Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Radiologi adalah salah satu prosedur pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnose suatu penyakit yang memanfaatkan X-Ray sebagai
sumber pencitranya. pemeriksaan radiologi konvemsional sudah umum
digunakan untuk membantu para dokter untuk menegakkan diagnose.
Pemeriksaan radiologi konvensional ada yang menggunakan media tambahan
untuk membantu memperlihatkan struktur tertentu seperti media kontras yang
digunakan untuk memperlihatkan aliran pembuluh darah dan juga jaringan
tertentu.
Salah satu pemeriksaan yang menggunakan media kontras adalah
angiografi. Angiografi adalah pemeriksaan radiologi dari pembuluh darah
dengan menginjeksi media kontras. Untuk memperlihatkan struktur kontras
tersebut, media kontras dimasukan dengan kateter yang diletakan pada bagian
yang akan diperiksa. Kontras media positif lebih umum digunakan, tetapi ada
beberapa instasi yang menggunakan media kontras negative. Peralatan yang
digunakan pada pemeriksaan ini adalah peralatan khusus. Angiografi dapat di
spesifikasikan sebagai: (a) Arteriografi: pemeriksaan untuk arteri (b)
Venografi: pemeriksaan untuk vena (c) Angiocardiografi: pemeriksaan untuk
jantung dan strukturnya (d) Lympografi: pemeriksaaan untuk kelenjar limfa.
(Bontrager, 2001)

Di Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar Malang, pemeriksaan


angiografi juga dilakukan. Salah satunya adalah arteriografi. Arteriografi ini
dilakukan oleh tim kesehatan profesional diantaranya: 1. Radiolog 2. Perawat
yang membantu dalam sterilisaasi dan caterisasi dan 3. Seorang radiografer
untuk mengoperasikan pesawat X-Ray.
Arteriografi di Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar Malang,
dilakukan salah satunya pada kasus Diabetes Melitus. DM merupakan
kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma
berupa hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein, sebagai akibat dari defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas
insulin,

defisiensi transporter glukosa atau kombinasi dari salah satunya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk DM


berdasarkan perawatan dan simtoma menjadi beberapa kelompok seperti DM
tipe I, DM tipe II, DM gestasional.
Pemeriksaan aretriografi di Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar
Malang dilakukan tanpa menggunakan alat flouroskopi untuk melihat jalannya
kontras. Dan menggunakan dua buah pesawat X-Ray konvensional dalam
pengambilan

gambar.

Proyeksi

yang

digunakan

untuk

pemeriksaan

aretriografi di Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar Malang adalah proyeksi


antero-posterior (AP).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merasa tertarik untuk


mengangkatnya menjadi suatu makalah yang utuh, yang berjudul TEKNIK
PEMERIKSAAN ARTERIOGRAFI EXTREMITAS INFERIOR PADA
KASUS DIABETES MELITUS DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH
SAKIT UMUM DR SAIFUL ANWAR MALANG

1.2 Rumusan Masalah


Penulis berusaha membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah kali ini yaitu tentang :
1.2.1. Bagaimana teknik pemeriksaan arteriografi extremitas inferior pada
kasus diabetes melitus di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum
Dr Saiful Anwar Malang?
1.2.2. Apa kelebihan dan kekurangan teknik pemeriksaan arteriografi
extremitas inferior kasus diabetes melitus di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar Malang?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan arteriografi extremitas
inferior pada kasus diabetes melitus di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Umum Dr Saiful Anwar Malang.
1.3.2 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teknik pemeriksaan
arteriografi extremitas inferior pada kasus diabetes melitus di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar Malang.

1.4. Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Penulis
Menambah pengalaman dan pengetahuan tentang kelebihan
dan kekurangan serta teknik pemeriksaan arteriografi extremitas
inferior pada kasus diabetes melitus di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Umum Dr Saiful Anwar Malang.
1.4.2 Bagi institusi
Sebagai sumber pustaka bagi mahasiswa khususnya mahasiswa
Akademi

Teknik

Radiodiagnostik

dan

Radioterapi

dalam

mempelajari teknik pemeriksaan arteriografi extremitas inferior pada


kasus diabetes melitus.

