaman hortikultura yang meliputi

tanaman sayur, tanaman buah, tanaman hias, pertamanan, dan tanaman


obat-obatan. Pada umumnya merupakan tanaman annual (semusim)
(Mosip 2010).
Teknologi

hidroponik

adalah

salah

satu

jawaban

untuk

memberikan solusi terhadap kendala yang dihadapi oleh pelaku agribisnis


terutama sayuran. Hidroponik adaalah suatu teknologi budidaya tanaman
yang menggunakan media tanam selain tanah dan dapat dilakukan di
dalam rumah tanaman (greenhouse). Greenhouse dibuat untuk rumah atau
naungan tanaman agar iklim mikro dapat kita optimalkan. Greenhouse
menghindari dari air hujan. Greenhouse membantu produksi sayuran
selalu kontinyu, tanpa terhalangi oleh musim kemarau atau hujan.
Teknologi ini memperbesar peluang untuk lebih meningkatkan produksi
per m2 (Riki 2012).
Sistem hidroponik banyak digunakan untuk menanam tumbuhan
hortikultura seperti tomat, paprika dan melon. Pada awalnya sistem
hidroponik identik dengan penanaman tanpa media tanah, akan tetapi
sesuai dengan perkembangan teknologi, hidroponik digunakan untuk
penumbuhan tanaman dengan mengontrol nutrisi tanaman sesuai dengan
kebutuhannya, salah satu metoda yang mulai banyak digunakan adalah
nutrient film technique yang merupakan sistem hidroponik tertutup, yang
mana nutrisi aka mengalir secara terus menerus atau dalam jangka waktu
tertentu secara teratur (Suprijadi et al. 2009).
Hidroponik NFT adalah pengerjaan atau pengelolaan air yang
digunakan sebagai media tumbuh tanaman dan juga sebagai tempat akar
tanaman menyerap unsur hara yang diperlukan dimana budidaya
tanamannya dilakukan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya.
Hidroponik NFT juga termasuk bercocok tanam dalam air dimana unsur
hara telah dilarutkan di dalamnya. Dalam sistem irigasi hidroponik NFT
(Nutrient Film Technique), air dialirkan ke deretan akar tanaman secara
dangkal. Akar tanaman berada di lapisan dangkal yang mengandung
nutrisi sesuai dengan kebutuhan tanaman. Perakaran dapat berkembang di

dalam nutrisi dan sebagian lainnya berkembang di atas permukaan larutan.


Aliran air sangat dangkal, jadi bagian atas perakaran berkembang di atas
air yang meskipun lembab tetap berada di udara. Di sekeliling perakaran
itu terdapat selapis larutan nutrisi (Indoagrow 2012).
NFT (Nutrient Film Technique) merupakan jenis hidroponik yang
berbeda dengan hidroponik substrat. Pada NFT, air bersirkulasi selama 24
jam terus-menerus (atau terputus). Sebagian akar terendam air dan
sebagian lagi berada di atas permukaan air. Penyerapan nutrisi merupakan
komponen penting dalam budidaya NFT. Namun seringkali nutrisi yang
diberikan tidak dapat diserap tanaman karena aliran nutrisi yang tidak
dapat merata di seluruh permukaan talang sehingga akar tidak tersentuh
aliran nutrisi akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat. Peran media
sangat diperlukan dalam penyebaran nutrisi di dalam talang sehingga perlu
dikaji macam media apa yang tepat untuk NFT untuk mendukung
penyerapan nutrisi oleh tanaman (Untung 2001).
Teknik hidroponik NFT, tanaman ditempatkan pada stereofoam
dengan akar menjuntai di bawahnya. Stereofoam tersebut ditempatkan
pada sebuah talang yang dipasang dengan kemiringan 5% (turun 5 cm/m).
Talang tersebut lalu dialirkan nutrisi setinggi 3-4 mm secara terus menerus
ataupum berseling (dengan batas waktu maksimal tidak dialiri larutan
selama 10 menit). Nutrisi yang telah dialirkan ke dalam talang
dikembalikan lagi ke dalam tendon (Diansari 2008).
Keuntungan dari teknik budidaya ini adalah pertumbuhan tanaman
lebih cepat, kualitas hasil tanaman dapat terjaga, dan dihasilkan produk
yang off season sehingga dapat dipanen ketika dibutuhkan. Sedangkan
kelemahannya yaitu nutrisi yang diperlukan bagi tanaman dapat
menyebabkan

kerusakan

pada

pompa

perendaman.

