Anda di halaman 1dari 26

1

A. Judul : Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Proses Sains


pada Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas

B. Pendahuluan
1. Latar Belakang
IPA terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah yang juga
harus dikembangkan pada peserta didik sebagai pengalaman bermakna yang dapat
digunakan sebagai bekal perkembangan diri selanjutnya. Salah satu tujuan
pembelajaran pada standar kompetensi mata pelajaran IPA adalah melakukan
inkuiri ilmiah. Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan
berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek
penting kecakapan hidup kegiatan inkuiri meliputi : observasi, pengukuran,
hipotesis, interpretasi data pengumpulan data, analisis data, interpretasi data, dan
membuat teori. Beberapa kegiatan inkuiri ilmiah sama dengan kegiatan
keterampilan proses IPA. Untuk melatih siswa melakukan keterampilan proses
perlu disajikan beberapa kegiatan yang mengajak siswa untuk berfikir dan bekerja
sesuai dengan keterampilan proses. Dalam pembelajaran IPA hasil belajar proses
dikenal dengan keterampilan proses. Dimana keterampilan proses adalah
keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang
mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah,
sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru (Semiawan, 1992).
Dengan mengembangkan keterampilan proses nantinya siswa akan mampu
menemukan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

Dalam hal ini seorang guru harus memiliki atau mengembangkan bahan
ajar yang sesuai dengan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntunan
pemecahan masalah belajar. Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru/ instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan
tidak tertulis. Sedangkan manfaat bahan ajar ini sendiri bagi peserta didik, yaitu :
1. Kegiatan pembalajaran menjadi lebih menarik
2. Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan
terhadap kehadiran guru
3. Mendapatkan kemudahan dan mempelajari setiap kompetensi yang harus
dikuasainya.
Penilaian dalam pembelajaran sains dapat dimaknai sebagai pembawa
konten, proses sains dan sikap ilmiah secara bersama-sama (Mahmuddin. 2010).
Penilaian merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan
(Mardapi.2008). Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh
melalui peningkatan kualitas sistem penilaiannya. Dimana keduanya saling
terkait, sistem belajar yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik.
Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Selanjutnya sistem
penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi
mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik.
Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan
perbaikan sistem penilain yang diterapkan. Penilan dilakukan terutama untuk
menilai kemajuan siswa dalam mencapai keterampilan proses sains.

Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan


instrumen yang disesuaikan dengan materi dan tingkat perkembangan siswa atau
tingkat kelas. Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus
direncanakan secara cermat sebelum digunakan. Menurut Widodo (2009),
penyusunan instrumen untuk penilaian terhadap keterampilan proses sains siswa
dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi jenis keterampilan proses sains yang akan dialami
2. Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains
3. Menentukan dengan cara bagaimana keterampilan proses sains tersebut
diukur (misalnya : tes unjuk kerja, tes tertulis, dan tes lisan)
4. Membuat kisi-kisi instrumen
5. Mengembangkan

instrumen

pengukuran

keterampilan

proses

sains

berdasarkan kisi-kisi yang dibuat


6. Melakukan validasi instrumen
7. Melakukan uji coba terbatas untuk mendapatkan validitas atau realibilitas
empiris
8. Perbaikan butir-butir yang belum valid
9. Terapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains dalam
pembelajaran sains.
Penialain keterampilan proses sains juga merupakan pendekatan untuk
mengukur dan menilai kemampuan kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas atau
dalam mempertunjukkan kegiatan. Pengukuran terhadap keterampilan proses
sains siswa, dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen tertulis. Pelaksanaan

pengukuran dapat dilakukan secara tes (paper and pencil test) dan bukan tes.
Penilaian melalui tes dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil
test). Sedangkan penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk
observasi atau pengamatan. Menurut Bajah (2000), penilaian dalam keterampilan
proses agak sulit dilakukan melalui tes tertulis dibandingkan dengan teknik
observasi. Namun demikian, menggunakan kombinasi kedua teknik penilaian
tersebut dapat meningkatkan akurasi penilaian terhadap keterampilan proses sains.
Pada rubrik biasanya juga disertai dengan deskriptor. Dekriptor
menyatakan harapan kondisi siswa pada setiap level unjuk kerja untuk setiap
kriteria.

