Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pengertian
Tanggungjawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility
adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan adalah memiliki
suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham,
komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.
Tanggungjawab Sosial Perusahaan merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh
dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada
pengembangan ekonomi dari komunitas setempat atau pun masyarakat, bersamaan
dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya.
Definisi CSR menurut World Business Council on Sustainable
Development adalah komitmen dari bisnis/ perusahaan untuk berperilaku etis dan
berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya
meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan
masyarakat luas. Wacana Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility) yang kini menjadi isu sentral yang semakin populer dan bahkan
ditempatkan pada posisi yang penting, karena itu kian banyak pula kalangan dunia
usaha dan pihak-pihak terkait mulai merespon wacana ini, tidak sekedar
mengikuti tren tanpa memahami esensi dan manfaatnya.
Arti Tanggungjawab Sosial Perusahaan Dalam Perspektif Islam. CSR itu
singkatan dari Corporate Social Responsibility. Artinya tanggung jawab sosial
sebuah perusahaan terhadap stakeholder yang terdiri dari sinergi 3P= Profit,
People, Planet. Jadi inti dari Tanggungjawab Sosial Perusahaan/ CSR adalah
bagaimana dari sebuah perusahaan itu memiliki rasa tanggung jawab terhadap
kesejahteraan masyarakat (People) dan kelestarian limgkungan hidup (Planet)
disekitar mereka dengan tetap tidak lupa memperhitungkan untung (Profit) jangka
panjang yang akan didapat.

Contoh bentuk tanggungjawab itu bermacam-macam, mulai dari


melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian
dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas
masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya
masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.
Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)
a. Community Relation
Kegiatan

ini

menyangkut

pengembangan

kesepahaman

melalui

komunikasi dan informasi kepada para pihak yang terkait. Beberapa kegiatan yang
dilakukan PLN antara lain: melaksanakan sosialisasi instalasi listrik,
b. Community Services
Program bantuan dalam kegiatan ini berkaitan dengan pelayanan
masyarakat atau kepentingan umum. Antara lain memberikan bantuan bencana
alam.
c. Community Empowering
Kegiatan ini terdiri dari program-program yang memberikan akses yang
lebih luas kepada masyarakat untuk menunjang kemandiriannya.

Pandangan Islam terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


Menurut Sayyid Qutb, Islam mempunyai prinsip pertanggungjawaban
yang seimbang dalam segala bentuk dan ruang lingkupnya. Antara jiwa dan raga,
antara individu dan keluarga, antara individu dan sosial dan, antara suatu
masyarakat dengan masyarakat yang lain. Tanggung jawab sosial merujuk pada
kewajiban-kewajiban sebuah perusahaan untuk melindungi dan memberi
kontribusi kepada masyarakat dimana perusahaan itu berada. Sebuah perusahaan
mengemban tanggung jawab sosial dalam tiga domain:
1. Pelaku-Pelaku Organisasi , meliputi:
a. Hubungan Perusahaan dengan Pekerja (QS. An-nisa ayat 149)

b. Hubungan Pekerja dengan Perusahaan


c. Hubungan Perusahaan dan Pelaku Usaha Lain; distributor,
konsumen, pesaing.
2. Lingkungan Alam (QS. Al-Araf aya t 56)
3. Kesejahteraan Sosial Masyarakat
Prinsip-prinsip Islam dalam menjalankan bisnis yang berkaitan dengan
tanggungjawab sosial perusahaan
Beberapa prinsip Islam dalam menjalankan bisnis yang berkaitan dengan CSR:
1. Menjaga lingkungan dan melestarikannya ( Surat Al-Maidah ayat 32)
2. Upaya untuk menghapus kemiskinan (Surat Al-Hasyr ayat 7)
3. Mendahulukan sesuatu yang bermoral bersih daripada sesuatu yang secara
moral kotor, walaupun mendatangkan keuntungan yang lebih besar (Surat
Al-Maidah ayat 103)
4. Jujur dan amanah (Surat Al-Anfal ayat 27)
Tujuan dan nilai-nilai tanggungjawab sosial perusahaan dalam ekonomi
Islam
1. Kesejahteraan ekonomi dalam kerangka norma-norma moral Islam.
2. Persaudaraan dan keadilan universal.
3. Distribusi pendapatan yang adil.
4. Kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalahnya
adalah: Bagaimana Tanggungjawab Sosial Perusahaan Dalam Islam

C. TUJUAN MAKALAH
Menyampaikan kepada pembaca tentang bagaimana tanggungjawab sosial
perusahaan dalam islam.

D. MANFAAT MAKALAH
Memberikan

informasi

tentang

bagaimana

tanggungjawab

sosial

perusahaan dalam islam.

BAB II
PEMBAHASAN

A. LINGKUNGAN ORGANISASI BISNIS


Keberadaan organisasi bisnis tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan di
mana berada. Lingkungan sangat mempengaruhi keberadaan organisasi bisnis
tersebut. Secara umum lingkungan organsasi bisnis dapat dikelompokkan menjadi
: lingkungan umum (general environment) dan lingkungan khusus (special
environment). Lingkungan umum adalah lingkungan yang mempertimbangkan
kondisi budaya, ekonomi, hokum-politik, dan pendidikan yang mempengaruhi
organisasi. Sementara lingkungan khusus adalah lingkungan yang berhubungan
dengan organisasi dan individu yang ada dalam interaksinya dengan organisasi
yang bertujuan menjaga kelangsungan perusahaan. Hubungan kedua lingkungan
ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Lingkungan
Umum

Kondisi Sosial

Lingkungan
Khusus

Pesaing

Pelanggan

Rekanan

Perusahaan
XYZ

Kondisi
Ekonomi

Pembuat
Kebijakan

Kondisi
Teknologi

Serikat
Pekerja

Pemegang
Saham

Kondisi HukumPolitik

Kondisi Lingkungan
Alam

Lingkungan umum, terdiri atas keadaan eksternal yang secara substansial dapat
mempengaruhi jalanya organisasi. Lingkungan umum dapat berbentuk seperti
gambar diatas
Kondisi ekonomi- adalah keadaan ekonomi secara umu diantaranya berupa
: inflasi, tingkat pendapatan, GDP, pengangguran, dan indikator - indicator
yang berhubungan dengan kesehatan ekonomi.
Kondisi social-budaya adalah berhubungan dengan nilai-nilai sosial seperti
dalam bentuk hak asasi manusia, kecenderungan pendidikan masyarakat
dan hubungannya dengan lembaga social, kondisi demografi negara.
Kondisi hukum-politik adalah berhubungan dengan filsafat dan tujuan
masing-masing partai politik atau partai yang sedang menjalankan roda
pemerintah, peraturan hukum yang dibuat pemerintah.
Kondisi teknologi adalah menunjukkan pada perkembangan teknologi
yang ada di Negara yang bersangkutan, termaksud di dalamnya adalah
kondisi perkembangan ilmu pengetahuan.
Kondisi lingkungan alamiah adalah keadaan dan kondisi lingkungan alam
atau fisik.