Jika

pompa

perendaman gagal, atau jika ada kegagalan listrik, tanaman tidak akan
mendapatkan nutrisi yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup
(Ditya 2010).

2. Hidroponik Rakit Apung


Pada hidroponik

rakit

apung, tanaman

ditempatkan pada

stereofoam yang diapungkan pada sebuah kolam. Kolam sedalam 40 cm


tersebut berisi nutrisi. Pada sistem hidroponik ini perlu ditambahkan
airstone ataupun aerator. Aerator berfungsi menhasilkan oksigen untuk
pertukaran udara dalam daerah perakaran. Kekurangan oksigen akan
mengganggu penyerapan air dan nutrisi oleh akar. Hidroponik rakit apung
hanya dapat diitanami tumbuhan dengan bobot rendah (Diansari 2008).
Floating hidroponic system (FHS) merupakan suatu budidaya
tanaman (khususnya sayuran) dengan cara menanamkan /menancapkan
tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung diatas permukaaan
larutan nutrisi dalam suatu bak penampung atau kolam sehingga akar
tanaman terapung atau terendam dalam larutan nutrisi. Pada sistem ini
larutan nutrisi tidak disirkulasikan, namun dibiarkan pada bak penampung
dan dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam
jangka waktu tertentu. Hal ini perlu dilakukan karena dalam jangka yang
cukup lama akan terjadi pengkristalan dan pengendapan pupuk cair dalam
dasar kolam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (Affan 2006).
3. Hidroponik Vertikultur
Vertikultur bisa diartikan sebagai budi daya tanaman secara
vertikal sehingga penanamannya dilakukan dengan menggunakan sistem
bertingkat. Tujuan vertikultur adalah untuk memanfaatkan lahan yang
sempit secara optimal. Sistem bertanam secara vertikultur sekilas memang
terlihat rumit, tetapi sebenarnya sangat mudah dilakukan. Tingkat
kesulitan bertanam secara vertikultur tergantung kepada model dan sistem
tambahan yang dipergunakan. Dalam model sederhana, struktur dasar
yang digunakan mudah diikuti dan bahan pembuatannya mudah
ditemukan, sehingga dapat diterapkan di rumah-rumah. Sistem tambahan
yang memerlukan keterampilan dan pengetahuan khusus, contohnya
penggunaan sistem hidroponik atau drive irrigation (irigasi tetes). Jenisjenis tanaman yang dibudidayakan biasanya adalah tanaman yang

memiliki nilai ekonomi tinggi, berumur pendek atau tanaman semusim


khususnya sayuran, dan memiliki sistem perakaran yang tidak terlalu luas
(Sanjaya 2011).
4. Hidroponik Pasang surut
Teknologi ini sering disebut flood and drain. Prinsip kerja dari ebb
and flow adalah mengisi kemasan dengan media, misalnya arang sekam
kemudian menempatkannya di instalasi. Selama lima menit, kemasan yang
berisi media tersebut akan dikucuri larutan. Kemudian secara gravitasi,
larutan dalam kemasan akan turun kembali ke dalam tandon yang berada
dibawahnya. Setelah 10 menit, pompa menyala lagi dan terjadi kembali
siklus seperti di atas (Karsono et. al. 2002).
C. Metodologi Praktikum
1. Alat
Alat yang digunakan berupa:
a. Alat tulis
b. Kamera
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah instalasi beberapa macam sistem
hidroponik, meliputi:
a. Floating hydroponic system (FHS) atau rakit apung,
b. Nutrient Film Technique (NFT),
c. Substrat dalam kolom bertingkat,
d. Ebb and flow atau penggenangan dan pengatusan,
e. Aeroponik.
3. Cara Kerja
a. Mengamati