Dalam

implementasinya,

penilaian

melalui

observasi

dengan

menggunakan rubrik penilaian memiliki beberapa keunggulan. Ketika rubrik


penilaian ini dikomunikasikan kepada siswa di awal pembelajaran, ekspektasi
terhadap pencapaian level keterampilan proses dapat diidentifikasikan dan
dipahami secara baik oleh siswa. Observasi dapat menghasilkan penilaian yang
konsisten dan obyektif. Selain itu, hasil penilaian dapat menghasilkan umpan
balik (feedback) yang lebih baik. Hasil penilaian dapat menunjukkan level khusus
performans siswa selanjutnya yang harus dicapai oleh siswa. Dalam hal ini, guru
dan siswa dapat mengetahui secara pasti, area kebutuhan siswa yang perlu
dikembangkan.
Dengan demikian, perihal rencana penilaian yang dilakukan untuk
mengukur keterampilan proses sains dapat dikomunikasikan secara pasti kepada
siswa sebelum pelaksanaan pembelajaran. Siswa sebagai subyek pembelajaran

dapat menentukan target yang harus dicapai selama proses pembelajaran


berlangsung. Penilaianpun dapat mencapai tujuan sebagaimana mestinya.
Penilain keterampilan proses untuk mengukur secara langsung detail dari
pencapaian keterampilan proses sains, maka penilaian dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi atau rubrik penilaian. Penilaian keterampilan
proses ini menilai kinerja ilmiah siswa dari setiap indikator yang terdapat pada
kompetensi dasar.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan
Proses Sains pada Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan instrumen
penilaian keterampilan proses sains pada mata pelajaran fisika untuk sekolah
menengah atas.
3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah menghasilkan sebuah instrumen alat penilaian keterampilan
proses sebagai panduan dalam proses belajar mengajar.
4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan informasi untuk
memperkaya pengetahuan dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
langkah kebijakan yang lebih baik dan tepat di masa mendatang dalam
peningkatan mutu pendidikan Fisika. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada dunia pendidikan untuk dapat meningkatkan penilain
kemampuan

kinerja

siswa

dalam

menyelesaikan

tugas

atau

dalam

mempertunjukkan kegiatan. Penilan dilakukan terutama untuk menilai kemajuan


siswa dalam mencapai keterampilan proses sains.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa agar lebih
termotivasi untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
b. Bagi guru hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
masukan untuk dapat melakukan penilaian keterampilan proses sains
yang baik kepada siswa
c. Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam
penerapan mengajar di dunia pendidikan dan juga sebagai acuan
penelitian berikutnya.

C. Landasan Teoretis
1. Hakekat Pembelajaran IPA Fisika SMA
Pendidikan sains diarahkan untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar. Oleh karena itu, pendekatan yang diterapkan

dalam menyajikan pembelajaran sains adalah memadukan antara pengalaman


proses sains dan pemahaman produk sains dalam bentuk pengalaman langsung.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa
pengetahuan, gagasan dan konsep terorganisir tentang alam sekitarnya, yang
diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Proses ini antara
lain meliputi penyelidikan, penyusunan, dan pengujian-pengujian gagasan. Mata
pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan
keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa, serta mencintai dan menghargai
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa (Depdikbud, 1994). Pendidikan IPA lebih
menerapkan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar siswa mampu menjelajahi, mengerti, dan memahami alam
sekitar secara alamiah (Depdiknas, 2004).
Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yaitu suatu
ilmu yang mempelajari gejala dan peristiwa atau fenomena alam, serta berusaha
untuk mengungkapkan segala rahasia dan hukum semesta. Oleh karena itu
membicarakan hakikat sains sama halnya membicarakan hakikat fisika. Hakikat
fisika mencakup fisika sebagai produk ilmiah, fisika sebagai proses ilmiah, dan
fisika sebagai sikap ilmiah. Fisika sebagai produk ilmiah menyangkut kepada halhal yang berkaitan dengan fakta-fakta, definisi, konsep-konsep, dan prinsip-prinsi.
Fisika sebagai proses ilmiah berkaitan dengan keterampilan untuk memperoleh
atau menemukan konsep dan prinsip. Sedangkan fisika sebagai sikap ilmiah
berkaitan dengan sikap, norma dan tata nilai individu dalam menemukan konsep
dan prinsip. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi

dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang fisika material melalui penemuan piranti
mikroelektronika yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran sangat
kecil. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan
pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum
alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak
bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang baik
tentang fisika.
Mata pelajaran fisika di SMA dikembangkan dengan mengacu pada
pengembangan fisika yang ditujukan untuk mendidik siswa agar mampu untuk
mengobservasi dan eksperimentasi. Kemampuan observasi dan eksperimentasi ini
lebih ditekankan pada melatih kemampuan berpikir eksperimental yang mencakup
tata laksana percobaan dengan mengenal peralatan yang digunakan dalam
melakukan eksperimen. Selanjutnya, dengan kemampuan matematis yang
diperoleh melaluia pelajaran matematika, siswa dilatih untuk mengembangkan
kemampuan berpikir yang taat azas. Kemampuan berpikir ini dilatih melalui
pengelolaan data yang kebenarannya tidak diragukan lagi, selanjutnya dengan
menggunakan perangkat matematis dibangunlah konsep, teori, prinsip dan hukum.
Adapun tujuan dan fungsi Mata pelajaran Fisika di SMA/MA adalah agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
a. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan
keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
b.

Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat
bekerjasama dengan orang lain

10

c.

Mengembangkan

pengalaman

untuk

dapat

merumuskan

masalah,

mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan


merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan
data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis
d.

Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan


deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif
maupun kuantitatif

e.

Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan


mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Media Pembelajaran
Kegiatan belajar mengajar seharusnya bukan hanya sekedar memindahkan
materi pelajaran dari guru kepada siswa. Akan tetapi kegiatan belajar mengajar
juga dapat membelajarkan anak didik atau dengan kata lain kegiatan belajar
mengajar hendaknya dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan.
Sebagain besar yang terjadi saat ini di sekolah-sekolah kegiatan belajar
mengajar hanya seakan transfer of knowledge yang penting proses belajar
mengajar dapat berlangsung. Dalam kegiatan belajar siswa hanya sebagai seorang
pendengar yang siap menerima seluruh informasi yang disampaikan guru.

11

Dengan demikian tidak terjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif,


dan menyenangkan. Proses belajar mengajar hanyalah merupakan kegiatan rutin
yang harus dilakukan guru dan yang wajib diterima siswa. Tentu saja hal
demikian ini tidak dapat diharapkan siswa akan berkembang secara maksimal.
Untuk merubah suasana kelas seperti tersebut di atas, salah satu usaha guru adalah
dengan menggunakan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar.
Setiap guru hendaknya terlebih dahulu memahami pengertian, pembuatan dan
penggunaan serta fungsi media pembelajaran.
Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu
yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang
berlangsung antara pendidik dan peserta didik.
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara atau pengantar. Atau dengan kata lain media adalah sebagai
perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima
(Ibrahim, 2001). Dalam pengertian ini, guru, buku, dan lingkungan sekolah
merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar
mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Seorang guru dituntut agar dapat membuat media pembelajaran sederhana.
Tuntutan yang tidak kalah pentingnya adalah guru harus bisa dan mau
menggunakan media dalam pembelajaran.

12

Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan sikap dan perilaku


dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang
pernah dialami sebelumnya.
Hamalik (dalam Azhar Aryad, 2006) mengemukakan bahwa pemakaian
media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan
dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar,
dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Penggunaan
media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu
keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada
saat itu. Di samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran
juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan
menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan mendapatkan
informasi.
Media pengajaran paling besar pengaruhnya bagi indra dan lebih dapat
menjamin pemahaman. Orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat
pemahamannya bertahan dengan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan
mereka yang melihat, atau melihat dan mendengar. Media pengajaran penting
karena media pengajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira
bagi murid-murid dan memperbarui semangat mereka, membantu memantapkan
pengetahuan para siswa serta menghidupkan pelajaran.
Dalam proses belajar mengajar, fungsi media menurut Nana Sudjana
(1991) yaitu :

13

a) Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi


tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk
mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif
b) Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa media pengajaran merupakan
salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru
c) Media dalam pengajara, penggunaannya bersifat integral dengan tujuan dan
isi pelajaran
d) Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata sebagai alat hiburan
yang digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya menarik
perhatian siswa
e) Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat
proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian
yang diberikan guru
f) Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu
belajar mengajar.
3.

