Anda di halaman 1dari 15

Esei

KONSERVASI DAN MITOS KONSENSUS

M. Nils Peterson,* Markus J. Peterson,a dan Tarla Rai Petersonb


*Jurusan Perikanan dan Margasatwa, Universitas Negara Bagian Michigan, 13
Natural Resources Building, East Lansing, MI 4882, Amerika Serikat, email
peter529@msu.edu
a
Jurusan Ilmu Margasatwa dan Perikanan, Universitas Texas A&M, College Station,
TX 77843-2258, Amerika Serikat
b
Jurusan Komunikasi, Universitas Utah, Salt Lake City, UT 841120491, Amerika
Serikat

Abstrak: Saat ini, pembuat kebijakan di bidang lingkungan hidup menggunakan pendekatan berbasis
konsensus dalam pembuatan keputusan dalam usaha meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
konservasi dan membantu penyusunan tujuan antara perlindungan lingkungan dan pertumbuhan
ekonomi yang satu sama lain sering tidak sejalan. Walaupun bisa memberikan hasil positif dalam
konteks ruang dan waktu jangka pendek dan dalam berbagai macam sistem pengaturan, penggunaan
pendekatan ini secara berlebihan bisa menimbulkan implikasi yang membahayakan usaha konservasi
pada berbagai masyarakat yang demokratis. Kami berpendapat bahwa pembuatan keputusan di
bidang lingkungan yang berakar pada teori konsensus menyebabkan lunturnya ungkapan-ungkapan
konservasi yang berpengaruh dalam masyarakat dan mengesahkan hubungan kekuasaan yang ada
saat ini yang berakar pada pembentukan realitas tatanan sosial yang tidak berkelanjutan. Kami juga
mengemukakan model argumentatif pembuatan keputusan di bidang lingkungan yang berakar pada
ekologi akan mendukung kebijakan lingkungan secara progresif dengan menempatkan agenda
lingkungan pada landasan epistemologi yang lebih kuat dan memperkuat tantangan terhadap
hegemoni kekuasaan yang ada sekarang yang mengatur praktek-praktek yang tidak berkelanjutan.
Kata Kunci: demokrasi, konflik lingkungan, tatanan sosial, pembangunan yang berkelanjutan

Pendahuluan melalui proses demokrasi. Sebelum White


Dua dari sejumlah esei konservasi (1967:1204) menyatakan agama Kristen
yang paling berpengaruh pada abad sebagai penyebab utama peperangan
keduapuluh menyatakan bahwa demokrasi antar sesama manusia terhadap alam, ia
adalah penyebab utama dan solusi menulis “krisis lingkungan yang kita alami
potensial atas masalah lingkungan kita. disebabkan oleh budaya demokrasi yang
Solusi yang dikemukakan Hardin (1968) baru muncul. Masalahnya adalah apakah
terhadap kelebihan penduduk adalah dunia yang demokratis dapat
kekerasan yang disepakati, yang dicapai mempertahankan pengaruhnya”. Ironis-

1
nya, analisis yang kritis terhadap kedua kondisi lokal, keanekaragaman, partisipasi,
esei ini mengabaikan pentingnya demo- dan pembangunan lokal memperkuat
krasi dalam menentukan keberhasilan hubungan ini (Kothari, 1990; de la Court,
inisiatif konservasi. Walaupun kedua esei 1992; Peterson, 1997), terutama karena
tersebut tidak mengubah cara penerapan konsensus lebih mudah dicapai pada skala
demokrasi sehubungan dengan isu-isu lokal yang lebih kecil.
lingkungan, kekerasan yang disepakati, Pergeseran ini selanjutnya didu-
dengan tingkat kesepakatan yang kung di Amerika Serikat melalui dukungan
berbeda, telah menjadi status quo dalam presiden terhadap proses penyusunan
pembuatan kebijakan di bidang ling- rencana konservasi habitat (HCP).
kungan. Setidaknya mulai dari masa Kemungkinan pertentangan modal
kepresidenan Theodore Roosevelt sampai ekonomi dan modal sosial menarik
belakangan ini, kebijakan lingkungan perhatian para administrator dan manajer
Amerika Serikat berakar pada konflik, – meluas sampai presiden Amerika Serikat
argumentasi, dan negosiasi (Peterson, – yang berusaha mencari alternatif yang
2004). lebih murah dari pendekatan privatisasi
Pergeseran dari model konflik tradisional, perintah dan pengawasan, dan
menuju model konsensus untuk pendekatan yang berbasis subsidi dalam
pembuatan keputusan yang berkaitan manajemen sumber daya alam. Dalam
dengan lingkungan mendapatkan per- kampanye presiden tahun 1992, George
hatian yang semakin besar pada akhir H.W. Bush mengusulkan perubahan
tahun 1980-an. Perubahan ini didukung Undang-undang Spesies yang Terancam
oleh perkembangan pesat pembangunan Punah untuk memberikan bobot yang lebih
yang berkelanjutan. Keterkaitan antara besar pada keprihatinan ekonomi,
model konsensus dan pembangunan sedangkan Bill Clinton berjanji untuk
berkelanjutan membuat kedua konsep ini mengeluarkan negara itu dari pilihan yang
mendapat dukungan publisitas dan membingungkan antara perlindungan
kebijakan (Aguire, 2002:101) diawali dari lingkungan dan pertumbuhan ekonomi.
Laporan Brundtland (Komisi Lingkungan Pemerintahan Clinton yang terbentuk
dan Pembangunan Dunia, 1987) dan menggunakan proses HCP untuk
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mencapai fleksibilitas yang diperlukan
mengenai Lingkungan dan Pembangunan untuk berusaha memenuhi janji ini
pada tahun 1992. Pembangunan (Doremus, 1999). Dalam janji ini tersirat
berkelanjutan yang difokuskan pada rekonsiliasi atas perbedaan mendasar