1.5. Metode Penulisan


Dalam penyusunan makalah ini kami menggunakan metode kepustakaan
yaitu dengan membaca literatur dari artikel di internet dan buku ajar yang
dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan makalah ini.

1.6. Sistematika Penulisan


Untuk memudahkan dalam memahami isi laporan kasus ini, maka penulis
membuat sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I

Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan studi
kasus, manfaat studi kasus dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka


Bab ini berisi anatomi Pembuluh darah Ekstremitas Inferior, patologi
Diabetes Melitus, teknik radiografi Arteriografi Ekstremitas Inferior.
Bab III Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang hasil dan pembahasan penelitian.
Bab IV Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka
Lampiran

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Anatomi dan Fisiologi Pembuluh darah Arteri Ekstremitas Inferior
Sirkulasi pembuluh darah arteri ekstremitas inferior dimulai dari Arteri
Iliaka Eksterna dan berakhir pada vena di kaki. Pembuluh darah arteri pertama
yang memasuki ekstremitas inferior adalah arteri femoralis komunis. arteri
femoralis komunis dibagi menjadi deep femoral arteri dan arteri femoralis.
Arteri femoralis memanjang ke bawah menjadi arteri poplitealis setinggi genu.
Cabang dari arteri poplitealis adalah arteri tibialis anterior, arteri tibialis
posterior, dan arteri peronealis.
Arteri tibialis anterior berlanjut sebagai arteri pedis dorsal, yang akan
bercabang ke ankle dan pedis, dan arteri posterior tibialis dan arteri peronealis
mensuplai sistem pembuluh darah pada calf dan permukaan pada plantar
pedis. (Bontrager, 2001)

Gambar 2.1. Sistem pembuluh darah arteri ekstremitas Inferior (Bontrager, 2001)

2.2 Patologi Diabetes Melitus


Diabetes melitus, DM (bahasa Yunani: , diabanein, tembus
atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di
Indonesia dengan istilah penyakit kencing manis adalah kelainan metabolik
yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglikemia
kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai
akibat dari defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, defisiensi
transporter glukosa atau kombinasi dari salah satunya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes
melitus berdasarkan perawatan dan simtoma :
1. Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga
rusaknya sel beta di dalam pankreas yang disebabkan atau
menyebabkan autoimunitas, dan bersifat idiopatik. Diabetes
melitus dengan patogenesis jelas, seperti fibrosis sistik atau
defisiensi mitokondria, tidak termasuk pada penggolongan ini.
2. Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi
insulin, seringkali disertai dengan sindrom resistansi insulin
3. Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired
glucose tolerance, GIGT dan gestational diabetes mellitus,
GDM.
dan menurut tahap klinis tanpa pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:

1. Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus


defisiensi peptida-C.
2. Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi
insulin endogenus tidak cukup untuk mencapai gejala
normoglicemia, jika tidak disertai dengan tambahan hormon
dari luar tubuh.
3. Not insulin requiring diabetes.

2.3 Teknik Radiografi Arteriografi Ekstremitas Inferior


2.3.1 Persiapan pasien
Adapun persiapan yang dilakukan pasien sebelum menjalani
pemeriksaan arteriografi adalah sebagai berikut :
Jelaskan presedur pemeriksaan yang akan dilakukan kepada pasien,
agar untuk memastikan pemahaman dan kerjasama. Penjelasan akan
mencakup kemungkinan resiko

dan komplikasi

dari prosedur

pemeriksaan sehingga pasien diberi informasi secara rinci sebelum


menandatangani persetujuan.
Makanan padat tidak diberikan selama kurang lebih 8 jam sebelum
prosedur untuk mengurangi risiko aspirasi. Namun, pastikan status
hidrasi pasien baik, penting untuk mengurangi risiko kerusakan ginjal
akibat media kontras.