Perbedaan dalam faktor ini hubungan diantaranya sangat berhubungan


juga dengan kondisi peraturan dengan dunia luar yang bersangkutan.
Lingkungan khusus, terdiri atas keadaan actual organisasi, kelompok dan
personel yang berinteraksi dalam perusahaan tersebut. Ada faktor yang
berhubungan langsung terhadap operasional organisasi dari waktu ke waktu.
Berdasarkan Gambar diatas dapat diketahui, elemen-elemen penting penting
lingkungan khusus organisasi yang terdiri atas :
Pelanggan adalah orang atau organisasi yang telah menjadi pembeli atas
produk atau jasa yang dikeluarkan oleh perusahaan tertentu.
Pemasok/ Rekanan adalah pihak yang memberikan dukungan dalam
bentuk tenaga kerja, informasi, atau sumber keuangan atau bahan mentah
yang dibutuhkan untuk berjalannya organisasi.

Pesaing adalah organisasi tertentu yang menyediaakn barang atau jasa


yang sama dengan perusahaan kita atas pelanggan yang sama dengan
pelanggan perusahaan kita.
Regulator adalah lembaga pemerintah tertentu dan/atau yang mewakilinya
didaerah yang membuat kebijakan sehingga mempengaruhi operasional
perusahaan.
Serikat pekerja adalah organisasi para pekerja yang mempengaruhi
keadaan pekerja perusahaan.

Adanya berbagai macam lingkungan perusahaan ini dapat mempengaruhi


perusahaan dalam persaingannya dengan perusahaan lain. Khususnya dengan
lingkungan khusus , maka perusahaan perlu memperhatikan dampak apa yang
ditimbulkan terhadap lingkungan tersebut.

B. TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN


Sebagaimana telah disebutkan, bahwa perusahaan tidak dapat dipisahkan
dengan lingkungan. Dalam hal ini, perusahaan perlu memperhatikan aspek-aspek
apa yang harus dipenuhi untuk menjamin hubungan baik dengan lingkunganya.
Hal inilah yang dikenal dengan pemenuhan kepentingan perusahaan atau
tanggungjawab sosial perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan atas
perusahaan yang bersangkutan. Kesemua pihak inilah yang disebut dengan
stakeholder.
Tanggungjawab sosial perusahaan adalah kewajiban organisasi untuk
berbuat dengan cara tertentu yang ditujukkan untuk melayani kepentingannya
sendiri maupun kepentingan stakeholder. Stakeholder adalah siapa saja yang ada
pada lingkungan eksternal yang terlibat secara langsung pada organisasi /
perusahaan dan / atau mempengaruhi kegiatan organisasi / perusahaan tersebut.
Kepentingan stakeholder adalah mencakup seluruh kepentingan pihak yang
mempengaruhi berjalannya organisasi. Hal demikian, oleh Poernomosidi (2003)

disebutnya

pemenuhidelapan

kepentingan.

Masing-masing

dari

delapan

kepentingan yang dimaksud adalah :


1. Kepentingan pemilik modal
2. Kepentingan kelangsungan hidup perusahaan
3. Kepentingan pelanggan
4. Kepentingan karyawan
5. Kepentingan rekanan
6. Kepentingan pemerintah
7. Kepentingan masyarakat
8. Kepentingan pelestarian lingkungan hidup
Kedelapan kepentingan tersebut menunjukkan adanya keterkaitan. Oleh
karena itu, maka perusahaan harus memperdulikannya. Pemenuhan terhadap
delapan kepentingan secara baik dapat dikategorikan sebagai social performance
perusahaan. Secara umum, social performance ini dapat dilakukan audit
sosialnya, dengan criteria :

Apakah perusahaan telah memenuhi tanggungjawab ekonominya?

Apakah perusahaan telah memenuhi tanggungjawab organisasinya?

Apakah perusahaan telah memenuhi tanggungjawab etiknya?

Apakah perusahaan telah memenuhi tanggungjawab discretionarynya?

C. ETIKA

ISLAM

DALAM

TANGGUNGJAWAB

SOSIAL

ORGANISASI BISNIS
Tanggungjawab sosial merujuk pada kewajiban-kewajiban sebuah
organisasi untuk melindungi dan member kontribusi kepada masyarakat dimana ia
berada. Sebuah organisasi mengemban tanggungjawab sosial dalam tiga domain:
pada pelaku organisasi, pada lingkungan alam, dan pada kesejahteraan sosial
secara umum.

Pelaku-Pelaku Organisasi
Pelaku organisasi merujuk pada orang-orang dan/ atau organisasi yang
dipengaruhi oleh tindakan-tindakan organisasi. Beberapa pelaku organisasi kunci
dipaparkan dalam gambar diatas. Etika dapat mempengaruhi bagaimana
perusahaan berhubungan dengan para pekerja mereka, bagaimana para pekerja
berhubungan dengan perusahaan, dan bagaimana perusahaan berhubungan dengan
pelaku-pelaku ekonomi yang lain.

Hubungan Perusahaan dengan Pekerja


Dalam wilayah non-Islam, standar etis seringkali ditentukan oleh perilaku
para manager. Standar ini meliputi perekrutan dan pemecatan, upah, pelecahan
seksual, dan hal-hal lain yang relevan dengan kondisi kerja seseorang.
Keputusan Perekrutan, Promosi dan Lain-Lain Bagi Pekerja
Islam mendorong kita untuk memperlakukan setiap Muslim secara adil.
Sebagai contoh, dalam perekrutan, promosi atau keputusan-keputusan lain dimana
seorang manager harus menilai kinerja seseorang terhadap orang lain, kejujuran
dan keadilan (adl) adalah sebuah keharusan.
Allah SWT memerintahkan kita untuk melakukan hal ini :
Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang

berhak menerimanya, dan apabila menetapkan hukum diantara manusia

supaya kamu menetapkan secra adil.