2
antara hak milik, pembangunan, dan secara independen, semua model tersebut
perlindungan lingkungan di tanah milik mempunyai tingkat komitmen yang
pribadi (Peterson dkk., 2002). Proses HCP berbeda dalam membentuk persetujuan
digunakan ‘secara selektif’ dan ‘secara bersama sebagai suatu tujuan akhir.
eksperimental’ selama 10 tahun pertama Tanpa konsep yang mempersatukan
keberadaannya (Shoenbaum & Rosen- tersebut, konsensus berkembang menjadi
burg, 1996:564), tapi potensinya dalam suatu istilah yang tidak berarti yang
menghilangkan pertentangan antara mencakup kegiatan yang berkisar dari
perlindungan lingkungan dan pertumbuhan kampanye hubungan masyarakat sampai
ekonomi dan hak milik kemungkinan dengan dengar pendapat publik.
mendorong penggunaan yang berlebihan Apatisme dan/atau ketidak-ingin-
pada tahun-tahun belakangan ini. tahuan sering dipersalahkan karena
Sebanyak 14 izin yang dikeluarkan kegagalan manusia dalam menanggulangi
sebelum kampanye presiden tahun 1992 kemerosotan keanekaragaman hayati dan
menjadi tidak berarti dibandingkan dengan ekosistem dan fungsi biosfir (Ehrlich, 2003;
425 izin yang disetujui pada bulan Juli Freyfogle, 2003; Orr, 2003). Walaupun
2003 (Badan Perikanan dan Margasatwa tudingan ini memang benar, usaha untuk
Amerika Serikat, 2003). melakukan sentralisasi pendekatan
Sebagaimana yang sering terjadi berbasis konsensus dalam pembuatan
pada pemikiran baru yang mengalami keputusan lingkungan semakin memper-
kejutan kolektif, model-model konsensus kuat apatisme dan ketidak-ingin-tahuan
definisikan secara menyimpang. Model ini mengenai isu-isu konservasi. Ironisnya,
umumnya ingin mendapatkan hasil yang pada saat konsensus semakin
menguntungkan kedua pihak, mendidik mendapatkan perhatian di kalangan para
peserta dan menimbulkan rasa praktisi lingkungan, kelemahan
kebersamaan. Model ini juga mempunyai konseptualnya semakin dirusak oleh para
berbagai nama seperti konservasi berbasis ilmuwan sosial (Russman, 1987; Tukey,
masyarakat (Western & Wright, 1994), 1988; Hikins, 1989). Perdebatan teoretis
manajemen bersama (Chase dkk., 2000), mengenai teori konsensus dan dasar-
manajemen sumber daya bersama dasar filosofisnya sama sekali belum
(Wondolleck & Yaffee, 2000), dan inisiatif berakhir, tapi impliksinya jelas tidak
berbasis masyarakat (Brunner dkk., 2002). menguntungkan bagi usaha konservasi
Walaupun masing-masing model dalam konteks politik seperti Amerika
konsensus mendefinisikan keberhasilan Serikat. Di sini kami menguraikan

3
landasan teoretis konsensus, menguraikan untuk mengesahkan pola-pola perusakan
implikasi yang mungkin berbahaya dari lingkungan yang sudah ada. Misalnya,
penerapannya, dan mengemukakan klaim yang meragukan bahwa pem-
keuntungan potensial yang dihasilkan bangunan yang berkelanjutan bisa
dengan mempertahankan model berbasis berlangsung secara tidak pasti bersama
argumen yang didasarkan pada ekologi dengan pola-pola pertumbuhan ekonomi
sebagai komponen utama dari pembuatan yang ada sekarang (Czeck, 2000; Gowdy,
keputusan yang berkaitan dengan 2000) hanya dapat diterima bila kenyataan
lingkungan. dibentuk secara sosial sehingga
mengabaikan penelitian ekologi maupun
Teori Konsensus pengalaman praktis. Pandangan dasar
Secara filosofis, proses-proses HCP – bahwa pembangunan dapat terjadi
konsensus berakar pada konstruksio- tanpa mengganggu usaha konservasi
nisme sosial (Hikins, 1989). Dari sudut keanekaragaman hayati – bertumpu pada
pandang konstruksionis, keberadaan suatu asumsi yang sama (Redford & Richter,
‘kenyataan’ yang tidak berkaitan dengan 1999). Walaupun proses konsensus belum
nilai-nilai kemanusiaan, simbol, dan makna tentu menghasilkan dukungan status quo,
patut dipertanyakan (Scott, 1967; Hikins, proses ini cenderung mengarah ke sana.
1989). Karena itu, suatu makna diciptakan
melalui retorika dan menjadi kenyataan Teori Konsensus yang implikasinya
bila diterima dengan konsensus dalam merugikan konservasi
suatu masyarakat. Masyarakat yang Manajemen konsensus sangat
berbeda akan mencapai konsensus dalam merugikan karena usaha untuk
makna yang berbeda, sehingga mendamaikan semua orang bisa
menciptakan kenyataan yang berbeda. menghambat usaha untuk melakukan
Dari sudut pandang ini, tidak ada perubahan dan mempertahankan status
kenyataan yang membatasi pembuatan quo. Karena konsensus menunjukkan
keputusan selain dari konsensus di antara persetujuan, proses seperti ini sangat
para anggota masyarakat (Hikins, 1989). rawan menimbulkan jalan buntu akibat
Suatu pendekatan dalam veto yang dilakukan oleh satu kelompok.
pembuatan keputusan yang berkaitan Selain itu, walaupun banyak fasilitator
dengan lingkungan yang berakar pada konsensus yang berusaha keras untuk
epistemologi ini nampaknya tidak memperluas keanekaragaman orang yang
bertanggung jawab dan telah digunakan terlibat dalam proses-proses publik dan