Premedikasi hanya diberikan kepada pasien sebelum prosedur


untuk membantu pasien rilex. Pasien dibuat lebih nyaman diatas meja
dengan meletakkan spon dibawah lutut untuk mengurangi ketegangan
pada daerah punggung. tanda-tanda vital diperoleh dan dicatat, dan
denyut nadi di ekstremitas distal dipilih untuk melakukan pungsi.
Daerah yang akan dilakukan pungsi dicukur, dibersihkan, dan
dibungkus.
Komunikasi terus-menerus dan pengamatan terhadap pasien oleh
dokter dan radiografer seluruh tim arteriografi akan sangat mengurangi
ketidaknyamanan dan ketakutan pasien.
(Bontrager, 2001)
2.3.2 Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang perlu disiapkan dalam pemeriksaan
arteriografi adalah sebagai berikut :
2.3.2.1 Steril
1. Ruangan
2. Spuit 20cc
3. Duk lobang
4. Duk biasa
5. Baju steril

6. Bengkok
7. Mangkok
8. Konektor+ kunci
9. Infus set
10. Spuit 5 cc:
11. Abocath No 16
12. Kain kassa
13. Kateter
14. Guide Wire
2.3.2.2 Non steril
1. Kontras Media
2. Plester
3. Alkohol
4. NaCl
5. Iodium
6. Xylocain
7. Gunting

10

8. Korentang
9. Standart infus
10. O2
11. Stetoskop
12. Tensimeter
13. Heparin
14. Injektor
15. Obat antihistamin
16. Kaset
17. Marker
2.3.3 Pre Prosedur
Adapun

beberapa

hal

yang

diperhatikan

dalam

prosedur

pemeriksaan arteriografi adalah sebagai berikut :


1. Pada Arteriografi ekstremitas inferior, pungsi dapat
dilakukan pada arteri iliaka, arteri femoralis, atau pada
arteri pedis
2. Bila denyut pada iliaka atau femoralis tidak teraba, maka
dilakukan pungsi contralateral

11

3. Kontraindikasi: bila ada luka memar dan luka pada tissue,


pungsi tidak boleh dilakukan pada daerah ini
4. Ischemic leg: rekomendasi pungsi contralateral
5. untuk mengurangi rasa nyeri gunakan Media Kontras
nonionic, low osmolarity dan lakukan injeksi lydocaine
2.3.4 Proteksi Radiasi
2.3.4.1 Proteksi Radiasi Secara Umum
Proteksi radiasi adalah pencegahan yang dilakukan untuk
meminimalisir penerimaan radiasi (Ekayuda,2005). Tiga cara
pengendalian tingkatan pemaparan radiasi, yaitu :
1). Waktu
Akumulasi dosis yang diterima pekerja radiasi yang
mempunyai laju dosis tertentu sebanding dengan lamanya
pekerja radiasi berada di daerah radiasi (Suratman,2001).
Pemaparan dapat diatur dengan waktu melalui cara
(Ekayuda,2005):
a. Pembatasan waktu berkas diarahkan ke ruang tertentu
b. Pembatasan waktu ruang yang dipakai.
2). Jarak
Penyinaran

radiasi

makin

berkurang

dengan

bertambahnya jarak dari sumber radiasi (Suratman, 2001).

12

3). Perisai
Banyaknya perisai yang diperlukan tergantung pada
tipe radiasi, aktivitas sumber, dan laju dosis (Suratman,
2001). Perisai ini dibuat dari timbal atau beton. Ada 2 jenis
perisai (Ekayuda, 2005) :
a.

Perisai primer yaitu proteksi terhadap radiasi primer


(berkas sinar guna). Misalnya tempat tabung sinar-x
dan kaca timbal pada tabir fluoroskopi.

b.

Perisai sekunder yaitu proteksi terhadap radiasi


sekunder (sinar bocor dan sinar hambur). Misalnya
tabir sarat timbal pada tabir flouroskopi dan perisai
yang dapat dipindah-pindahkan (apron, kacamata Pb,
sarung tangan Pb).

2.3.4.2. Proteksi radiasi terhadap pasien pemeriksaan Arteriografi


Proteksi yang dapat dilakukan terhadap pasien adalah dengan
cara :
1. Memberikan perlindungan pada daerah thyroid.
2. Membatasi lapangan penyinaran (Bontrager, 2001).

13

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1

Paparan Kasus
3.1.1.1. Ilustrasi Kasus
Seorang pasien datang ke Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang.

3.1.2

Nama Pasien

Ny. Byn

Umur

59 Tahun

Jenis kelamin

Perempuan

Pemeriksaan

Dextra Arteriografi

Klinis

Diabetic Foot + DM tipe 2

No. RM

279xx

Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang dilakukan oleh pasien sebelum melakukan
pemeriksaan arteriografi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Umum Dr. Saiful Anwar Malang adalah sebagai berikut:
1. Tiga hari sebelum hari pemeriksaan, pasien menjalani
pemeriksaan EKG dan lab, yaitu darah rutin, ureum, creatinine,
hCG (bila wanita usia subur) dan faal hemostasis.