Wilayah Fokus

Pihak-pihak

Hubungan
perusahaan
dengan
Pekerja (QS
Pekerjanya (QS an-Nisa, Nisa, 58)
58)

Hubungan pekerja dengan

Masalah
Perekrutan dan pemecatan; kondisi
an- upah

dan tempat kerja; privasi


Konflik kepentingan; kerahasiaan;
Pemasok (QS alkejujuran; pelatihan kemampuan dan
Baqarah, 282)
kualifikasi kemampuan
Pembeli (QS asy- Biaya pemasukan

Syuara, 181-183

Perusahaannya
Araf, 33)

Penimbunan dan menipulasi harga;


kuantitas dan kualitas barang yang
Peminjaman (QS al- terjual;
Baqarah, 280)
strategi pemasaran; penggunaan riba
(QS aldalam membiayai penjualan
Masyarakat umum
(Abu Hurairah, Abu
Dawud, hadits no
3443)
Waktu pembayaran
Pemilik
saham/pemilik (QS
al-Maidah, 2)
Penimbunan; pengrusakan lingkungan
Partner (QS alMaidah, 2)
Distribusi untung/rugi
Pesaing yang tamak
(Al Hidayah vol IV,
5857)
Kompetisi yang sehat
Tabel: Wilayah Fokus Etika Kunci

Upah Yang Adil


Ibn Taymiyah menyatakan bahwa seorang majikan memiliki kewajiban
untuk membayar upah yang adil kepada para pekerjanya. Sejumlah mungkin
mengambil keuntungan dari para pekerjanya dan membayar rendah kepada
mereka karena mungkin tuntutan kebutuhan mereka untuk mendapat penghasilan.
Islam menentang praktek eksploitasi semacam ini. Jika tingkat upah terlalu
rendah, para pekerja mungkin tidak termotivasi untuk berusaha secara maksimal.
Sama halnya, jika tingkat upah terlalu tinggi, sang majikan mungkin tidak
mendapatkan keuntungan dan tidak dapat menjalankan perusahaannya.
Dalam organisasi Islam, upah harus direncanakan dengan cara yang adil
baik bagi pekerja maupun juga majikan. Pada Hari Pembalasan, Rasulullah SAW
akan menjadi saksi terhadap orang yang mempekerjakan buruh dan mendapatkan
pekerjaan diselesaikan olehnya namun tidak memberikan upah kepadanya.
Penekanan terhadap masalah keadilan upah telah menjadi bagian sejarah Islam
selam berabad-abad. Selama masa pemerintahan empat khalifah hingga masa
kebangkitan kolonilisme Barat, lembaga hisbah telah dikembangkan untuk
menegakkan hukum dan aturan publik serta mengawasi hubungan antara pembeli

10

dan penjual di pasar. Misi lembaga hisbah adalah untuk melindungi aturan-aturan
yang benar dan melawan praktek ketidakjujuran. Hisba berada dibawah tuntunan
muhtasib yang bertanggungjawab memelihara moralitas publik dan etika
ekonomi. Salah satu tugas muhtasib adalah menjembatani perselisihan mengenai
upah. Dalam beberapa kasus, muhtasib seringkali mengajukan konsep ujrat al
mithl (upah yang diterima pekerja lain dalam bidang yang sama) sebagai standar
upah yang adil. Ini adalah sebuah contoh lain prinsip keadilan atau kesetaraan di
dunia kerja.
Penghargaan terhadap Keyakinan Pekerja
Prinsip umum tauhid atau keesaan berlaku untuk semua aspek hubungan
antara perusahaan dan pekerjanya. Pengusaha Muslim tidak boleh memperlakukan
pekerjanya seolah-olah Islam tidak berlaku selama waktu kerja. Sebagai contoh,
pekerja Muslim harus diberi waktu untuk melaksanakan sholat, tidak boleh
dipaksa untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan aturan moral Islam,
harus diberi waktu istirahat bila mereka sakit dan tidak dapat bekerja, serta tidak
boleh dilecehkan secara seksual, dan lain-lain. Untuk menegkkan keadilan dan
keseimbangan,keyakinan para pekerja non- Muslim juga harus dihargai.
Allah SWT tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak pula
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang
yang berlaku adil.
Akuntabilitas
Meskipun baik majikan maupun pekerja dapat secara sengaja saling
menipu satu sama lain, namun mereka berdua harus mempertanggungjawabkan
perbuatanya di depan Allah SWT. Sebagai contoh, Rasulullah SAW tidak pernah
menahan upah siapapun.

11

Hak Pribadi
Jika seorang pekerja memiliki masalah fisik yang membuatnya tidak dapat
mengerjakan tugas-tugas tertentu atau jika pekerja telah berbuat kesalahan di
masa lalu, sang majikan tidak boleh menyiarkan berita tersebut. Hal ini akan
melanggar hak pribadi sang pekerja.
Jika kamu menyatakan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau
memaafkan sesuatu kesalahan oranglain, maka sesungguhnya Allah SWT Maha
Pemaaf lagi Maha Kuasa.

Kebajikan
Prinsip kebijakan (ihsan) seharusnya merasuk dalam hubungan antara
bisnis dan pekerja. Pada suatu saat, sebuah usaha mungkin berjalan kurang
memuaskan, dan para pekerjanya mungkin akan menanggung pengurangan upah
sementara untuk waktu kerja yang sama. Aspek lain prinsip kebajikan adalah
tidak melakukan tekanan yang tidak semestinya terhadap para pekerja untukl
bekerja secara membabi buta. Sebuah survey terhadap 1227 pembaca Harvard
Business Review baru-baru ini mengungkapkan bahwa para atasan sering kali
melakukan tekanan terhadap para bawahannya untuk mendatangani dokumen
palsu, membiarkan kesalahan atasan, dan melakukan bisnis dengan teman-teman
atasan mereka. Ketika mendapat tekanan dari atas, para pekerja merasa dipaksa
untuk mengkompromikan integritas mereka.

Hubungan Pekerja dengan Perusahaan


Berbagai persoalan etis mewarnai hubungan antara pekerja dengan
perusahaan, terutama berkaitan dengan persoalan kejujuran, kerahasiaan, dan
konflik kepentingan. Dengan demikian, seorang tidak boleh menggelapkan uang
perusahaan, dan juga tidak boleh membocorkan rahasia perusahaan kepada orang
luar. Praktek tidak etis lain terjadi ketika para manajer menambahkan harga palsu
untuk makanan dan pelayanan lain dalam pembukuan keuangan perusahaan
mereka. Beberapa dari mereka melakukan penipuan karena merasa dibayar
rendah, dan ingin mendapatkan upah yang adil. Pada saat yang lain, hal ini