bagian-bagian

dari

bentuk-bentuk

modifikasi

sistem

hidroponik: Floating hydroponic system (FHS) atau rakit apung, Nutrient


Film Technique (NFT), substrat dalam kolom bertingkat, ebb and flow
atau penggenangan dan pengatusan, serta aeroponik.
b. Mengamati cara pengoperasian sistem hidroponik tersebut.

c. Mengamati kelemahan dan kelebihan dari tiap-tiap bentuk modifikasi


sistem hidroponik.
D.

Hasil Pengamatan dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Berbagai Sistem Hidroponik
Jenis Sistem Hidroponik
Gambar
FHS (rakit apung)

NFT

Vertikultur

Ebb and Flow

Substrat

Substrat kerikil
sekam

Sumber : Laporan Sementara


2. Pembahasan
Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman
di mana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri
larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi,
dan

oksigen

secara

cukup. Substrat

adalah dapat

menyerap

dan

menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna tidak


mudah

lapuk.

Karakteristik

substrat

harus

bersifat inert dimana

tidakmengandung unsur hara mineral. Media tanam hidroponik harus


bebas daribakteri, racun, jamur, virus, spora yang dapat menyebabkan
patogen bagi tanaman. Fungsi utama substrat adalah untuk menjaga
kelembaban, dapat menyimpan air dan bersifat kapiler terhadap air. Media
yang baik bersifat ringan dan dapat sebagai penyangga tanaman
Hidroponik substrat menggunakan media buatan, umumnya pasir
dan arang sekam, yang cara penanamannya hampir sama dengan bertanam
biasa menggunakan tanah dalam pot. Sistem hidroponik substrat
merupakan metode budidaya tanaman di mana akar tanaman tumbuh pada
media porus selain tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga
memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara
cukup. Substrat adalah dapat menyerap dan menghantarkan air, tidak
mempengaruhi pH air, tidak berubah warna tidak mudah lapuk.
Menurut Zulfitri (2005), karakteristik substrat harus bersifat inert
dimana tidak mengandung unsur hara mineral. Media tanam hidroponik
harus bebas dari bakteri, racun, jamur, virus, spora yang dapat
menyebabkan patogen bagi tanaman. Fungsi utama substrat adalah untuk
menjaga kelembaban, dapat menyimpan air dan bersifat kapiler terhadap

10

air. Media yang baik bersifat ringan dan dapat sebagai penyangga
tanaman.
Substrat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sekam dan
pasir malang. Karena menggunakan lebih dari satu macam substrat, maka
harus dilakukan perbandingan yang sesuai yaitu perbandingan 1:1. Pasir
yang akan dipergunakan sebagai media hidroponik mempunyai bobot yang
beratdan porositas yang kurang, sebelum dipergunakan harus disterilkan.
Media pasir cocok untuk hidroponik selada, sawi, bayam dan kangkung.
Arang sekam (kulit gabah) mempunyai porositas yang sangat baik dan
tidak perludi seterilkan tapi hanya dapat dipergunakan untuk 2 kali
penanaman.Media ini cocok untuk tanaman sawi, paprika dan mentimun.
Nutrisi hidroponik dibuat dengan menggabungkan hara makro dan
hara mikro sesuai kebutuhan tanaman. Untuk menghasilkan larutan siap
pakai sebanyak 20 L air, diperlukan bahan pekatan A dan B masingmasing sebanyak 20 ml. Pekatan A terdiri dari kalsium nitrat, kalium nitrat
dan Fe-EDTA. Sedangkan pekatan B terdiri dari kalium hidrofosfat,
ammonium sulfat, magnesium sulfat, cuprisulfat, zinc sulfat, asamborat,
mangansulfat, ammonium molibdat dan kalium sulfat. Setelah pekatan AB
terbentuk, tahap selanjutnya adalah menghitung EC larutan dengan EC
meter, dimana EC yang dikehendaki adalah 2 dan bila lebih dari 2 perlu
ditambahkan air hingga EC turun menjadi 2. Dalam sistem substrat larutan
diberikan ke dalam kolom-kolom pertanaman.
Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman
dimana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri
larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi,
dan oksigen secara cukup. Kelebihan hidroponik jenis ini dapat menyerap
dan menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna,
tidak mudah lapuk
Kelembaban sangat dipengaruhi oleh suhu. Kelembaban di sini
akan berpengaruh terhadap proses-proses yang berlangsung di dalam
pertumbuhan tanaman. Untuk itu, dalam hidroponik substrat harus

