A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Hidroponik dapat diartikan sebagai sistem budidaya pertanian
tanpa menggunakan tanah tetapi menggunakan air yang berisi larutan
nutrient. Sistem mempunyai bebrapa keunggulan, yaitu kepadatan tanaman
per satuan luas dapat dilipatgandakan sehingga menghemat penggunaan
lahan, mutu produk (bentuk, ukuran, rasa, warna, kebersihan/higiene)
dapat dijamin karena kebutuhan nutrient tanaman dipasok secara
terkendali di dalam rumah kaca dan tidak tergantung musim/waktu tanam
dan panen dapat diatur sesuai dengan kebutuhan pasar.
Hidroponik merupakan penanaman tanaman dengan menggunakan
nutrisi mineral berbentuk larutan dalam air, tanpa tanah. Tanaman daratan
dapat tumbuh dengan akar mereka dalam larutan mineral nutrisi atau
dalam media inert, seperti perlit, kerikil, wol mineral, atau sabut kelapa.
Budidaya hidroponik biasanya dilaksanakan di dalam rumah kaca
(greenhouse) untuk menjaga supaya pertumbuhan tanaman secara optimal
dan benar-benar terlindung dari pengaruh unsur luar seperti hujan, hama
penyakit, iklim.
Hidroponik, budidaya tanaman tanpa tanah, telah berkembang sejak
pertama kali dilakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan
penemuan unsur-unsur hara esensial yang diperlukan bagi pertumbuhan
tanaman. Penelitian tentang unsur-unsur penyusun tanaman ini telah
dimulai pada tahun 1600-an. Akan tetapi budidaya tanaman tanpa tanah ini
telah dipraktekkan lebih awal dari tahun tersebut, terbukti dengan adanya
taman gantung (Hanging Gardens) di Babylon, taman terapung (Floating
Gardens) dari suku Aztecs, Mexico dan Cina.
Budidaya tanaman secara hidroponik memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan dengan budidaya secara konvensional, yaitu pertumbuhan
tanaman dapat di kontrol, tanaman dapat berproduksi dengan kualitas dan
penambahan
modifikasi
resirkulasi
aerasi
yaitu
dengan
hidroponik
adalah
salah
satu
jawaban
untuk
kerusakan
pada
pompa
perendaman.
Jika
pompa
perendaman gagal, atau jika ada kegagalan listrik, tanaman tidak akan
mendapatkan nutrisi yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup
(Ditya 2010).
rakit
apung, tanaman
ditempatkan pada
bagian-bagian
dari
bentuk-bentuk
modifikasi
sistem
NFT
Vertikultur
Substrat
Substrat kerikil
sekam
oksigen
secara
cukup. Substrat
adalah dapat
menyerap
dan
lapuk.
Karakteristik
substrat
harus
10
air. Media yang baik bersifat ringan dan dapat sebagai penyangga
tanaman.
Substrat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sekam dan
pasir malang. Karena menggunakan lebih dari satu macam substrat, maka
harus dilakukan perbandingan yang sesuai yaitu perbandingan 1:1. Pasir
yang akan dipergunakan sebagai media hidroponik mempunyai bobot yang
beratdan porositas yang kurang, sebelum dipergunakan harus disterilkan.
Media pasir cocok untuk hidroponik selada, sawi, bayam dan kangkung.
Arang sekam (kulit gabah) mempunyai porositas yang sangat baik dan
tidak perludi seterilkan tapi hanya dapat dipergunakan untuk 2 kali
penanaman.Media ini cocok untuk tanaman sawi, paprika dan mentimun.