14

2. Sejak sehari sebelum pemeriksaan, pukul 20.00, pasien diinfus


dengan D51/2NS 150 cc/jam. Pasien tidak diperkenankan
makan atau minum apapun setelah tengah malam, selain air
putih secukupnya untuk minum obat keesokan harinya (jika
ada).
3. Pada hari pemeriksaan, pasien menunggu panggilan dari
instalasi radiologi untuk menjalani pemeriksaan arteriografi.
Sebelum berangkat ke instalasi, kandung kemih pasien harus di
kosongkan dan rambut pubis dicukur.
4. Perhatian khusus:
a. semua persiapan pemeriksaan arteriografi harus dengan
seizin dan konsultasi dengan dokter yang merawat dan
dokter instalasi radiologi.
b. Pasien harus dapat berbaring terlentang tanpa mengalami
sesak selama pemeriksaan berlansung.
c. Untuk pasien dengan terrapin heparin, hentikan terapi
heparin 2 jam sebelum pemeriksaan dan INR harus <1,2.
Heparin dapat dilanjutkan 2 jam setelah pemeriksaan.
d. Untuk pasien dengan warfarin, hentikan terapi warfarin
minimal 4 hari sebelum pemeriksaan dengan target INR <
1,5 . siapkan Fresh Frozen Plasma minimal 1 kantong dan
Vot K minimal 1 amp[ul (beserta spuit) untuk dibawa

15

bersama

pasien

ke

instalasi

radiologi

pada

saat

pemeriksaan.
e. Untuk pasien dengan diabetes mellitus, pasien harus terhidrasi dengan baik. Dosis insulin dikurangi dengan
konsultasi dengan dokter yang merawat.

3.1.3

Persiapan Alat dan Bahan


1. Dua unit pesawat X- ray Merk Toshiba
2. Dua buah Kaset ukuran 35 cm x 43 cm
3. CR unit (reader, computer, printer)
4. Bantal pasir
5. 2 ampul lidocain
6. Betadine
7. Media kontras iopamiro
8. Apron
9. Spuit 5 cc & 50 cc
10. Aquabides 20 cc
11. Blood set
12. Mase steril
13. Duk lobang
14. Abocath 16
15. Kapas alkohol
16. Kain kassa

16

17. Bak instrumen


18. Bengkok
19. Kapas lidi
20. Korentang
21. Tensocrape
22. Peralatan anafilatik syok

3.1.4

Pemasukan Media Kontras


Adapun prosedur saat pemasukan media kontras pemeriksaan

arteriografi ekstremitas inferior adalah sebagai berikut :


a. Desinfektan daerah femur dengan betadine kemudian
dibilas dengan alkohol, kemudian pasang duk lobang
tepat di femur proksimal.
b. Suntik lydocain untuk anestesi lokal di daerah inguinal.
c. Meraba-raba daerah arteri pada femur atau daerah
inguinal (telah ditandai), setelah didapatkan tusuk
dengan jarum abocath.
d. Cabut abocath, ketika abocath dicabut darah akan
keluar memancar jika tepat pada daerah arteri. Setelah
tepat sambung dengan plasma slang yang telah
dihubungkan dengan spuit berisi kontras sebanyak 50
cc dimasukkan secara manual.

17

3.1.5

Teknik Pemotretan
Sebelum melakukan injeksi media kontras dan foto post injeksi

kontras, dilakukan pengambilan plain foto untuk menentukan faktor


eksposi dan ketepatan letak marker. Adapun proyeksi yang digunakan
untuk plain foto adalah proyeksi AP spot foto pada area marker,
dengan:
Posisi pasien

: Supine

Posisi Objek

: Posisi Pelvis True AP tanpa rotasi, diletakkan

marker untuk menandai lokasi pungsi.


Pengaturan sinar :
CR

: vertikal, tegak lurus film/kaset.