11

diketahui apakah kelembaban yang terbentuk telah sesuai dengan syarat


tumbuh tanaman, bila belum hendaknya perlu ditambahkan peralatanperalatan yang mendukung kestabilan kelembaban. Pada budidaya
hidroponik sistem substrat dengan berbagai perpaduan antara lain pasir,
pakis, campuran pakis dan pasir, pasir malang.
Kelebihan hidroponik substrat yaitu pertumbuhan tanaman lebih
baik karena terdapat sirkulasi yang baik pada bagian akar dan penggunaan
nutrisi lebih efisien. Kekurangan hidroponik substrat ini yaitu tidak cocok
digunakan pada daerah yang belum dialiri listrik, memerlukan tenaga ahli,
memerlukan kecermatan dan pemantauan aliran nutrisi, butuh suplai listrik
terus menerus, bila terjadi infeksi penyakit terhadap satu tanaman, maka
seluruh tanaman akan tertular dalam waktu singkat, dan butuh investasi
awal besar.
Menurut Ahmad (2012), Floating hidroponic system (FHS)
merupakan suatu budidaya tanaman (khususnya sayuran) dengan cara
menanamkan /menancapkan tanaman pada lubang styrofoam yang
mengapung diatas permukaaan larutan nutrisi dalam suatu bak penampung
atau kolam sehingga akar tanaman terapung atau terendam dalam larutan
nutrisi. Pada sistem ini larutan nutrisi tidak disirkulasikan, namun
dibiarkan pada bak penampung dan dapat digunakan lagi dengan cara
mengontrol kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini perlu
dilakukan karena dalam jangka yang cukup lama akan terjadi
pengkristalan dan pengendapan pupuk cair dalam dasar kolam yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman. Sistem ini mempunyai beberapa
karakteristik

seperti

terisolasinya

lingkungan

perakaran

yang

mengakibatkan fluktuasi suhu larutan nutrisi lebih rendah, dapat


digunakan untuk daerah yang sumber energi listriknya terbatas karena
energi yang dibutuhkan tidak terlalu tergantung pada energi listrik
(mungkin hanya untuk mengalirkan larutan nutrisi dan pengadukan larutan
nutrisi saja).

12

Pada sistem FHS larutan nutrisi tidak disirkulasikan, namun


dibiarkan pada bak penampung dan dapat digunakan lagi dengan cara
mengontrol kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini perlu
dilakukan karena dalam jangka yang cukup lama akan terjadi
pengkristalan dan pengendapan pupuk cair dalam dasar kolam yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman. Sistem ini mempunyai beberapa
karakteristik