Nutrisi hidroponik dibuat dengan menggabungkan hara makro dan
hara mikro sesuai kebutuhan tanaman. Untuk menghasilkan larutan siap
pakai sebanyak 20 L air, diperlukan bahan pekatan A dan B masingmasing sebanyak 20 ml. Pekatan A terdiri dari kalsium nitrat, kalium nitrat
dan Fe-EDTA. Sedangkan pekatan B terdiri dari kalium hidrofosfat,
ammonium sulfat, magnesium sulfat, cuprisulfat, zinc sulfat, asamborat,
mangansulfat, ammonium molibdat dan kalium sulfat. Setelah pekatan AB
terbentuk, tahap selanjutnya adalah menghitung EC larutan dengan EC
meter, dimana EC yang dikehendaki adalah 2 dan bila lebih dari 2 perlu
ditambahkan air hingga EC turun menjadi 2. Dalam sistem substrat larutan
diberikan ke dalam kolom-kolom pertanaman.
Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman
dimana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri
larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi,
dan oksigen secara cukup. Kelebihan hidroponik jenis ini dapat menyerap
dan menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna,
tidak mudah lapuk
Kelembaban sangat dipengaruhi oleh suhu. Kelembaban di sini
akan berpengaruh terhadap proses-proses yang berlangsung di dalam
pertumbuhan tanaman. Untuk itu, dalam hidroponik substrat harus
11
seperti
terisolasinya
lingkungan
perakaran
yang
12
seperti
terisolasinya
lingkungan
perakaran
yang
13
14
15
usaha
produksi.
Faktor
lingkungan
yang
umumnya
yang
mengandung
nutrisi
sesuai
dengan
kebutuhan
16
yang
ada
di
rumah
kaca
sehingga
data
lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Affan. 2006. Produksi Tanaman dan Makanan dengan Menggunakan Hidroponik
Sederhana hingga Otomatis. http://io.ppijepang.org. Diakses pada tanggal
4 November 2013
Ahmad. 2012. Tipe Aplikasi Hidroponik. http://sirrywatthoriq.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 4 November 2013
Anonim 2009. Aeroponik. http://aeroponik-leo.blogspot.com/. Diakses pada
tanggal 4 November 2013
Diansari Muthia 2008. Pengaturan Suhu, Kelembaban, Waktu Pemberian Nutrisi,
dan Waktu Pembuangan Air untuk Pola Cocok Tanam Hidroponik
Berbasis Mikrikontroler AVR ATMEGA 8535. Skripsi. Departemen
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Ditya 2010. Makalah Sistem Hidroponik NFT. http://dityawan.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 4 November 2013
Hadian S.U., Sani M.I., Arie I. 2006. Perancangan dan Implementasi Sistem
Otomatisasi Pemeliharaan Tanaman Hidroponik. Jurnal Teknik Elektro 8
(1) : 1-4.
Indoagrow 2012. Sistem Hidroponik NFT. http://indoagrow.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 4 November 2013
Ito. 2010. Hidroponik. http://itozangbio.wordpress.com. Diakses pada tanggal 4
November 2013
Karsono S, Sudarmodjo Y Sutiyoso. 2002. Hidroponik Skala Rumah Tangga.
Jakarta. Agro Media Pustaka.
Mosip Erinus 2010. Budidaya Tanaman Hidroponik Sayuran Sistem NFT.
http://erinusmosipinginlepas.blogspot.com. Diakses pada tanggal 4
November 2013
Riki. 2012. Teknologi Hidroponik. http://rikimulya.blogspot.com. Diakses pada
tanggal 4 November 2013
Sanjaya, Alit Adi 2011. Vertikultur. http://alitadisanjaya.blogspot.com. Diakses
pada tanggal 4 November 2013
Suprijadi, N. Nuraini, dan M. Yusuf. 2009. Sistem Kontrol Nutrisi Hidroponik
dengan Menggunakan Logika Fuzzy. Jurnal Otomasi, Kontrol dan
Instrumentasi 1 (1) : 31-32.
Untung, O. 2001. Hidroponik Sayuran Sistem NFT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Zulfitri. 2005. Analisis Varietas dan Polybag terhadap Pertumbuhan serta Hasil
Cabai. Buletin Penelitian 8. Universitas Mercu Buana. Jakarta.