12

dilakukan semata karena ketamakan. Sebagai contoh, Albert Miano yang


menggelapkan uang 1 juta dollar dari para pekerjanya mengakui bahwa faktor
pendorong utamanya adalah ketamakan. Bagi para pekerja Muslim, Allah SWT
memberikan peringatan yang jelas di dalam AL Quran :
Katakanlah : Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik
yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak
manusia tanpa alasan yang benar.
Pekerja Muslim, yang menyadari makna ayat diatas, seharusnya tidak
berbuat sesuatu dengan cara-cara yang tidak etis. Niat yang baik seringkali
tergelincir oleh situasi ambigu dan jebakan-jebakan yang jelas. Survey terhadap
para personil penjualan menunjukkan bahwa para pekerja kadang kala
mendapatkan dirinya berada dalam situasi ambigu dimana tidak ada panduan
aturan etis secara jelas. Sebagai contoh, seorang pemasok mungkin akan
mengundang seorang tenaga penjualan untuk makan siang dengan harapan untuk
mendapatkan keringanan kredit penjualan. Haruskah tenaga penjualan ini
menerima undangan makan siang bisnis ini atau apakah ia harus bersikeras untuk
membayar sendiri makan siangnya? Akankah ia melukai perasaan kliennya?
Dalam situasi seperti ini, tenaga penjualan mungkin akan mengalami kesulitan
yang lebih besar untuk mengambil keputusan yang tepat karena para pekerja
seringkali memandang diri mereka lebih etis ketimbang yang lain. Sebagai
akibatnya, mereka mungkin akan memaklumi acara makan siang bisnis dengan
kliennya tersebut dengan alasan bahwa hali ini merupakan praktek bisnis yang
telah umum diterima. Untuk menghindari kemungkinan penyimpangan tindakan
pekerja, organisasi usaha Islam harus beranjak lebih jauh, dan mengembangkan
sebuah kode etik yang lebih eksplisit.

Hubungan Perusahaan dan Pelaku Bisnis yang Lain


Sebuah perusahaan yang berada dalam hubungan dengan sejumlah pelaku
usaha yang lain. Mereka mencakup pemasok, pembeli, pelanggan, serikar kerja,
apara pemerintah dan pesaing. Gambar diatas merangkum wilayah-wilayah folus

13

utama dan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan berhubungan perusahaan


dan pelaku usaha yang lain.

Pemasok
Berkaitan dengan pemasok, etika bisnis menyatakan bahwa seorang harus
melakukan negoisasi dengan harga yang adil dan tidak mengambil keuntungan
berdasarkan bagian atau kekuasaan yang lebih besar. Untuk menghindari kesalah
pahaman di masa depan, Allah SWT telah memerintahkan kita untuk membuatan
perjanjian kewajiban harus secara tertulis.
Hai oarang-oarang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya, [ ... ]
Hendaklah orang yang berhutang itu mendiktekan apa yang akan ditulis, dan
hendaklah dia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia engurangi
sedikitpun daripada hutangnya. [ .. ]
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, transaksi gharar antara perusahaan dan
pemasoknya juga dilarang dalam Islam.
Pada zaman Maran ibn al Hakam, kuitansi diberikan kepada orangoarang untuk barang-barang di pasar al Jar. Orang-orang memperjualbelikan
kuitansi-kuitansi tersebut diantara mereka sebelum membeli dan mendapatkan
barang-barang. Zayd ibn Thabit dan salah satu sahabat Rosulloh SAW, semoga
Allah SWT memberkainya dan memberinya kedamaian, datang kepada Maran ibn
al Hakam dan berkata,Marwan! Apakah engkau telah menghalalkan riba ?
Marwan berkata, Saya berlindung kepada Allah SWT! Apakah artingay itu ?
Zayd berka.ta kuitansi-kuitansi yang diperjualbelikan sebelum mereka
mengambil barang-barang . Marwan kemudian mengirim seotang pengawal
untuk menemani mereka dan mengambil kuitansi-kuitansi dari tangan orangoarang yang mengembalikanya kepada pemiliknya
Selain persoalan diperbolehkannya agensi secara umum, pedagang
dilarang ikut campur tangan dalam sisten pasar bebas melalui suatu bentuk
perantaraan tertentu. perantaraan semacam ini mungkin akan menyebabkan inflasi
harga. Misalkan seorang petani yang pergi ke sebuah pasar dikota untuk menjual

14

beberapa hasil pertaniannya. Seorang penduduk kota akan mendekatinya, dan


menyarankan hasil pertaniannya dititikan kepadanya untuk sementara waktu
sampai harganya naik. Jika petani itu menjual hasil pertaniannya tanpa campur
tangan penduduk kota, maka masyarakat dapat memebelinya dengan harga cukup
rendah, dan baik bagi masyarakt dan petani akan mendapatkan keuntungan.
Namun ketika sang penduduk kota menyimpan hasil pertaniannya dan
menyimpannya sampai harganya naik dan menjualnya, maka masyrakat harus
membayar lebih mahal, dan sang perantara mendapatkan keuntungan berlebih.
Bentuk perantaraan semacam ini dilarang oleh Islam :
Rasullah SAW berkata: Orang kota seharusnya tidak menjual sesuat
kepada orang dari padang pasir; biarkan mereka berusaha dengan caranya
sendiri; Allah SWT akan memberikan mereka ketentuan yang berbeda satu dari
yang lain.
Meskipun demikian, Al-Qardhawi menyatakan bahwa sebenarnya sistem
perentaraan secara umum diperbolehkan kecuali terdapat campur tangan dalam
sistem pasar bebas sebagaimana contoh di atas. Tidak ada yang salah dalam
sistem pengenaan biaya bagi pelayanan yang diberikan perantara. Biaya ini bisa
bersifat tetap atau sesuai dengan enjualan ataupun beberapa sesuai dengan
persetujuan diantara kedua belah pihk yang berkepentingan.

Pembeli/ Konsumen
Pembeli seharusnya menerima barang dalam kondisi baik dan dengan
harga yang wajar. Mereka juaga seharusnya dibertahu bila terdapat kekurangakekurangan yang terdapat pada suau barang.
Islam melarang praktek-praktek di bawah ini ketika berhubungan dengan
konsumen atau pembeli, yaitu:
Penggunaan alat ukur atau timbanagan yang tepat.
Dalm kisah nabi Syuaib, Allah SWT berfirman:
Sempurnakanlah takaran dan jangan kamu termasuk orang-orang yang
merugi. Dan timbanganlah dengan timbangan yang benar. Dan jangan kamu
merugikan manusia pada hak-haknya. [ ... ]