seperti

terisolasinya

lingkungan

perakaran

yang

mengakibatkan fluktuasi suhu larutan nutrisi lebih rendah, dapat


digunakan untuk daerah yang sumber energi listriknya terbatas karena
energi yang dibutuhkan tidak terlalu tergantung pada energi listrik
(mungkin hanya untuk mengalirkan larutan nutrisi dan pengadukan larutan
nutrisi saja).
Selain harus tetap menjaga sirkulasi larutan nutrisi juga perlu
diperhitungkan konsentrasi larutan nutrisi karena hal tersebut sangat
mempengaruhi perkembangan tanaman. Konsentrasi larutan nutrisi dapat
diperoleh dengan mengetahui nilai EC (Electric Conductivity). Nilai EC
dapat didapat dengan cara mengukur nilai resistensi pada larutan nutrisi.
Tidak hanya kelangsungan sirkulasi larutan yang memegang peranan
penting tetapi juga konsentrasi larutan dapat diketahui dengan mengukur
nilai EC (dengan menggunakan EC meter).
Selain EC dan konsentrasi larutan nutrisi, suhu dan pH merupakan
komponen yang sering dikontrol untuk dipertahankan pada tingkat tertentu
untuk optimalisasi tanaman. Suhu dan pH larutan nutrisi dikontrol dengan
tujuan agar perubahan yang terjadi oleh penyerapan air dan ion nutrisi
tanaman dapat dipertahankan. Kelebihan dari sistem ini adalah dapat
memanfaatkan lahan sempit. Hidroponik yang paling mudah dan
sederhana, tidak memerlukan keahlian mendalam, hemat listrik dan untuk
kekurangan adalah kemungkinkan tanaman akan kekurangan oksigen
cepat terjadi peningkatan suhu, memerlukan pemantauan pH dan
kepekatan lebih rutin, pertumbuhan akar sering terganggu.

13

Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial


dalam hidroponik. Konsep dasar NFT ini adalah suatu metode budidaya
tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal
dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan
oksigen. Tanaman tumbuh dalam lapisan polyethylene dengan akar
tanaman terendam dalam air yang berisi larutan nutrisi yang disirkulasikan
secara terus menerus dengan pompa. Daerah perakaran dalam larutan
nutrisi dapat berkembang dan tumbuh dalam larutan nutrisi yang dangkal
sehingga bagian atas akar tanaman berada di permukaan antara larutan
nutrisi dan styrofoam, adanya bagian akar dalam udara ini memungkinkan
oksigen masih bisa terpenuhi dan mencukupi untuk pertumbuhan secara
normal.
Beberapa keuntungan pemakaian NFT antara lain dapat
memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman, kebutuhan air
dapat terpenuhi dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan tingkat
konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat
disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan
beberapa kali dengan periode tanam yang pendek, sangat baik untuk
pelaksanaan penelitian dan eksperimen dengan variabel yang dapat
terkontrol dan memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman
dengan high planting density. Namun NFT mempunyai beberapa
kelemahan seperti investasi dan biaya perawatan yang mahal, sangat
tergantung terhadap energi listrik dan penyakit yang menjangkiti tanaman
akan dengan cepat menular ke tanaman lain.
Ada dua system irigasi yang sering diterapkan pada penanaman
tanaman dengan metode hidroponik, ada yang dikenal dengan istilah
irigasi sistem NFT dan ada pula yang dikenal dengan irigasi tetes
hidroponik substrat. Hidroponik dengan sistem irigasi sangatlah efisien
bila diterapkan pada penanaman tanaman dengan metode hidroponik yang
dilakukan di rumah atau pekarangan, karena dengan sistem irigasi ini
penggunaan air menjadi lebih hemat.