4
menciptakan suatu lingkungan yang kuat dari masyarakat. Setelah itu banyak
mendukung partisipasi egaliter (egalitarian sekali penerbitan ilmiah yang meng-
= seorang yang percaya bahwa semua gunakan istilah tersebut (Aguirre, 2002).
orang sederajat), proses seperti ini pasti Kejutan ini memperlihatkan suatu perge-
terjadi dalam struktur politik yang sudah seran sosial yang disahkan oleh ilmu
ada, dimana beberapa kelompok pengetahuan yang ditimbulkan oleh
mempunyai kekuasaan yang lebih besar ketidakpastian yang terdapat dalam
dibandingkan kelompok lain (Mouffe, definisi terkenal mengenai pembangunan
2000). Kelompok-kelompok ini mempunyai yang berkelanjutan – yang didefinisikan
keunggulan dalam membentuk konsensus sebagai pembangunan yang memenuhi
kelompok sehingga menguntungkan usaha ‘kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan
untuk mempertahankan hubungan kemampuan generasi yang akan datang
berjenjang yang sudah ada. untuk memenuhi kebutuhan mereka’
(Komisi Lingkungan dan Pembangunan
Melemahnya Ungkapan-ungkapan yang Dunia, 1987; Lele & Norgaard, 1990).
Berpengaruh secara Sosial Dalam paradigma teori konsensus
Uraian mengenai pembangunan setiap masyarakat yang mendukung
yang berkelanjutan memperlihatkan nasib pembangunan yang berkelanjutan dapat
ungkapan-ungkapan konservasi yang menciptakan kenyataannya sendiri untuk
berpengaruh bila dihubungkan dengan konsep tersebut. Misalnya, baik akademisi
teori konsensus. Untuk sementara waktu maupun pembuat kebijakan sangat
terlihat bahwa semua orang setuju dengan mendukung pembangunan yang
tujuan yang ingin dicapai dari slogan berkelanjutan, walaupun mereka tidak
keberlanjutan, sesuatu yang didukung mempunyai definisi yang jelas untuk
para pakar biologi konservasi dalam usaha konsep tersebut (Aguirre, 2002). Mereka
mendorong penggunaan sumber daya yang pada mulanya mendukung gagasan
alam secara bijaksana (Leopold, 1949; tersebut aktif menuntut penafsiran yang
allen & Hoekstra, 1993). Dengan didasarkan pada pandangan etika mereka
penerbitan Masa Depan Kita Bersama sendiri. Tanpa keharusan untuk
(Komisi Lingkungan dan Pembangunan menjelaskan nilai-nilai dan politik mereka,
Dunia, 1987), yang menghubungkan para konservasionis sering tanpa sadar
keberlanjutan dengan pembangunan dan mendasarkan konsep mereka pada
keadilan antar generasi dan antar negara, sentimen moral pribadi mereka (Lele &
gagasan tersebut mendapat dukungan Norgaard, 1996). Dengan demikian,