Keterampilan Proses
IPA terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah yang juga

harus dikembangkan pada peserta didik sebagai pengalaman bermakna yang dapat
digunakan sebagai bekal perkembangan diri selanjutnya. Salah satu tujuan
pembelajaran pada standar kompetensi mata pelajaran IPA adalah melakukan
inkuiri ilmiah. Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan
berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek

14

penting kecakapan hidup kegiatan inkuiri meliputi : observasi, pengukuran,


hipotesis, interpretasi data pengumpulan data, analisis data, interpretasi data, dan
membuat teori. Beberapa kegiatan inkuiri ilmiah sama dengan kegiatan
keterampilan proses IPA. Untuk melatih siswa melakukan keterampilan proses
perlu disajikan beberapa kegiatan yang mengajak siswa untuk berfikir dan bekerja
sesuai dengan keterampilan proses. Dalam pembelajaran IPA hasil belajar proses
dikenal dengan keterampilan proses.
Menurut Ibrahim (2006) keterampilan proses merupakan hasil belajar yang
di capai seseorang dalam wujud kemampuan untuk melakukan kerja ilmiah atau
penelitian

seperti

melakukan

pengamatan,

komunikasi,

interpretasi,

bereksperimen, menarik kesimpulan dan sebagainya.


Tujuan

pembelajaran

dengan

keterampilan

proses

adalah

untuk

memperoleh pengetahuan yang di dapat melatih kemampuan-kemampuan


intelektual dan merangsang keingintahuan serta dapat memotivasi kemampuannya
untuk meningkatkan pengetahuan baru yang di dapatnya (Memes, 2000).
Keterampilan proses bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak didik
menyadari, memahami, dan menguasai rangkaian bentuk kegiatan yang
berhubungan dengan hasil belajar anak didik. Rangkaian bentuk kegiatan yang
dimaksud

adalah

kegiatan

mengamati,

menggolongkan,

menafsirkan,

meramalkan, merencanakan penelitian dan mengkomunikasikan. Keterampilan


proses dapat meningkatkan kreatifitas anak didik dalam belajar sehingga anak
didik secara aktif dapat mengembangkan dan menerepkan kemampuannya. Ciriciri keterampilan proses yang di lakukan siswa adalah mengerjakan dan mengikuti

15

langkah-langkah pada lembar kerja siswa (LKS) diperlukan latihan dan


penggunaan secara terus-menerus agar keterampilan proses dimiliki siswa.
Keterampilan proses mendasar yang harus dikuasai oleh seseorang adalah
pengamatan, sedangkan keterampilan proses terpadu yang paling tinggi
eksperimen

dalam

pemecahan

masalah.

Keterampilan

proses

dan

sub

keterampilan proses di tunjukkan pada tabel dibawah ini :


Tabel 1. Keterampilan Proses dan Sub Keterampilan Proses
Keterampilan Proses
Mengamati

Sub Keterampilan Proses

Menggunakan alat dan bahan

Menggunakan indra
Mengumpulkan fakta
Mencari kesamaan dan perbedaan
mengklasifikasi
Mencatat pengamatan
Menghubung-hubungkan hasil pengamatan
Menemukan pola
Menarik kesimpulan
Mengemukakan kemungkinan apa yang akan
terjadi
Terampil menggunakan alat dan bahan

Menerapkan konsep

Menyusun hipotesis

Merencanakan kegiatan

Menentukan alat, bahan dan sumber yang


digunakan
Menentukan variabel
Menentukan variabel tetap dan variabel yang
berubah
Menentukan cara mengola hasil pengamatan
Menyusun dan menyampaikan laporan
Menjelaskan hasil pengamatan
Mendiskusikan hasil percobaan
Menggunakan grafik, tabel, dan sebagainya
Membaca grafik dan tabel
Bertanya apa, bagaimana dan mengapa
Bertanya untuk menerima penjelasan
mengajukan