14

Dalam sistem irigasi hidroponik NFT (Nutrient Film Technique),


air dialirkan ke deretan akar tanaman secara dangkal. Akar tanaman berada
di lapisan dangkal yang mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Perakaran dapat berkembang di dalam nutrisi dan sebagian
lainnya berkembang di atas permukaan larutan. Aliran air sangat dangkal,
jadi bagian atas perakaran berkembang di atas air yang meskipun lembab
tetap berada di udara. Di sekeliling perakaran itu terdapat selapis larutan
nutrisi.
Kata film pada hidroponik NFT menunjukkan aliran air yang
sangat tipis berkisar 3 mm. Dengan demikian, hidroponik ini hanya
menggunakan aliran air (nutrisi) yang bersikulasi selama 24 jam terusmenerus sebagai medianya. Keunggulan sistem hidroponik ini antara lain
air yang diperlukan tidak banyak, kadar oksigen terlarut dalam larutan hara
cukup tinggi, air sebagai media mudah didapat, pH larutan mudah diatur,
dan ringan sehingga dapat disangga dengan talang. Pada teknik NFT,
tanaman ditegakkan di talang berbentuk segi empat yang biasanya
digunakan untuk talang rumah atau pipa pvc berdiameter 2,5 , 3 , 4.
Bisa juga fiberglass yang dirancang khusus. Agar tanaman tumbuh tegak
jika anda menggunakan talang tanaman rockwool sebagai media tanam
diselipkan pada styrofoam yang disambung-sambung di sepanjang
permukaan atas talang sehingga aliran air di talang ini terlindungi dan
bagian dasar talang menjadi gelap sehingga lumut tidak akan tumbuh
begitu juga pada penanaman yang menggunakan pipa pvc. Umumnya
styrofoam yang dipasang dalam talang mempunyai ketebalan 1 cm hingga
3 cm dan panjangnya 100 cm. Styrofoam tersebut dilubangi 1.5 cm dengan
jarak 15-20 cm untuk sayuran daun dan 30-40 cm untuk tanaman buah.
Peralatan lainnya yang mutlak dibutuhkan yaitu tangki penampung dan
pompa. Tangki penampung nutrisi terbuat dari plastik atau galvanis dan
ukurannya tergantung pada populasi tanaman. Tangki penampung
dilengkapi dengan pompa untuk mendorong larutan nutrisi agar tanaman
masuk ke dalam jaringan distribusi atau inlet.

15

Faktor lingkungan sangat berpengaruh pada keberhasilan usaha


hidroponik. Budidaya hidroponik dipengaruhi oleh komponen alami yang
hendaknya dikendalikan dan dimanfaatkan secara optimal untuk
menunjang

usaha

produksi.

Faktor

lingkungan

yang

umumnya

berpengaruh pada budidaya hidroponik yaitu curah hujan, kelembaban,


cahaya, temperatur, elevasi dan angin.
Kecukupan cahaya hendaknya dimanfaatkan dengan memberikan
konsentrasi hara lebih tinggi. Pada temperatur yang tinggi, reaksi kimia
akan berjalan cepat sehingga pertumbuhan tanaman menjadi pesat. Dalam
sistem irigasi hidroponik NFT (Nutrient Film Technique), air dialirkan ke
deretan akar tanaman secara dangkal.Akar tanaman berada di lapisan
dangkal

yang

mengandung

nutrisi

sesuai

dengan

kebutuhan

tanaman.Perakaran dapat berkembang di dalam nutrisi dan sebagian


lainnya berkembang di atas permukaan larutan. Aliran air sangat dangkal,
jadi bagian atas perakaran berkembang di atas air yang meskipun lembab
tetap berada di udara. Di sekeliling perakaran itu terdapat selapis larutan
nutrisi.
Kebaikan sistem ini ialah kadar pertumbuhan pokok adalah tinggi
dan juga menjimatkan baja dan air. Akan tetapi sistem ini juga ada
keburukannya. Jika aliran air terlalu deras, kotoran atau akar-akar halus
yang terlepas akan menyumbat seluruh sistem dan boleh menyebabkan
kematian pokok. Ini dapat dielakkan dengan menapis air laruran yang
masuk semula ke dalam tangki baja.
Menurut Ito (2010), prinsip aeroponik cukup sederhana yaitu
menyediakan nutrisi sekaligus memberikan air yang kaya akan oksigen ke
tanaman dengan cara penyemprotan air yang mengandung nutrisi tersebut.
Akar tanaman dikondisikan tidak terendam air atau tergantung pada media
sterofoam yang sudah disediakan diatas kolam. Kelebihan dari sistem ini
adalah tumbuhan mendapat suplay oksigen yag sangat banyak sehingga
proses respirasi menjadi sangat optimal. Hasilnya akan diketahui bahwa
sistem ini memiliki kapasitas penyediaan yang lebih dari yang lain baik