5
terbentuklah pengertian yang berbeda dan pembangunan berkelanjutan yang
asumsi nilai implisit yang berbeda dikemukakan Brundtland karena kecen-
(Peterson, 1997). Selain para akademisi, derungan antroposentris yang tersirat
kelompok-kelompok kepentingan yang dalam konsep tersebut (Jacob, 1994), dan
berkuasa ikut bergabung dalam usaha Callicott dan Mumford (1997) segera
menentukan makna dan penggunaan menolak versi antroposentris pemba-
istilah tersebut. Misalnya, kelompok- ngunan yang berkelanjutan dan
kelompok kepentingan lama telah mendukung ‘keberlanjutan ekosistem.’
‘menguasai’ pembangunan yang berke- Ironisnya, usaha untuk menetapkan satu
lanjutan untuk digunakan dalam kampanye makna dari konsep pembangunan yang
pemasaran yang dirancang untuk berkelanjutan dalam dunia yang terdiri dari
meyakinkan masyarakat bahwa ‘konsumsi konstruksi-konstruksi kenyataan sosial
hijau’ akan menimbulkan masalah yang beragam membuat istilah tersebut
lingkungan yang berkaitan dengan status menjadi tidak bermakna. Ketika asumsi-
quo (Stauber, 1994; Woollard & Ostry, asumsi berbasis nilai yang nampaknya
2000). Pertentangan ini menimbulkan saling bertentangan dari pandangan-
sejumlah pandangan mengenai pemba- pandangan yang berbeda mengenai
ngunan yang berkelanjutan yang berakar pembangunan yang berkelanjutan (Jacob,
pada nilai-nilai dan keyakinan yang sangat 1994; Lele & Norgaard, 1996) dan
berbeda. kegagalan paradigma tersebut dalam
Banyak pendukung pembangunan memenuhi harapan dari masing-masing
yang berkelanjutan membuang konsep pandangan menjadi jelas, istilah tersebut
tersebut saat menjelaskan etika moral menjadi semakin tidak populer di kalangan
yang implisit dan monistik yang ekolog sama cepatnya dengan ketika
mendefinisikan pembangunan yang istilah tersebut mendapatkan popu-
berkelanjutan. Orang dapat memba- laritasnya (Aguirre, 2002). Belakangan ini,
yangkan respons negatif dari kelompok para pendukung industrialisasi, globalisasi,
kepentingan biosentris bila mereka dan pembangunan adalah kelompok
menemukan bahwa pembangunan yang utama yang tertarik pada isu-isu
berkelanjutan adalah ‘kode untuk konservasi yang tidak menjauhkan dirinya
pertumbuhan abadi . . . yang dipaksakan dari istilah tersebut (Gunningham dkk.,
kepada masyarakat dunia oleh jaringan 2003).
media korporat-politik dunia’ (Willers,
1994:1146). Para ekolog menolak versi

6
Biaya Lingkungan dari Pengesahan keputusan, dan dalam demokrasi liberal
realitas Konstruksi Sosial yang Ada penentangan praktis diperbolehkan. Selain
Penekanan pada hasil yang itu, orang yang sekarang memegang
menguntungkan semua pihak dari model kekuasaan jarang mau menyerahkan
berbasis konsensus dalam pembuatan kekuasaan tersebut. Mereka juga biasanya
keputusan yang berkaitan dengan mau dan mampu mempertahankan
lingkungan bisa menimbulkan masalah pandangan mereka karena mereka
karena kita mencapai ilusi objektifitas dan mempunyai akses untuk mendapatkan
alasan umum hanya dengan menutupi sumberdaya yang lebih besar (Ivie, 2002;
konflik diantara kelompok-kelompok dan Mouffe, 1993). Karena alasan ini,
individu-individu yang ikut berpartisipasi. kelompok elit yang dominan biasanya lebih
Karena itu, kita menganggap benar menyukai pendekatan berbasis konsensus
sesuatu yang dapat dipahami sebagai dibanding pendekatan yang didasarkan
suatu hegemoni (kontrol atau pengaruh pada argumentasi.
dominan yang dilakukan oleh seseorang Ivie (2004) menyatakan bahwa
atau kelompok terhadap lainnya, ‘penentangan demokratis dalam masa
khususnya oleh kelompok politis). perang atau krisis bisa membahayakan
Sebagaimana yang dikemukakan Mouffee kelompok-kelompok yang mendukung
(2000), ilusi konsensus sangat opini yang sudah ada karena opini ini
membahayakan demokrasi karena proses sangat penting bagi kesejahteraan politik
demokrasi yang sehat memerlukan suatu negara.’ Ketergantungan pada
pengakuan kelompok kepentingan yang proses konsensus tidak hanya
berbeda dan pengakuan bahwa konflik membahayakan demokrasi secara umum
terbuka mengenai kepentingan yang tapi juga membahayakan usaha
berbeda adalah hal yang wajar. konservasi, terutama melalui pengesahan
Selain itu, konsensus sosial hanya konfigurasi kekuasaan hegemoni yang
mempertahankan struktur hierarki yang sudah ada dan menyingkirkan penentang
sudah ada – pertumbuhan dan efisiensi terhadap kelompok elit yang dominan.
ekonomi yang sudah ada (Czech, 2000) – Ketergantungan ini mengurarngi hubungan
konsensus tersebut tidak bisa antara kekuasaan dengan konflik-konflik
mengubahnya (Mouffee, 1994; Mouffe, kepentingan yang dangkal, yang mungkin
2000). Bila perubahan memerlukan dapat didamaikan melalui niat baik
konsensus sosial, satu kelompok atau bersama. Dengan menggunakan pende-
individu penentang bisa memveto suatu katan seperti ini, dogma yang berkaitan

7
dengan hak milik pribadi, apa yang berkelanjutan. Begitu pula, ketergantungan
dinamakan pasar bebas, atau globalisasi pada pendekatan berbasis konsensus
yang tak dapat dihindarkan menjadi dalam pembuatan kebijakan meng-
kenyataan. Misalnya, pandangan bahwa hilangkan perdebatan umum mengenai
globalisasi semata-mata didorong oleh aspek keberlanjutan dari suatu praktek
aspek teknologi dari revolusi informasi konservasi. Dari sudut pandang ekologi,
timbul karena pendekatan berbasis kebijaksanaan lingkungan yang sudah ada
konsensus memungkinkan kita untuk sekarang tidak menghasilkan sesuatu
mengesampingkan pandangan sayap kiri yang berkelanjutan. Dan dia tidak akan
dari kancah politik (Mouffe, 2000). pernah bisa kecuali bila struktur
Walaupun konsentrasi kepemilikan media kekuasaan yang ada sekarang dapat
semakin memperkuat kecenderungan ini di didesak untuk memasukkan informasi baru
Amerika Serikat, realitas kekuasaan politik mengenai dampak dari tindakan manusia.
menjamin suatu pola yang sama di
negara-negara demokrasi liberal lainnya Model yang Berbasis Argumen
(Herman & Chomsky, 2002). Suatu pendekatan dalam parti-
Meskipun terdapat fakta bahwa sipasi masyarakat yang didasarkan pada
pandangan sayap kiri lebih menonjol di argumen memberikan alternatif yang
Eropa Barat dibanding di Amerika Serikat, bermanfaat terhadap ilusi yang dike-
mereka tetap menjadi pandangan alternatif mukakan dalam teori konsensus. Bila
yang berpengaruh. Tanpa perdebatan ekosistem didefinisikan mencakup kenya-
mengenai dimensi politiknya, praktek- taan material yang tidak dibentuk secara
praktek pemerintah yang mendukung atau sosial, kebijakan berbasis konsensus tidak
menghambatnya, dan bagaimana praktek - akan menjadi suatu pilihan sampai sistem
praktek tersebut memenuhi kepentingan yang dimaksud dijelaskan oleh ilmu
perusahaan besar internasional maupun pengetahuan dan dipahami oleh
perusahaan kecil, aspek-aspek tertentu masyarakat. Namun demikian, ilmu
dari globalisasi mulai diterima. Dengan pengetahuan saja tidak mungkin
tiadanya perdebatan seperti ini, struktur memberikan jawaban atas suatu masalah
yang sudah ada menjadi kenyataan yang kebijakan, karena metode ilmiah
tidak terbantahkan, bukannya menjadi hipotetiko-deduktif menunjukkan kenya-
suatu tujuan ekonomi neoliberal. Karena taan hanya dengan menghilangkan
itu, kenyataan ini menimbulkan dampak alternatif-alternatif secara sistematis
serius terhadap kebijakan lingkungan yang (Murphy & Noon, 1991), bukan dengan

8
membuktikan kebenaran. Selanjutnya, yang mempunyai hak yang sama. Namun
walaupun metode ilmiah memberikan demikian, hal ini tidak menyebabkan
landasan yang kuat untuk menentukan penerimaan terhadap pilihan kebijakan
apa yang benar atau yang tidak benar, lawan. Dengan mempertahankan suatu
metode tersebut kurang memberikan ketegangan yang produktif antara
tuntunan dalam memutuskan apa yang kerjasama dan persaingan, dan tidak
harus dilakukan. mengutamakan konsensus, argumentasi
Manajemen ekosistem memerlukan dapat mengurangi potensi untuk
keputusan yang akan mempenga-ruhi mengubah lawan menjadi musuh.
kualitas hidup dan standar hidup setiap Konsepsi perdebatan publik ini mengu-
individu dan masa depan umat manusia. tamakan strategi komunikasi yang bersifat
Keputusan ini tidak bisa menunggu sampai situasional, parsial, tidak pasti, dan
pemerintah cukup disiplin untuk meng- longgar (Ivie, 2002) – strategi tersebut
hasilkan persetujuan yang rasional yang disampaikan kepada masyarakat yang
didasarkan pada ilmu pengetahuan. mungkin memilih untuk mengabaikan,
Membuat keputusan kebijakan lingkungan menyalahartikan secara sengaja, atau
tanpa mendapatkan masukan masyarakat mendukung pesan yang disampaikan.
menimbulkan biaya transaksi yang sangat Kecenderungan menuju suatu bentuk
besar dan jarak yang semakin besar partisipasi yang mengutamakan perten-
antara masyarakat yang apatis dan tangan ini, mengembangkan nilai-nilai
lingkungan (Daniels & Walker, 2001). toleransi dan integrasi dengan
Suatu model pembuatan keputusan yang mengarahkan perhatian pada masalah
mengutamakan argumentasi ketimbang bagaimana orang-orang dalam masya-
konsensus memberikan cara praktis untuk rakat politik bisa cukup menempatkan diri
melibatkan masyarakat umum dalam mereka ke posisi yang lebih tinggi
kebijaksanaan lingkungan tanpa menga- sehingga dapat melihat kelemahan me-
baikan ilmu pengetahuan. reka sendiri walaupun pada saat yang
Mouffe (2000) menyatakan bahwa sama saling bertentangan – yaitu bagai-
tujuan dari politik di negara demokrasi mana mereka bisa bertindak dengan
liberal, seperti yang terdapat di Eropa kesadaran maksimum dengan mem-
Barat dn Amerika Serikat, adalah bulatkan sudut pandang individual mereka
menciptakan kesatuan melalui konflik. Dari melalui pertarungan kata. Dengan
sudut pandang ini, para peserta meng- demikian, suatu pandangan yang
anggap lawan sebagai musuh yang sah didasarkan pada argumen memberikan

9
cara yang realistis untuk merundingkan diperlukan agar usaha konservasi berhasil,
politik dari kelompok-kelompok kepen- dan pada saat yang sama member-
tingan dan identitas yang saling berten- dayakan masyarakat untuk berpartisipasi
tangan yang saling membantu dalam dalam penerapan ilmu pengetahuan dalam
perdebatan mengenai kebijakan ling- demokrasi? Dalam model berbasis argu-
kungan. men ini pembuatan keputusan yang
Menerima keberadaan aspirasi- berkaitan dengan lingkungan mencer-
aspirasi yang berlawanan diantara para minkan pertentangan, perdebatan, dan
anggota dari suatu lembaga demokrasi konflik mengenai pengamatan ilmiah
aktif harus mendukung percakapan antar secara langsung maupun tak langsung
bidang ilmu mengenai pendekatan mengenai dunia fisik.
sistemik dalam menyusun kebijakan
lingkungan yang berbasis ilmu penge- Implikasi Konservasi
tahuan dan mendapat dukungan masya- Esei ini tidak dimaksudkan untuk
rakat. Partisipasi masyarakat yang memperdebatkan landasan filosofis dari
didasarkan pada argumen memerlukan teori konsensus, konstruksionisme sosial,
masyarakat yang cukup terbuka sehingga ataupun ekologi. Sebenarnya, realitas
memungkinkan persaingan politik namun versi konstruksionis dengan sangat tepat
cukup stabil sehingga persaingan tersebut meramalkan respons sosial sekarang ini
aman. Walaupun partisipasi ini tidak terhadap kerusakan lingkungan. Pener-
secara langsung mengubah struktur sosial bitan setiap artikel ilmiah, esei, dan buku
yang telah menyebabkan kerusakan yang menjelaskan keberlanjutan, keane-
lingkungan, partisipasi masyarakat ini karagaman hayati, konservasi, atau
setidaknya menimbulkan kesadaran kualitas lingkungan dipenuhi oleh kasus-
mengenai struktur ini melalui dialog yang kasus kepunahan yang disebabkan oleh
dimungkinkannya (Peterson, 1997:171- antropogenik, pemanasan global, kela-
185). Mengapa memusatkan usaha kita paran di negara-negara berkembang,
pada usaha untuk mencapai tujuan hilangnya tanah basah, hilangnya seluruh
monisme yang tidak mungkin dan mungkin siklus hidrologi, erosi tanah, melelehnya
tidak diinginkan dalam ilmu pengetahuan lapisan es di daerah kutub, lubang pada
dan pemerintahan, bila penekanan pada lapisan ozon, hujan asam, kekeringan,
negosiasi (de Graaf dkk., 1996) di dalam penggundulan hutan, dan polusi global
proses demokrasi (Mouffe, 2000) dapat yang tak terduga. Namun demikian,
menjelaskan penilaian implisit yang masyarakat tidak bertindak karena,

10
walaupun fakta ini mungkin sudah partisipasi masyarakat yang didasarkan
dibuktikan secara independen, masyarakat pada ekologi tidak boleh mengabaikan
tidak membentuknya sebagai kenyataan dampak sosial terhadap arah ilmu
menonjol jangka pendek. pengetahuan, tapi model ini menunjukkan
Daripada mengemukakan bahwa bahwa melalui metode hipotetiko-deduktif
konstruksionisme dan teori konsensus kita dapat meningkatkan kemampuan
mempunyai kelemahan filosofis, kami prediksi dari teori-teori tersebut dan
menyatakan bahwa konstruksionisme dan menghasilkan praktek-praktek lingkungan
teori konsensus mempunyai kelemahan yang lebih berkelanjutan (Kitcher, 2001).
praktis. Pergeseran menuju konsensus Dari sudut pandang ini, pengetahuan yang
dalam perencanaan konservasi akan menjadi landasan kebijaksanaan
menimbulkan dampak lingkungan yang lingkungan lama-kelamaan akan semakin
merugikan bila terus berlanjut seperti berkembang.
sekarang ini. Bila dominasi sosial itu Biologi konservasi sedang
sendiri merupakan kenyataan, ungkapan- berusaha meperhitungkan penurunan
ungkapan konservasi yang berpengaruh fungsi biosfir pada saat ini dan menyusun
seperti pembangunan yang berkelanjutan teori-teori yang mempunyai kemampuan
akan dikuasai oleh para pendukung prediksi mengenai hasil dari tindakan
konstruksi kenyataan sosial yang paling manusia. Tapi karena ilmu pengetahuan
berpengaruh, dan masyarakat konservasi bergantung pada pengujian hipotesis-
akan tidak berdaya untuk menentang hipotesis penelitian alternatif (Cham-
pertumbuhan ekonomi dan paradigma berlain, 1890; Romesburg, 1981), sedikit
efisiensi yang dominan (Czechm, 2000) sekali solusi efektif yang didasarkan pada
dalam pembuatan keputusan. ilmu pengetahuan untuk masalah-masalah
Argumentasi dan perdebatan ber- lingkungan yang akan dicapai dengan
basis ilmu pengetahuan yang dilibat- cepat (Soule, 1986). Pendekatan berbasis
kannya, menempatkan konservasi pada konsensus dalam menyusun kebijaan
landasan epistemologi yang lebih kuat lingkungan memang diperlukan tapi tidak
dibandingkan dengan konstruksionisme cukup untuk menjamin dihasilkannya
sosial dan konsensus karena masalah- keputusan terbaik. Walaupun kenyataan
masalah lingkungan yang telah disebutkan yang dibentuk secara sosial merupakan
di atas adalah pendekatan terbaik yang dimensi yang signifikan dalam setiap
dimiliki ilmu pengetahuan dalam kebijaksanaan, kenyataan tersebut tidak
membahas kenyataan. Suatu model dapat mengubah kenyataan material.

11
Pendekatan partisipasi masyarakat yang pada kekuatan dari proses partisipasi
lebih didasarkan pada argumen daripada masyarakat untuk mencapai konsensus
konsensus harus mendorong semua pihak memasuki proses tersebut dengan
untuk memahami persetujuan yang dicapai harapan besar, namun akhirnya kecewa
melalui proses politik sebagai konfigurasi melihat tingkah laku yang sangat
kekuasaan hegemonis sementara yang bertentangan dari orang-orang yang
masih terbuka untuk diperdebatkan di mempunyai pandangan yang berbeda
masa depan (Peterson, 1997). Hal ini tidak (Peterson dkk., 2002). Hal ini menim-
mengesampingkan usaha mencapai kon- bulkan sinisme politik terhadap usaha
sensus dalam situasi yang sesuai. konservasi, yang semakin memperbesar
Walaupun pendekatan yang didasarkan ketidakpedualian masyarakat dan meng-
pada argumen dan pendekatan yang hambat kebijakan lingkungan yang
didasarkan pada konsensus keduanya progresif (Ehrlich, 2003; Freyfogle, 2003;
bisa digunakan, namun tetap terdapat Oer, 2003). Mengingat bahwa keberadaan
perbedaan mendasar yang sangat penting manusia secara berkelanjutan sangat
dalam manajemen konservasi. Penekanan berkaitan dengan seluruh biosfir, perhatian
pada argumen mengesahkan dan besar terhadap ekologi bisa mendorong
memudahkan perubahan, sedangkan kita untuk menemukan bahwa tantangan
penekanan pada konsensus semakin dari suatu partisipasi masyarakat secara
mengesahkan keberlanjutan atau sta- penuh dalam perdebatan mengenai
bilitas. kebijakan lingkungan memerlukan kesung-
Bila informasi ilmiah mengenai guhan pada diri masing-masing peserta
suatu isu lingkungan mempunyai untuk saling membantu dalam perdebatan
kemampuan prediksi yang kuat dan yang serius, daripada berusaha mencapai
penerapannya relatif tidak mendapat konsensus (Scott & Smith, 1969).
penentangan, kita tidak memperma- Keberadaan kita secara material, begitu
salahkan pendekatan konsensus. Namun pula kehidupan politik kita, semakin
demikian, bertindak seolah-olah kondisi ini tergantung pada kemampuan kita untuk
ada padahal sebenarnya tidak ada akan memahami dan mengembangkan praktek-
mengesahkan lebih lanjut kerusakan praktek argumentatif yang memungkinkan
lingkungan yang sudah terjadi dan demokrasi bertahan hidup sebagaimana
meningkatkan ketidakpedulian serta mestinya.
sinisme di kalangan masyarakat. Para
pemangku kepentingan yang percaya

12
Ucapan terimakasih Chase, L.C., T.M. Schuster, and D.J.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Decker. 2000. Innovations in
stakeholder involvement: what’s the
W.E. Grandt, seorang editor, dan dua next step? Wildlife Society Bulletin
dewan juri atas kritikannya yang bersifat 28:208-217
konstruktif and bermanfaat. Usaha ini Czech, B. 2000. Economic growth as the
didukung oleh Universitasd Negeri limiting factor for wildlife
conservation. Wildlife Society
Michigan, Stasiun Percobaan Texas, Bulletin 28:4-15
Universitas Texas A&M, dan Universitas Daniels, S.E., and G.B. Walker. 2001.
Utah. Working through environmental
conflict: the collaborative learning
approach. Praeger Publishers,
Pustaka yang disitir Westport, Connecticut
Aguirre, B.E. 2002. “Sustainable de Graaft, H.J., C.J.M. Musters, and W.J.
development” as collective surge. ter Keurs. 1996. Sustainable
Social Science Quarterly 83:101- development looking for new
108 strategies. Ecological Economics
Allen, T.E.H., and T.W. Hoekstra. 1993. 16:205-216
Toward a definition of sustainability. de la Court, T. 1992. Critique of the
Pages 98-107 in W.W. Covington dominant development paradigm.
and I.E. Debano, editors. Development 2:42-46
Sustainable ecological systems:
implementing an ecological Doremus, H. 1999. Preserving citizen
approach to land management. participation in the era of
Rocky Mountain Forest and Range reinvention: the Endangered
Experiment Station, Fort Collins, Species Act example. Ecological
Colorado. Law Quarterly 25:707-717

Brunner, R.D., C.H. Colburn, C.M. Ehrlich, P.R. 2003. Get off the train and
Cromleyu, R.A. Klein, and E.A. walk. Conservation Biology 17:352-
Olson. 2002. Finding common 353
ground: governance and natural Freyfogle, E.T. 2003. Conservation and
resources in the American West, the culture war. Conservation
Yale University Press, New Haven, Biology 17:354-355
Connecticut.
Gowdy, J.M. 2000. Terms and concepts in
Callicott, J.B. and K. Mumford. 1997. ecological economics. Wildlife
Ecological sustainability as a Society Bulletin 28:26-33
conservation concept.
Gunningham, N.,R.A. Kagan, and D.
Conservation Biology 11:32-40.
Thornton 2003. Shades of green:
Chamberlain, T.C. 1890. The method of business, regulation, and
multiple working hypotheses. environment. Stanford Law and
Science 15:92-96 Politics, Stanford California.

13
Hardin, G. 1968. The tragedy of the Mouffe, C. 1993. The return of the political,
commons. Science 162: 1243-1248 Verso, London
Herman, E.S., and N. Chomsky. 2002. Murphy, D.D., and B.D. Noon. 1991.
Manufacturing consent: the political Coping with uncertainty in wildlife
economy of the mass media. biology. Journal of Wildlife
Pantheon New York Management 55:773-782
Hikins, J.A. 1989. Through the rhetorical Orr, D.W. 2003. Walking north on a
looking-glass: consensus theory southbound train. Conservation
and fairy tales in the epistemology Biology 17:348-351
of communication. Communication
Peterson, M.N., T.R. Peterson, M.J.
Studies 40:161-171
Peterson, R.R. Lopez, and N.J.
Ivie, R.L. 2002. Rhetorical deliberation and Silvy. 2002. Cultural conflict and
democratic politics in the here and the endangered Florida Key deer.
now. Rhetoric and Public Affairs Journal of Wildlife Management
5:277-285 66:947-968
Ivie, R.L. 2004. Prologue to democratic Peterson, T.R. 1997. Sharing the earth:
dissent in America. Javnost, The the rhetoric of sustainable
Public: Journal of the European development. University of South
Institute for Communication and Carolina Press, Columbia, South
Culture 11:11-36 Carolina
Jacob, M. 1994. Sustainable development Peterson, T.R., editor, 2004. Presidential
and deep ecology: an analysis of rhetoric encounters ecology. Texas
competing traditions. A&M University Press, College
Environmental Management Station
18:477-488
Redford, K.H., and B.D. Richter. 1999.
Kitcher, P. 2001. Science, truth and Conservation of biodiversity in a
democracy. Oxford University world of use. Conservation Biology
Press, New York. 13:1246-1256
Kothari, R. 1990. Environment, technology Romesburg, H.C. 1981. Wildlife science:
and ethics. Pages 27-35 in J.R. gaining reliable knowledge. Journal
Engels, editors. Ethics of the of Wildlife Management 45:293-313
environment and development.
Russman, T.A. 1987. A prospectus for the
University of Arizona Press,
triumph of realism. Mercer
Tucson.
University Press, Macon, Georgia.
Lele, S., and R.B. Norgaard. 1996.
Scott, R.L. 1967. On viewing rhetoric as
Sustainability and the scientist’s
epistemic. Central States Speech
Burden. Conservation Biology
Journal 18:9-17
10:354-365
Scott, R.L., and D.K. Smith 1969. Rhetoric
Leopold, A. 1949. A sand county almanac
of confrontation. Quarterly Journal
and sketches here and there.
of Speech 55:1-8
Oxford University Press, London.
Shoenbaum, T.J., and R.H. Rosenburg
1996. Environmental policy law:

14
problems, cases, and readings. Press, Vancouver, British
Foundation Press, Westbury, New Columbia.
York.
World Commission on Environment and
Soule, M.E. 1986. Conservation biology Development, 1987. Our common
and the “real world.” Pages 1-12 in future. Oxford University Press,
M.E. Soule, editor. Conservation Oxford, United Kingdom.
biology: the science of scarcity and
diversity. Sinauer Associates,
Sunderland, Massachusetts.
Stauber, J.C. 1994. Going...going...green!
PR Watch 1:1-3
Tukey, D. 1988. Toward a spiritual critique
of intersubjectivist rhetoric. Journal
of Communication and Religion
10:1-8
U.S. Fish and Wildlife Service (USFWS),
2003. Conservation plans and
agreements database. USFWS,
Washington, D.C. Available from
http://ecos.fws.goc/ conserv-
plans/public.jsp (accessed July
2003)
Western, D., and M. Wright, editors, 1994.
Natural connections: perspectives
in community-based conservation.
Island Press, Washington, D.C.
White, L. 1967. The historical roots of our
ecologic crisis. Science 155: 1203-
1207
Willers, B. 1994. Sustainable development:
a new world deception.
Conservation Biology 8:1146-1148
Wondolleck, J.M., and S.L. Yaffee. 2000.
Making collaboration work: lessons
from innovation in natural resource
management, Island Press,
Washington, D.C.
Woollard, R.G., and A.S. Ostry, editors,
2000. Fatal consumption: rethinking
sustainable development.
University of British Columbia

15

Anda mungkin juga menyukai