Menafsirkan

Meramalkan

Berkomunikasi

Bertanya

(Sumber Memes, 2000)

16

Penilaian proses dapat di artikan sebagai proses penilaian terhadap proses


belajar yang sedang berlangsung, yang diberikan oleh guru dengan memberikan
umpan balik secara langsung kepada seseorang siswa atau kelompok siswa.
Penilaian keterampilan proses dapat di lakukan dengan cara tes tertulis namun
tidak dapat menjangkau semua kemampuan. Karena menggunakan pendengaran
dan perabaan tidak mungkin di nilai dengan tes tertulis (Usman, 2006).
4.

Bahan Ajar
Perlu disadari bahwa sumber belajar sangat penting artinya dalam

menyusun suatu bahan ajar. Oleh karena itu, keberadaan sumber belajar memiliki
setidak-tidaknya tiga tujuan utama, yaitu memperkaya informasi yang diperlukan
dalam menyusun bahan ajar, dapat digunakan oleh penyusun bahan ajar, dan
memudahkan bagi peserta didik untuk mempelajari suatu kompetensi tertentu.
Adapun kegunaan sumber belajar sebenarnya tidak terlepas dari tujuan
agar sumber belajar itu menjadi bermakna. Maka, kita sebagai seorang pendidik
dituntut untuk dapat secara kreatif mendesain suatu bahan ajar yang
memungkinkan peserta didik dapat secara langsung memanfaatkan sumber belajar
yang tersedia (Diknas, 2004).
Menurut Nasional Centre for Competency Based Training (2007), bahan
ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau
instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tak tertulis.
Kemudian ada pula yang berpendapat bahwa bahan ajar adalah informasi,
alat, dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan

17

penelaahan implementasi pembelajaran. Pandangan-pandangan tersebut juga


dilengkapi oleh Pannen (2001) yang mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah
bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan
guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Telah kita ketahui bersama bahwa bahan ajar tidak sama dengan sumber
belajar. Sebab, bahan ajar memiliki berbagai jenis dan bentuk. Namun demikian,
para ahli telah membuat beberapa kategori untuk macam-macam bahan ajar
tersebut. Beberapa kriteria yang menjadi acuan dalam membuat klasifikasi
tersebut berdasarkan bentuknya, cara kerjanya, dan sifatnya (Andi Prastowo,
2011).
Sementara itu bila kita tinjau dari pengertian bahan ajar (instructional
materials) yang secara garis besar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang harus dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang telah ditentukan (Diknas, 2004), maka bahan ajar
mengandung isi yang substansinya meliputi tiga macam, yaitu pengetahuan (fakta,
konsep, prinsip, dan prosedur), keterampilan, dan sikap (nilai).
Menurut panduan pengembangan bahan ajar Depdiknas (2007) disebutkan
bahwa bahan ajar berfungsi sebagai berikut :
a) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya
diajarkan kepada siswa.

18

b) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam


proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya dipelajari/dikuasainya.
c) Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Dengan demikian, fungsi bahan ajar sangat akan terkait dengan
kemampuan guru dalam membuat keputusan yang terkait dengan perencanaan
(planning),

aktivitas-aktivitas

pembelajaran

dan

pengimplementasian

(implementing), dan penilaian (assessing).


Bahan ajar yang beragam akan sangat memberikan manfaat yang sangat
besar pada siswa diantaranya suasana dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih
menarik dan menantang, mendorong siswa agar memperoleh kesempatan seluasluasnya untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap
sumber informasi dari guru. Manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru
mengembangkan bahan ajar sendiri, yaitu :

a) Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan
kebutuhan belajar siswa
b) Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh
c) Bahan ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan
berbagai referensi
d) Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis
bahan ajar
e) Bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif
antara guru dengan siswa.

19

Depdiknas (2007) merinci prosedur pengembangan bahan ajar, yaitu :

a) Menentukan kriteria pokok pemilihan bahan ajar dengan mengidentifikasi


Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Hal ini dikarenakan
setiap aspek dalam SK dan KD jenis materi yang berbeda-beda dalam
kegiatan pembelajaran
b) Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Materi pembelajaran
dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip dan
prosedur), aspek afektif (pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan
penilaian) serta aspek psikomotorik (gerakan awal, semi rutin, dan rutin)
c) Mengembangkan bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan SK-KD yang
telah teridentifikasi
d) Mengembangkan sumber bahan ajar.

5.

Instrumen Penilaian
Penilaian

merupakan

komponen

penting

dalam

penyelenggaraan

pendidikan (Mardapi. 2008). Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan


dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas sistem penilaiannya. Oleh karena itu,
dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem
penilaan yang diterapkan. Penilaian dilakukan terutama untuk menilai kemajuan
siswa dalam mencapai keterampilan proses sains.
Penilaian keterampilan proses sains dilakukan dengan menggunakan
instrumen yang disesuaikan dengan materi dan tingkat perkembangan siswa atau
tingkat kelas. Oleh karena itu, penyusunan instrumen penilaian harus

20

direncanakan secara cermat sebelum digunakan. Menurut Widodo (2009),


penyusunan instrumen untuk penilaian terhadap keterampilan proses sains siswa
dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi jenis keterampilan proses sains yang akan dialami
2. Merumuskan indikator untuk setiap jenis keterampilan proses sains
3. Menentukan dengan cara bagaimana keterampilan proses sains tersebut
diukur (misalnya : tes unjuk kerja, tes tertulis, dan tes lisan)
4. Membuat kisi-kisi instrumen
5. Mengembangkan

instrumen

pengukuran

keterampilan

proses

sains

berdasarkan kisi-kisi yang dibuat


6. Melakukan validasi instrumen
7. Melakukan uji coba terbatas untuk mendapatkan validitas atau realibilitas
empiris
8. Perbaikan butir-butir yang belum valid
9. Terapkan sebagai instrumen penilaian keterampilan proses sains dalam
pembelajaran sains.

6.

Tinjauan Tentang Instrumen Penilaian


Untuk mendapatkan skala pengukuran atau instrumen yang baik, harus

memiliki validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian. Instrumen yang


digunakan dalam penelitian harus melalui kajian awal, penelitian harus
menganalisis data-data kajian untuk melihat validitas dari instrumen yang akan
digunakan. Menurut Alias Baba Iskandar (2007) validitas adalah sejauh mana

21

instrumen penelitian mengukur dengan tepat konstruksi variabel yang diteliti.


Standar minimal kandungan konsep dalam keterampilan proses haruslah
memenuhi tuntunan tujuan-tujuan pembelajaran yang dirumuskan atau indikatorindikator dalam rencana pembelajaran. Aspek-aspek yang dinilai pada
keterampilan proses meliputi :
a) Validitas Isi
Validitas isi merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian
terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Penilaian validitas isi
umumnya dilakukan dengan cara Desk Evaluation, atau penilaian di atas meja
oleh pakar dibidang keilmuan yang relevan. Validitas juga terdiri dari
aktualitas
kehidupan

(kekinian)
nyata),

materi,
kejelasan/

kontekstualitas
ketepatan

(keterhubungan

contoh

kasus,

dengan

keterlibatan

intelektualitas siswa, keterlibatan emosional dan tata bahasa.


b) Validitas Konstruksi
Validitas konstruksi adalah penilaian dari aspek penyajian materi pelajaran
yang mencakup format atau sistematika penulisan, yakni : tata tulis, tata
letak/ urutan dan ilustrasi (tata gambar)penilaian aspek ini dilakukan dengan
Desk Evaluation oleh validator yang sudah ahli dalam bidang penulisan buku.
c) Validitas Bahasa
Validitas bahasa merupakan salah satu aspek penting untuk menjamin tidak
terjadinya kekeliruan dalam pemahaman konsep yang disajikan. Aspek yang
diamati pada komponen ini adalah penggunaan kosa kata, redaksional
kalimat, dan kejelasan pesan dalam penulisan agar mudah dipahami.

22

Penilaian aspek ini dilakukan dengan Desk Evaluation oleh validator yang
sudah ahli dalam bidang kebahasaan.

7.

Validitas instrumen
Validitas merupakan produk dari validasi. Validasi adalah suatu proses

yang dilakukan oleh penyusun atau pengguna instrumen untuk mengumpulkan


data secara empiris guna mendukung kesimpulan yang dihasilkan oleh skor
instrumen. Sedangkan validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk
mengukur sasaran ukurnya. (Sugiono. 2005) menyatakan, instrumen yang valid
adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.
Hal ini berarti bahwa validitas merupakan ciri instrumen yang terpenting.
Berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan validitas instrumen, baik langsung
ataupun tidak berhubungan dengan peningkatan validitas instrumen itu sendiri.
Untuk menjadi valid maka suatu instrumen harus dikonstruksikan dengan baik
dan mencakup materi yang benar-benar mewakili sasaran ukurnya. Validitas
instrumen bersifat relatif terhadap situasi tertentu dan tergantung pada kondisi
tertentu. Instrumen yang mempunyai validitas tinggi terhadap tujuan atau
kegunaan tertentu mungkin akan mempunyai validitas sedang atau mungkin
rendah terhadap tujuan lainnya.

D. Metode Penelitian
10. Tempat dan Waktu Penelitian

23

Penelitian ini dilaksanakn di kampus Program Studi Pendidikan Fisika


Universitas Riau. Waktu penelitian dimulai Juli sampai dengan Agustus.
11. Bentuk Penelitian
Adapun bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif jenis R&D
(Research and Development) atau penelitian dan pengembangan, karena dalam
penelitian ini penelitian mencoba mengembangkan suatu instrument penilaian
keterampilan proses pada mata pelajaran fisika untuk SMA.
Pendekatan penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari
tiga langkah pokok, yang meliput :
a. Studi Pendahuluan
b. Draf instrumen
c. Validasi
d. Revisi
e. Desain produk
Menurut Brog dan Gall (1989) ada langkah pelaksanaan strategi penelitian
dan pngembangan yang dilakukan untuk menghasilkan produk tertentu X untuk
menguji keefektifan produk tersebut. Adapun langkah-langkah penelitian dan
pengembangan ini adalah analisis kebutuhan, studi literature, draf instrument,
validasi, revisi, validasi, dan desain produk.

ANALISIS KEBUTUHAN

STUDI LITERATUR

24

DRAF INSTRUMENT

VALIDASI

REVISI

DESAIN PRODUK

12. Instrumen Penelitian


Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar instrumen penelitian buku
siswa. Untuk mengetahui apakah instrumen penelitian sudah tepat atau layak
dibutuhkan pendapat tim validator sebagai narasumber yang dianggap ahli dalam
bidang buku untuk menilai instrumen tersebut.
13. Teknis Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data hasil validasi instrumen penilaian keterampilan
proses mata pelajaran fisika untuk SMA dilakukan dengan cara memberikan
instrumen keterampilan proses mata pelajarn fisika untuk SMA kepada validator.
Selanjutnya, para validator memberikan penilaian tiap butir yang terdapat di
dalam instrumen penilaian sesuai dengan kriteria.
14. Teknik Analisis Data
Penilaian terhadap masing-masing indikator menggunakan sistem skor,
yaitu skor 1, 2, 3, dan 4, dengan skor terendah 1 dan skor tertinggi 4. Penelitian

25

ini memakai teknik analisis deskriptif, yaitu setelah data dikumpulkan lalu
didiskusikan dan dikelompokkan menurut jenisnya.
Tabel 2. Kategori Penilaian oleh Validator
Skor Penelitian

Kategori

SS : sangat setuju

S : setuju

KS : kurang setuju

TS : tidak setuju

Tabel 3. Skor Nilai Validasi


No

Rata-rata Skor

Kategori Validitas Instrumen

3,5 4

Sangat Tinggi

3 3,4

Tinggi

2,5 2,9

Rendah

< 2,5

Sangat Rendah

26

Anda mungkin juga menyukai