CP

: Pada pertengahan kaset

FFD

: 90-100 cm

Gambar 3.1. Plain Foto Arteriografi Ekstremitas Inferior Dextra


(RSSA Malang)

18

Proyeksi yang digunakan saat pengambilan foto post injeksi media


kontras pada Instalasi Radiologi RSSA Malang adalah Proyeksi Antero
Posterior Unilateral dengan :
Posisi pasien : Supine
Posisi objek

: kedua kaki lurus dengan posisi true AP, dimana

kaki yang diperiksa berada pada pertengahan kaset, kaset pertama untuk
bagian 1/3 distal femur, kaset kedua untuk cruris dan pedis. Untuk
bagian pedis

sebisa

mungkin

dieksorotasi

untuk

menghindari

superposisi ossa pada pedis.


Pengaturan sinar :
CR

: vertikal, tegak lurus film/kaset.

CP

: Pada pertengahan kaset

FFD

: 90-100 cm

Eksposi

: dilakukan dua kali eksposi, pertama saat mengisi

upper leg, eksposi kedua dilakukan saat kontras sampai di lower leg.

19

Gambar 3.2 Radiograf Arteriografi Ekstremitas Inferior dextra


proyeksi AP (RSSA Malang)

3.1.6

Perawatan Post Prosedur

Hal hal yang dilakukan setelah pemeriksaan adalah sebagai berikut :


a.

Cabut plasma slang dari abocath, kemudian jarum abocath juga


dicabut dari arteri femoralis

b.

Tekan bekas daerah fungsi dengan 2 jari sampai darah berhenti.


Kemudian ditutup dengan kassa steril

c.

Pres bekas tusukan dengan sandbag

d.

Sandbag di ikat dengan tensocrap

20

e.

Bekas tusukan tidak boleh ditekuk-tekuk dan kaki tidak boleh


digerakkan selama 4 jam

f.

3.1.7

Pasien harus melakukan bed rest selama 1 x 24 jam

Hasil Bacaan Radiograf

Berdasarkan analisa dokter maka dapat didiagnosa sebagai berikut :


1. Kontras water soluble non ionic 50 cc dimasukkan intra
arteri. Reaksi alergi (-)
2. Tampak kontras mengisi a. femoralis, a. profunda femoris, a.
popliteal, a. tibiallis anterior, a. peronealis, a. dorsalis pedis, a.
plantaris pedis
3. Tampak penyempitan caliber a. femoralis distal dan popliteal
proksimal dengan sebagian dinding irregular.
4. Tampak penyempitan multiple pada a. tibialis anterior bagian
proksimal, bagian medial tidak tervisualisasi dengan collateral
(+), bagian distal tervisualisasi sampai ke a. dorsalis pedis.
5. Tampak a. peronealis tervisualisasi sampai ke distal kemudian
mengisi a. plantaris pedis dengan penyempitan di bagian
proksimal.
6. A. tibialis posterior tidak tervisualisasi, hanya tampak
collateral.

21

3.2 Pembahasan
3.2.1 Teknik Pemeriksaan Arteriografi Extremitas Inferior Pada
Kasus Diabetes Melitus di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Umum Dr Saiful Anwar Malang
Pemeriksaan arteriografi di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Umum Dr Saiful Anwar Malang dilakukan oleh dua orang Dokter
Radiologi, dua orang Radiografer dan seorang perawat radiologi.
Pemeriksaan ini dilakukan di Ruang 5 Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Umum Dr Saiful Anwar Malang karena di ruangan ini
terdapat pesawat X-Ray yang dapat digunakan untuk pasien yang
menggunakan brankar yang memungkinkan untuk dilakukan
pemeriksaan arteriografi tanpa harus memindahkan pasien ke meja
pemeriksaan.
Sebelum pemasukan kontras dilakukan plain foto dengan
proyeksi pelvis antero-posterior untuk memberi tanda pada daerah
yang akan dimasukan media kontras dan untuk mengetahui
ketepatan factor eksposi yang digunakan.
Proyeksi yang digunakan untuk memperlihatkan gambaran
arteri pada ekstremitas bawah yang di periksa adalah Femur distal
dan Cruris AP dengan menggunakan dua buah pesawat X-Ray dan
dua buah Image Plate. Ekspose dilakukan secara bergantian diikuti
dengan instruksi dari Dokter Radiologi, setelah pemasukan media

22

kontras dengan satu Image Plate dan satu pesawat X-Ray focus pada
bagian femur dan lainnya focus pada bagian cruris hingga pedis.
Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar
Malang proyeksi yang digunakan hanya satu yaitu antero-posterior
karena dengan proyeksi ini saja informasi yang dibutuhkan sudah
cukup untuk menegakkan diagnose.
3.2.2 Kelebihan Serta Kekurangan Teknik Pemeriksaan Arteriografi
Extremitas Inferior Pada Kasus Diabetes Melitus di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar Malang
Adapun kelebihan serta kekurangan teknik pemeriksaan
arteriografi extremitas inferior pada kasus diabetes melitus di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar Malang
adalah sebagai berikut :
3.2.2.1. Kelebihan
a. Penggunaan Media kontras yang lebih efisien.
b. Pemeriksaan lebih cepat.
c. Dosis radiasi yang diterima pasien lebih rendah
dibandingkan menggunakan pesawat khusus
angiografi.
3.2.2.2. Kekurangan
a. Kecepatan injeksi tidak konstan
b. Tidak dapat dilakukan lebih dari satu proyeksi dalam
sekali injeksi media kontras

23

c. Hanya menggunakan satu proyeksi saja dimana


mengurangi tingkat keakuratan informasi.
d. Ketepatan masuknya media kontras tidak dijamin
karena tidak menggunakan fluorokopi sebagai
peninjaunya sehingga sangat bergantung pada keahlian
Dokter Radiologi yang memberikan instruksi dalam
mengambil gambaran.

24

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa :
4.1.1 Teknik pemeriksaan arteriografi extremitas inferior pada kasus diabetes
melitus di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar
Malang dikerjakan menggunakan dua pesawat x ray konvensional.
Pemasukan media kontras dilakukan manual tanpa injektor. Teknik
pemeriksaan dilakukan secara bergantian pada bagian femur dan cruris
hiungga pedis, dimana hanya menggunakan satu proyeksi yaitu
proyeksi AP.
4.1.2 Teknik pemeriksaan arteriografi extremitas inferior pada kasus diabetes
melitus di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar
Malang memiliki kelebihan dalam tingkat efisiensi penggunaan media
kontras dan kecepatan pemeriksaan karena hanya menggunakan satu
proyeksi saja, dimana radiograf yang dihasilkan dianggap sudah cukup
menunjukkan kelainan yang terjadi pada arteri bagian yang diperiksa.
Selain itu dosis yang diterima juga lebih rendah karena menggunakan
pesawat X-Ray konvensional dan tidak menggunakan flouroskopi.
Kekurangan dari pemeriksaan ini adalah pada kecepatan injeksi yang

25

tidak konstan dan tidak dapat dilakukan pemotretan lebih dari satu
proyeksi sehingga akan mengurangi akurasi penegakan diagnosa.
4.2 Saran
Saran penulis pada makalah kali ini ditujukan kepada pembaca pada
umumnya dan radiografer pada khususnya, bahwa dalam melakukan
pemeriksaan Arteriografi lebih baik menggunakan peralatan khusus untuk
angiografi, dimana tetap dapat dilakukan single injeksi untuk media kontras
dengan kecepatan yang stabil, serta dapat dilakukan pemotretan lebih dari satu
proyeksi yang nantinya akan berdampak pada peningkatan akurasi penegakan
diagnosa.

26

DAFTAR PUSTAKA

Bontranger, K.L. 2001. Textbook of Radiographyc Positioning And Related


Anatomi. Edisi V. Mosby Inc, Missiouri.
Dayana L, et al. 2010 Imaging In Diabetic Ischemic Foot. www.rssdi.in (Diakses
pada 9 Januari 2014)
Georgios S, et al. 2003. The Evaluation Of Lower Extremity Ulcers.
www.ncbi.nlm.gov (Diakses pada 5 Januari 2014)
Pearce, Evelyn C. 2008. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta:
Penerbit PT. Gramedia.
Rasad, Sjahriar. 2000. Radiologi Diagnostik. Cetakan Kedua. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI.
Stroh A, et al. 1980. Value Of Lower Limb Arteriography in Iatrogenic Ergotism.
www.ncbi.nlm.gov (Diakses pada 9 Januari 2014)

27

Anda mungkin juga menyukai