15

Para pengusaha muslim tidak dapat menuntut kejujuran orang lain bila ia
sendiri tdak jujur. dengan kata lain aturan moaral islam berlaku pada siapapun
secara menyeluruh.
Penimbuman dan Manipulsai Harga.
Sebagaimana diungkapkan oleh Sheikah al Qardhawi, sistem pasar bersifat
bebas dalam islam, dan diperbolehkan menanggapi penawaran dan permintaan.
Namun demikian, Islam mentoleransi adanya campur tangan dalam sistem pasar
melalui praktek penimbunan atau berbagai bentuk manipulsai harga yang lain
Rasulullah SAW berkata:
Ia yang menimbun adalah orang yang berdosa.
Dalam kasus ketika seoarang pengusaha terlibat dalam praktek
penimbunan dan berbagai bentuk manipulasi harga yang lain. Islam menngizinkan
pengontrolan harga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memberikan
perlindungan terhadap oarang-oarang yang serakah. Meskipun demikian, jika
suatu komoditi telah dijual tanpa adanya praktek penimbunan, dan harganya naik
karna terjadi kekurangan alamiah atau kelangkaan atau peningakatan permintaan,
maka kondisi ini merupakan takdir Allla SWT. Para pengusaha dengan demikian
tidak dapat dipaksa untuk menjual barang dengan harga yang tetap.
Penjualan Barang Palsu atau Rusak.
Islam melarang semua bentuk transaksi curang baik dalam pembelian
maupun penjualan. Pengusaha muslim harus senantiasa jujur setiap saat. Hadist di
bawah ini memaparkan bagaimana aturan moral Islam memandang praktekpraktek bisnis yang memperdayakan seprti dijelaskan di atas.
Rasulullah SAW (semoga rahmat terlimpah kepadanya) secara kebetulan
melewati setumpukan jagaung. Ia memasukkan tangannya kedalam tumpukan
jagung itu dan jari-jarinya terasa basah. Rasulullah SAW kemudian bertanya
kepada pemilik tumpukan jagung tersebut, Apa ini? Ya Rasulullah, jagungjagung itu basah karena hujan. Rasulullah SAW menjawah, Mengapa kamu

16

tidak meletakkan jagung-jagung yang bsah itu di atas sehingga oarang bisa
melihatnya?Ia yang curang adalah bukan diantara pengikutku.
Situasi yang yang sama terjadi ketika Umar bin Khattab menghukum
seseoarang yang menjual susu bercampur air. Umar menumpahkan susu oarang
tersebut bukan karena tidak layak untuk diminum, melainkan lebih karena merasa
bahwa pembeli tidak akan tahu jumlah perbandingan susu dan airnya. Karenanya,
Islam mendorong para pengusaha Muslim ujntuk bersikap jujur, dan
memperlihatkan kerusakan barang yang akan dijualnya. Jika salah satu pihak
kemudian memutuskan untuk tidak ikut dalam proses transaksi, maka meraka pun
boleh melakukannya tanpa paksaan.
Rasulullah SAW (semoga rahmat terlimpah kepadanya) berkata, baik
pembeli maupun penjual keduanya memiliki pilihan untuk membatalkan atau
menerima penawaran kecuali jika keduanya dipisahkan.
Berkaitan dengan barang-barang yang tidak tahan lama, pembeli memiliki
hak mendapatkan pengembalian uang pembeli secara utuh jika barang yang dibeli
tidak dapat digunakan sebagaiman mestinya. Jika seseoarang membeli telur,
melon , ketimun, kacang dan sejenisnya, dan setelah membukanya ia menemukan
bahwa barng-barang tersebut bekualitas jelek, maka dalam kasus tersebut, jika
semua barang tersebut tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya, pembeli
mendapatkan hak untuk mendapatkan uang pengembalian secara utuh dari
penjual, karena penjualan tidak sah, karena barang yang dijual tidak dalam kondisi
yang semestinya.
Bersumpah untuk mendukung sebuah perjanjian.
Ketika menipu seorang pembeli, dosa yang akan diakibatkan oleh
penipuan itu akan semakin bertambah jika sang penjual memperkuat keputusan
penjualannya dengan sumpah palsu.
Saya mendengar Rasulullah SAW berkata, Sumpah yang dibuat
seoarang penjual mungkin akan membuat seorang pembeli untuk membeli
barangnya namun hal itu akan menghilangkan rahmat Allah SWT

17

Membeli Barang-Barang Curian.


Seorang pengusaha Muslim tidak boleh secara sengaja membeli barangbarang curian baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk dijual kembali. Bila
melakukan hal ini , berarti ia ikut membenarkan kejahatan yang dilakukan sang
pencuri.
Rasulullah SAW berkata,
Ia yang membeli barang-barang cuian, dan tahu bahwa barang tersebut
adalah barang curian, turut menanggung dosa dan malu atas pencurian tersebut.
Lebih jauh, berjalannya waktu tidak dpat mengubah barang yang haram
menjadi halal. Pemilik asli barang-barang curian tetap berhak atas barang-barang
tersebut.
Larangan Mengambil Bunga atau Riba.
Meskipun Islam mrndorong pemgusha Muslim untuk memperbesar
keuntungannya melelui perdagangan. Islam secara eksplisit melarang peminjaman
dengan bunga. Nilai tingkat bunga yang dikenakan dalam pinjaman merupakan
sesuatu yang tidak diperbolehkan, karenanya riba benar-benar dilarang. Tidak ada
biaya waktu untuk meminjamkan uang dalam Islam. Sang pemberi pinjaman
mendapatkan uang tanpa khawatir kehilangan uangnya. Lebih jauh, karena sang
pemberi pinjaman cenderung merupakan oarang yang lebih kaya dan sang
peminjam adalah oarang yang lebih miskin.
Maka praktek riba akan semakin memperlebar jurang antara si kaya dan si
miskin. Sementara Islam mendorong terjadinya sirkulasi kekayaan. Allah SWT
menyatakan dalam al-Quran:
Orang-orang yang mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan

lantaran (tekanan) penyakit gila.

Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata,


Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba padahal Allah SWT telah
menghalahkan jual beli dan mengharamkan riba.

18

Dosa akibat praktek riba menimpa semua pihak yang terlibat dalan sebuah
transaksi riba:
Rasulullah SAW (semoga rahmat terlimpah kepadanya) mengutuk baik
penerima maupun pembayaran bunga, dan orang yang mencatatnya, serta dua
orang yang mengetahuinya; dan Ia berkata, Mereka semua sama

Orang Yang Berhutang


Secara umum, Islam mendorong sikap bijaksana. Jika sesesorang yang
berhutang sedang dalam kesulitan keuangan, Allah SWT mendorong kebaikan
hati:
Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesulitan, maka berilah
tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua
hutang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
Lebih jauh, sebuah hadist dari Rasulullah SAW juga menegaskan arti
penting kemurahan hati sang pemberi pinjaman.
Rasulullah SAW (semoga rahmat terlimpah kepadanya) berkata,
Sebelum zamanmu para malaikat menerima jiwa seorang manusia dan bertanya
kepadanya, Apakah engkau pernah melakukan sesuatu yang baik (selama
hidupmu)? Ia menjawab, Saya terbiasa memerintahkan para pekerja saya untuk
memberi waktu kepada orang kaya untuk membayar hutangnya setelah ia mampu
dan mengampuni orang yang sedang dalam kondisi kesulitan. Maka Allah SWT
berfirman kepada para malaikat, Ampuni dia.
Pada saat yang sama, Islam mendorong orang-orang yang berhutang untuk
tidak menangguh-nangguhkan pembayaran berhutang. Hal ini ditujukan terutama
bagi orang-orang yang kaya yang berhutang
Rasulullah SAW berkata:
Penangguhan pembayaran hutang oleh orang kaya adalah sebuah
ketidakadilan.
Jika pengusaha Muslim itu sendiri berhutang demi usahanya, maka ia juga
harus membayarnya. Dalam Islam, pembayaran hutang memiliki kedudukan yang

19

sangat penting hingga dosa-dosa orang yang mati shahid akan diampuni kecuali
untuk hutang-hutangnya yang belum terbayar.

Masyarakat Umum
Seorang pengusaha memiliki kewajiban khusus jika ia menyediakan
barang kebutuhan penting bagi masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat memiliki
kebutuhan akan produk-produk pertanian, pakaian, tempat tinggal, dan lain-lain.
Karena barang-barang ini merupakan komoditi penting, maka sang pengusaha
harus memberi harga secara wajar. Langkah-langkah apakah yang dapat diambil
jika ia memberi harga terlalu tinggi terhadap masyarakat? Islam menentang
gagasan mengenai pengontrolan harga. Para ilmuwan yang mengemukakan
gagasan mengenai pengontrolan harga mendasarkan dirinya pada hadist dibawah
ini:
Seorang laki-laki datang dan berkata, Rasulullah, harga tetap.
Rasulullah SAW berkata, (tidak), saya harus sholat. Laki-laki itu datang lagi
dan berkata, Rasulullah, harga tetap. Rasulullah SAW berkata, tiada yang
lain kecuali Allah yang membuat harga menjadi rendah atau tinggi. Saya
berharap bahwa ketika saya bertemu Allah SWT, tak satupun diantara kamu yang
menyalahkanku karena berbuat salah berkaitan dengan darah atau barang milik.
Namun demikian, Ibn Taymiyah menyatakan bahwa hadist diatas tidak
membicarakan situasi dimana seorang pedagang menolak membuat penjualan
ketika berada dibawah kewajiban untuk melakukannya, atau untuk melakukan
suatu tindakan yang secara legal harus dilakukan. Ibn Taymiyah menyimpulkan
bahwa jika seorang pengusaha menolak untuk menjual barang-barangnya dengan
harga yang wajar, maka ia dapat dipaksa oleh seorang imam untuk
melaksanakanya san bahkan dihukum bila tidak melaksanakannya.

Pihak Yang Berkepentingan/Pemilik/Mitra


Islam mendorong terwujudnya hubungan kemitraan. Usaha-usaha yang
bertujuan menguntungkan individu atau masyarakat atau untuk menghapuskan
kejahatan adalah tindakan yang luhur, terutama jika niat usaha yang dilakukan

20

juga merupakan niat yang luhur. Al Qardhawi menyatakan bahwa usaha-usaha


semacam ini diberkati dalam Islam dan akan mendapat pertolongan Allah SWT:
[...] Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-monolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran: [...].
Al Mudharabah.
Seringkali terjadi, Seorang pengusaha adalah wirausahawan yang terampil,
namun tidak memiliki cukup dana untuk mewujudkan gagasan bisnisnya. Dalam
kasus seperti ini, Islam mengizinkan hubungan kemitraan antara pemodal dan
tenaga kerja. Hubungan kemitraan seperti ini disebut dengan al mudharabah atau
al qiradh. Pemilik modal atau bank Islam dipahami sebagai pemilik modal yang
diinvestasikan sementara sang wirausahawan memberikan keahlian dan
keterampilannya. Berdasarkan Syariah, kedua belah pihak harus bersepakat
terlebih dahulu mengenai bagaimana mereka akan membagi semuan keuntungan
ataupun kerugian. Jika pemilik modal meminta jaminan keuntungan atas dananya
baik ketika mitranya mendapat keuntungan atau kerugian, maka hal itu sama
dengan riba. Lebih jauh, tidak ada keuntungan yang bisa dibagi sampai semua
kerugian telah ditutup dan hak pemilik modal diberikan sepenuhnya.
Syarikah.
Terdapat beberapa bentuk hubungan kemitraan sharikat. Dalam salah satu
bentuk hubungan kemitraan, ban Islam menyediakan sebagian modal ang
diperlukan sementara sang pengusaha menyediakan sisanya. Sang pengusaha juga
harus bertanggungjawab dalam hal pengawasan dan manajemen. Kedua belah
pihak bersepakat untuk membagi keuntungan ataupun kerugian berdasarkan
perbandingan keikutsertaan investasi mereka. Jika terjadi kerugian, maka akan
lebih baik bila sang pengusaha mengorbankan pemberian upah kepada para
pekerjanya.

21

Musyarakah.

Bentuk hubungan kemitraan ini berlangsung dalam jangka waktu terbatas,


dan berusaha untuk melaksanakan suatu proyek tertentu. Hal ini mirip dengan
model hubungan kerjasama atau konsorsium Barat. Kedua belah pihak bersepakat
untuk bekerjasama baik dalam pengelolaan modal tetap maupun modal bergerak,
sebagaimana dalah hal keahlian. Keduanya juga bersepakat mengenai bagaimana
mereka akan membagi semua keuntungan yang diperoleh. Kerugian akan dibagi
berdasarkan perbandingan modal yang dijalankan.
Murabahah.
Bank membeli barang-barang tertentu dari pemasok atas nama pengusaha
dengan harga tetap sebagaimana persetujuan mengenai margin keuntungan. Aspek
kunci bentuk pembiayaan ini adalah bahwa kedua belah pihak harus mengetahui
harga pembelian awal serta harga kenaikan keuntungan. Kedua, bank harus
membeli barang-barang tersebut sebelum mengenakan pada sang pengusaha.
Manakala barang-barang tersebut dikirim, maka kedua belah pihak akan
menandatangani kotrak jual beli berdasarkan basis biaya-plus, dan sang
pengusaha akan memiliki barang-barang yang telah dijual kepada bank
sebagaimana juga bersepakat mengenai pembagian keuntungan menurut jadwal
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Qardh Hasan.
Rencana keuangan ini dalam bentuk pinjaman kebajikan yang tidak
dikenakan biaya dan tanpa-bunga. Jenis pinjaman ini diberikan kepada para
konsumen atau pengusaha yang mengalami situasi yang sulit atau pengeluaran
yang tidak direncanakan.
Apapun bentuk hubungan kemitraan yang ditempuh, kode etik Islam
menuntut semua pihak untuk bersikap adil dan menghindari penipuan satu sama
lain.

22

Rasulullah SAW (semoga rahmat terlimpah kepadanya) telah berkata,


Allah Yang Maha Agung, berfirman, Aku menjadi pihak yang ketiga diantara
dua pihak yang bermitra selama mereka tidak saling menipu satu sama lain,
namun jika salah satu pihak menipu pihak yang lain, maka aku akan
meninggalkan mereka.