16

dari segi nutrisi ataupun oksigen. Kelemahan sistem ini adalah


penggunaan pompa listrik yang sangat bergantung pada ketersediaan
listrik sehingga jika pompa yang digunakan untuk menyemprotkan air dan
nutrisi tersebut mati maka yang terjadi adalah tanaman yang ditanam juga
akan mati.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum Acara I
Pengenalan Sistem Hidroponik, antara lain :
a. Setiap sistem hidroponik memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
b. Hidroponik substrat menggunakan media buatan, umumnya pasir dan
arang sekam.
c. Fungsi utama substrat adalah untuk menjaga kelembaban, dapat
menyimpan air dan bersifat kapiler terhadap air.
d. Konsep dasar NFT ini adalah suatu metode budidaya tanaman dengan
akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi
sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan oksigen.
e. Pada sistem FHS cara menanamkan /menancapkan tanaman pada
lubang styrofoam yang mengapung diatas permukaaan larutan nutrisi
2. Saran
Pada praktikum Acara Pengenalan Sistem Hidroponik ini, coas
sebelumnya memberi tahu praktikan untuk memotret semua sistem
hidroponik

yang

ada

di

rumah

kaca

sehingga

data

lengkap.

DAFTAR PUSTAKA
Affan. 2006. Produksi Tanaman dan Makanan dengan Menggunakan Hidroponik
Sederhana hingga Otomatis. http://io.ppijepang.org. Diakses pada tanggal
4 November 2013
Ahmad. 2012. Tipe Aplikasi Hidroponik. http://sirrywatthoriq.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 4 November 2013
Anonim 2009. Aeroponik. http://aeroponik-leo.blogspot.com/. Diakses pada
tanggal 4 November 2013
Diansari Muthia 2008. Pengaturan Suhu, Kelembaban, Waktu Pemberian Nutrisi,
dan Waktu Pembuangan Air untuk Pola Cocok Tanam Hidroponik
Berbasis Mikrikontroler AVR ATMEGA 8535. Skripsi. Departemen
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Ditya 2010. Makalah Sistem Hidroponik NFT. http://dityawan.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 4 November 2013
Hadian S.U., Sani M.I., Arie I. 2006. Perancangan dan Implementasi Sistem
Otomatisasi Pemeliharaan Tanaman Hidroponik. Jurnal Teknik Elektro 8
(1) : 1-4.
Indoagrow 2012. Sistem Hidroponik NFT. http://indoagrow.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 4 November 2013
Ito. 2010. Hidroponik. http://itozangbio.wordpress.com. Diakses pada tanggal 4
November 2013
Karsono S, Sudarmodjo Y Sutiyoso. 2002. Hidroponik Skala Rumah Tangga.
Jakarta. Agro Media Pustaka.
Mosip Erinus 2010. Budidaya Tanaman Hidroponik Sayuran Sistem NFT.
http://erinusmosipinginlepas.blogspot.com. Diakses pada tanggal 4
November 2013
Riki. 2012. Teknologi Hidroponik. http://rikimulya.blogspot.com. Diakses pada
tanggal 4 November 2013
Sanjaya, Alit Adi 2011. Vertikultur. http://alitadisanjaya.blogspot.com. Diakses
pada tanggal 4 November 2013
Suprijadi, N. Nuraini, dan M. Yusuf. 2009. Sistem Kontrol Nutrisi Hidroponik
dengan Menggunakan Logika Fuzzy. Jurnal Otomasi, Kontrol dan
Instrumentasi 1 (1) : 31-32.
Untung, O. 2001. Hidroponik Sayuran Sistem NFT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Zulfitri. 2005. Analisis Varietas dan Polybag terhadap Pertumbuhan serta Hasil
Cabai. Buletin Penelitian 8. Universitas Mercu Buana. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai