Anda di halaman 1dari 9

BAB III .

TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
KPD terjadi sekitar 10.7% pada wanita hamil, sekitar 94 % kasus terjadi pada kehamilan
aterm, 5% terjadi pada kehamilan preterm ( berat fetus 1000-2500 gram ) dan 1 % terjadi
pada kehamilan immature ( berat fetus < 1000 gram ).

Gambar 1.
Ketuban
Pecah

2. Etiologi dan Faktor Resiko


Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang disebutkan
memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan
selama kehamilan.
Beberapa faktor risiko dari KPD :

Inkompetensi serviks (leher rahim)

Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

Riwayat KPD sebelumya

Kehamilan kembar

Trauma

Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu

Infeksi

3. Gejala Klinis dan Diagnosa


Untuk mendiagnosa KPD, maka diperlukan anamnesa yang sesuai dan mengarah, 90 %
diagnosa ditentukan dari anamnesis yang di dapat.
Anamnesis dan Gejala klinis yang terjadi adalah riwayat keluarnya cairan ketuban
merembes melalui vagina. Cairan ketuban normal berwarna bening dan mungkin sedikit
keruh, Aroma air ketuban berbau manis ( tidak berbau amoniak ). Biasanya cairan
ketuban dapat merembes ataupun menetes, banyak nya cairan ketuban yang keluar
kadang sedikit, kadang banyak tergantung pada kehamilan. Apakah terdapat rasa mulas,
rasa sakit pada perut, apakah terdapat perdarahan dari jalan lahir, apakah terdapat riwayat
trauma sebelumnya ( riwayat terjatuh), riwayat koitus sebelumnya, riwayat penggunaan
obat obatan.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan inspekulo secara steril, yang memperlihatkan
cairan yang mengenang pada forniks posterior.
Pemeriksaan dalam perlu dihindari karena akan menyebabkan terjadinya infeksi
intrauteri, memperpendek periode laten, dan meningkatkan insiden dari sepsis
neonatorum.
4. Pemeriksaan penunjang
a) Kertas Lakmus ( Nitrazine )
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat dilakukan dengan
kertas Lakmus / nitrazine, kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH normal dari
vagina adalah 4- 4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3.

Apabila cairan ketuban diperiksa oleh kertas lakmus, maka kertas Lakmus merah
akan menjadi biru karena pH Alkali / basa. Sedangkan apabila cairan tersebut cairan
vagina maka kertas lakmus berwana merah karena pH asam.

Hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen,
lendir leher rahim, dan air seni. Hasil yang negatif dapat ditemukan pada KPD yang
berkepanjangan dan bila cairan amnionnya sedikit.

b) Ferning Test ( Cairan Amnion )


Ferning Test adalah suatu pemeriksaan pada cairan amnion (Apabila dicurigai
adanya pecahnya cairan ketuban pada kehamilan ). Tes yang dilakukan yaitu
mengambil apusan dari cairan yang diduga amnion pada kaca objek, dibiarkan
kering, dan dilihat dibawah mikroskop, dan akan terbentuk kristalisasi yang akan
tampak gambaran ferning ( daun pakis).
Kedua tes tersebut sudah mengkonfirmasi KPD sebesar 99%.

Gambar 2. 2. Ferning Appearance

c) Ultrasonography ( USG )

USG dapat juga mengkonfirmasi adanya oligohidramnion akibat KPD, tetapi


keadaan ini dapat disebabkan oleh hal lain diluar KPD. Disebut oligohidramnion bila
volume cairan amnion < 500 ml pada usia kehamilan 32-36 minggu.

d) Amniosentesis
Sangat jarang dilakukan karena invasive. Cara Tes ini yaitu memasukkan zat warna
indigo carmine atau fluorescein, kemudian dipasang sebuah tampon diletakkan di
vagina lalu dilakukan pemeriksaan setelah 2 jam, dimana pada tampon akan
menampakkan zat warna tersebut.

5. Penanganan KPD
Untuk upaya pencegahan terjadinya KPD sebaiknya ibu hamil mengurangi aktivitas atau
lebih banyak istirahat pada akhir triwulan kedua atau awal triwulan ketiga.
Penanganan awal apabila Ketuban Pecah di Rumah:
1. Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina, segera hubungi dokter
atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah Sakit
2. Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air yang keluar
3. Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah infeksi, jangan
berhubungan seksual atau mandi berendam
4. Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk menghindari infeksi dari
dubur
5. Jangan coba melakukan pemeriksaan dalam sendiri
A. PENANGANAN KPD PADA KEHAMILAN ATERM
Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi
intrauterine. Ketika KPD terjadi pada usia kehamilan aterm, terjadinya persalinan akan
berlangsung dalam 24 jam pada lebih dari 90% pasien. Apabila terjadi KPD yang
berkepanjangan (>24-48 jam) menyebabkan terjadinya korioamnionitis dan sepsis pada
janin dan mortalitas janin pun meningkat.

Penanganan

KPD

aterm

ditujukan

untuk

mencegah

terjadinya

KPD

yang

berkepanjangan, dengan cara menginduksi persalinan dengan oksitosin setelah pasien


dalam jangka waktu tertentu (6-12 jam) dibiarkan untuk terjadinya persalinan spontan.

Pertama dilakukan Monitoring ketat pada ibu dan janin sampai terjadinya persalinan.
KPD harus terlebih dahulu terdiagnosis, melakukan pemeriksaan umur kehamilan, dan
pemeriksaan

kultur.

Bila

hasil

abnormal

dibutuhkan

monitoring

ketat

dan

dipertimbangkan untuk diinduksi secepatnya. Jika persalinan spontan belum terjadi


dalam 24 jam setelah terjadinya KPD, diperlukan pemeriksaan rutin. Nadi dan suhu
tubuh ibu diperiksa, Dilakukan pemeriksaan apakah timbul nyeri pada uterus ibu,
perubahan sekret serviks menjadi purulen, dan adanya meconium staining. Dilakukan
juga monitoring bunyi jantung janin untuk melihat kesejahteraan janin (mengetahui bila
timbul takikardi sebagai gejala awal suatu infeksi). Jika terdapat gejala korioamninitis
atau gawat janin, induksi harus segera dimulai.

B. PENANGANAN KPD PADA KEHAMILAN PRETERM


KPD preterm adalah pecahnya selaput ketuban yang terjadi sebelum umur kehamilan 37
minggu dan sebelum masa persalinan.
Untuk usia kehamilan <37 minggu dilakukan penanganan konservatif dengan
mempertahankan kehamilan sampai usia kehamilan matur. Untuk usia kehamilan 37
minggu atau lebih lakukan induksi dan pemberian antibiotik profilaksis streptokokkus
grup B. Untuk kehamilan 34-36 minggu lakukan penatalaksanaan sama halnya dengan
aterm
Untuk usia kehamilan 32-33 minggu lengkap lakukan tindakan konservatif kecuali jika
paru-paru sudah matur (maka perlu dilakukan tes pematangan paru), profilaksis
streptokokkus grup B, pemberian kortikosteroid, pemberian antibiotik selama fase laten.
Untuk previable preterm (usia kehamilan 24-31 minggu) lakukan tindakan konservatif,
pemberian profilaksis streptokokkus grup B, kortikosteroid, tokolisis dan pemberian
antibiotik selama fase laten (jika tidak ada kontraindikasi)
Untuk non viable preterm (usia kehamilan <24 minggu), lakukan konseling pasien dan
keluarga, lakukan tindakan konservatif atau induksi persalinan, tidak direkomendasikan

profilaksis streptokokkus grup B dan kortikosteroid, pemberian antibiotik tidak


dianjurkan karena belum ada data untuk pemberian yang lama)
Rekomendasi klinik untuk KPD, yaitu pemberian antibiotik, kortikosteroid harus
diberikan antara 24-32 minggu (untuk mencegah terjadinya respiratory distress
syndrome), tidak boleh dilakukan digital cervical examinations jadi pilihannya adalah
dengan spekulum, tokolisis untuk jangka waktu yang lama tidak diindikasikan
sedangkan untuk jangka pendek dapat dipertimbangkan untuk memungkinkan pemberian
kortikosteroid, antibiotik dan transportasi maternal, pemberian kortikosteroid setelah 34
minggu dan pemberian multiple course tidak direkomendasikan
Pematangan paru dilakukan dengan pemberian kortikosteroid yaitu deksametason 26
mg (2 hari) atau betametason 112 mg (2 hari)
Agentokolisis yaitu B2 agonis (terbutalin, ritodrine), kalsium antagonis ( nifedipine ),
prostaglandin sintase inhibitor ( indometasin ), magnesium sulfat, oksitosin antagonis
(atosiban)
Tindakan terminasi dilakukan jika terdapat tanda-tanda chorioamnionitis, terdapat tandatanda kompresi tali pusat/janin (fetal distress) dan pertimbangan antara usia kehamilan,
lamanya ketuban pecah dan resiko menunda persalinan
KPD pada kehamilan < 37 minggu tanpa infeksi, berikan antibiotik eritromisin
3250 mg, amoksisillin 3500 mg dan kortikosteroid
KPD pada kehamilan > 37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah >6 jam) berikan
ampisillin 21 gr IV dan penisillin G 42 juta IU, lakukan induksi persalinan dengan
oksitosin, jika serviks tidak memungkinkan lakukan SC.
KPD dengan infeksi (kehamilan <37 ataupun > 37 minggu), berikan antibiotik
ampisillin 42 gr IV, gentamisin 5 mg/KgBB, lakukan induksi persalinan dengan
oksitosin, jika tidak memungkinkan lakukan SC
Komplikasi KPD
a. Korioamnionitis

Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD prematur
sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion
dan amnion).

Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam masa persalinan / in partu. Disebut
juga Korioamnionitis, karena infeksi ini melibatkan selaput janin. Pada ketuban pecah 6
jam, risiko infeksi meningkat 1 kali. Ketuban pecah 24 jam, risiko infeksi meningkat
sampai 2 kali lipat. Dianjurkan paling lama 2 x 24 jam setelah ketuban pecah, harus
sudah partus.

Patofisiologi infeksi intrapartum yaitu Ascending infection, pecahnya ketuban


menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan dunia luar,
Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan penjalaran
infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang intraamnion, jika ibu
mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi
fetomaternal), dan tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya
pemeriksaan dalam yang terlalu sering
Diagnosis infeksi intrapartum
o Demam
o Nadi Ibu takikardia (>100 denyut per menit)
o Fetal takikardia (>160 denyut per menit)
o Nyeri abdomen dan Nyeri tekan uterus
o Cairan amnion berwarna keruh atau hijau dan berbau
o Leukositosis pada pemeriksaan darah tepi (>15000-20000/mm3)
o Pemeriksaan penunjang lain : leukosit esterase (+)
Komplikasi infeksi intrapartum:
Komplikasi pada ibu : Endometritis, penurunan aktifitas miometrium (atonia), sepsis (karena
daerah uterus dan intraamnion memiliki vaskularisasi sangat banyak), dapat terjadi septic
syok sampai kematian ibu.
Komplikasi pada janin : Asfiksia janin, sepsis perinatal sampai kematian janin.

b. Respiratory Distress Syndrome


Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu,
terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.

c. Prolapse Tali pusat.

d. Hipoplasia Paru
Merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm pada usia kehamilan 2836 minggu.
e. Sindroma Potter
Merupakan sindroma dimana terdapat deformitas janin yang berhubungan dengan
oligohidramnion pada KPD preterm, yang meliputi restriksi pertumbuhan intrauteri,
deformitas akibat kompresi pada muka (Potter facies) dan ekstremitas, dan hipoplasia
paru.

Gambar 1. Prolapse Tali Pusat

Gambar 2. Potter Syndrome

DAFTAR PUSTAKA
1.Andersen HF, Hopkins MK, Hayashi RH, Premature Rupture of the Membranes, Dalam:
Gynecology and Obstetrics, Volume 2, Sciarra JJ, penyunting. Philadelphia: J.B.
Lippincott Company, 1995: (47)1-6.

2.Garite T, Premature Rupture of Membranes, Dalam: Current Therapy in Obstetrics and


Gynecology, Edisi ke-5, Quilligan EJ, Zuspan FP, penyunting. New York: W.B.Saunders
Company, 2000: 326-9.

3.Svigos JM, Robinson JS, Vigneswaran R, Prelabor rupture of the Membranes, Dalam:
High Risk Pregnancy Management Options, James DK, Steer PJ, Weiner CP, Gonik B,
penyunting. New York: W.B Saunders, 2001: 1015-22.

4.Gregg AR, Introduction to Premature Rupture of Membranes, Dalam: Obstetrics and


Gynecology Clinics of North America Premature Rupture of Membranes, Wenstrom KD,
Weiner CP, penyunting. Philadelphia: W.B Saunders Company, 1992;19: 241-7.

Anda mungkin juga menyukai