Fakir Miskin
Seringkali terjadi, kaum fakir dan miskin akan mendekati seorang
pengusaha dan meminta sadaqah. Kadangkala, sang pengusaha akan memberikan
sisa-sisa barang atau barang-barang yang rusak yang menurutnya sudah tidak akan
dipergunakannya lagi. Sebagai contoh, seorang pengusaha akan memberikan
sebuah mobil tua dimana kondisinya sangat buruk sehingga niscaya akan
membahayakan siapapun yang mencoba mengendarainya, maka sang pemberi
disebut sebagai orang yang telah berbuat-keliru. Allah memperingatkan kita
mengenai hal ini:
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah SWT)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk
lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya.
Para pengusaha Muslin harus memberikan kepada kaum miskin apa yang
baik dan diperoleh dengan cara yang halal.

Pesaing
Meskipun negara-negara Barat menyatakan diri sebagai kawasan
berdasarkan prinsip persaingan pasar, publikasi-publikasi bisnis untama akan
memperlihatkan bahwa sebuah bisnis akan berusaha memenangkan dirinya dan
mengeliminasi para pesaingnya, sebuah perusahaan selanjutnya akan memperoleh
hasil ekonomi diatas rata-rata melalui praktek penimbuhan dan monopoli harga.
Sebagaimana telah kita ketahui mengenai praktek penimbuhan, monopoli dilarang
didalam Islam.

23

Sangatlah tidak terpuji usaha memonopoli kebutuhan-kebutuhan hidup,


dan makanan untuk hewan ternak, didalm kota dimana praktek monopoli terbukti
cenderung merusak.

Lingkungan Alam
Hal lain yang harus diperhatikannya dalam kaitannya dengan persoalan
tanggungjawab sosial adalah lingkungan alam. Selama bertahun-tahun, banyak
perusahaan telah membuang produk limbah mereka ke udara, sungai dan tanah.
Fenomena hujan asam, pemanasan global sebagai akibat penipisan lapisan ozon,
dan teracuninya rantai makanan merupakan beberapa contoh akibat perilaku yang
tidak bertanggungjawab ini. Dewasa ini, semakin banyak perusahaan yang
menyadari akan ancaman praktek-praktek pencemaran lingkungan alam ini, dan
semakin berhati-hati bagaimana mereka harus membuang limbah mereka.
Perusahaan-perusahaan seperti misalnya Safeway menggunakan kertas daur ulang
dalam produk tas kertas mereka, dan McDonalds telah merubah kertas
pembungkus yang sekarang dipergunakan untuk membungkus makanan cepat
sajinya.
Kaum Muslim selalu didorong untuk menghargai alam. Bahkan, Allah
SWT menunjuk keindahan alam sebagai salah satu dari tanda-tanda-Nya:
Tidakkah kamu melihat bawasannya Allah SWT menurunkan hujan dari
langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macan
jenisnya. Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang
beraneka macam warnanya dan ada (pua) yang hitam pekat. Dan demikian
(pula) diantara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak
ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut
kepada Allah SWT diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Islam menekankan peranan manusia atas lingkungan alan dengan
membuatnya bertanggungjawab terhadap lingkungan sekelilingnya sebagai
khalifah Allah SWT.

24

Ingatlah

ketika

Tuhanmu

berfirman

kepada

para

malaikat:

Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi. Mereka


berkata, Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) dibumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan
berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Dan
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya. [...]
Dalam peranannya sebagai khalifah, seorang pengusaha Muslim
diharapkan memelihara lingkingan alamnya. Kecenderungan mutakhir paham
environmentalisme bisnis, dimana sebuah usaha secara proaktif memberi
perhatian sangat cermat dalam memperhatikan lingkungan sebenarnya buak
merupakan sesuatu yang baru. Sejumlah contoh semakin memperjelas pentingnya
hubungan Islam dengan lingkungan alam, perlakuan terhadap binatang, polusi
lingkungan dan hak-hak kepemilikan, dan polusi lingkungan terhadap sumbersumber alam bebas seperti misalnya udara dan air.

D. TANGGUNGJAWAB

SOSIAL

PERUSAHAAN

DAN

GOOD

CORPORATE GOVERNANCE
Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan tema yang terus berkembang
dalam dunia bisnis. Dalam konteks perusahaan terdapat tiga pandangan mengenai
tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, para manajer secara jujur
memfokuskan bagi kepentingan perusahaan. Dengan demikian ia merupakan agen
untuk mencapai kesejahteraan stakeholders perusahaan. Kedua, para manajer
mempunyai tugas untuk menyeimbangkan kepentingan pokok dari para pelaku
perusahaan. Ketiga, para manajer bertanggung jawab dalam melayani masyarakat,
yakni dengan program-program sosial yang menguntungkan masyarakat.
Dari ketiga pandangan diatas, tokoh seperti Milton Friedman memaknai
tanggung jawab sosial perusahaan pada pandangan pertama dan kedua. Ia
beralasan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan betujuan untuk memperbaiki
citra dari kegiatan mencari untung. Pendangan ini merupakan kelanjutan dari

25

pandangan bahwa bisnis tidak perlu mewujudkan tujuan-tujuan lain daripada


tujuan ekonomi. Bila pemahaman tanggung jawab sosial perusahaan dipahami
seperti demikian, maka dapat dibayangkan bagaimanakah akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan suatu perusahaan terhadap lingkungan
sosial sekitarnya.
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab moral
perusahaan terhadap masyarakat. Tanggung jawab ini dapat diarahkan mulai dari
kepada dirinya sendiri, kepada karyawan, kepada perusahaan lain, kepada
lingkungan sosial bahkan sampai kepada Negara. Untuk melihat jelas tentang
tanggung jawab perusahaan ini harus dibedakan antara tanggung jawab ekonomis
dengan tanggung jawab sosial. Tanggung jawab ekonomis biasanya diukur
dengan keberhasilan kinerja perusahaan dan laba yang didapat. Tetapi tanggung
jawab ini tidak bisa terpisah misalnya dalam perusahaan-perusahaan milik
pemerintah, seperti perusahaan umum Kereta Api, walaupun dalam sisi ekonomis
selalu rugi, tetapi karena alasan tanggung jawab sosial perusahaan ini tetap
dipertahankan. Dari pandangan ini maka dapat ditarik benang merah sementara
bahwa tanggung jawab sosial berada di luar tanggung jawab ekonomis sebuah
perusahaan.
Tanggung jawab itu sendiri itu merupakan suatu prinsip dinamis yang
berhubungan dengan keseluruhan perilaku manusia dalam hubungannya dengan
masyarakat ataupun intuisi. Suatu tanggung jawab bahkan mempunyai kekuatan
dinamis untuk mempertahankan kualitas keseimbangan dalam masyarakat. Dalam
hubungannya dengan tanggung jawab sosial suatu perusahaan, aksioma tanggung
jawab dijabarkan menjadi sebuah pola perilaku perusahaan tertentu. Suatu
tanggung jawab untuk memperbaiki kualitas lingkungan sosial misalnya
menyebabkan perilaku perusahaan tidak sepenuhnya bergantung kepada
penghasilannya sendiri, melainkan pada faktor-faktor lainnya. Dari konsepsi
tanggung jawab itu, maka ia mempunyai sifat berlapis ganda dan terfokus baik
pada tingkat mikro (individual) maupun tingkat makro (organisasi dan sosial),
yang kedua-duanya harus dilakukan secara bersama-sama secara seimbang dalam

26

segala bentuk dan ruang lingkupnya. Antara pemilik, manajer, karyawan,


masyarakat dan sosial bahkan dengan Negara.
Dengan aksioma pertanggungjawaban ini, maka secara mendasar akan
mengubah perhitungan bisnis perusahan, karena segala sesuatunya harus mengacu
pada keadilan. Dalam melihat aplikasinya tanggung jawab sosial dapat dilihat dari
dua sisi, yaitu sisi positif dan negatif. Secara positif perusahaan dapat melakukan
kegiatan yang tidak membawa keuntungan ekonomis dan semata-mata
dilangsungkan demi kesejahteraan masyarakat atau salah satu kelompok
masyarakat. Sedangkan dari sisi negative perusahaan dapat menahan diri untuk
tidak melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, yang sebenarnya menguntungkan dari
sisi bisnis tetapi akan merugikan masyarakat atau sebagian masyarakat.
Dalam kenyataannya, ketika menyimak sejarah industri misalnya, terdapat
beberapa perusahaan yang besar dan memperoleh nama baik bukan semata-mata
karena bidang bisnis tetapi apa yang disebut karya amal. Karya amal inilah yang
justru dapat membangun suatu citra dikalangan masyarakat secara mendalam. Hal
ini membuktikan bahwa bagusnya kinerja sebuah perusahaan bukan hanya
dibuktikan dengan kinerja mekanis dalam menghasilkan suatu komoditas produk
yang berkualitas semata, melainkan berhubungan erat dengan karya-karya amal
yang diberikannya kepada masyarakat secara real sebagai implementasi dari
tanggung jawab perusahaannya pada satu sisi dan berakibat pada memperkokoh
suatu citra positif pada sisi lainnya. Dengan demikian karya-karya amal dalam
lingkup yang luas tidak bertentangan tujuan ekonomis jangka panjang suatu
bisnis, sebaliknya sangat mendukung.
Lebih jauh pertanggungjawaban sosial secara luas terkait dengan tuntutan
pembangunan pemerintah yang bersih atau juga yang disebut Clean Government
atau Good Corporate Governance (GCG). Dalam hubungan ini etika bisnis
memberikan tuntunan agar dalam proses produksi yang berkesinambungan untuk
memperoleh tujuan ekonomis, tidak melalaikan hukum yang telah ditetapkan
sebagai proteksi tidak terjadinya penyelewengan wewenang dan kekuasaan
pemerintah dalam hubungannya dengan upaya meningkatkan GNP misalnya.
Sebaliknya juga aparatur pemerintah tidak melakukan kemungkinan-kemungkinan

27

dalam hubungannya dengan para pengusaha suatu kejahatan yang terstruktur yang
hanya ditujukan bagi kepentingan segelintir pihak saja.
Dalam aspek lain, tuntunan perkembangan aspek-aspek etika bisnis dan
Good Corporate Governance (GCG) sangat dipengaruhi oleh perkembangan
lingkungan serta dimensi waktu yang akan berakibat pada perubahan paradigm.
Untuk menganalisis dimensi etika bisnis pada suatu GCG sangat dipengaruhi oleh
beberapa aspek yang merupakan asumsi dasar dalam analisis ethical algorithmnya Henderson, seperti dikutip Hadori. Ethical al-gorithm ini adalam
etika bisnis sebagai proses, perilaku manusia merupakan suatu sebab, setiap
aktivitas selalu mengandung konsekuensi, etika bergantung pada konstituen,
kebutuhan etika perlu dikembangkan dalam bentuk-bentuk lainnya yang
melingkupi perusahaan.
Dalam era reformasi, tuntutan terhadap etika bisnis dam implementasi
Good Governance serta Good Corporate Governance, telah menjadi paradigma
baru, dengan menuntut unsur-unsur misalnya: tuntutan adanya transparansi di
dalam kepengurusan dan pemerintahan yang baik di segala sektornya. Tuntutan
efesiensi di segala bidang. Tuntutan tanggung jawab kepengurusan (responsibility
and accountability) di segala bidang. Tuntutan kewajaran (fairness) dalam
menjalankan aktivitas usaha, dan tuntutan profesionalisme.
Dengan tuntutan-tuntutan di atas diharapkan pelaksanaan sistem dan
proses baik dalam perusahaan maupun pemerintah dan hubungan keduanya
dilakukan secara terbuka dan tidak memberikan peluang sedikitpun bagi
munculnya praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.

28

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tanggungjawab sosial perusahaan merupakan komitmen dan aktifitas yang
dilakukan oleh perusahaan sebagai wujud tanggung jawab terhadap lingkungan
dan masyarakat. Persoalan bagi para pelaku usaha adalah stategi dan konsep
penerapan tanggungjawab sosial ini di lingkungan dan masyarakat agar tepat
sasaran dan sesuai dengan corporate bunisnees value. Untuk itu, riset,
komunikasi, sustainable empowerment, sincerity dan stretegi lainnya sangat
diperlukan. Agar proses keberlangsungan dakwah Islam dan tujuan menjadi
rahmatan lil aalamiin dapat tercapai. Islam mengajarkan tanggung jawab agar
mampu mengendalikan diri dari tindakan melampaui batas kewajaran dan
kemanusiaan. Tanggung jawab ini mencakup tanggung jawab kepada Allah,
kepada sesama dan lingkungannya. Wallau alam.

29

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad. 2004. Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: Penerbit Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN.
http://m-herry.blogspot.com/2013/04/tanggung-jawab-sosial-perusahaandalam.html
http://kseiprogres.blogspot.com/2010/01/pandangan-islam-tentangcsr.html
http://prezi.com/fibvrp8sup8a/pandangan-islam-terhadap-tanggung-jawabsosial-dalam-bisnis/
http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&view=a
rticle&id=1190:corporate-social-responsibility-dalam-perspektifislam&catid=8:kajian-ekonomi&Itemid=60

30

Anda mungkin juga menyukai