B. Urgensi
Peraturan Menteri Pertanian tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit
Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil /ISPO) sangat
diperlukan dalam rangka memenuhi tuntutan pembangunan perkebunan kelapa
sawit berkelanjutan di Indonesia dan merespon tuntutan pasar yang transparan
dan dapat ditelusuri, serta akuntabel. Hal yang diperhatikan, tidak hanya
mencakup aspek ekonomi, tetapi juga aspek lainnya, yaitu Sistem Perizinan dan
Manajemen Perkebunan, Penerapan Pedoman Teknis Budidaya dan
Izin Usaha Perkebunan untuk Pengolahan (IUP-P) adalah izin tertulis dari
pejabat yang berwenang dan wajib dimiliki oleh perusahaan perkebunan
yang melakukan usaha industri pengolahan hasil perkebunan.
j.
k. Izin Tetap Usaha Perkebunan (ITUP) adalah izin usaha perkebunan yang
diberikan oleh Menteri Pertanian atau pejabat yang ditunjuk untuk
memberikan hak kepada pemegangnya untuk melaksanakan usaha
perkebunan secara tetap sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor
786/Kpts/KB.120/10/96 tentang Perizinan Usaha Perkebunan.
l.
kelapa sawit dengan ukuran pasti dan tidak mentoleransi kesalahan. Prinsip
dan Kriteria tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Persyaratan ISPO.
Unit usaha perkebunan kelapa sawit yang disertifikasi, yakni usaha
budidaya (kebun) kelapa sawit dan usaha industri pengolahan hasil/Pabrik
Kelapa Sawit (PKS), termasuk pemasok bahan baku.
Apabila PKS mendapat pasokan dari kebun di luar unit usaha (kebun
plasma/masyarakat) yang berada dalam satu manajemen, maka Tandan
Buah Segar (TBS) yang dihasilkan harus memenuhi prinsip dan kriteria ISPO.
3. Sertifikasi Rantai Pasok
Sertifikasi Rantai Pasok (SRP) merupakan sistem sertifikasi yang mampu
telusur sepanjang rantai pasok.
Perusahaan perkebunan kelapa sawit yang sudah mendapat Sertifikat
ISPO dapat meningkatkan statusnya untuk mendapatkan sertifikat rantai
pasok.
4. Penunjukan lembaga sertifikasi
Sertifikasi ISPO dilakukan oleh pihak ketiga yang independent atau
lembaga sertifikasi yang memenuhi persyaratan akreditasi dan disetujui oleh
Komisi ISPO. Sedangkan individu tidak dapat menjadi lembaga sertifikasi
ISPO.
Auditor yang melaksanakan penilaian merupakan auditor dari lembaga
sertifikasi yang telah diakreditasi oleh KAN dan diakui oleh Komisi ISPO.
Sedangkan lembaga sertifikasi asing yang diakreditasi oleh badan
akreditasi di negara yang mempunyai kerjasama dengan KAN dan mendapat
pengakuan dari Komisi ISPO dapat melakukan penilaian untuk penerbitan
sertifikasi ISPO.
Lembaga sertifikasi asing yang beroperasi di Indonesia harus tunduk
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
5. Keluhan/Pengaduan
Perusahaan perkebunan yang dinilai dapat menyampaikan pengaduan
secara tertulis kepada Komisi ISPO dilengkapi dengan bukti terkait proses
sertifikasi. Apabila terdapat keluhan dari lembaga sertifikasi, maka Badan
Akreditasi harus dapat menyelesaikannya dan melaporkannya kepada Komisi
ISPO.
6. Organisasi
Organisasi ISPO terdiri dari Komisi ISPO yang dibantu oleh Sekretariat
dan Tim Penilai. Sekretariat dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh
Koordinator Administrasi, Koordinator Teknis/Penelusuran, Koordinator
Advokasi/Promosi, dan Koordinator Penyelesaian Sengketa.
Komisi ISPO mempunyai tugas memfasilitasi pelaku usaha perkebunan
untuk membangun perkebunan kelapa sawit secara berkelanjutan.
Kedudukan Komisi ISPO berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri. Komisi ISPO dipimpin oleh seorang Ketua yang dirangkap oleh
Direktur Jenderal Perkebunan.
7. Petunjuk Auditor
Petunjuk Auditor mencakup ketentuan umum, kualifikasi minimum
auditor, panduan audit secara umum, dan ketentuan penilaian khusus
berdasarkan persyaratan ISPO. Auditor dari lembaga sertifikasi tidak diizinkan
melakukan kegiatan apapun yang mempengaruhi kemandiriannya.
Sedangkan kualifikasi minimum auditor memiliki pendidikan diploma atau
setara yang memiliki keterampilan teknis, dan kualifikasi yang berkaitan
dengan proses sertifikasi. Panduan audit secara umum menggunakan ISO
19011-2002 atau SNI 19-19011-2005.
8. Penutup
Berisi tanggal penetapan, pemberlakuan dan pengundangan konsep
Peraturan Menteri Pertanian dimaksud, serta pejabat berwenang yang
mengesahkannya.
Jakarta,
MENTERI PERTANIAN,
SUSWONO
10